SKRIPSI
Oleh :
PEBTRI ASTUTI
070822019
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
2
PERSETUJUAN
Disetujui di:
Medan, Juli 2009
Komisi Pembimbing
Pembimbing II Pembimbing I
Diketahui/Disetujui oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
3
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
PEBTRI ASTUTI
NIM : 070822019
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
4
PENGHARGAAN
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang terdalam
dan tak terlupakan kepada Papa (M. Syafe’i Razak Sag), Mama (Daswati), Kakek (H.
Harun ) dan saudara-saudariku Listin, Danil, dan Sepka yang telah memberikan cinta,
kasih sayang, semangat serta do’a yang sangat berarti bagi penulis. Karena tanpa mereka
Penulis tidak akan seperti sekarang.
Tidak lupa pula Penulis mengucapkan terima kasi kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi :
1. Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, MS selaku komisi pembimbing I dan selaku
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
2. Ibu Dra. Emma Zaidar selaku komisi pembimbing II
3. Bapak dan Ibu Staff pengajar Departemen Kimia yang telah bersedia
memberikan ilmunya kepada penullis.
4. Rekan seperjuangan Penulis Emma Suryani yang telah banyak membantu baik
dalam penulisan skripsi maupun selama penelitian.
5. Rekan-rekan seperjuangan jurusan Kimia Ekstensi yang telah memberikan
semangat.
6. Rekan-rekan asisten Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Mikrobiologi
yang telah banyak membantu dalam proses penelitian berlangsung.
7. Pihak lain yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu, semoga Tuhan Yang
Maha Esa membalas kebaikan mereka.
Dengan demikian Penulis menyadari bahwa, karya ilmiah ini banyak terdapat
kekurangan boleh dikatakan jauh dari sempurna karena manusia tidak ada yang
sempurna. Maka daripada itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca yang budiman sehingga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
5
DAFTAR ISI
Persetutjuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstact v
Daftar isi vi
Daftar tabel vii
Daftar lampiran viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Permasalahan
1.2. Pembatasan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Metodologi Penelitian
1.6. Lokasi Penelitian
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
6
LAMPIRAN
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
7
BAB I
PENDAHULUAN
Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) diikuti dengan kemajuan dalam pengolahan makanan yang semakin
berkembang. Dengan kemajuan teknologi makanan ternyata diikuti oleh perubahan pola
makan masyarakat yang biasanya dari pola makan yang mengandung karbohidrat,
lemak, dan protein tetapi tidak mengandung banyak serat. Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan terutama pada makanan masyarakat telah mengenal bahwa pentingnya
serat bagi kesehatan untuk membantu dalam proses pencernaan sehingga timbul
permintaan produk pangan yang kaya akan serat.
Makanan yang kaya akan serat salah satunya adalah nata. Nata merupakan
makanan pencuci mulut (desert), yang mengandung serat mengandung selulosa kadar
tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Nata adalah suatu
bahan makanan hasil fermentasi oleh bakteri (acetobakter xylinum) yang kaya akan
selulosa bersifat kenyal, transparan dan rasanya menyerupai kolang-kaling.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
8
Dengan memanfaatkan nira kelapa dan air kelapa sebagai substrat tempat
pertumbuhan mikroba diharapkan menghasilkan kualitas nata yang bagus dengan
membandingkan antara nira kelapa dan air kelapa mana antara kedua media ini yang
dapat menghaslkan nata yang mempunyai nilai jual tinggi dan memenuhi permintaan
pasar yang kaya akan kandungan gizinya.
Selama ini sudah banyak peneliti yang membuat nata dari berbagai macam substrat
seperti, Pengaruh Air Kelapa Tua Dan Air Kelapa Muda Dengan Variasi Waktu
Fermentasi Terhadap Kualitas Nata De Coco( Popi Rotua, 2002), Nata De Aloe Vera
(Daulay, 2003). Dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian membuat nata
dari cairan Nira Kelapa dengan menvariasikan starter diantara nira kelapa dan air kelapa
untuk mengetahui pengaruh keduanya terhadap kualitas nata yang dihasilkan.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
9
Biasanya masyarakat memanfaatkan nira kelapa hanya sebagai bahan pembuat gula.
Mengingat bahwa nira kelapa kaya akan kandungan gula diharapkan dapat
menghasilkan nata dengan kualitas yang bagus.
Dalam penelitian ini objek masalah yang dibatasi adalah sebagai berikut :
1. Nira kelapa yang digunakan diperoleh dari penyadap daerah Namorambe
2. Air kelapa yang digunakan diperoleh dari Pasar Titi Kuning Medan
3. Bakteri Acetobakter Xylinum diperoleh dari Laboratorium Microbiologi FMIPA
USU MEDAN
4. Starter yang digunakan dalam penelitian ini adalah starter dari nira kelapa dan
starter dari air kelapa.
5. Starter yang ditambahkan dalam pembuatan nata sebanyak 10%
6. Nata yang dianalisa adalah ketebalan, kadar air, kadar serat dan abu nata, kadar
serat dan abu nira kelapa dan uji organoleptis terhadap tekstur, bau, warna dan
rasa nata.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
10
Tujuan penelitian adalah membandingkan antara starter nira kelapa dan air kelapa
terhadap kualitas nata de coco
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
11
- Media fermentasi
2. Variabel terikat : - Ketebalan nata
- Kadar air
- kadar abu
- kadar serat
3. variabel tetap : - Lama fermentasi yaitu 15 hari
- pH media fermentasi yaitu 4-5
BAB II
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
12
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia dan
pasifik. Kelapa disamping dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata
pencaharian jutaan petani, yang mampu memberikan penghidupan puluhan juta
keluarga.
Menurut FAO ( Food and Agriculture Organization) pada tahun 1976, negara-
negara di Asia dan Pasifik menghasilkan 82 % dari produksi kelapa dunia, sedangkan
sisanya dihasilkan oleh negara di Afrika dan Amerika selatan.(Suhardiyo L,1988)
Tanaman kelapa di Indonesia, belum dapat dipastikan kapan dimulai
dibudidayakan secara sistematis. Diduga pembudidayaan kelapa di Indonesia telah
berlangsung berabad-abad yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya relief pohon
kelapa di dinding candi Borobudur. Dugaan lainnya adalah pada saat tanaman kelapa
sudah ada di kepulauan melayu.
Beberapa literatur juga mengemukakan pendapat-pendapat dari para ahli yang
menyatakan bahwa para ahli yang menyatakan bahwa pada zaman VOC telah
diusahakan untuk mengembangkan tanaman kelapa di pulau Jawa dan Srilanka dan
hasilnya dipasarkan ke Eropa. Di indonesia, kopra tercatat sebagai komoditi ekspor
mulai tahun 1883.
Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
produksinya. Faktor lingkungan itu adalah sinar matahari, temperatur, curah hujan,
kelembaban dan tanah.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
13
yang berpengalaman dapat secra langsung menentukan apakah suatu mayang telah dapat
disadap atau tidak dengan melihat bentuk dan ukuran myang tersebut. Ada beberapa
cara dalam penyadapan mayang kelapa tergantung pada kebiasaan-kebiasaan setempat.
Salah satu cara (seperti dilakanakn di india) dapat diuraikan sebagai berikut;
1. ) memilih mayang
Pilihlah mayang yang akan disadap. Ikatlah mayang tersebut dengan tali yang
dibuat dari pelepah daun kelapa ataupun bahan pengikat lainnya untuk mencegah agar
mayang tidak mekar. Selanjutnya mayang dimemarkan dengan memukul secara
perlahan-lahan dengan sepotong kayu selama 5-8 menit mulai dari pangkal sampai ke
ujung. Bila letak mayang agak tegak, setiap hari setelah pememaran mayang ditarik ke
arah bawah untuk memudahkan meletakkan wadah penampung nita.
2. ) Perlakuan tyerhadap mayang
Sebelum penyadapan dilakukan secara rutin, mayang dipotonbg mulai dari ujung
sebanyak beberapa kali, pemotongan ujung mayang dilakukan pada hari kedua setelah
pememaran dilakukan. Selanjutnya, setiap hari ujung mayang dipotong sepanjang 0,5
cm dan diikuti dengan pememaran berikutnya. Biasanya perlakuan tersebut diulangi
sampai sekitar 10 kali, sampai akhirnya mayang mulai mengeluarkan nira.
3. ) Penyadapan
Setelah mayang mengeluarkan nira, penyadapan dapat dilaksanakan secara rutin,
biasanya dikerjakan pagi dan sore. Setiap kali menyadap, ujung mayang dipotong
sepanjang + 0,5 cm. Hasil nira yang diperoleh mula-mula sedikit, tetapi kemudian
berangsur-angsur meningkat. Pada puncak produksi setiap pohon dapat menghasilkan 3-
4 liter nira per hari. Mayang dapat berproduksi dengan baik (maksimal) selama 15 hari,
setelah itu produksi mulai menurun.
Nira yang dihasilkan dapt ditampung dengan bumbung bambu penampung nira
atau dapat pula menggunakan pot yang terbuat dari tanah liat, yang diikatkan pada ujung
mayang. Setelah nira berhenti menetes, alat penampung diambil dan nira hasil
penyadapan dikumpulkan. Setiap kali mayang muncul pada ketiak daun dan sudah
waktunya disadap, si penyadap akan mengerjakannya seperti pada mayang sebelumnya.
Penyadap yang berpengalaman dapat menyadap sebanyak 20 pohon atau lebih per hari.
2.3. Air kelapa
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
14
Air kelapa merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum banyak
dimanfaatkan. Air kelapa muda merupakan minuman yang sangat populer dan air kelapa
dari buah yang tua telah dikembangkan sebagai produk industri. Namun pemasarannya
masih terbatas. Jumlah air kelapa yang terdapat pada kelapa rata-rata 300 cc (kelapa
dalam) dan rata-rata 230 cc ( kelapa hibrida). Kkelapaa pemanfaatannya masih terbatas
maka sering kali air kelapa ini dibuang begitu saja, baik ke sungai maupun ke parid
pembuangan. Sebagai akibat pembuangan ini dapat terbentuk endapan berwarna hitam
dan berbau tajam yang tidak sedap. Apabila air kelapa dalam jumlah besar masuk ke
sawah, dapat mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal pada tanaman padi yaitu
tanaman padi yaitu tanaman padi tumbuh tinggi dan bulir padinya sedikit.
Di philipina air kelapa dimanfaatkan untuk pembuatan minuman ringan, jeli,
ragi, nata de coco, dextran, anggur, cuka, ethyl acetat dan sebagainya.
Di Indonesia salah satu produk berasal dari air kelapa yang dikenal adalah nata
de coco. Nata de coco walaupun merupakan bahan makanan yang lezat, namun belum
memasyarakatkan kkelapaa harganya yag relatif mahal, sehingga sebagian besar
masyarakat menganggap hal ini sebagai kebutuhan sekunder.
Nata berasal dari bahasa spanyol yng dalam bahasa inggris berarti cream,
sehingga nata de coco diartikan dengan cream dari air kelapa.
Menurut saturnino-Dimaguila (1967) dan lapuz dan kawan-kawan (19670 nata
de coco di bentuk oleh mikroorganisme Acetobakter xylinum. Selama beberapa tahun
diperkirakan bahwa mikroorganisme pembentuk nata de coco ini adalah leuconostoc
yang mengkonversikan gula menjadi masa yang sangat viscous(kental).
Acetobacter xylinum membentuk gel pada permukaan air dari larutan
mengandung gula. Nata de coco adalah selulosa, yang dibawah mikroscop nampak
seperti masa fibril yang tidak beraturan yang menyerupaibenang atau kapas.
( Suhardiono L, 1988)
2.4. Acetobacter
Sel Acetobacter sp. Berbentuk elips atau tongkat yang melengkung. Kultur yang
masih muda merupakan bakteri gram negative, sedangkan kultur yang sudah agak tua
merupakan bakteri dengan gram yang bervariasi. Acetobacter sp. Dapat mengoksidasi
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
15
etanol menjadi asam asetat, juga dapat mengoksidasi asetat dan laktat menjadi CO2 dan
H2O.
Berbagai spesies Acetobacter sp. dapat ditemukan pada buah-buahan dan sayur-
sayuran. Bakteri inilah yang menyebabkan pengasaman jus buah-buahan dan minuman
beralkohol. ( bird an anggur ) (Banwart, G.J.,1981)
Acetobacter sp. adalah bakteri yang digunakan untuk membuat cuka. Dalam
membuat cuka, gel seperti membrane selalu ditemukan pada permukaan larutan. Maerial
ini berkembang menjadi selulosa bakteri (Phillips, G.O. and P.A. Williams, 2000)
Nata merupakan suatu bahan makanan hasil fermentasi oleh bakteri (acetobacter
Xylinum) yang kaya akan selulosa, bersifat kenyal, transparan, dan rasanya menyerupai
kolang-kaling. Nata merupakan selulosa bakteri yang terbentuk sebagai aktifitas bakteri.
Selulosa ini merupakan produk bakteri untuk membentuk slime ( menyerupai kapsul )
yang pada akhirnya bakteri tersebut terperangkap didalam masa fibrilar selulosa.
Pembuatan nata terdiri dari dua tahap penting yaitu tahap pembuatan starter dan
pembuatan nata.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
16
Teknik pembuatan nata secara umum dimulai dari penyiapan medium fermentasi
sampai dengan pengolahan nata. Medium fermentasi dibuat dalam bentuk cair, sehingga
jika bahan calon medium fermentasi berupa zat padat maka harus dihancurkan dan
dibuat larutan. Menghilangkan kotoran-kotoran kasarnya dan kemudian direbus pada
80-100oC selama 10-15 menit sambil diaduk. Selama perebusan dilakukan penambahan
gula pasir 10 %, asam asetat glasial (98 %) sampai bihidrogenopospat (K2HPO4) 0,5%,
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
17
magnesium sulfat (MgSO4) 0,02%, pepton atau yeast 0,25 %. Setelah medium dingin
dilakukan penyaringan yang kedua. Selanjutnya medium fermentasi tersebut
ditempatkan dalam tempat fermentasi kemudian diinokulasikan dengan starter dengan
konsentrasi 5-10% dan diperam selama 2-4 minggu. Setelah pemeraman selesai maka
dilakukan pemanenan dan dicuci bersih serta dilakukan pemotongan sesuai selera.
Netralisasi rasa asam pada nata dilakukan dengan cara merebus dan merendam beberapa
hari dalam air. Kemudian nata dimasak dalam larutan gula (50%). Jika diperlukan nata
yang telah masak dapat direndam dalam larutan gula untuk meningkatkan citarasanya.
Setelah dingin siap untuk dikonsumsi. Jika hendak dikemas, nata dimasukkan kedalam
kantong plastik dan ditutup. Nata dalam kantong plastik hanya bertahan 3-4 minggu
pada suhu ruang dan bisa tahan 1-2 bulan dalam almari es jika tidak diberi bahan
pengawet. Penyimpanan nata dalam freezer akan merusak bentuk nata dan airnya keluar
dan dapat membeku menjadi es. Untuk lebih awet lagi, nata beserta sirup gulanya dapat
dimasukkan kedalam botol gelas (botol jar) dan ditutup. Selanjutnya botol tersebut dapat
bertahan selama 6 bulan. Pengawetat nata juga dapat menggunakan bahan pengawet.
Disamping teknuk pembuatan nata tersebut diatas juga terdapat teknik lain yang
relatif jarang digunakan, yaitu teknik ynag diteliti oleh terok (1996) yaitu pembuatan
nata tanpa suplemen amonium sulfat, kalium bihidrogenopospat, magnesium sulfat, dan
pepton, tetapi tetap menggunakan suplementasi gula pasir dan asam asetat glasial.
Disamping itu juga menggunakan suplementasi pupuk urea. Teknik ini ternyata
menghasilkan nata de coco dengan kadar serat rendah (0,97%) dan kadar gula reduksi
yang relatif tinggi (4,46 %). Hal ini dimungkinkan kurang tercukupinya unsur makro
(mineral) untuk pertumbuhan bakteri pembuat nata.
Untuk menghasilkan produk nata yang maksimal perlu diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut.
a. Jenis dan konsentrasi medium
Medium fermentasi ini harus banyak mengandung karbohidrat (gula) disamping
vitamin dan mineral, kkelapaa pada hakekatnya nata tersebut adalah slime
(menyerupai kapsul) dari sel bakteri yang kaya selulosa yang diproduksi dari glukosa
oleh bakteri acetobakter xylinum. Bakteri ini dalam kondisi yang optimum memiliki
kemampuan yang luar biasa untuk memproduksi slime sehingga slime tersebut
terlepas dari sel vegetatif bakteri dan terapung-apung dipermukaan medium.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
18
Pembentukan nata terjadi kkelapaa proses pengambilan glukosa dari larutan gula
yang kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor (penciri nata)
pada membran sel. Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan
bersama enzim mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa yang merupakan bahan
dasar pembentukan slime.(palungkun, 1993), menurut rahman (1992) nata itu
merupakan hasil fermentasi dari bakteri acetobakter xylinum, bakteri ini dapat
tumbuh dan berkembang dalam medium gula dan akan mengubah gula menjadi
selulosa. Kadar karbohidrat optimum untuk berlangsungnya produksi nata adalah
10%.
b. Jenis dan konsentrasi starter
Pada umumnya acetobakter xylinum merupakan starter yang lebih produktif dari
jenis starter lainnya, sedang konsentrasi 5-10 % merupakan konsenstrasi yang sangat
ideal.(rahman, 1992)
c. Lama Fermentasi
Lama fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata ini pada umumnya 2-4
minggu. Minggu ke 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu yang maksimal
produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu produksi nata akan menurun (Awang,
1991).
d. Suhu fermentasi
Pada umumnya suhu untuk pertumbuhan bakteri pembuat nata adalah suhu kamar
(28oC). Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mengganggu
pertumbuhan bakteri pembuat nata yang akhirnya juga akan menghambat produksi
nata.
e. pH fermentasi
Derajat keasaman yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah 3-5 atau dalam
suasana asam. Pada kedua sisi pH optimum, aktifitas enzim sering kali menurun
dengan tajam. Suatu perubahan kecil pada pH dapat menimbulkan perbedaan besar
pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis yang amat penting bagi organisme. Hasil
penelitian Hubeis dkk (1996) penambahan amonium sulfat 0,8 % dan sukrosa 10%
dapat mempertahankan pH optimum (pH 4) bagi pertumbuhan bakteri, sehingga
pertumbuhan bakteri dan pembentukan lapisan nata dapat berlangsung dengan baik.
Penurunan pH bisa terjadi akibat fermentasi karbohidrat menjadi asam, sehingga
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
19
2.5. Fermentasi
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
20
maka proses fermentasi adalah sebaliknya, yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan
menggiatkan metabolismenya didalam makanan. Tetapi jenis mikroba yang digunakan
sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki.
Pada mulanya yang dimaksud dengan fermentasi adalah pemecahan gula
menjadi alkohol dan CO2. Tetapi banyak proses yang disebut fermentasi tidak selalu
menggunakan substrat gula dan menghasilkan alkohol serta CO2 sebagai contoh
misalnya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri Streptococcus lactis pada
kondisi anaerobik. Selanjutnya diketahui pula bahwa selain karbohidrat, juga protein
dan lemak dapat dipecah oleh mikroba dan enzim tertentu yang menghasilkan CO2 dan
zat-zat lainnya.
Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis bahan pangan (substrat),
macam mikroba dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan
metabolisme mikroba tersebut.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
21
Dalam bidang pangan banyak bakteri yang mempunyai peranan, baik peranan
positif (memberikan keuntungan) maupun atau peranan negatif ( memberikan kerugian).
Bakteri A. xylinum diklasifikasikan pada kelompok bakteri basil dan koki gram negatif.
A. xylinum mampu memproduksi kapsul berlebihan sehingga sering digunakan dalam
pembuatan nata (Budiyanto, 2004).
Ciri-ciri Acetobakter adalah selnya berbentuk bulat panjang sampai batang lurus
tau agak bengkok, ukurannya 0,6-0,8 x 3,0 m, terdapat dalam bentuk tunggal,
berpasangan atau dalam bentuk rantai. Acetobakter merupakan aerobik sejati,
membentuk kapsul, bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora, suhu optimumnya
adalah 30oC. Di alam banyak dijumpai pada buah-buahan dan sayur-sayuran dan dalam
sari buah, cuka dan minuman beralkohol.(Pelczar, 1998)
Spesies Asetobakter yang telah dikenal antara lain A. aceti, orleannensis,
acetobakter liquefasiensis dan A. xylinum. Meskipun ciri-ciri yang dimiliki hampir sama
dengan spesies lainnya A. xylinum dapat dibedakan dengan spesies lainnya kkelapaa
sifatnya yang unik. Bila A. xylinum ditumbuhkan pada medium yang mengandung gula,
bakteri ini dapat memecah komponen gula dan mampu membentuk suatu polisakarida
yang dikenal denga selulosa ekstraseluler.
Spesies bakteri yang tergolong Acetobakter teruatama A. xylinum mempunyai
sifat oksidier lanjut, yaitu mampu mengoksidasi asam asetat lebih lanjut menjadi gas
CO2, Sifat inilah yang membedakan dengan glukonobakter yang umumnya mempunyai
sifat oksidier sebagian, yaitu yang hanya mengubah alkohol menjadi asam asetat.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
22
Dalam medium cair A. xylinum mampu membentuk suatu lapisan yang dapat
mencapai ketebalan beberapa centimeter. Bakteri terperangkap dalam massa benang-
benang yang dibuatnya. Untuk menghasilkan massa yang kokoh, kenyal, tebal, putih
dan tembus pandang perlu diperhatikan suhu fermentasi (inkunasi), komposisi medium
dan pH medium.( Daulay, 2003 )
2.7.1. Fermentasi
Tujuan dari proses terakhir ini adalah memproduksi produk seoptimal mungkin.
Berupa biomasa sel atau metabolit. Proses ini dilakukan dalam fermentor yang berisi
medium dengan kandungan gizi yang cukup dan kondisi medium (misalnya suhu,
nutrien, dan homogenitas) yang optimal.
2.7.2. Medium
2.7.3. Nutrien
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
23
2.7.4. Suhu
Fermentasi dilakukan pada suhu dimana pertumbuhan sel atau produksi metabolit
tertinggi. Berdasarkan suhu pertumbuhan optimum. Umumnya mikroorganisme yang
digunakan dalam fermentasi tergolong mesofil dengan suhu optimum 20-45oC dan
termofil dengan suhu optimum 20-45oC dan termofil (dengan suhu optimum 45 oC)
2.7.5. pH
B A B III
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
24
3.1.1. Alat-alat
- Termometer Fisher
- Gelas ukur Pyrex
- Gelas erlenmeyer Pyrex
- Gelas beaker Pyrex
- Oven Memmert
- Timbangan Meller
- Labu Takar Pyrex
- Autoclav Wiconsi Aluminium
- Batang Pengaduk
- Aluminium foil
- Statif dan klem
- Biuret
- Desikator
- Alat soklet
- Kjedhal term
- Tanur
- Hot plate
- Alat Destilasi
- Pandingin balik
- Cawan porselen
3.1.2. Bahan-bahan
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
25
- Buffer asetat pH 4
- Biakan murni acetobacter xylinum
- Alkohol 96 %
- Urea
- Gula pasir
- Akuades
- H2SO4 1,25 %
- NaOH 1,25 %
- CH3COOH 25 %
- K2SO4 10%
a. Larutan CH3COOH 25 %
Diencerkan 25 ml CH3COOH glacial dengan akuades dalam labu takar 500 mL sampai
garis tanda lalu dihomogenkan.
b. Larutan Buffer Asetat 0,2 M pH 4
Diencerkan 11,55 mL CH3COOH dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai
garis tanda lalu dihomogenkan. Dilarutkan 16.4 Na-asetat dengan akuades dalam labu
takar 1000 mL yang sampai garis tanda lalu dihomogenkan. Dicampurkan 36, 8 mL
larutan asam asetat yang telah diencerkan dengan 13,2 mL larutan Na-asetat yang telah
diencerkan dengan 13,2 mL larutan Na-asetat dalam labu takar 100 mL dan diencerkan
dengan 13,2 mL Na-asetat dalam labu takar 100 mL dan diencerkan sampai garis tanda
lalu dihomogenkan.
c. Larutan H2SO4 1,25 %
Diencerkan 12,5 mL H2SO4(p) dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai garis
tanda lalu dihomogenkan.
d. Larutan NaOH 1,25 %
Dilarutkan 12,5 g NaOH dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda
lalu dihomogenkan.
e. Larutan K2SO4 10 %
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
26
Dilarutkan 10 g K2SO4 dengan akuades dalam labu takar 100 mL sampai garis tanda
lalu dihomogenkan.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
27
- Ditimbang 2 gram nata de coco dalam cawan porselen yang telah diketahui
beratnya
- Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100 – 105 C selama sekitar 6 jam
- Didinginkan dalam desikator selama 20 menit dan ditimbang setelah dingin
- Penimbangan dilakukan berulang sehingga diperoleh berat yang konstan
- Dihitung kadar airnya.
- Ditimbang 2 gram nata de coco dalam cawan porselen yang telah diketahui
beratnya
- Diletakkan dalam tanur pengabuan, kemudian dibakar pada suhu 500 C hingga
diperoleh abu yang berwarna putih abu-abu
- Didinginkan dalam desikator dan ditimbang
- Penimbangan dilakukan berulang sehingga diperoleh berat yang konstan
- Dihitung kadar abunya
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
28
Disaring
Residu/kotoran Filtrat
Ditambahkan
100 g gula pasir
Ditambahkan
5 gr Urea
Ditambahkan
20 ml asam asetat
25 %
Dipanaskan
sampai mendidih
Larutan Asam Bergula
Diinokulasi
Dengan A.
xylinum sebanyak
40 ml
Dipermentasi
dalam wadah
fermentasi selama 1
minggu
Starter Nira
Kelapa
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
30
Disaring
Residu/kotoran Filtrat
Ditambahkan 100
gr
gula pasir
Ditambahkan 5 gr
Urea
Ditambahkan 20 ml
asam asetat 25 %
Dipanaskan sampai
mendidih
Diinokulasi dengan
A. xylinum sebanyak 40 ml
Dipermentasi dalam
wadah fermentasi selama
1 minggu
3.4.3. Pembuatan Nata De Coco Dari Nira Kelapa Bergula Dengan Menggunakan
Starter Nira Kelapa Bergula
1 L nira kelapa
Disaring
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
31
Media fermentasi
Nata de coco
1 L nira kelapa
Disaring
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
32
Ditambahkan 5 g urea
Dipanaskan sambil diaduk hingga larut
Ditambahkan dengan CH3COOH 25%
sebanyak 20 ml
Ditambahkan 10 mL buffer asetat 0,2 M
pH 4
Media fermentasi
Nata de coco
3.4.5. Pembuatan Nata De coco Dari Nira Kelapa Bergula Dengan Menggunakan
Starter Nira Kelapa Tanpa Gula
1 L nira kelapa
Disaring
Ditambahkan 100 g gula pasir
Ditambahkan 5 g urea
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
33
Media fermentasi
Nata de coco
3.4.6. Pembuatan Nata De coco Dari Nira Kelapa Tanpa Gula Dengan
Menggunakan Starter Nira Kelapa Tanpa Gula
1 L nira kelapa
Disaring
Ditambahkan 5 g urea
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
34
Media fermentasi
Nata de coco
3.4.7. Pembuatan Nata De coco Dari Nira Kelapa Bergula Dengan Menggunakan
Starter Air Kelapa Bergula
1 L nira kelapa
Disaring
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
35
Nata de coco
3.4.8. Pembuatan Nata De coco Dari Nira Kelapa Bergula Dengan Menggunakan
Starter Air Kelapa Bergula
1 L nira kelapa
Disaring
Ditambahkan 5 g urea
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
36
Nata de coco
2 g Nata
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
37
2 g Nata
Hasil
2 g Nata
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
38
Residu Filtrat
Ditambahkan 200 mL H2SO4 1,25%
Dipasang gelas Erlenmayer pada pendingin liebig
Didihkan selama 30 menit
Disaring
Residu Filtrat
Residu Filtrat
Hasil
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
39
Tabel 4.2. Data hasil pengukuran kadar air pada nata de coco
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Sampel 1 96.77 96.70 96.71 260.18 96.72
Sampel II 96.42 96.43 96.43 259.31 96.42
Sampel III 95.90 95.89 95.90 227.69 95.89
Sampel IV 93.43 93.41 93.42 220.26 93.42
Sampel V 96.62 96.60 96.62 259.84 96.61
Sampel VI 94.14 94.13 94.12 222.39 94.13
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
40
1 4 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 4 3 3 4 1 2
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
41
2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 4 5 4 3 3 3 3 3
3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 2 3
4 4 4 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 3
5 4 4 3 4 3 3 2 2 3 5 5 4 3 3 3 2 3
6 4 4 3 3 3 2 3 2 3 5 5 4 2 2 3 2 3
7 3 2 2 2 3 3 3 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3
8 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 3 2
9 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 4 4 3 2
10 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2
Total 33 31 30 28 27 25 28 30 25 36 36 34 28 29 32 23 26
Rataan 3.3 3.1 3 2.8 2.7 2.5 2.8 3 2.5 3.6 3.6 3.4 2.8 2.9 3.2 2.3 2.6
Keterangan
Sampel I : Media nira kelapa bergula ditambah starter nira kelapa bergula
Sampel II : Media nira kelapa bergula ditambah starter nira kelapa tanpa gula
Sampel III : Media nira kelapa tanpa gula ditambah sarter nira kelapa bergula
Sampel IV : Media nira kelapa tanpa gula ditambah starter nira kelapa tanpa
gula
Sampel V : Media nira kelapa bergula ditambah starter air kelapa bergula
Sampel VI : Media nira kelapa tanpa gula ditambah starter air kelapa bergula.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
42
Berat abu
Kadar abu = × 100%
Berat sampel
0,2102
= ×100%
2,0611
= 0,102%
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
43
Berat serat
Kadar serat = × 100%
Berat sampel
0,0727
= ×100%
2,0611
= 3,53%
JK Perlakuan
8. Kuadrat Tengah (KT) Galat =
V2
KTP Perlakuan
9. F Hitung =
KT Galat
Dimana :
Tij = Total seluruh Data
T(Yi) = Data hasil pengamatan
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
44
TA = Total perlakuan
r = Banyak ulangan
t = Banyak perlakuan
Hipotesa :
Ho = Apabila tidak ada pengaruh variasi stater antara nira kelapa dibandingkan
dengan air kelapa terhadap ketebalan, kadar air, abu dan serat kasar pada nata
Ha = Apabila ada pengaruh variasi stater antara nira kelapa dibandingkan dengan air
kelapa terhadap ketebalan, kadar air, abu dan serat kasar pada nata
Kriteria keputusan :
Jika F hitung ≤ F tabel : maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika F hitung ≥ F tabel : maka Ha diterima dan Ho ditolak
=
(38,4)2
3× 6
= 81,92
2) JK Total = T(Yi)2 – FK
= [(1.00)2 + (0.91)2 + ... +(0.66)2] – 81.92
= 17.872-81.92
= 64.05
TA2
3) Jk Perlakuan = − FK
r
=
(4.96)2 + (2.75)2 + ...(1.99)2 − 81.92
3
= 64.68
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
45
64,68
=
5
= 12.936
JK Galat
6) KT Galat =
V2
0.632
=
12
= 0.052
KTP Perlakuan
7) F Hitung =
KT Galat
12.936
=
0.053
= 248.76
Harga F pada tabel adalah :
F0,05 = 3,11
F0,01 = 5,06
F hitung ≥ F tabel : maka Ha diterima dan Ho ditolak
=
(3766.38)2
3× 6
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
46
= 209.24
2) JK Total = T(Yi)2 – FK
= [(96.77)2 + (96.42)2 + ... +(94.12)2] – 209.24
= 26921.29-209.24
= 26712.04
TA2
3) Jk Perlakuan = − FK
r
=
(260.18)2 + (259.31)2 + ... (222.39)2 − 209.24
3
= 199388.46
4) JK Galat = JK Total – JK perlakuan
= 26712,04 – 199388.46
= 172674.42
JK Perlakuan
5) KT Perlakuan =
V1
199388.46
=
5
= 39877.69
JK Galat
6) KT Galat =
V2
172674.42
=
12
= 14389,53
KTP Perlakuan
7) F Hitung =
KT Galat
39877.69
=
14389.53
= 2.77
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
47
=
(16.652)2
3× 6
= 15.40
2) JK Total = T(Yi)2 – FK
= [(0.680)2 + (0,630)2 + ... +(0,209)2] – 15.40
= 4.639 – 15.40
= 10.761
TA2
3) Jk Perlakuan = − FK
r
=
(2.050)2 + (1.850)2 + ... + (0,630)2 −15.40
3
= 10.76
4) JK Galat = JK Total – JK perlakuan
=10.761 – 10.76
= 0.001
JK Perlakuan
5) KT Perlakuan =
V1
10.761
=
5
= 2.152
JK Galat
6) KT Galat =
V2
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
48
0.001
=
12
= 0.00008
KTP Perlakuan
7) F Hitung =
KT Galat
2.152
=
0,00008
= 26900
4.3.3. Rancangan Acak Lengkap Untuk Kadar Serat Kasar Nata de Kelapaga
V1 =t–1
=6–1=5
V2 = ( r.t – 1 ) – ( t – 1 )
= ( 3.6 – 1 ) – (6 – 1)
= 12
Tij 2
1) FK =
rxt
=
(1251.34)2
3× 6
= 86991.76
2) JK Total = T(Yi)2 – FK
= [(2.56)2 + (2,99)2 + ... +(3.77)2] –2,7383
= 195.66 – 86991.76
= 86796.09
TA2
3) Jk Perlakuan = − FK
r
=
(7.66)2 + (8.94)2 + ... + (11.27 )2 − 86991.76
3
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
49
= 86603.18
192.91
=
12
= 16.07
KTP Perlakuan
7) F Hitung =
KT Galat
17359.21
=
16.07
= 1080.22
Harga F pada tabel adalah :
F0,05 = 3,11
F0,01 = 5,06
F hitung ≥ F tabel : maka Ha diterima dan Ho ditolak
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh Varisi Stater Antara Nira de Coco dengan Air Kelapa Terhadap
Ketebalan Nata de Coco
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwasanya ketebalan nata dengan menggunakan
media fermentasi nira kelapa bergula dengan stater nira kelapa bergula( sampel 1) lebih
tebal dibandingkan dengan nata dengan menggunakan media fermentasi nira kelapa
bergula dengan stater air kelapa bergula (sampel 5). Begitu juga dengan nata yang
menggunakan media fermentasi nira kelapa tanpa gula dengan stater nira kelapa bergula
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
50
(sampel 3) lebih tebal di bandingkan nata yang menggunakan media fermentasi nira
kelapa tanpa gula dengan stater air kelapa bergula (sampel 6). Hal ini menunjukkan
bahwa nira kelapa lebih banyak mengandung gula sebagai sumber nutrisi mikroba
Acetobacter xylinum dibandingkan air kelapa. Konsentrasi gula yang sesuai akan
mempengaruhi kerja bakteri. Tetapi jika terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan
bakteri itu sendiri. Jika pertumbuhan bakteri optimum maka ketebalan nata yang
dihasilkan menjadi lebih baik ( Budiyanto,2004)
4.4.2. Pengaruh Varisi Stater Antara Nira kelapa dengan Air Kelapa Terhadap
Kadar Air Nata de coco
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwasanya kadar air nata de coco dengan
menggunakan media fermentasi nira kelapa bergula dengan stater nira kelapa bergula(
sampel 1) mengalami peningkatan dibandingkan dengan nata dengan menggunakan
media fermentasi nira kelapa bergula dengan stater air kelapa bergula (sampel 5). Begitu
juga nata yang menggunakan media fermentasi nira kelapa tanpa gula dengan stater nira
kelapa bergula (sampel 3) juga mengalami peningkatan kadar air di bandingkan nata
yang menggunakan nira kelapa tanpa gula dengan stater air kelapa bergula (sampel 6).
Sedangkan kadar air terendah terdapat pada nata dengan menggunakan media fermentasi
air nira kelapa tanpa gula dengan menggunakan stater nira kelapa tidak bergula juga
(sampel 4). Menurut Wahyudin, bakteri Acetobacter xylinum apabila ditambahkan pada
medium gula membentuk polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraselluler dan
dapat mengalami oksidasi lanjutan, yaitu mampu mengoksidasi asam asetat menjadi
CO2 dan H2O, sehingga semakin tinggi kadar gula yang ditambahkan maka semakin
tinggi pula kadar air yang dihasilkan.
4.4.3. Pengaruh Varisi Stater Antara Nira kelapa dengan Air Kelapa Terhadap
Kadar Abu Nata de Coco
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwasanya kadar abu nata de coco dengan
menggunakan media fermentasi nira kelapa bergula dengan stater nira coco bergula(
sampel 1) mengalami peningkatan dibandingkan dengan nata dengan menggunakan
media fermentasi nira kelapa bergula dengan stater air kelapa bergula (sampel 5). Begitu
juga nata yang menggunakan media fermentasi nira kelapa tanpa gula dengan stater nira
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
51
kelapa bergula (sampel 3) juga mengalami peningkatan kadar abu di bandingkan nata
yang menggunakan nira kelapa tanpa gula dengan stater air kelapa bergula (sampel 6).
Sedangkan kadar abu terendah terdapat pada nata dengan menggunakan media
fermentasi air nira kelapa tanpa gula dengan menggunakan stater nira kelapa tidak
bergula juga (sampel 4). Menurut Sudarmadji, abu adalah zat anorganik sisa hasil
pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan
kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan.
4.4.4. Pengaruh Varisi Stater Antara Nira kelapa dengan Air Kelapa Terhadap
Kadar Serat Kasar Nata de Coco
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwasanya kadar serat nata de Coco dengan
menggunakan media fermentasi nira kelapa bergula dengan stater nira kelapa bergula(
sampel 1) mengalami penurunan dibandingkan dengan nata dengan menggunakan media
fermentasi nira kelapa bergula dengan stater air kelapa bergula (sampel 5). Begitu juga
nata yang menggunakan media fermentasi nira kelapa tanpa gula dengan stater nira
kelapa bergula (sampel 3) juga mengalami penurunan kadar serat kasarnya di
bandingkan nata yang menggunakan nira kelapa tanpa gula dengan stater air kelapa
bergula (sampel 6). Sedangkan kadar serat tertinggi terdapat pada nata dengan
menggunakan media fermentasi air nira kelapa tanpa gula dengan menggunakan stater
nira kelapa tidak bergula (sampel 4). Hal ini disebabkan kerja bakteri Acetobacter
xylinum lebih optimum pada media fermentasi nira kelapa tanpa gula sehingga
kemampuan untuk menghasilkan serat lebih besar.
BAB V
5.1.Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
52
1. terjadi peningkatan kadar air, kadar abu, dan kadar serat kasar dengan
penambahan gula dapat dilihat pada sampel 1 dan sampel 5.
2. Nata de coco yang paling tebal diperoleh pada sampel I yaitu media nira kelapa
bergula dengan starter nira kelapa bergula.
3. kadar air tertinggi diperoleh sebesar 96.77 % yaitu pada sampel 1 dengan
menggunakan media nira kelapa bergula dengan starter nira kelapa bergula.
4. Kadar abu tertinggi diperoleh sebesar 0.680 % yaitu pada sampel I dengan
menggunakan media nira kelapa bergula dengan starter nira kelapa bergula.
5. Kadar serat kasar tertinggi diperoleh 4.02 % yaitu pada sampel IV dengan
menggunakan media nira kelapa tanpa penambahan gula dengan starter nira
kelapa tanpa penambahan gula.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
53
Lampiran
Tabel.1. Rancangan Acak Lengkap Pengaruh Variasi Starter Antara Nira Kelapa dan
Nira Aren Terhadap Ketebalan Nata De Coco.
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
54
Keterangan :
Tij : Total seluruh data
TA : Total Perlakuan
Ti1, Ti2, Ti3 : Total data ulangan analisa 1,2, dan 3
Yij : Total rata-rata data hasil pengamatan
Lampiran 2.
Tabel 3 Rancangan Acak Lengkap Pengaruh Variasi Starter Antara Nira Kelapa
dan Nira Aren Terhadap Kadar Air Pada Nata De Coco.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
55
Lampiran 3
Tabel 5. Rancangan Acak Lengkap Pengaruh Variasi Starter Antara Nira Kelapa
dan Air Kelapa Terhadap Kadar Abu Pada Nata De Coco
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
56
Lampiran 4
Tabel 7. Rancangan Acak Lengkap Pengaruh Variasi Starter Antara Nira Kelapa
dan Nira Aren Terhadap Kadar Serat Kadar Pada Nata De Coco.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
57
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
58
1 4 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 4 3 3 4 1 2
2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 4 5 4 3 3 3 3 3
3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 2 3
4 4 4 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 3
5 4 4 3 4 3 3 2 2 3 5 5 4 3 3 3 2 3
6 4 4 3 3 3 2 3 2 3 5 5 4 2 2 3 2 3
7 3 2 2 2 3 3 3 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3
8 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 3 2
9 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 4 4 3 2
10 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2
Total 33 31 30 28 27 25 28 30 25 36 36 34 28 29 32 23 26
Rataan 3.3 3.1 3 2.8 2.7 2.5 2.8 3 2.5 3.6 3.6 3.4 2.8 2.9 3.2 2.3 2.6
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
59
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3
2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 3 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 2 2 2 2 2
6 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3
7 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3
8 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 4 3 3 1 2
9 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3
10 1 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3
Total 23 25 25 26 28 29 25 27 28 29 29 32 25 26 26 25 28
Rataan 2.3 2.5 2.5 2.6 2.8 2.9 2.5 2.7 2.8 2.9 2.9 3.2 2.5 2.6 2.6 2.5 2.8
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
60
1 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 2 2 2 3 3
2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 3 3 3
4 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2
5 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
6 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3 2 2
7 3 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1
8 2 2 2 4 3 3 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1
9 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3
10 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3
Total 25 25 25 26 24 22 21 20 21 24 24 26 23 23 22 23 23
Rataan 2.5 2.5 2.5 2.6 2.4 2.2 2.1 2.0 2.1 2.4 2.4 2.6 2.3 2.3 2.2 2.3 2.3
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.
61
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 3 3
2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2
3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
4 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1
5 2 2 3 2 3 3 4 4 4 1 2 2 1 1 1 1 1
6 2 2 2 2 3 3 5 5 5 3 3 3 1 1 1 2 2
7 2 2 2 4 5 5 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2
8 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3
9 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 1 1 3 3 3 3 3
10 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 3 2 3 3 3 3 3
Total 24 24 26 25 30 29 25 25 25 28 26 25 23 22 23 27 27 2
Rataan 2.4 2.4 2.6 2.5 3.0 2.9 2.5 2.5 2.5 2.8 2.6 2.5 2.4 2.2 2.3 2.7 2.7 2
Pebtri Astuti : Pengaruh Starter Antara Nira Kelapa Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco, 2010.