SKRIPSI
SKRIPSI
OLEH:
B111 08 305
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
M A K AS S A R
1
2012
HALAMAN JUDUL
OLEH:
SKRIPSI
Pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2
M A K AS S A R
OKTOBER 2012
PENGESAHAN SKRIPSI
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
A.n. Dekan
3
Pembantu Dekan I
2011)
An. Dekan
4
Pembantu Dekan I
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
5
H.M.Imran Arief, S.H.,M.S Hj. Nur Azisa,S.H.,M.H
NIP. 19470915 1979011001 NIP. 19671010199202200
ABSTRAK
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, tak lupa pula salawat dan salam
sembah sujud ananda pada ayah dan bunda semoga skripsi ini menjadi
awal pembuka jalan kesuksesan dan pembawa kebahagian buat ayah dan
7
bunda. Kepada om dan tante Ismail Syamsu Alam dan Asneni Palembai
atas segala kebaikan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada
penulis selama ini. Kepada adik-adikku yang besar hatinya, kakek, nenek,
skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
Hasanuddin.
2. Bapak Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.Si, DFM selaku Dekan Fakultas
3. Bapak Prof. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan I,
Bapak Dr. Ansyori Ilyas, S.H., M.H selaku Wakil Dekan II, dan Bapak
Romi Librayanto, S.H., M.H selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin
5. Bapak Prof. Dr. H.M. Said Karim, S.H.,M.H, Ibu Haeranah, S.H.,M.H
8
6. Seluruh Dosen pengajar di fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Bunga selaku Staf Akademik angkatan 2008 yang tak kenal lelah
dan Asad dan semuanya yang namanya tidak bisa penulis sisipkan
satu-satu.
13. Henrik Ali, terima kasih tak terhingga atas segalanya di hari kemarin,
sekarang dan yang akan datang, semoga Allah SWT selalu senang
9
Penulis percaya bahwa Allah SWT selalu memudahkan orang yang
rangka perbaikan skripsi ini, harapan penulis kiranya skripsi ini akan
Penulis
Daftar Tabel
Halaman
10
DAFTAR ISI
Daftar gambar..................................................................................................................12
BAB I.................................................................................................................................15
PENDAHULUAN................................................................................................................15
1.3 Tujuan..............................................................................................................18
1.4 Manfaat............................................................................................................19
11
Daftar gambar
gambar 2 1 bagan.............................................................................................................42
12
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................. iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI................................................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
13
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 5
A. Lokasi Penelitian..........................................................................................33
C. Sumber Data.................................................................................................34
Makassar......................................................................................................37
BAB V PENUTUP....................................................................................................54
A. Kesimpulan .......................................................................................................54
14
B. Penutup .......................................................................................................55
LAMPIRAN.................................................................................................................58
BAB I
PENDAHULUAN
dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat
berbeda satu dengan yang lain. Selain merupakan suatu hal yang sama
tersebut, di satu sisi kejahatan juga sulit dihilangkan dari muka bumi ini.
15
2 Adanya sebuah sunnatullah ketika Yang Maha Kuasa menciptakan
semata.
Dengan demikian sampai saat ini kejahatan masih tetap abadi dan
semakin canggih.
16
Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
14 Salah satu bentuk kejahatan yang akhir-akhir ini sering terjadi dan
kejahatan pencurian diatur dalam Buku Ke-2, Bab XXII mulai dari
Pasal 362 sampai dengan Pasal 367, sedangkan bentuk pokok dari
17
kendaraan bermotor merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap
masyarakat.
mengambil tempat atau lokasi penelitian sebab dari hasil pantauan penulis
yang terlalu luas dan menyimpang dari objek penulisan ini, maka penulis
2007-2011?
18
2. Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pencurian
Makassar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan pembahasan masalah tersebut, maka tujuan yang
1.4 Manfaat
dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian
kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. Selain merupakan suatu
19
hal yang sama sekali tidak menyenangkan bagi pihak yang tertimpa
muka bumi ini terdapat sekelompok masyarakat yang dapat hidup tanpa
saat ini kejahatan masih tetap abadi dan bahkan akan berkembang sesuai
20
(selanjutnya disingkat dengan UUD) Negara Republik Indonesia Tahun
yang berbunyi :
Salah satu bentuk kejahatan yang akhir-akhir ini sering terjadi dan
pencurian diatur dalam Buku Ke-2, Bab XXII mulai dari Pasal 362 sampai
21
diatur dalam Pasal 362 KUHPidana. Pencurian kendaraan bermotor
merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap harta benda yang banyak
mengambil tempat atau lokasi penelitian sebab dari hasil pantauan penulis
A. Rumusan Masalah
yang terlalu luas dan menyimpang dari objek penulisan ini, maka penulis
2007-2011?
22
4. Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pencurian
Makassar?
B. Tujuan Penelitian
C. Kegunaan Penelitian
23
2. Dapat menjadi bahan masukan bagi aparat/petugas hukum dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
24
Nama kriminologi ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911) seorang
“crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti
dan penjahat.
25
dipelajari oleh suatu ilmu tertentu, umpama jika timbul suatu kejahatan,
dengan kejahatan yang satu sama lain yang tadinya merupakan data yang
terjadinya kejahatan.
dianggap masyarakat anti sosial, tindakan itu tidak sesuai dengan tuntutan
26
masyarakat. Karena masyarakat bersifat dinamis, maka tindakanpun
lain pengertian kejahatan dapat berubah sesuai dengan faktor waktu dan
pada waktu yang lain tidak lagi merupakan kejahatan, dan sebaliknya.
Juga bisa terjadi di suatu tempat sesuatu tindakan disebut jahat, sedang
dalam makna yuridis. Sebaliknya bisa terjadi sesuatu tindakan dilihat dari
27
Kejahatan adalah pokok penyelidikan dalam kriminologi, artinya
harus dipenuhi oleh para penyidik sama dengan dalam ilmu pengetahuan
lain (kejujuran, tidak berat sebelah, teliti dan lain-lain seperti dalam semua
berikut:
rumusan dan definisi dari berbagai ahli kriminologi Garafalo misalnya yang
28
menimbulkan sanksi pidana sedangkan Bonger menganggap kejahatan
sebagai suatu perbuatan anti sosial yang sadar dan memperoleh reaksi
29
lebih tepat, walaupun kurang informatif, namun ia
mengungkapkan sejumlah kelemahan yakni pengertian
hukum terlalu luas.
dapat pula menunjang pokok masalah yang akan dibahas. Namun hal ini
tidaklah berarti bahwa tidak boleh memberi batasan sebab suatu batasan
kejahatan, sampai saat ini belum ada suatu definisi yang dapat diterima
dalam arti sempit, yakni kejahatan yang telah dirumuskan dalam undang-
30
Kata kejahatan menurut pengertian sehari-hari adalah setiap
31
kejahatan atau segala tingkah laku manusia, walaupun tidak atau belum
Kata Pencurian berasal dari kata dasar yang mendapat awalan me-
32
Pencurian termasuk kejahatan terhadap harta benda yang diatur
dalam Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 KUHPidana. Adapun jenis-
dengan pemberatan.
keluarga.
disebutkan lagi unsur tindak pidana atau delik pencurian akan tetapi cukup
semua KUHPidana di dunia, disebut delik netral karena terjadi dan diatur
sangat logis apabila jenis tindak pidana ini menempati urutan teratas di
33
antara tindak pidana terhadap harta kekayaan yang lain. Hal ini dapat
1. Perbuatan mengambil;
2. Yang diambil harus sesuatu barang;
3. Barang itu harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain;
4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk dimiliki;
5. Secara melawan hukum;
Ad. 1. Mengambil
barang tersebut sudah pindah tempat. Bila orang baru memegang saja
barang itu dan belum berpindah tempat maka orang itu belum dikatakan
memindahkan barang dari tempatnya semula ke tempat yang lain, hal ini
34
berarti membawa barang tersebut di bawah kekuasaan nyata atau barang
mengembalikannya.
35
Sianturi juga mengatakan bahwa mengenai cara
Karena pada delik pencurian, pada saat pengambilan barang yang dicuri
36
Unsur yang kedua sesuatu barang, Soesilo (1995:250) memberikan
yaitu:
tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak milik.
tentang barang yang menjadi objek pencurian, dalam hal ini baik barang
pencurian.
37
Dari kedua pendapat di atas diketahui bahwa untuk menentukan
sesuatu barang yang dapat menjadi objek pencurian terlebih dahulu harus
dilihat apakah barang itu berguna atau tidak. Dalam hal ini barang itu tidak
orang lain dan sebagian lagi milik pelaku sendiri. Misalnya, A dan B
maka sepeda motor tersebut milik bersama A dan B. Akan tetapi jika A
milik orang lain sebagian atau seluruhnya. Hal ini berarti atas barang
38
Unsur yang keempat yaitu dengan maksud hendak memiliki. Unsur
ini merupakan unsur batin atau subyektif dari si pelaku. Unsur memiliki
adalah tujuan dari si pelaku yang tertanam dalam dirinya atau niatnya.
Oleh karena itu perbuatan mengambil barang orang lain tanpa maksud
KUHPidana.
bahwa pelaku atau pembuat harus sadar dan mengetahui bahwa barang-
barang yang diambilnya adalah milik orang lain. Dengan kata lain hendak
39
Ad. 5. Melawan Hukum
hukum atau tidak, ada dua pendapat yang bias dijadikan pedoman Djoko
40
perbuatan telah mencocoki rumusan undang-undang
yang menggariskan bahwa suatu perbuatan yang
melanggar undang-undang dalam hal ini perbuatan
melawan hukum.
2. Pendapat yang berpendirian ajaran materil bahwa
perbuatan yang mencocoki rumusan undang-undang
belum tentu bersifat melawan hukum, sebab hukum
bukan saja terdiri dari undang-undang, tetapi secara
materil perbuatan itu tidak bertentangan dengan
kehendak masyarakat, maka perbuatan itu tidaklah
melawan hukum.
pencurian yang tercakup mulai dari pasal 362 sampai dengan pasal 367
41
a. Pencurian Biasa
gambar 2 1 bagan
1. Mengambil
2. Suatu barang
42
3. Yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain
1. Dengan maksud
unsur dari tindak pidana pencurian yang terdapat di dalam rumusan Pasal
362 KUHPidana.
berat dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari
pencurian biasa.
dikualifikasikan diatur dalam Pasal 363 dan 365 KUHPidana. Oleh karena
43
Unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat
secara bersama-sama.
44
(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan
45
Ke-2 jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara bersama-sama.
jabatan palsu.
disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam ayat (2)
c. Pencurian Ringan
diperingan.
Pasal 364, jika nilai barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima
puluh rupiah, yang berarti menurut Andi Hamzah (2009:106) Pasal ini
46
adalah Pasal tidur, dikatakan tidur karena menunggu adanya undang-
antarkeluarga, maksudnya antara suami dan istri yang tidak terpisah meja
dan tempat tidur tidak dapat dilakukan penuntutan yang hanya akan
menjadi delik aduan jika terpisah meja dan tempat tidur antara mereka
47
berjalan, kendaraan ini biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang
dan barang atau sebagai alat transportasi akan tetapi kendaraan tersebut
khususnya setelah perang dunia kedua. Hal ini ditandai dengan tahap
misalnya, negara tersebut adalah salah satu negara maju di dunia berkat
bermotor, akan tetapi di lain pihak pula ada sebagian besar golongan
48
Teori-teori sebab kejahatan menurut A.S Alam (2010:45)
melakukan aktivitas kriminal. Teori ini berasumsi bahwa kelas sosial dan
seperti gaji tinggi, bidang usaha yang maju dan lain-lain, mereka menjadi
(illegitimate means).
49
kepada pembahasan delinquency dan kejahatan yang dikaitkan dengan
sambil terus-menerus mencari cara yang paling tepat dan efektif untuk
50
1. Pre-Emtif
Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif di sini adalah upaya-
upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk
mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang
dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-emtif
adalah menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik
sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri
seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan
pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan
hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam
usaha pre-emtif, faktor niat menjadi hilang meskipun ada
kesempatan. Cara pencegahan ini berasal dari teori NKK, yaitu :
niat + kesempatan terjadilah kejahatan. Contohnya, di tengah
malam pada saat lampu merah lalu lintas menyala maka
pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan lalu lintas
tersebut meskipun pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga.
Hal ini selalu terjadi di banyak negara seperti Singapura,
Sydney dan kota besar lainnya di dunia. Jadi dalam upaya pre-
emtif faktor niat tidak terjadi.
2. Preventif
Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari
upaya pre-emtifyang masih dalam tataran pencegahan sebelum
terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif yang ditekankan
adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya
kejahatan. Contoh ada orang ingin mencuri motor tapi
kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada
ditempatkan di tempat penitipan motor, dengan demikian
kesempatan menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Jadi
dalam upayapreventif kesempatan ditutup.
3. Represif
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak
pidana/kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum
(law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
B. Jenis Data
52
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Negeri.
b. Data Sekunder
tersedia.
C. Sumber Data
53
Semua data sekunder yang bersifat menjelaskan bahan hukum
antara lain:
penelitian ini.
54
3) Bahan Hukum Tersier
yaitu dengan menjelaskan apa yang menjadi isu dalam penelitian ini
55
BAB III
Makassar
menjadi salah satu tindak kriminal yang cukup menonjol di kota Makassar.
bermotor di kota Makassar yang terdiri dari data jumlah kasus yang
56
dapatkan dari hasil penelitian di POLRESTABES Makassar yang dapat
Tabel 1
Jumlah Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Makassar
Tahun 2007-2011 yang Dilaporkan dan Kasus yang selesai
2010 jumlah kasus yang diselesaikan paling banyak. Apabila diuji maka
dapat dijabarkan bahwa pada tahun 2007 sebanyak 374 kasus yang
dilaporkan dan yang diselesaikan 36 kasus atau hanya sekitar 9,6%, pada
tahun 2008 sebanyak 453 kasus dan yang diselesaikan 61 kasus atau
hanya sekitar 13,4%, pada tahun 2009 sebanyak 785 kasus yang
dilaporkan dan yang diselesaikan 78 kasus atau sekitar 10%, pada tahun
2010 sebanyak 698 kasus yang dilaporkan dan yang diselesaikan 122
kasus atau hanya sekitar 17,4, dan pada tahun 2011 sebanyak 865 kasus
dan yang diselesaikan 89 kasus atau hanya sekitar 10,3%. Dapat dilihat
dari kedua kolom di atas bahwa ada perbedaan signifikan antara jumlah
57
diselesaikan tidak ada yang lebih dari 20% dari jumlah kasus yang
Tabel 2
Usia Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Makassar Tahun 2007-2011
58
1. 8-14 2 10%
2. 15-20 5 25%
3. 21-30 8 40%
4. 31-40 4 20%
5. >41 1 5%
Jumlah 20 100%
Sumber data : Lembaga Permasyarakatan klas I Makassar 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa yang paling banyak melakukan
tingkatan umur. Apabila keduanya itu seimbang maka tidak akan terjadi
sesuatu yang negatif, begitu pula sebaliknya jika keseimbangan itu tidak
59
usia mempengaruhi cara berpikir untuk melakukan sesuatu, karena usia
pintas yakni melakukan kejahatan pencurian. Hal ini sesuai dengan hasil
dengan niat untuk memiliki motor tanpa disertai dengan niat untuk menjual
motor tersebut.
oleh beberapa faktor. Selama di dalam masyarakat itu ada sesuatu yang
60
memperhatikan lingkungan sekitarnya sehingga si miskin berada pada
a. Faktor Ekonomi
sering lupa diri dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan
umumnya ibu yang sudah janda), atau isteri atau anak maupun anak-
sulit di dapat. Oleh karena itu, maka seorang pelaku dapat termotivasi
61
Faktor ini penulis kemukakan karena sesuai dengan hasil
Tabel 3
Tingkat Pendapatan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota
Makassar Tahun 2007-2011
3 Tinggi (≥ 900.000) - -
Jumlah 20 100%
Sumber Data : Lembaga Permasyarakatan klas I Makassar 2012
62
dikategorikan dalam tingkat berpendapatan rendah, pendapatannya
sekitar kurang dari Rp. 250.000 per bulan sebanyak 16 orang atau 80%
900.000 per bulan mencapai 4 orang atau sekitar 20%. Golongan pelajar
pada orang tua dan masih mendapatkan uang jajan yang jumlahnya tidak
bermotor.
Hal ini berkaitan erat dengan faktor pekerjaan, dari hasil kuesioner
63
terpaksa melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan untuk menghidupi
keluarganya.
Makassar yang bernama Ferdy, buruh (35 tahun) yang juga seorang
bermotor dengan niat untuk dijual dan uangnya untuk membiayai istri dan
nekat seorang diri untuk mencuri motor. Ferdy ditangkap saat membawa
diri.
b. Faktor Pendidikan
Tabel 4
64
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase(%)
1. SD 12 60%
2. SMP 5 25%
3. SMU 3 15%
4. PT - -
Jumlah 20 100%
Sumber Data : Lembaga Permasyarakatan Klas I Makassar 2012
SMU sebanyak 3 orang atau 15%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
rendah diri serta kurang kreatif sehingga tidak ada kontrol terhadap
itu penulis batasi seperti pendidikan yang kurang berhasil adalah dari
65
pelaku pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di kota Makassar pada
umumnya adalah buruh yang pekerjaannya tidak tetap. Hal itu disebabkan
tingkah laku jahat karena faktor pendidikan ini penulis anggap penting
merugikan masyarakat.
bermotor.
c. Faktor Lingkungan
66
Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh
watak, serta kepribadian seseorang. Hal ini dapat dilihat pada kasus
mereka pasti baik pula dan apabila bergaul dengan orang yang suka
dipengaruhinya.
ada tukang parkir, begitu pula kurang hati-hatinya para pemilik kendaraan
67
d. Faktor Lemahnya Penegakan Hukum
bermotor dipandang dari sudut manapun harus diberantas dan tidak boleh
68
masih ada manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai kepentingan
yang berbeda, maka sebelum itu pula masih ada namanya kejahatan
pencurian.
itu polisi akan selalu berkaitan dengan peranan pokok polisi dalam
titik pusat kegiatan serta arah operasi khususnya bagi aparat kepolisian
69
pengembangan dari hasil penindakan; pengejaran para
a. Upaya Preventif
misalnya diaktifkan karang taruna, remaja mesjid, olah raga dan lain
sebagainya.
dianggap turut memegang peranan penting agar hasil dan tujuan yang
70
dan turut bertanggung jawab dalam usaha pencegahan pencurian
atau alarm.
b. Upaya Represif
71
Usaha tersebut bertujuan untuk mengembalikan keresahan yang
tidak melakukan kejahatan lagi, dan kalau perlu harus diberikan sanksi
hukum yang berat supaya pelaku pencurian kendaraan bermotor itu tidak
apakah terbukti atau tidak. Begitu pula kalau terbukti melakukan kejahatan
permasyarakatan.
72
4. Memberikan keterampilan sesuai dengan bakatnya masing-
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
tersebut.
73
2. Upaya yang harus dilakukan dalam menanggulanginya adalah
B. Saran
74
2. Sangat diharapkan kepada aparat kepolisian serta para
sudah berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
75
Prakoso, Djoko, 1988, Hukum Penitensier Di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta.
76
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Sumber Internet :
http://scribd.com/doc/50200257/cic-Kriminologi-sari-kuliah
77
LAMPIRAN
Dafpus
{Bibliography}
78