Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH POSISI OKSIPITALIS

POSTERIOR PERSISTEN (POPP)

Disusun Oleh

Nailis’S Arifin (P27824418013)

Marselina Indi Nur Nazuba (P27824418014)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Prinsip Kode Etik dengan sebaik-baiknya. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah
ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi
pembaca.

Surabaya, 28 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................

1.2 Tujuan …………………………………………………………………………….........

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................


2.1 Oksipitalis Posterior Persisten.........................................................................................

2.2 Etiologi............................................................................................................................

2.3 Mekanisme Persalinan.....................................................................................................

2.4 Diagnosis dan Deteksi Dini.............................................................................................

2.5 Prognosis.........................................................................................................................

2.6 Penanganan......................................................................................................................

2.7 Komplikasi......................................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh berbagai factor,
antara lain dengan adanya kelainan presentasi, posisi dan perkembangan janin intra
uterine. Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin dengan ukuran
yang besar, janin dengan ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra
uterin juga tidak jarang menyebabkan gangguan proses persalinan. Saat ini tidak ada
metode yang akurat untuk meramalkan secara pasti tentang adanya.
Disproporsi Fetopelvik baik secara klinis maupun menggunakan alat radiologis oleh
sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu mengetahui bagaimana mendeteksi secara dini
penyulit- penyulit yang akan terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, dan janin. Terutama
kasus  malposisi dan malpesentasi, agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat
melakukan penanganan yang tepat.
1.2 Tujuan
Agar lebih mudah memahami tentang kelainann letak ketika persalinan, khususnya
Oksipitalis Posterior Persisten.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Oksipitalis Posterior Persisten

Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat
berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan kiri belakang atau kanan
belakang. Meskipun ubun-ubun kecil berada di kiri atau di kanan belakang pada umumnya
tidak akan terjadi kesulitan perputarannya ke depan, yaitu bila kepala janin dalam keadaan
fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal. Dalam keadaan fleksi, bagian
kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah oksiput. Oksiput akan memutar ke
depan karena dasar panggul dengan muskulus levator ani-nya masih membentuk ruang yang
lebih luas di depan, sehingga memberikan tempat yang lebih sesuai bagi oksiput. Dengan
demikian keberadaan ubun-ubun kecil di belakang masih dapat dianggap sebagai variasi
persalinan biasa. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang ubun-ubun kecil tidak
berputar ke depan, sehingga tetap dibelakang. Keadaan ini dinamakan posisi oksiput posterior
persisten.

Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP dengan oksiput berada pada segmen
posterior panggul. Sebagian besar keadaan ini terjadi pada arsitektur panggul yang normal,
sebagian kecil terjadi pada bentuk android. Diagnosa ditegakkan melalui palpasi abdomen
dimana punggung janin teraba disatu sisi pinggang ibu dan dilokasi tersebut DJJ terdengar
paling keras. Pada persalinan, pemeriksaan VT dapat memberi informasi yang lebih banyak
dengan terabanya occiput dan ubun-ubun besar. Selama persalinan berlangsung, kepala janin
memperoleh tekanan kearah pelvis sehingga terjadi fleksi kepala. Setelah dilatasi lengkap,
proses persalinan selanjutnya dapat terjadi melalui satu dari 3 kemungkinan dibawah : 
2.2 Etiologi

Salah satu sebab terjadinya posisi oksiput posterior persisten tersebut ialah usaha
penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Sebagai contoh, misalnya apabila
diameter anteroposterior panggul lebih panjang dari diameter transversal seperti pada panggul
antropoid atau segmen depan menyempit seperti pada panggul android, maka ubun-ubun
kecil akan mengalami kesulitan memutar ke depan. Sebab-sebab lain ialah otot-otot dasar
panggul yang sudah lembek pada multi para atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga
tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar kedepan.

2.3 Mekanisme Persalinan

Bila hubungan antara panggul dengan kepala janin cukup longgar, persalinan pada
posisi oksiptalis posterior persisten dapat berlangsung secara spontan, tetapi pada umumnya
lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah simpisis.

Mekanismenya dimulai dari setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-ubun
besar berada dibawah simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion,
oksiput akan lahir melalui perineum, diikut bagian kepala yang lain. Kelahiran janin dengan
ubun-ubun kecil dibelakang menyebabkan regangan yang besar pada vagina dan perineum,
hal ini disebabkan kaena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat
menambah fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal, sehingga
kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih
besar dibandingkan dengan sirkumferemsia suboksipitobregmatika. Kedua keadaan tersebut
dapat menimbulkan kerusakan pada vagina dan perineum yang luas.

2.4 Diagnosis Dan Deteksi Dini

 Posisi oksiput posterior berada diarah posterior dari panggul ibu.


 Pada pemeriksaan abdomen, bagian bawah perut mendatar, ekstremitas janin teraba
anterior, DJJ terdengar disamping.
 Pada Pemeriksaan vagina, fontanella posterior dekat sakrum, fontanella anterior
dengan mudah teraba jika kepala dalam keadaan defleksi.
 Deteksi dini dari posisi oksiput posterior bisa diketahui secara dini saat melakukan
pemeriksaan dalam fontanel terdapat di posterior, sutura sagitalis longitudinal, dan
pada pemeriksaan USG.
2.5 Prognosis

Fitzpatrick dkk (2001) , Ponkey dkk (2003) : membandingkan prognosa antara 246
pasien POPPersisten dengan presentasi occiput anterior (POA) dan tercatat adanya
komplikasi persalinan yang lebih tinggi pada POPP dibandingkan pada POA. 
Hanya 40% kasus POPP yang dapat mengalami persalinan spontan pervaginam. 
12% kasus POPP berakhir dengan SC atas indikasi distosia. 

Jalannya persalinan pada posisi oksiput posterior sulit diramalkan hal ini di sebabkan
karena kemugkinan timbulnya kesulitan selalu ada. Persalinan pada umumnya berlangsung
lebih lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar, sedangkan kematian perinatal
lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan dimana ubun-ubun kecil berada di depan.

2.6 Penanganan

Dalam menghadapi persalinan dengan ubun-ubun kecil dibelakang, sebaiknya


dilakukan pengawasan persalinan yang seksama dengan harapan terjadinya persalinan
spontan. Tindakan untuk mempercepat jalannya persalinn dilakukan apabila kala II terlalu
lama, atau ada tanda-tanda bahaya terhadap janin.

Karena ekstraksi cunam pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah bila
ubun-ubun berada didepan, maka harus diusahakan lebih dahulu apakan ubun-ubun kecil
dapat diputar ke depan. Perputaran kepala tersebut dapat dilakukan dengan tangan penolong
dimasukkan kedalam vagina atau dengan cunam. Apabila putaran dapat dilakukan dengan
mudah maka akan dilahirkan dengan ubun-ubun kecil di depan. Tetapi bila hal tersebut sulit
atau yang melakukan pembedahan kurang pengalaman, hendaknya putaran tersebut tidak
dipaksakan dan janin dilahirkan dengan cunam dalan keadaan uun-ubun kecil tetap
dibelakang. Untuk itu diperlukan tindakan episiotomi medio lateral yang cukup luas. Tetapi
pada waktu dilakukan tarikan, ada kalanya terjadi perputaran secara spontan, sehingga ubun-
ubun kecil berada di depan.

Pada presentasi belakang kepala, kadang-kandang kala II mengalami kemacetan


dengan kepa janin sudah berada di dasar panggul dan posisi ubun-ubun kecil melintang.
Keadaan ini dinamakan posisi melintang tetap rendah (deep transverse arrest). Apabila ada
alamat untuk menyelesaikan persalinan dapat dilakukan ekstraksi vakum atau dilakukan
ekstraksi cunam yang dipasang miring terhadap kepala miring terhadap panggul.
Penanganan Khusus

 Jika ada tanda-tanda persalinan macet atau DJJ lebih dari 180 atau kurang dari 100
pada fase apapun lakukan seksio sesaria.
 Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban dengan pengait amnion atau klem kokher.
 Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda-obstruksi, akselerasi
persalinan dengan oksitosin.
 Jika pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, periksa
kemungkinan adanya obstruksi
- Jika tidak ada tanda obstruksi, akselerasi persalinan dengan oksitosin.
 Jika pembukaan lengkap dan jika :
- Kepala janin teraba 3/5 atau lebih diatas simpisis pubis(pintu atas panggul) atau
kepala diatas (-2) lalukan seksio sesaria.
- Kepala janin diantara 1/5 dan 3/5 diatas simpisis pubis atau bagian terdepan
kepala janin diantara stasion 0 dan -2 :
o Lakukan ekstraksi vakum
o Atau sectio esaria
- Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis atau bagian terdepan dari kepala
janin berada pada stasion 0, lakukan ekstraksi vakum.

2.7 Komplikasi Terhadap Ibu Dan Janin


Selain persalinan yang lama beserta segala risikonya terhadap ibu dan janin dan
peningkaatan kecenderungan persalinan dengan alat, berikut ini berbagai komplikasi yang
dapat terjadi :
a. Persalinan macet
Hal ini dapat terjadi jika kepala mengalami defleksi atau ekstensi sebagian dan
terjadi terjepit didalam pelvis.
b. Trauma maternal
Pelahiran dengan forceps dapat menyebabkan luka memar dan trauma
perineum. Pelahiran janin pada posisi oksipitoposterior persisten, terutama jika
sebelumnya tidak terdiagnosis dapat menyebabkan robekan derajat tiga (Pearl et al
1993).
c. Trauma Neonatal
Trauma neonatal yang terjadi setelah pelahiran dari posisi oksipitoposterior
berkaitan dengan dilakukannya pelahiran dengan forsep atau ventouse.prognosis
untuk neonatus yang dilahirkan dari posisi oksipitoposterior sebanding dengan yang
diharapkan pada bayi yang dilahirkan dari posisi oksipitoanterior.
d. Prolaps tali pusat
Letak kepala yang tinggi menyebabkan ketuban pecah yang dini dan spontan,
yang bersama dengan bagian presentasi janin yang tidak pas dapat menyebabkan
terjadinya prolaps tali pusat.
e. Perdarahan serebral
Mulase ke atas pada tengkorak janin yang ditemukan pada posisi
oksipitoposterior, dapat menyebabakna perdarahan intrakranial, sebagai akibat
tertariknya falks serebri dari tentorium serebeli.
BAB III
PENUTUP

Posisi Oksipito posterior adalah jenis malposisi oksiput yang paling sering dan terjadi
pada kira-kiran 10% persalinan. Posisi oksipitoposterior yang persisten terjadi akibat
kegagalan rotasi internal sebelum pelahiran. Malposisi ini terjadi pada 5% pelahiran (Pearl et
al 1993).
Kelaianan Malposisi dan Malpresentasi dapat mengganggu terjadi persalinan, yaitu
dapat mengakibatkan partus macet, dan kematian perinatal. Oleh sebab itu tenaga kesehatan
terkhusus bidan sangat penting mengetahui bagaimana itu Malposisi dan Malpresentasi,
termasuk Etiologi, patofisiolog, diagnosis, dan penanganannya. Agar supaya penanganan
yang tepat dapat diberikan dengan baik dan hal-hal yang buruk yang merugikan kedua belah
pihak dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai