Anda di halaman 1dari 8

DASAR – DASAR ILMU TANAH

KELAS AGRO B
NAMA : KELVIN DWIKY NUGRAHA
NO BP : 1610213011
TOPIK : TANAH MASAM DAN PERMASALAHAN

1. Tanah masam dan masalahnya


Tanah masam adalah tanah yang telah mengalami pelapukan dan hancuran
iklim serta mengalami pencucian yang intensif yang ditandai dengan tingkat
keasaman pH < 6. Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas
tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam
tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya
H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-,
sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila
kandungan H+ sama dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai
pH = 7.
Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5
sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun
sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-
tanah sangat masam dengan pH < 3 yang disebut tanah sangat masam karena
banyak mengandung asam sulfat.
Tanah yang masam dapat menyebabkan penurunan ketersediaan unsur
hara bagi tanaman akibat kekurangan unsur hara Ca dan Mg, meningkatkan
dampak unsur beracun dalam tanah akibat tingginya kandungan Al3+,
berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis terganggu, mempengaruhi
fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti fiksasi
nitrogen oleh rhizobium dan terakumulasinya ion H+ pada tanah sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman.
Senyawa pirit (ferit) tersebut merupakan sumber masalah pada tanah
tersebut. Selain itu jika tanah ini dikeringkan atau teroksidasi, maka senyawa pirit
akan membentuk senyawa feri hidroksida Fe(OH)3 sulfat SO42- dan ion hidrogen
H+ sehingga tanah menjadi sangat masam. Akibatnya kelarutan ion-ion Fe2+,
Al3+ dan Mn2+ bertambah di dalam tanah dan dapat bersifat racun bagi tanaman.
Ketersediaan fosfat menjadi berkurang karena diikat oleh besi atau aluminium
dalam bentuk besi fosfat atau aluminium fosfat. Biasanya bila tanah masam
kejenuhan basa menjadi rendah, akibatnya terjadi kekahatan unsur hara di dalam
tanah.

2. Potensi tanah masam


Secara umum lahan bukaan baru yang berasal dari lahan masam dan
marginal kondisi tingkat keasaman tanah pada kisaran pH 4,0-5,0. Sedangkan
umumnya tanaman membutuhkan kondisi keasaman yang ideal pada pH 6,0-6,5.
Kesuburan yang rendah pada areal lahan baru mengakibatkan produktivitas hasil
yang didapatkan juga rendah.
Teknologi yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan masam atau
lahan baru adalah pemberian material kesuburan lahan berupa dolomit. Kebutuhan
dolomit pada lahan bukan baru yang ideal adalah 4 ton/ha. Peningkatan kesuburan
tanah tentu akan berbanding lurus dengan peningkatan produksi dan kesejahteraan
petani.
Peningkatan kesuburan tanah di lahan sulfat masam dilakukan dengan
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Antara lain, pertama, untuk
meningkatkan pH tanah dilakukan aplikasi unsur Kalsium (Ca) dan Magnesium
(Mg). Kedua, meningkatkan ketersediaan unsur hara P dengan aplikasi reaktif
pupuk posphat. Ketiga, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dengan
aplikasi bahan organik, mikoriza, hayati dan amelioran lainnya.
Potensi pengembangan lahan untuk pertanian yang belum dimanfaatkan
masih cukup besar. Misalnya, lahan rawa dari total luas 34,1 juta ha potensi untuk
pertanian sekitar 20 juta hektare. Dari luasan itu yang baru dimanfaatkan sekitar
3,68 juta ha (18%), sehingga masih terdapat 16,32 Juta ha (82%) yang belum
dimanfaatkan. Sedangkan lahan kering eksisting dari 17 juta hektare. Sementara
yang masih potensial seluas 24,7 Juta hektare berada kawasan budidaya pertanian
(APL) seluas 5,7 juta ha, di kawasan Hutan Produksi (HP) 14,6 Juta hektare dan
4,4 juta hektare dikawasan Hutan Produksi Konservasi (HPK) sebagai lahan
cadangan.
Kemasaman tanah dapat diatasi dengan aplikasi dolomit. Sebab, pupuk
dolomit tidak hanya mengandung kapur, tapi juga mengandung unsur Magnesium
yang cukup tinggi. Selain dolomit juga perlu diaplikasikan pupuk raw posphat dan
bahan organik. Pengelolaan lahan alih fungsi hutan menjadi kebun karet dan
kelapa sawit di tanah masam adalah keseimbangan nutrisi dimana input nutrisi.
Dalam hal ini pupuk disesuaikan dengan output nutrisi.

3. Penyebab dan masalah -  masalah kemasaman tanah


Penyebab Tanah Masam
Tanah bereaksi masam (pH rendah) adalah karena tanah kekurangan
Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO), ini disebabkan oleh:
a. Curah hujan tinggi, pada daerah dengan iklim tropika basah, dengan curah
hujan yang tinggi, secara alami tanah akan menjadi masam akibat pencucian
unsur hara yang ada.
b. Pupuk pembentuk asam, Pupuk nitrogen seperti Urea, ZA, Amonium Sulfat,
Kcl, ZK adalah pupuk yang mempunyai pengaruh mengasamkan tanah.
c. Drainase, Drainase yang kurang baik, genangan air yang terus menerus pada
tanah yang berawa, tanah pada keadaan yang demikian selalu asam.
d. Adanya unsur berlebihan, Al (Alumunium), Fe (Besi) dan Cu (Tembaga)
dalam kadar yang berlebih, seperti disekitar pegunungan verbek atau daerah
tambang nikel, besi dan tembaga selalu di jumpai tanah asam.
e. Proses dekomposisi bahan organik, Pada tanah berbahan organik tinggi seperti
pada tanah gambut selalu dijumpai tanah asam dengan pH rendah, hal itu
karena proses dekomposisi bahan organik yang dalam prosesnya akan
mengusir dan mengeluarkan unsur (Kalsium) CaO dari dalam tanah.

4. Hubungan tanaman / reaksi  tanah


Tingkat keasaman tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung berupa ion Hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu
tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah
mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Sebaliknya, untuk tanah gembur, pH
tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.
Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah
mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman.
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri
tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah
banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-
masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan
dengan masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat
dari tanah, reaksi tanah, dan pengelolaannya.
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan
mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah
yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang.  
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat
tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-
tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang
rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin
tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai
pH tinggi unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena
mengendap. Reaksi tanah mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah.
Pada pH sekitar netral, bakteri aktif melapuk bahan organik, sedang pada tanah
masam pelapukan lebih banyak dilakukan oleh cendawan. Pada pH yang terlalu
rendah aktivitas memfiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya
unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada
pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air.  Mengingat besarnya
pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan
penyelidikan guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang
dapat dilakukan bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk
keperluan budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam
pengasaman tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan
magnesium) disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan
terjadinya pengasaman tanah. Jenis Tanaman tertentu juga mempengaruhi
pengasaman tanah. Semakin rendah tingkat keasaman dalam tanah maka semakin
banyak kandungan organik  didalam tanah. Penilaian mengenai produktivitas atau
kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia
dan biologis tanah.  Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya
dalam menentukan kesuburan tanah.  Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini
rendah, sementara yang lainnya tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum
belum dapat tercapai.

5. Cara-cara pengendalian Tanah masam


a. Pengapuran
Pengapuran adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah keasaman dan kejenuhan AI yang tinggi. Dengan pemberian kapur pada
tanah maka dapat mengubah tanah yang sifatnya sangat masam atau masam
hingga mendekati pH netral. Selain itu kapur juga bisa menurunkan kadar AI.
Terdapat hubungan yang sangat nyata antara kapur dengan AI serta kejenuhan AI.
Pembesrian kapur ini dosisnya bisa kita sesuaikan dengan pH tanah, pada
umumnya antara 1 – 5 t/ha. Untuk jenis kapur yang baik adalah jenis kapur
magnesium atau dolomit yang bisa sekaligus mensuplai Ca dan Mg.
b. Pemberian bahan organik secara intensif
Solusi yang kedua untuk mengatasi tanah masam adalah pemberian bahan
organik secara intensif. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan
tanah ternyata juga memiliki peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah.
Peranan bahan organik ini dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki
aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah sehingga
mudah untuk diolah. Penyediaan bahan- bahan organik juga bisa melalui
pertanaman lorong. Selain itu penanaman tanaman tertentu juga bisa membantu
peningkatan kadar pH tanah, salah satunya adalah Flemingia sp.
c. Pemberian pupuk Phospat secara intensif
Kekahatan P pada tanah menjdai kendala utama bagi kesuburan tanah
masam. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian pupuk Phospat dengan kadar tinggi
pada tanah. Untuk mengatasi kendala kekahatan ini, pada umumnya digunakanlah
pupuk Phospat yang mudah larut seperti TSP, SP-36, SSP, DAP. Pupuk- pupuk
tersebut mudah larut dalam air sehingga sebagian sebagian besar P segera
difiksasi oleh AI dan Fe yang terdapat di dalam tanah dan P menjadi tidak
tersedian lagi bagi tanaman.
d. Melakukan pengaturan sistem tanam
Pengaturan sistem tanam sebenarya hanya bersifat untuk mencegah
keasaman tanah terjadi atau lebih parah. Untuk mempertahankan kesuburan tanah
biasanya petani memberakan tanah atau membiarkan semak belukar tumbuh di
lahan yang sudah diusahana dalam masa tertentu. Para petani percaya bahwa
tanaman akan lebih subur apabila ditanam pada lahan yang sudah diberakan.
e. Pemberian mikroorganisme pengurai
Pemberian mikroorganisme pengurai juga cukup membantu dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini untuk mempercepat penguraian-
penguraian bahan organik yang berada di area lahan.

6. Tujuan pengapuran
Tujuan utama dari pengapuran ini ialah untuk meningkatkan pH tanah dari
pH masam menjadi pH netral dan menurunkan konsentrasi Al pada tanah.
Pengaplikasian kapur pertanian yang paling efektif adalah disebarkan secara
merata ke seluruh lahan sebelum pengolahan tanah. Ini dimaksudkan agar kapur
dapat bereaksi di lapisan dalam tanah hingga kedalaman 20 cm, yakni di seluruh
zona perakaran tanaman.

7. Bahan dan kebutuhan kapur


Kapur pertanian sendiri adalah kondisioner tanah untuk menurunkan
derajat keasaman yang terbuat dari batuan kapur yang telah diolah atau
dihancurkan terlebih dahulu menjadi debu atau kadang disebut juga kapur
dolomit. Ada tiga bentuk kapur pertanian yang pada umumnya digunakan oleh
petani untuk mengatasi masalah tanah asam, yaitu:
Kapur Tohor
Yaitu jenis kapur yang pembuatannya melaui proses pembakaran. Kapur
ini sering disebut dengan kapur pertanian. Secara ilmiah kapur ini disebut calsium
oksida (CaO).
Kapur Tembok
Merupakan jenis kapur hasil pembakaran pada kapur tohor, yang
kemudian ditambahkan dengan air yang dalam bahasa kimianya disebut calsium
hidroksida.
Kapur Karbonat
Merupakan kapur yang bukan melaui proses pembakaran tetapi digiling
langsung, kapur karbonat ini ada dua macam, yaitu kalsit dan dolomit. Untuk
kapur kalsit mengandung kalsium oksida 47%, dan kalsium karbonatnya 85%.
Sementara untuk dolomit mengandung kalsium oksida dan magnesium oksida
47% serta kalsium karbonat dan magnesium karbonatnya 85%.

8. Cara menentukan kebutuhan kapur


Cara sederhana untuk menentukan kebutuhan kapur adalah dengan
menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual yang
terukur sebelum pengolahan tanah.  Untuk menaikkan 1 point pH tanah
diperlukan 2 ton (2.000 kg) kapur pertanian per hektar.  Sebagai contoh, pH tanah
aktual suatu lahan menunjukkan angka 4,3, sedangkan pH tanah yang diharapkan
adalah 6,0.  Berikut jumlah kapur pertanian yang diperlukan untuk menaikkan pH
tanah dari 4,3 menjadi 6,0.

Jumlah kapur pertanian yang diperlukan = (6,0-4,3) X 2.000 kg = 3.400 kg kapur


per hektar.

9. Cara penggunaan kapur


Metode 1 : Penyebaran ke Lahan secara Merata
Untuk memperbaiki kondisi tanah, kapur dolomit bisa disebarkan dengan
cara menaburkannya ke area lahan. Kapur ini harus benar-benar disebarkan ke
seluruh bagian lahan secara merata. Proses ini biasanya dikerjakan pada saat tahap
pengolahan lahan dan sebelum proses penanaman bibi tumbuhan. Lahan yang
sudah diberi kapur ini selanjutnya didiamkan selama 2-3 minggu agar kondisinya
normal kembali.
Taburkan kapur dolomit secara merata setelah pengolahan tanah pada
tahap pertama.kapur ini harus dicampurkan ke tanah melalui mekanisme
pengolahan tanah tahap kedua. Waktu pemberian kapur sebaiknya dilakukan
paling cepat 2 minggu sebelum waktu penanaman bibit dimulai yaitu pada awal
musim penghujan sehingga reaksinya dapat berjalan dengan baik. Dalam sekali
pemberian kapur dolomit cukup untuk jangka waktu selama 5 tahun mendatang.
Jadi sebaiknya gunakanlah 2-3 kali takaran yang dibutuhkan. Sehingga pada
pemberian kapur berikutnya yakni tahun ke-6, takaran kapur yang dipakai adalah
0,25 dari takaran semula.
Metode 2 : Penaburan Pada Lubang Tanam
  Kapur dolomit juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dasar pada proses
pembudidayaan tanaman perkebunan. Caranya adalah pupuk ini ditaburkan
dengan dosis secukupnya ke dalam lubang tanam. Setelah itu, tutupi lapisan kapur
tersebut menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang. Biarkan lubang tanam
dalam waktu 2-3 minggu sebelum boleh digunakan. Berikutnya Anda bisa
menanamkan bibit ke dalam lubang tersebut.
Metode 3 : Pencampuran dengan Pupuk ZA
  Kapur dolomit pun dapat disebarkan bersama dengan pupuk ZA dengan
mencampurkannya terlebih dahulu. Campuran ini selanjutnya berguna untuk
menyediakan unsur hara bagi tanaman berupa Magnesium dan Sulfat nitrogen
tanpa menurunkan kadar keasaman tanah. Adapun metode penerapannya yaitu
campuran kapur dolomit dan pupuk ZA ini disebarkan secara merata dalam
larikan yang sejajar di dalam barisan tanaman, di sekeliling tanaman, atau
dimasukkan ke dalam lubang khusus yang dibuat di sisi kanan dan kiri tanaman.

Anda mungkin juga menyukai