Pondok Peantren PDF
Pondok Peantren PDF
POLA SAYURAN-TERNAK-IKAN
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial,
Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)
Oleh:
RATU NURUL HANIFAH
A14103041
Oleh:
RATU NURUL HANIFAH
A14103041
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian,
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
bungsu dari pasangan M. Yadi Mulyadi dan Siti Aisyah Priyati. Penulis
tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTP Lab School, Jakarta dan
SMA di Madania Boarding School, Parung, Bogor dan lulus pada tahun 2003.
Agricultural Student and Related Sciences). Selain itu sejak tahun 2005 penulis
bekerja sebagai staf pengajar di lembaga kursus Bahasa Inggris English Avenue.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul ”Pendapatan Petani dalam Usahatani
Integrasi Ternak, Sayuran dan Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq,
Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten
Bandung)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat penelitian untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sayur-sayuran menghasilkan produk samping yang bila tidak dikelola
dengan baik, berpotensi mengganggu lingkungan. Masalah ini dapat diatasi
antara lain dengan memberikan limbah tersebut pada ternak sapi yang juga
berperan sebagai penghasil pupuk organik. Inovasi teknologi ini memungkinkan
sapi dipelihara dengan biaya minimum karena bahan pakan tersedia sepanjang
waktu. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan dorongan
untuk lebih meningkatkan program pengembangan sistem dan usaha agribisnis
pola integrasi.
Penulis menyadari bahwa tidak ada tulisan yang benar-benar sempurna.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan saran dan kritik yang
membangun guna penyempurnaan skripsi dan penelitian ke depan. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan
hidayah-Nya. Dengan segala kerendahan hati, melalui tulisan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Dwi Rachmina, MS., selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran
dalam membimbing, ilmu dan pengalaman, serta dorongan yang selalu
diberikan selama proses penelitian dan penulisan.
2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS., selaku dosen penguji utama atas kritik dan
sarannya yang sangat membangun dan memperkaya tulisan ini.
3. Etriya, SP., MM., selaku dosen penguji perwakilan departemen atas kritik,
dan sarannya yang sangat membangun dan memperkaya tulisan ini.
4. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq KH. Fuad Affandy, putera-puteri
Mang Haji (Om Dandan, Ibu Enung, Teh Neneng, dll.), santri dan santriat
yang telah banyak membantu dalam penelitian di lapangan.
5. Penyuluh Pertanian Ahli Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ir. Djedje
selaku pembimbing LM3 yang telah banyak membantu dalam penelitian di
lapangan.
6. Dr. Anna Laksanawati H. Dibiyantoro, MS., Peneliti Utama Balai Penelitian
Sayuran Departemen Pertanian, yang telah memberikan masukan selama
penelitian di lapangan.
7. Sahabat-sahabat terbaikku Ali-Yuli-Alya, Reny, Icha, Ila, Nisa dan keluarga,
atas masukan, saran dan bantuannya selama proses studi di IPB.
8. Rekan-rekan AGB 40, 41, dan 42 atas persahabatan yang indah semoga
tali silaturahmi ini tetap terjaga.
9. My beloved family: Papih, Mamih, A Dian, Kak Evi, A Panpan, A Irfan, Teh
Irma, Kak Joe, Kak Sis dan keluarga, Saki, Hafidz, Nisa, dan Kifa. Yes, i’ve
been act on my desire and proud to say that i’ve achieved truly remarkable
results.
10. Cepi Tri Sumantri, S.KH. yang memberikan inspirasi pemilihan topik
penelitian ini serta memberikan dukungannya selama penulisan.
11. Keluarga besar English Avenue, atas kesempatan yang diberikan untuk
selalu berkarya.
DAFTAR ISI
No Hal
1 Produksi dan Penjualan Pupuk Tahun 2000-2005 (Revisi)
dalam 000 (ton) ...................................................................................... 1
2 Perkembangan Nilai PDB Sub Sektor Pertanian Tahun 2000-2004
(Milyar Rp) ............................................................................................. 3
3 Perbandingan Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Tanaman
Pangan dan Ternak Sapi yang Dikelola Secara
Parsial dan Terpadu Menurut Agroekosistem di Indonesia, 2003 ........... 15
4 Susunan Bahan Makanan yang Terkandung pada Hasil Samping
Tanaman Setiap 100 kg ......................................................................... 23
5 Kotoran Padat dan Cair dari Beberapa Jenis Ternak Dewasa ................ 23
6 Satuan Hitung Ternak ............................................................................. 24
7 Perbandingan Penggunaan Pupuk Anorganik dengan dan
Tanpa Penggunaan Pupuk Organik pada Usahatani Padi
pada Petani Contoh Menurut Agroekosistem, 2003 ................................ 26
8 Perolehan Data Primer pada Pondok Pesantren Al-Ittifaq ....................... 32
9 Pembagian Kerja Santri Kobong dan Santri Mukim Pondok Pesantren
Al-Ittifaq (data terakhir, April 2007).......................................................... 56
10 Rincian Luas Lahan Kebun-kebun yang Digarap Oleh Pondok
Pesantren Al-Ittifaq.................................................................................. 59
11 Jumlah Permintaan Sayuran dari Swalayan pada Bulan Maret 2007
untuk Pondok Pesantren Al-Ittifaq (kg) .................................................... 61
12 Penggunaan Benih dan Bibit pada Usahatani Sayuran
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun .................................... 62
13 Jenis dan Jumlah Kebutuhan Pupuk pada Usahatani Sayuran
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq................................................................. 64
14 Jenis dan Jumlah Kebutuhan Pestisida pada Usahatani Sayuran
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu tahun ..................................... 66
15 Alokasi Penggunaan Tenaga Kerja Santri (aktual) pada Usahatani
Sayuran di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu tahun ....................... 68
16 Peggunaan Jam Kerja Efektif per Komoditas pada Usahatani Sayuran
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu tahun ..................................... 69
17 Nilai Penyusutan Alat-alat yang Digunakan pada Usahatani Sayuran
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun .................................... 70
18 Panen yang Dihasilkan Usahatani Sayuran dalam Satu Tahun di
Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun........................................ 73
19 Produksi dan Kebutuhan Sayuran dalam Satu Tahun di
Pondok Pesantren Al-Ittifaq..................................................................... 74
20 Alokasi Penggunaan Sayuran Afkir yang Dihasikan Usahatani
Sayuran dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ..................... 76
21 Bobot Brangkasan yang Dihasikan Usahatani Sayuran dalam
Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.............................................. 79
22 Jumlah Ternak dan Satuan Ternak di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Tahun 2007............................................................................................. 81
23 Pemberian Pakan Ternak pada Usahatani Ternak di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq Tahun 2006-2007..................................................... 83
24 Alokasi Penggunaan Tenaga Kerja Santri (aktual) pada Usahatani
Ternak dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ....................... 84
25 Penggunaan Jam Kerja Efektif per Jenis Ternak pada Usahatani
Ternak di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ..................................................... 84
26 Produksi Feses Ternak per Satuan Ternak di Pondok Pesantren
Al-Ittifaq................................................................................................... 86
27 Nilai Penyusutan Alat-alat yang Digunakan pada Usahatani Ikan
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq................................................................. 89
28 Penggunaan Jam Kerja Efektif pada Usahatani Ikan di di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun..................................................... 90
29 Penerimaan Total Usahatani Sayuran Kondisi 1 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 93
30 Penerimaan Total Usahatani Sayuran Kondisi 2 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 96
31 Rincian Perkiraan Penggunaan Pupuk Kandang dan Pupuk Kompos
pada Kondisi 2 di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun............ 98
32 Biaya Total Usahatani Sayuran Kondisi 1 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 99
33 Biaya Total Usahatani Sayuran Kondisi 2 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 101
34 Perbandingan Struktur Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 1 dan 2
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun .................................... 102
35 Penerimaan Total Usahatani Ternak Kondisi 1 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 104
36 Penerimaan Total Usahatani Ternak Kondisi 2 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 105
37 Biaya Total Usahatani Ternak Kondisi 1 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 107
38 Biaya Total Usahatani Ternak Kondisi 2 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 109
39 Perbandingan Struktur Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 1 dan 2
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun .................................... 110
40 Penerimaan Total Usahatani Ikan Kondisi 1 dan 2 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 112
41 Biaya Total Usahatani Ikan Kondisi 1 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 112
42 Biaya Total Usahatani Ikan Kondisi 2 di Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ................................ 113
43 Perbandingan Struktur Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 1 dan 2
di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun .................................... 114
44 Struktur Pendapatan Usahatani Integrasi di Pondok Pesantren
Al-Ittifaq untuk Satu Tahun...................................................................... 115
45 Struktur Pendapatan Usahatani Tidak Terintegrasi di Pondok Pesantren
Al-Ittifaq untuk Satu Tahun...................................................................... 115
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1 Diagram Alur Integrated Farming System ................................................ 11
2 Titik Impas (Break Even Point) Usahatani................................................ 41
3 Pengaruh Teknologi Baru Terhadap Produksi.......................................... 43
4 Kerangka Operasional Penelitian............................................................. 48
5 Siklus Integrasi Antar Komoditas di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.............. 58
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1 Perencanaan Penggunaan Lahan Pondok Pesantren Al-Ittifaq............... 123
2 Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 1 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun..................................................... 124
3 Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 2 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun..................................................... 126
4 Analisis Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 1 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun..................................................... 128
5 Analisis Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 2 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun..................................................... 130
6 Analisis Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 1 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun..................................................... 131
7 Analisis Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 2 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun..................................................... 132
8 Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Sayuran
per Musim Tanam ................................................................................... 133
9 Biaya Penyusutan Alat-alat Usahatani Ternak ........................................ 134
I PENDAHULUAN
Oleh karena itu, di beberapa negara maju dan berkembang, sektor tersebut telah
pemanfaatan sumberdaya alam terutama lahan dan perairan pada suatu wilayah.
dari tahun ke tahun, dicerminkan dari semakin tingginya jumlah produksi dan
Hal inilah yang terjadi pada masa revolusi hijau. Revolusi hijau
menggunakan teknologi lebih maju. Teknologi yang digunakan antara lain adalah
penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Gerakan Revolusi Hijau di Indonesia
berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima
tahun, yakni tahun 1984-1989. Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah
2000).1
lingkungan dan perubahan watak dan persepsi petani. Petani yang semula
buruk antara lain: penurunan produksi protein karena fokus produksi hanya pada
menerapkan konsep berkelanjutan. Salah satu penerapan dari konsep ini adalah
usaha tanaman dan peternakan, usaha tanaman dan perikanan, maupun usaha
1
http://www.fspi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=37 [11Maret 2007]
2
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0146%20Bio%203-6a.htm
[11 Maret 2007]
dimaksudkan agar peternakan, perikanan, dan budidaya tanaman dapat
usahatani pola integrasi, karena ketiga komoditas yang diperlukan tersedia dan
mudah untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dimana nilai PDB
pertumbuhan yang sangat baik yaitu masing-masing 8,08 persen, 13,13 persen,
yaitu berupa daur ulang limbah tak terpakai sebagai sumberdaya yang dapat
menyediakan sumber penting bagi produksi seperti pupuk, pakan, dan bahan
petani karena dengan input hasil daur ulang, petani dapat menghemat biaya
tambahan manfaat bagi petani. Integrasi antara usaha peternakan dan usahatani
belanja input usahatani, perbaikan unsur hara tanah serta manfaat tak terlihat
lainnya.
usaha ini saling terintegrasi satu sama lain. Sayuran menghasilkan limbah yang
dapat dijadikan pakan untuk ternak dan ikan, sebaliknya ternak menghasilkan
kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman dan kolam ikan.
ponpes, karena unit inilah yang memberikan pemasukan terbesar kepada Al-
usahatani yang dilakukan ponpes termasuk skala besar, tetapi ponpes belum
melakukan pembukuan usahatani secara rinci. Hal ini membuat ponpes kesulitan
ketiga cabang usahatani tersebut. Karena kesulitan ini ponpes tidak mengetahui
kan atau tidak. Selain itu ponpes ingin mengetahui apakah keputusan ponpes
untuk mengolah limbah daripada menjualnya keluar adalah keputusan yang tepat
atau tidak. Karena itu perlu dilakukan analisis pendapatan usahatani pada ketiga
cabang usahatani yang dijalankan ponpes. Analisis yang dilakukan harus dapat
menggambarkan pendapatan yang diterima apabila menerapkan usahatani
menjual limbah.
efisien?
Al-Ittifaq.
sebagai berikut:
1. Pemerintah, sebagai masukan dalam penentuan kebijakan
studi.
V TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Minami (1997), Rosario dan Lorica (1997) diacu dalam Farhani
Carrol dan Risch pada tahun 1990, Integrated Crop Management LEAF pada
tahun 1991, Low Input Agriculture, Low Input Sustainable Agriculture (LISA) yang
dikembangkan oleh Edwards pada tahun 1987, Low External Input Sustainable
Agriculture (LEISA) yang dikembangkan oleh Reintjess et al. pada tahun 1992,
Agroecology oleh Altieri pada tahun 1995, Permaculture oleh Moolison dan Slay
pada tahun 2000, Biodinamic Farming oleh Steiner pada tahun 1924 dan Organic
Farming oleh Scofield pada tahun 1986. Salah satu penerapan dari sistem
akan memajukan sektor pertanian. Integrasi atau keterpaduan ini dianggap dapat
meningkatkan efisiensi. Konsep integrasi yang paling luas dan mencakup hampir
sistem agribisnis merupakan sistem yang terpadu, baik secara vertikal maupun
risiko produksi, dan risiko produk. Integrasi yang terjadi adalah integrasi antara
terintegrasi dari hulu ke hilir dan berada pada satu komando keputusan
scale) dan terhindar dari masalah marjin ganda. Contoh dari integrasi vertikal
adalah pada agribisnis ayam ras. Dimulai dari pengadaan pakan dan obat-obatan
yang sesuai. Penyediaan pakan yang sesuai ini akan mungkin dilakukan bila
industri pakan terintegrasi dengan kegiatan produksi bahan baku pakan. Integrasi
rnenguntungkan dan saling mendukung antar para pelaku bisnis dalam suatu
sistem komoditas. Misalnya, hubungan antara plasma sebagai petani dan inti
terjadi pada kelompok tani (klotan) hortikultura di Cipanas (Pacet segar). Pada
klotan ini terjadi kegiatan yang saling mendukung antara Iini komoditas yang satu
perusahaan agribisnis lain pada komoditas usaha yang sama. Tujuan utama
jadwal tanam dan jenis komoditi sesuai dengan permintaan, serta memenuhi
volume dan mutu produk, memperkuat posisi tawar produsen. Selain itu dapat
risiko harga dengan pengaturan jadwal tanam dan jenis komoditi, serta mengatur
vertikal dengan produsen minyak atsiri, serta usaha pemasaran yang terlibat
kegiatan petani dalam memanfaatkan secara optimal dan terpadu lebih dari satu
komoditas pertanian, baik komponen usahatani pangan, palawija, hortikultura,
ternak, dan ikan selama setahun. Sedangkan usahatani tidak terintegrasi hanya
aktivitas produksi pangan yang berbeda, dengan aktivitas lain seperti pengolahan
pertanian dimana produksi dan konsumsi berlangsung pada suatu siklus tertutup,
output dari suatu operasi menjadi input untuk yang lainnya secara
antara aktivitas produksi pangan yang berbeda, seperti pertanian, perikanan, dan
penggunaan air dan degenerasi bahan bakar. Pangan, pupuk, pakan ternak dan
berdasarkan definisi RIRDC (2002) ini, yang pada bahasan selanjutnya istilah
domba, kambing, dan berbagai jenis ikan. Memadukan tanaman, ternak dan ikan
pada sistem usahatani kecil mempunyai kelebihan ditinjau dari ekologi dan
ekonomi. Sistem ini secara kondusif telah melaksanakan konservasi sumberdaya
penggunaan sumberdaya yang berasal dari usahatani itu sendiri maupun yang
ulang secara intensif. Limbah dari satu kegiatan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber hara kegiatan yang lain. Selain itu ikan merupakan sumber protein
berupa pangan dan bahan bakar (biogas). Tanaman dapat memanfaatkan limbah
yang dihasilkan oleh ternak sekaligus tambahan nutrisi dari ikan. Limbah ternak
dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan baku pembuatan biogas. Ikan dapat
petani.
waktu dengan jarak yang tidak begitu lama. Selain itu usahatani tersebut
ditanami tanaman air terapung yang berserat tinggi. Tanaman-tanaman ini dapat
meningkatkan kadar nutrisi air sehingga air dapat digunakan untuk irigasi.
(6)Multiple water use: bendungan daur ulang yang memungkinkan penggunaan
air yang sama untuk pertumbuhan beberapa komoditas seperti ikan, udang, dan
organik, panas, dan karbon dioksida. Panas dan residu organik digunakan untuk
di rumah kaca. (8) Settlement design: integrasi dari sistem biologi yang sudah
loops. Tipe ini adalah tipe usahatani integrasi yang memadukan ternak, pupuk
kandang, pupuk untuk tanaman, pakan ternak, dan ternak. Kelima elemen ini
telah dimiliki ponpes dan ditambah lagi dengan adanya ikan yang memanfaatkan
water use, dengan pola Livestock-Fisheries System (LFC) sejak tahun 1970,
yang merupakan integrasi ternak babi dan bebek dengan ikan. Indonesia telah
mulai mengadosi sistem ini. Di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Timur terdapat
(CLS), yang merupakan integrasi tanaman pangan dan ternak. Pada daerah
lainnya yaitu di Bengkulu terdapat usahatani integrasi yang biasa disebut SISKA
(Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit), yang merupakan integrasi tanaman
diterapkan telah banyak dilakukan. Seperti Thailand, Cina, Vietnam, India dan
kondisi alam dan sumberdaya yang mereka miliki. Taj-Uddin (1997) mengatakan
bahwa hampir 90 persen petani Bangladesh memiliki ternak dan unggas untuk
menghasilkan pangan seperti susu, daging, telur dan keperluan lainnya seperti
kulit, bulu, wool, pupuk kandang dan bahan bakar (biogas). Ternak dan unggas
tersebut diintegrasikan satu sama lain dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan
penghematan biaya tunai. Selain itu ikan selalu menjadi bagian penting dari
lambat, telah ada beberapa wirausaha yang menerapkan teknologi ini yaitu
menyatakan telah mendapatkan keuntungan dari sistem integrasi ini. Alat analisis
tambahan pendapatan petani lada Rp 4.088.760,00 per hektar per tahun, yang
2.900.000,00 per hektar per tahun dengan nilai rasio R/C 1,8, sedangkan cara
bertani tanpa integrasi ternak kambing hanya Rp 1.315.000,00 per hektar per
baik dibandingkan usahatani yang dilakukan secara parsial atau berdiri sendiri
(Tabel 3).
6,46 persen dan 25,64 persen dibandingkan petani yang mengelola usaha
tersebut secara parsial. Begitu pula dengan petani sawah tadah hujan mampu
dan 38,87 persen. Pada semua agroekosistem terlihat pola integrasi tanaman-
ternak mampu meningkatkan efisiensi yang dicirikan oleh membaiknya nilai rasio
R/C.
melakukan kajian sosial ekonomi pada sistem integrasi sapi dan kelapa sawit
hektar menjadi 15 hektar. Ternak sapi menghasilkan feses yang potensial untuk
produksi. Hasil samping perkebunan kelapa sawit (pelepah, daun, rumput, solid,
bungkil inti sawit) dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Tahun awal usaha
adalah tahun 1997 dan tahun akhir 2003, dengan tingkat bunga 19,5 persen per
tahun. Analisis kelayakan menunjukkan bahwa pada skala usaha 6 ekor induk
dan 1 ekor jantan memberikan gambaran bahwa usaha tersebut menuju usaha
yang komersial dengan nilai rasio R/C sebesar 3,13; NPV sebesar Rp
ternak (sapi perah dan domba) dan ikan, dimana di dalamnya terdapat proses
daur ulang limbah ternak menjadi pupuk organik. Selain itu akan dilihat apakah
integrasi dengan tiga komoditas ini masih dapat memberikan keuntungan bagi
ponpes.
Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan
dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata
letak dan tata urutan tanaman pada sebidang tanah selama periode tertentu,
jual yang tidak menentu, selain itu diversifikasi juga dilakukan untuk memperbaiki
hidup sehat dapat terpenuhi dan diperoleh dari hasil usahatani sendiri. Menurut
kombinasi usaha tanaman dan ternak; kombinasi tanaman yang memiliki tipe
optimal.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wicaksono (2006) yang dilakukan di
Kabupaten Cianjur. Tingkat pendapatan petani lahan luas lebih tinggi dari petani
lahan sempit, karena petani lahan luas lebih berdiversifikasi dibandingkan petani
lahan sempit. Hal ini diketahui dari penghitungan indeks diversifikasi dihasilkan
sangat kompleks. Karena itu dalam penelitian ini akan dikaji sejauh mana
sayuran yang diintegrasikan dengan ternak dan ikan, nilai pendapatan yang akan
usahatani sayuran tomat monokultur di Desa Alam Endah, usahatani tomat yang
hektar pada satu musim tanam. Total biaya yang dikeluarkan adalah Rp
20.202.577,00 dengan rincian 89,91 persen adalah biaya tunai dan 10,09 persen
adalah biaya tidak tunai, sehingga pendapatan bersih yang diterima adalah
adalah biaya untuk fungisida 15,63 persen, insektisida 15,34 persen dan pupuk
penerimaan total sebesar Rp 18.000.000,00 per hektar per musim tanam. Total
adalah biaya tunai dan 10,08 persen adalah biaya tidak tunai, sehingga
terbesar adalah biaya tunai pupuk kandang yaitu 22,83 persen dari total biaya.
Biaya tunai untuk pembelian pupuk kandang dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali apabila petani memelihara ternak. Hal ini tentu akan
Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia saat ini masih dalam skala
usaha yang kecil (2-5 ekor) dan dianggap sebagai usaha sampingan tanpa
Usahatani ternak yang dilakukan jauh dari teknologi dan tidak dikelola dengan
di pedesaan dalam skala kecil. Komposisi peternak yang mempunyai ternak sapi
perah kurang dari 4 ekor diperkirakan mencapai 80 persen, 4-7 ekor sebesar 17
persen, dan 3 persen yang memiliki lebih dari 7 ekor. Dari komposisi tersebut
dari peternak skala kecil, 28 persen dari peternak skala sedang, dan 8 persen
Frisian Holstein (FH) dan peranakannya (Sudono 1999). Bangsa sapi perah FH
memiliki sifat jinak, mudah dikuasai, dan tidak tahan panas. Sapi FH merupakan
bangsa sapi perah yang lainnya baik di daerah tropis maupun daerah iklim
masa laktasi, yaitu sekitar sepuluh bulan. Sapi Jersey menghasilkan 4.957 kg,
sapi Guersney menghasilkan 5.205 kg, dan sapi Ayrshire menghasilkan 5.685 kg
dalam satu kali masa laktasi (Sudono 1999). Sapi yang telah dikawinkan dan
bunting akan menghasilkan susu yang lebih sedikit dibandingkan dengan sapi
yang tidak bunting. Hal ini akan terlihat jelas jika sapi bunting 7 bulan sampai
Susu dihasilkan oleh sapi yang sedang mengalami laktasi. Masa laktasi
adalah masa sapi menghasilkan susu, yaitu masa antara waktu beranak dengan
masa kering. Produksi susu seekor sapi sedikit demi sedikit akan naik sampai
bulan ke dua masa laktasi, kemudian produksi akan menjadi konstan kembali
berakhirnya masa laktasi sekitar bulan kesepuluh jika sapi beranak tiap tahun.
Rataan produksi susu sapi laktasi adalah 13 kg per hari (Sudono 1999).
menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi yang bertubuh kecil
(berumur sama). Hal ini disebabkan sapi bertubuh besar, makan lebih banyak
yang tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak dan memiliki daya
diternakkan di mana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun (Mulyono
Salah satu domba yang biasa dipelihara di Indonesia adalah domba ekor
tipis. Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 persen
populasinya ada di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu
hidup di daerah yang gersang. Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging
yang dihasilkan pun sedikit. Namun beberapa orang menyatakan bahwa daging
domba ini lebih enak daripada domba bangsa lainnya (Mulyono 2005). Dalam
berupa domba afkir dan feses domba yang dapat dijual kembali. Sehingga dapat
dilakukan sebelumnya oleh Vidiayanti (2004) pada usaha peternakan sapi perah
penerimaan yang diperoleh keluarga yang mengusahakan sapi perah dalam satu
masa laktasi (305 hari) adalah sebesar Rp 69.086.100,00. Produksi susu sapi
untuk satu periode laktasi adalah 2.874,05 liter per ekor. Rata-rata kepemilikan
sapi adalah 9 ekor per petani. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp
61.395.100,00 dengan rincian 72,05 persen adalah biaya tunai dan 27,95 persen
adalah biaya tidak tunai, sehingga pendapatan bersih yang diterima adalah
ternak, yaitu konsentrat, ampas tahu dan hijauan (tidak tunai) yaitu masing-
masing sebesar 25,81 persen, 20,29 persen dan 11,92 persen dari total biaya.
Biaya-biaya ini tentu dapat diminimalisir apabila petani dapat mencari alternatif
pakan ternak yang lebih murah. Dalam penelitian ini akan dilihat tambahan
ikan.
Secara garis besar pakan ternak dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif
banyak pada bahan keringnya. Kelompok hijauan terdiri dari hijauan kering dan
hijauan segar. Konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan
dan mengandung karbohidrat, protein dan lemak yang relatif banyak tetapi
jumlahnya bervariasi dengan jumlah air yang relatif sedikit (Williamson 1993).
Menurut Sudono (1999) sapi laktasi dengan bobot 450 kg dan rataan
produksi susunya 13 kg per hari dapat diberikan pakan hijauan sebesar 20,75 kg
atau rumput gajah 7,6 kg dan konsentrat 6,05 kg. Hijauan dapat berupa rumput,
gulma atau hasil samping tanaman. Hasil samping tanaman dapat berupa
dan daun tanaman umbi lebih tinggi daripada jerami dan daun jagung yaitu
masing-masing sebesar 6,3 kg dan 8,6 kg protein tiap 100 kg (Tabel 4). Jika
produksi limbah tanaman dapat dihitung, maka dapat dihitung pula sumbangan
Jumlah kotoran padat (feses) dan cair (urine) yang dihasilkan masing-
masing ternak dalam sehari berbeda-beda. Perbedaan ini ditentukan oleh kondisi
dan jenis hewan serta jumlah dan jenis pakan hewan tersebut (Musnamar 2003).
Jumlah kotoran per hari beberapa jenis ternak disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Produksi Kotoran Padat dan Cair dari Beberapa Jenis Ternak
Dewasa
Jumlah Kotoran (kg/hari)
No Jenis Ternak
Kotoran Padat (feses) Kotoran Cair (urine)
1 Sapi 23,59 9,07
2 Kuda 16,10 3,63
3 Babi 2,72 1,59
4 Kambing 1,13 0,68
5 Ayama 0,05 -
Sumber: Musnamar (2003)
Sedangkan hasil uji coba pembuatan kompos oleh BPTP Jawa Barat di
feses sapi diperoleh sebanyak 7.200 kg kompos siap pakai. Berarti penyusutan
yang terjadi adalah 53 persen. Karena itu diperlukan feses yang cukup banyak
angka konversi satuan ternak. Dalam penelitian ini yang dipakai menjadi dasar
adalah satuan ternak dari Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan 2006
(Tabel 6).
Feses sapi memiliki kandungan C/N rasio yang masih tinggi sehingga
apabila diberikan secara langsung belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
tanaman. Umumnya feses sapi masih banyak mengandung bahan organik segar
yang sangat kasar sehingga akan mempengaruhi daya retensi terhadap air. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya fermentasi untuk merombak bahan-bahan yang
sukar diserap tanaman agar menjadi siap diserap secara langsung oleh tanaman
pengomposan.
Sebagian feses ternak yang dihasilkan sapi milik ponpes telah tercampur
dengan sisa pakan hijauan yang terdapat di dalam kandang. Campuran feses
dan sisa pakan ini juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat kompos.
Menurut Gunawan et al. (2000), diacu dalam Ishaq (2002) feses ternak yang
pupuk organik yang sangat baik bagi tanaman sayuran, karena memiliki nitrogen,
bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang
salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan
tanah. Pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk kimia dapat meningkatkan
produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk, baik pada lahan sawah
Kandungan unsur hara dalam pupuk organik lebih sedikit daripada pupuk
waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding pupuk kimia
(Musnamar 2003). Pupuk organik tidak meninggalkan residu pada hasil tanaman
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang paling umum dan sering
digunakan oleh petani. Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil
fermentasi feses padat dan cair hewan ternak. Menurut Musnamar (2003)
Jumlah feses padat dan cair yang dihasilkan masing-masing ternak dalam sehari
berbeda-beda. Perbedaan ini ditentukan oleh kondisi dan jenis hewan serta
jumlah dan jenis pakan hewan tersebut. Komposisi kandungan unsur hara pupuk
kandang sangat dipengaruhi oleh jenis ternak, umur dan kondisi ternak, macam
Kompos ialah pupuk organik dari hasil pelapukan jaringan atau bahan-
bahan tanaman atau limbah organik (Musnamar, 2003). Menurut Gaur (1977)
tujuan dari pengomposan adalah memperbaiki dan mendaur ulang sisa-sisa hasil
terbentuk sendiri melalui proses alami. Kompos alami ini biasanya disebut
sehingga menghasilkan kompos yang berkualitas lebih baik dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Ada dua cara untuk mempercepat terjadinya pelapukan bahan
Selain itu dengan adanya pupuk organik, penggunaan pupuk kimia dapat
disebutkan bahwa pemakaian 2 ton kompos atau 2 ton pupuk kandang per
sesudah adanya pemakaian pupuk kandang pada usahatani padi pada tiga jenis
penggunaan pupuk anorganik hanya 1,6-3,0 kwintal per hektar. Dengan demikian
yang lebih baik bagi tanaman. Penelitian BPTP Jawa Barat di Desa Alam Endah
pada tahun 2002, didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan pupuk kompos
pertumbuhan bawang daun pada fase vegetatif pada petani kooperator lebih baik
Hal ini dapat dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah tunas daun, dimana bawang
daun yang ditanam petani kooperator lebih tinggi 9 persen, lebih banyak
daun, pupuk kompos, dan pupuk kandang. Dengan memproduksi pupuk organik
Dari penelitian BPTP Jawa Barat di Desa Alam Endah pada tahun 2002,
diketahui bahwa setiap musim tanam petani membeli pupuk kandang dari Bogor
dan Tangerang, dan mengaplikasikan 10 ton per hektar pupuk kandang, dengan
harga Rp 170,00 per kg, sehingga nilainya sebesar Rp 1.700.000,00 per hektar.
mengaplikasikan 7,5 ton per hektar kompos dengan biaya yang dihabiskan
sebesar Rp 98,00 per kg, atau bernilai Rp 735.000,00 per hektar. Sehingga
organik yang diproduksi ponpes. Dari harga pokok produksi ini akan dapat
Jenis kolam berbeda-beda jika dilihat dari fungsinya, salah satu jenis
kolam yang paling banyak dibuat oleh petani adalah kolam pembesaran. Menurut
membesarkan ikan hingga siap jual atau siap konsumsi. Ikan yang sudah melalui
(1992) integrasi ternak dengan ikan mungkin akan menguntungkan jika dipilih
jenis ternak dan ikan yang mampu menggunakan bahan pakan yang murah dan
mudah diperoleh. Jenis ikan yang cocok untuk diintegrasikan dengan ternak
tawes 20 persen, dan mas 30 persen, atau ikan mujair 50 persen, ikan gurame
dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina. Pembesaran ikan mujair
pun dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa hapa berukuran 1 x 2 m sampai
cacing, dan serangga air. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang
berprotein dan kotoran yang berasal dari kakus. Makanan tambahan juga
diperlukan oleh lele, berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan,
tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai (Prihatman 2000).
Pemanenan ikan mujair dapat dilakukan dengan cara panen total dan
panen sebagian. Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang
akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan benih). Panen
Umumnya umur ikan mujair yang dipanen berkisar antara 5 bulan dengan berat
berkisar antara 30-45 gram per ekor. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, ataupun
sewaktu-waktu jika diperlukan. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200
gram per ekor. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan
dibahas secara rinci. Bagian terpenting yang akan dijelaskan adalah mengenai
dan ternak.
III METODE PENELITIAN
sayuran, ternak dan ikan. Selain itu Ponpes Al-Ittifaq telah menjadi model
Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif baik
primer maupun sekunder dalam kurun waktu satu tahun ke belakang (April 2006-
Maret 2007). Data primer diperoleh dari wawancara langsung pada responden
biaya-biaya produksi usahatani sayuran, ternak dan ikan, harga-harga input dan
output, pengolahan pupuk organik serta data lain yang terkait dengan penelitian
ini.
artikel dari majalah dan internet, jurnal elektronik baik dalam maupun luar negeri,
serta literatur terkait dari berbagai instansi seperti Pusat Analisis Sosial Ekonomi
harga-harga input dan output, data produksi sayuran, data penjualan, dan lain-
lain. Disamping itu juga diperoleh dari studi literatur serta hasil-hasil penelitian
penelitian ini. Data dan informasi yang telah dikumpulkan dipilah serta dianalisis
Responden yang diambil pada penelitian ini adalah pimpinan ponpes, staf
humas, santri, mandor kebun, penyuluh lapang, masyarakat sekitar, dan aparat
keabsahan data penelitian. Berikut adalah jenis informasi yang didapatkan dari
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat keadaan umum dan
Analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usahatani dan analisis rasio R/C.
Tahap analisis data yang dilakukan adalah transfer data ke bentuk tabulasi,
Harga transfer adalah harga pertukaran barang dan jasa antar divisi
dalam suatu organisasi yang sama dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut.
Harga transfer selalu mengandung unsur laba didalamnya. Harga transfer dalam
penelitian ini digunakan untuk menentukan harga pokok produk sampingan yang
ditransfer dari usahatani sayuran (divisi penjual) ke usahatani ternak dan ikan
dan sayuran afkir digunakan metode harga pasar minus (market price minus)
Pendekatan harga pasar dilakukan karena limbah yang ditransfer telah memiliki
harga pasar yaitu harga yang berlaku di daerah penelitian. Harga pasar tersebut
merupakan dasar yang adil dalam penentuan harga transfer. Caranya adalah
pada limbah tersebut, yang tidak perlu dikeluarkan oleh divisi penjual. Harga
analisis pendapatan pada penelitian ini dibuat dalam dua kondisi. Kondisi 1
adalah kondisi usahatani integrasi yang dilakukan ponpes, dimana produksi dan
konsumsi berlangsung pada suatu siklus tertutup dan terjadi perputaran input
menjadi output dari cabang usahatani satu untuk cabang usahatani lainnya
begitupun sebaliknya, serta terdapat proses daur ulang output sampingan di
produksi dan konsumsi antara cabang usahatani satu dengan cabang usahatani
lainnya sehingga tidak ada perputaran input menjadi output dari cabang
kan sebagai input untuk cabang usahatani lainnya, melainkan dijual ke luar
ponpes. Pada bahasan selanjutnya akan kondisi 2 ini akan disebut sebagai
usahatani tidak terintegrasi. Tujuan perbandingan dua kondisi ini adalah untuk
maupun tunai.
masing kondisi. Hasil pendapatan dari ketiga cabang usahatani tersebut akan
hasil total pendapatan usahatani kondisi 1 dan 2, atau dengan kata lain akan
ponpes dan total pendapatan usahatani non integrasi yang mungkin dilakukan
oleh ponpes.
dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dinotasikan sebagai berikut (Soekartawi
2002) :
TR = Total penerimaan
Py = Harga output (Rupiah/kg)
Y = Jumlah output (kg)
yang habis terpakai untuk satu siklus produksi baik biaya yang tunai maupun
tidak tunai. Data biaya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu biaya tunai dan
Keterangan:
TC = Biaya total
C tunai = Biaya tunai (Rupiah)
C non-tunai = Biaya diperhitungkan (Rupiah)
Keterangan:
unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya. Usahatani
dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai rasio R/C>1. Semakin besar nilai
rasio R/C, semakin menguntungkan usahatani tersebut. Pada penelitian ini akan
dibandingkan nilai rasio R/C kondisi 1 dan 2 untuk masing-masing cabang dan
TR
Rasio R/C-biaya tunai = -------- ....................................................... (3)
Ctunai
TR
Rasio R/C-biaya total = ------- ....................................................... (4)
TC
Keterangan:
TR = Total penerimaan
TC = Biaya total
Ctunai = Biaya tunai (Rupiah)
IV KERANGKA PEMIKIRAN
produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam,
unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal
yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur pengelolaan atau manajemen yang
peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Keempat unsur ini
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usahatani terdiri atas manusia petani
dan saluran air) dan tanaman ataupun hewan ternak (Rivai 1960, diacu dalam
Hernanto 1983).
tidak mudah diwujudkan dan memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini
disebabkan pertanian Indonesia masih serba terbatas baik skala usaha, modal,
konsumen dan persaingan yang tinggi selalu berujung pada tuntutan kegiatan
usaha pertanian yang efisien dan berkualitas tinggi yang sangat sulit untuk dapat
dengan harga jual. Penerimaan ini mencakup suatu produk yang dijual,
suatu produk dalam suatu periode produksi (Hernanto 1989). Biaya dapat
dibedakan atas:
1. Biaya tunai, meliputi biaya tetap misal pajak tanah dan biaya variabel
2. Biaya tidak tunai, meliputi biaya tetap misalnya biaya penyusutan alat-alat
dan bangunan pertanian serta sewa lahan milik sendiri sedangkan biaya
usahatani dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang bersangkutan
total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai
memerlukan data penerimaan dan biaya selama jangka waktu yang ditetapkan,
diantaranya adalah:
yang tunai maupun yang diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja
keluarga. Angka pendapatan kerja petani umumnya kecil bahkan bisa saja
negatif (defisit).
Pendapatan kerja keluarga merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan
petani dan anggota keluarga. Apabila usahatani dilaksanakan oleh petani dan
Salah satu ukuran efisiensinya adalah analisis rasio R/C. Dalam analisis ini akan
diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani yang
Semakin tinggi nilai rasio R/C menunjukkan semakin besarnya penerimaan yang
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai
artinya tidak untung dan juga tidak rugi. Pada Gambar 1 dapat dilihat pada
tingkat produksi berapa suatu usahatani mencapai titik impas atau Break Even
Point (BEP). Bila produksi ada di daerah 0X, maka usahatani itu rugi karena
R<TC, sebaliknya bila produksi berada di daerah >X maka usahatani itu untung
karena R>TC. Jika produksi berada di titik X maka petani mengalami BEP
produksi. Nilai biaya dan penerimaan yang menunjukkan BEP ada di titik a.
Penerimaan (R)
Rp
0 X Produksi (Y)
menggunakan input yang sama, dan (2)Teknologi baru dapat menggeser kurva
produk fisik total ke kiri, yaitu jumlah output yang sama dapat diperoleh dengan
Teknologi baru dapat menghasilkan output yang lebih besar dengan input
yang sama atau bahkan lebih kecil (Gambar 3a). Peningkatan yang dimaksud
adalah peningkatan kuantitas dan kualitas, baik kualitas input maupun output.
sayuran dengan ternak. Limbah ternak dapat dijadikan pupuk organik untuk
sayuran, sehingga biaya pembelian input (pupuk kimia) usahatani sayuran dapat
adanya peningkatan kualitas output, yaitu minimnya residu kimia pada hasil
sayuran.
Teknologi baru alternatif juga dapat meningkatkan produk fisik total tetapi
diperlukan usahatani dalam skala besar untuk mencapainya (Gambar 3c). Fungsi
produksi dengan teknologi baru biasanya selalu terletak di atas teknologi lama
pada berbagai tingkat penggunaan input. Tetapi pada kondisi tertentu fungsi
produksi teknologi baru akan berada di atas teknologi lama, pada tingkat
penggunaan input yang sangat tinggi. Sehingga teknologi baru akan merugikan
jika diterapkan pada usahatani skala kecil dan menguntungkan jika diterapkan
pada usahatani skala besar. Contohnya adalah seperti pada usahatani ternak
sapi perah.
(2005) mengenai hubungan antara skala usaha dengan nilai rasio B/C sapi
perah, memperlihatkan bahwa dari skala usaha 1-9 ekor terdapat marjin
usaha tersebut. Pada skala usaha 10 dan 11 ekor marjin keuntungan meningkat
sesuai dengan asas rasional dan teori ekonomi, bahwa apabila semakin besar
skala usaha semakin tinggi keuntungan yang didapat. Pada skala usaha 12-21
diikuti oleh arah perubahan biaya yang semakin menurun, bahkan pada skala
usaha 16 ekor marjin keuntungan mencapai minus. Hal ini disebabkan semakin
tinggi skala usaha semakin sulit memperoleh bahan pakan baik dalam jumlah
maupun konsistensi mutunya dari hari ke hari, dan menyebabkan peternak harus
menghemat tenaga kerja ternak dan manusia juga dapat meningkatkan ouutput,
baik.
TP
(new technology)
TP
(new technology)
Output Variabel (Ton) (Y)
TP
(old technology)
(b)
TP
(alternative new
TP technology)
(new technology)
Output Variabel (Ton) (Y)
TP
(old technology)
fungsi produksi dimana output tergantung dari satu input tertentu yang
digunakan, tergantung dari harga input dan kemampuan subtitusi antar input-
input atau berapa produk marginal dari masing-masing input dibanding harga
input tersebut.
memilih suatu cabang usahatani dari beberapa cabang usahatani yang ada, atau
Cabang usaha yang dipilih hendaknya dapat dikelola dan berproduksi naik,
terbatas, maka pemilihan cabang usaha tergantung dari tingkat kompetisi dan
1992).
memiliki hubungan kompetitif apabila untuk menaikkan suatu produk hanya dapat
ternak yang membutuhkan sumberdaya sama pada waktu yang sama akan
bersifat kompetitif. Pada saat rumput untuk pakan ternak tumbuh subur, petani
pada saat yang berbeda. Sebagai contoh adalah usahatani gandum dan
Pada lahan kering dan bersemak belukar maka pada lahan tersebut tidak dapat
diikuti kenaikan output lainnya. Pada usahatani integrasi STI, peningkatan jumlah
sapi perah selain menambah produksi daging juga meningkatkan produksi susu.
Kenaikan ini juga akan meningkatkan produksi pupuk organik. Peningkatan luas
usahatani sayuran akan meningkatkan produksi pakan ternak dan ikan. Dalam
jangka pendek dua usaha ini dapat bersifat kompetitif karena menggunakan
tenaga kerja yang sama, sedang dalam jangka panjang walau menggunakan
sumberdaya tenaga kerja yang sama tapi dalam waktu yang berlainan sehingga
Sayuran afkir digunakan untuk memenuhi kebutuhan ponpes yaitu konsumsi dan
pakan hewan ternak dan ikan. Brangkasan diberikan kepada ternak sebagai
pakan. Hewan ternak menghasilkan output berupa susu murni, daging, dan
kotoran. Susu dijual ke pasar dan kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik,
untuk input usahatani sayuran dan ikan. Dengan adanya kompos dan limbah
sayuran, pembelian input dari luar dapat diminimalisir sehingga biaya produksi
tunai dapat dikurangi. Dengan analisis pendapatan dapat diukur seberapa besar
integrasi. Selain itu dapat pula dihasilkan nilai kontribusi pendapatan masing-
terintegrasi. Tetapi hasilnya bisa saja berbeda pada usahatani yang dilakukan
petani lain, karena kondisi harga output maupun sumberdaya yang dimiliki setiap
pada usahatani yang akan diteliti. Melalui analisis pendapatan dapat diukur
sistem usahatani integrasi dan yang tidak terintegrasi integrasi. Selain itu dapat
Penghitungan analisis pendapatan pada penelitian ini dibuat dalam dua kondisi.
dilakukan ponpes, dimana terjadi perputaran input menjadi output bagi cabang
usahatani lainnya begitupun sebaliknya, dan terdapat proses daur ulang output
output bagi cabang usahatani satu untuk yang lainnya dan tidak terdapat proses
daur ulang output sampingan di dalamnya, yang pada bahasan selanjutnya akan
disebut sebagai sistem pertanian non integrasi. Pada kondisi 2 output sampingan
dua kondisi ini adalah untuk membandingkan pendapatan yang didapat baik
Harga Harga
Input Biaya Biaya Input
Produksi Produksi
Sayuran Sayuran
Input Input
Pendapatan Pendapatan
UT Sayuran UT Sayuran UT Sayuran UT Sayuran
Output Output
Penerimaan Penerimaan
Usahatani Usahatani
Harga Sayuran Sayuran Harga
Output Output
Pendapatan
Harga Usahatani Harga
Input Biaya Biaya Input
non Integrasi
Produksi Produksi
Ternak Ternak
Input Input
Pendapatan Pendapatan
UT Ternak UT Ternak UT Ternak UT Ternak
dibandingkan
Output Output
Penerimaan Penerimaan
Usahatani Usahatani
Harga Ternak Ternak Harga
Output
Pendapatan Output
Usahatani
Integrasi
Harga Harga
Input Biaya Biaya Input
Produksi Produksi
Ikan Ikan
Input Input
Pendapatan Pendapatan
UT Ikan UT Ikan UT Ikan UT Ikan
Output Output
Penerimaan Penerimaan
Usahatani Usahatani
Harga Ikan Ikan Harga
Output Output
Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittifaq yang dipimpin oleh Kyai Haji Fuad
pada 1 Februari 1934 (16 Syawal 1302 H), kemudian pada tahun 1975 berganti
nama menjadi Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Ketika baru didirikan, Ponpes Al-
Sejak tahun 1970, Kyai Haji Fuad (pimpinan Ponpes Al-Ittifaq saat ini)
merasa bahwa kegiatan mengajar saja tidak akan bisa mencukupi kebutuhan
para santri. Selain itu beliau merasa bertanggung jawab terhadap kemandirian
dengan kegiatan usaha pertanian sesuai dengan potensi alam di sekitar ponpes.
Dengan kharisma yang beliau miliki, Kyai mengajak masyarakat, santri, PPL
(Petugas Penyuluh Lapangan) dan KUD (Koperasi Unit Desa) di wilayah itu
inilah maka Ponpes Ciburial berganti nama menjadi Ponpes Al-Ittifaq yang
sekitar. Pada tahun 2006 dengan Surat Keputusan Kepala Balai Besar
Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis Desa Alam Endah
(Pemda) ±29 km dan ke kota Bandung ±40 km. Ponpes dapat dijangkau dengan
Desa Alam Endah terletak pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat
anak yatim piatu dan fakir miskin dan mendidik pengembangan usaha. Dengan
niat ibadah dan menegakkan syiar Islam melalui dakwah, Ponpes Al-Ittifaq
dengan pendidikan pertanian. Dengan harapan para santri akan memiliki iman
pelayanan untuk menegakkan syiar Islam melalui dakwah”, sedangkan misi yang
berkesinambungan.
kelayakan.
INPEKBI (Ilahi, Negeri, Pribadi, Ekonomi, Keluarga, Birahi dan Ilmihi). Artinya
pengembangan agribisnis yang dilakukan harus diridhoi oleh Allah SWT (Ilahi),
waktu bagi santri untuk belajar dan bekerja di ponpes santri diharapkan dapat
5.3.2 Lembaga-Lembaga
lembaga ini dibentuk karena banyaknya kegiatan dan usaha yang dilakukan
sehingga pihak yayasan kesulitan untuk terfokus dalam mengelola ponpes. Sejak
menjadi lebih baik. Kegiatan usahatani (on farm) dan usahatani ternak dituntun
langsung oleh penyuluh dari Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan Kabupaten
a. Yayasan Al-Ittifaq
yayasan adalah K. H. Fuad Affandy dan anggota yayasan adalah anak-anak dari
kyai sendiri.
b. Koperasi
koperasi yang disebut Koperasi Pondok Pesantren Alif (Kopontren Alif) dengan
memiliki posisi yang sejajar dengan yayasan, walaupun dibentuk oleh anggota
yayasan. Kopontren Alif memiliki enam unit usaha, yaitu unit sarana produksi,
apotek, waserda, unit pemasaran, koperasi simpan pinjam dan unit agribisnis
Unit sarana produksi adalah unit usaha yang bertanggung jawab untuk
betapur) dan bakteri komposer (MFA). Unit apotek adalah salah satu usaha
sambilan koperasi yang berlokasi di Kota Bandung. Unit waserda adalah salah
Superindo, Makro dan lainnya. Unit simpan pinjam bergerak dalam bidang jasa
Unit agribisnis adalah unit usaha yang paling berperan bagi ponpes. Unit
komersial yang bergerak dalam bidang agribisnis yang dikelola oleh Ponpes Al-
Ittifaq adalah budidaya dan pemasok sayuran dataran tinggi, usaha peternakan
organik dan budidaya ikan tidak dikomersialkan, karena tujuannya hanya untuk
ponpes.
mengurus peternakan dan pembudidayaan ikan. Kegiatan yang dilakukan unit ini
berupa penjualan susu murni, penjualan ternak untuk Hari Raya Idul Adha dan
dengan menggunakan sistem pola tanam atau pergiliran tanaman. Hal ini
harian dari supermarket di Bandung dan Jakarta. Sayuran yang ditanam adalah
wortel, tomat, buncis, kubis, bawang daun dan cabai. Namun dalam keadaan
Tujuan diadakan ternak ini adalah untuk memanfaatkan limbah sayuran yang
dihasilkan setiap hari oleh ponpes. Dengan adanya ternak, limbah pertanian
sayuran dapat dimanfaatkan sebagai pakan, dan sebaliknya limbah ternak dapat
penggemukan domba tidak setiap saat di komersilkan, namun hanya pada situasi
tertentu, misalnya pada saat Hari Raya Idul Adha atau keperluan aqiqah
masyarakat sekitar.
dalam memproduksi sayuran yang berkualitas dan terbebas dari hama penyakit.
Santri di Ponpes Al-Ittifaq terdiri atas dua yaitu santri mukim dan santri
kobong. Santri mukim adalah santri yang sudah berkeluarga dan hidup mandiri
ponpes. Sedangkan santri kobong adalah santri yang masih tinggal di asrama
(kobong) ponpes dan masih memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu. Sebagian
santri yang tidak membawa bekal (uang saku) memiliki kewajiban untuk bekerja
di ponpes sebagai penggantian biaya yang dikeluarkan ponpes untuk mencukupi
kebutuhan harian mereka, yaitu makan dua kali sehari, pakaian yang diberika
pada saat hari Raya Idul Fitri dan perlengkapan sekolah. Santri-santri ponpes
ponpes, sedangkan bagi yang tidak memiliki dana mandiri diikutsertakan pada
sekolah terbuka yang juga dibina oleh ponpes bekerjasama dengan pemerintah
daerah.
Jumlah santri kobong yang bekerja di ponpes adalah 247 orang, terdiri
dari 193 orang santri putera dan 54 orang santri puteri. Jumlah santri mukim
Jumlah santri kobong yang bekerja di kebun dan kandang ternak adalah
157 orang, dengan proporsi 150 orang di kebun dan 7 orang di kandang ternak.
Santri yang bekerja di kebun dibagi menjadi tujuh kelompok kebun, dimana
setiap kelompok menggarap kebun tertentu dan dipimpin oleh seorang mandor.
Santri yang bekerja di kebun adalah santri yang tidak bersekolah atau hanya
lulusan Sekolah Dasar (SD). Santri yang lulus Sekolah Menengah Pertama
tenaga kerja yang dapat membaca. Sedangkan santri yang lulus Sekolah
a. Sayuran
sayuran dataran tinggi seperti wortel, tomat, buncis, kubis, bawang daun, dan
b. Ternak
memproduksi susu dan daging untuk memenuhi kebutuhan pangan ponpes dan
ternak juga menghasilkan produk sampingan berupa feses ternak dan sisa pakan
yang dapat dijadikan pupuk organik dan digunakan kembali sebagai input untuk
memupuk tanaman sayuran dan kolam ikan yang dibudidayakan ponpes. Jenis-
jenis pupuk organik yang diproduksi dan digunakan oleh ponpes adalah pupuk
d. Ikan
Ikan yang diusahakan oleh ponpes adalah ikan mujair dan lele. Ikan-ikan
ponpes.
Keempat elemen di atas merupakan siklus yang berkesinambungan satu
PASAR
PONPES Sayuran
Susu & Daging
Sayuran
Daging afkir
Sayuran
afkir
Ikan
Pupuk
Ternak kandang
Kompos Pupuk
Feses kandang Sayuran
Pupuk
daun
kegiatan produksi dan konsumsi berlangsung pada suatu siklus tertutup. Output
dari suatu cabang usahatani menjadi input untuk cabang yang lainnya secara
atau wilayah ponpes sendiri. Jika didasarkan pada definisi dan tipe usahatani
integrasi menurut RIRDC (2002), tipe usahatani integrasi yang dilakukan ponpes
adalah tipe closed loop yaitu tipe yang mengintegrasikan ternak, pupuk kandang,
dengan menggunakan sistem pola tanam atau pergiliran tanaman. Hal ini
harian dari supermarket di Bandung dan Jakarta. Sayuran yang ditanam adalah
wortel, tomat, buncis, kubis, bawang daun dan cabai. Namun dalam keadaan
Kebun VII di Gambung yang merupakan lahan sewa. Rincian luas lahan per
Pola tanam yang dilakukan ponpes beragam untuk tiap bedeng di tiap kebun.
Tujuan dilakukannya pergiliran tanaman ini adalah untuk menjaga kontinuitas
produksi karena permintaan harian yang tinggi. Selain itu pola tanam ini dapat
mengurangi resiko kegagalan panen. Apabila panen suatu bedeng gagal, dapat
digantikan oleh panen pada bedeng lain sehingga ponpes tetap dapat
menghasilkan sayuran setiap hari. Penjualan pun dapat dapat dilakukan secara
kontinu. Hal ini sangat baik bagi likuiditas keuangan ponpes karena ponpes
akan mendapatkan penerimaan tunai yang kontinu pula. Perencanaan
penggunaan lahan yang disusun oleh ponpes merupakan perencanaan yang
dibuat oleh ponpes bersama-sama dengan Penyuluh Pertanian Ahli, Dinas
Pertanian Jawa Barat (Lampiran 1). Berdasarkan pola tanam tersebut dapat
dihitung total luas tanam per komoditas selama satu tahun. Total luas tanam
adalah penjumlahan dari luas tanam per komoditas pada tiap kebun untuk satu
tahun, yaitu wortel 21 Ha, tomat 4,5 Ha, buncis 5 Ha, bawang daun 6 Ha,
cabai 7,5 Ha, dan kubis 8 Ha.
Waktu penanaman di satu kebun tidak dilakukan serentak, melainkan digilir
per bedeng. Hal ini agar ponpes dapat memanen sayurannya setiap hari.
Sehingga dalam satu bulan, ponpes melakukan penanaman yang kontinu.
Frekuensi penanaman harian ini dapat diketahui dari frekuensi panen harian.
Frekuensi panen harian dapat diketahui dari jumlah permintaan harian, karena
jumlah sayuran yang dipanen setiap hari disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan pada hari itu. Kebutuhan yang dimaksud adalah sayuran yang dijual
ke swalayan dan sayuran afkir yang dikonsumsi dan dijadikan pakan. Tabel 11
menyajikan data permintaan harian dari rekap Purchase of Order (PO). Daftar
PO untuk pemesanan besok hari di swalayan Jakarta, diterima pada sore hari
sebelumnya.
Monogram pola tanam dapat dirubah dan disesuaikan dengan kondisi
permintaan. Karena tidak setiap waktu pola tanam yang dirancang dapat
memenuhi permintaan aktual di lapangan. Jika sayuran yang dapat dipanen
tidak dapat memenuhi permintaan, biasanya ponpes melakukan barter dengan
petani setempat atau pedagang Pasar Caringin.
Tanggal Bawa
Bunci
Wortel Tomat Cabai Kubis ng
s
Daun
1
425,0 514,0 180,0 55,0 130,5 100,0
2
326,0 409,5 170,0 57,0 120,0 90,0
3
425,0 575,0 169,0 54,0 115,0 88,0
4
330,5 318,0 140,0 60,0 119,0 92,5
5
455,0 447,5 110,0 60,0 102,0 100,0
6
395,0 575,0 135,5 58,0 109,0 82,0
7
380,0 457,0 169,0 58,5 102,0 66,0
8
395,0 560,0 168,0 54,0 125,0 87,0
9
387,0 500,0 120,0 55,0 120,0 84,5
10
341,0 472,5 169,0 55,5 110,0 65,0
11
350,0 458,0 150,0 56,0 134,0 82,5
12
380,0 460,5 145,0 57,0 128,0 80,5
13
410,0 313,5 156,0 52,5 100,0 75,0
14
320,5 499,5 134,5 50,0 85,0 72,5
15
365,0 182,0 185,0 53,5 86,0 81,0
16
420,0 497,0 188,0 53,0 80,0 72,5
17
346,5 457,5 180,5 52,0 90,0 67,0
18
360,0 253,5 170,0 56,0 88,0 63,0
19
380,5 352,0 150,0 58,0 94,0 90,0
20
368,0 595,0 90,5 57,5 95,0 85,0
21
343,0 493,0 110,5 56,5 105,0 88,0
22
386,5 343,0 110,0 48,0 85,0 63,0
23
295,5 437,5 120,0 49,0 103,0 69,0
24
339,0 411,0 128,0 55,0 127,5 62,0
25
290,0 325,0 120,0 58,0 110,0 60,0
26
295,0 351,0 120,0 53,5 135,0 76,0
27
368,0 297,5 138,0 52,0 125,0 71,0
28
354,0 227,0 169,0 54,0 135,5 68,0
29
375,0 255,5 150,0 58,0 130,5 71,0
30
310,0 560,5 170,0 60,0 128,5 86,5
31
369,0 378,5 180,0 58,5 135,0 100,0
Total
11.285,0 12.539,0 4.595,5 1.715,0 3.452,5 2.366,0
Rata-rata
Harian
364,0 404,5 148,2 55,3 111,4 76,3
Total per
Tahun
132.871,77 147.636,61 54.108,31 20.192,74 40.650,40 27.857,74
Keterangan: 1 tahun = 365 hari
Sumber: Pondok Pesantren Al-Ittifaq, 2007 (diolah)
maka diasumsikan penjualan harian selama satu tahun bernilai sama. Untuk
untuk dijual yaitu wortel 364 kg, tomat 404 kg, buncis 148,2 kg, cabai 55,3 kg,
kubis 111,4 kg, dan bawang daun 76,3 kg. Karena kuota ini ponpes telah
menetapkan jumlah bedeng minimal yang harus dipanen dalam sehari, yaitu 14
Benih didapatkan dari toko peralatan tani yang terletak di Pasar Induk
Caringin atau pasar Ciwidey. Sedangkan untuk bibit bawang daun biasanya
dibibitkan sendiri oleh ponpes. Bibit bawang daun berasal dari bawang daun
yang dibiarkan menua. Kebutuhan benih dan bibit per hektar untuk masing-
masing komoditas jumlahnya berbeda. Rincian penggunaan benih ataupun
bibit dapat dilihat pada Tabel 12.
Benih tomat dan cabai disemaikan dahulu di bedeng semai sampai cukup
ditancapkan ke atas bedengan sampai daun tuanya meluruh dan muncul daun
baru. Benih wortel dan kubis langsung disemai pada bedeng tanam, sedangkan
b. Pupuk
Jenis-jenis pupuk kimia yang digunakan adalah pupuk urea, TSP, KCl, ZA
dan SP-36, sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kompos
cair, pupuk kandang dan pupuk daun. Pupuk kimia yang digunakan dibeli dari
toko pertanian di pasar Ciwidey sedangkan ketiga pupuk organik yang
digunakan merupakan pupuk buatan ponpes. Menurut wawancara dengan
peneliti utama Balitsa dan penyuluh dinas pertanian, pupuk organik yang
dibuat dengan bakteri MFA ini dapat meningkatkan produksi sayuran sebesar
40 persen. Nilai peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan peningkatan
produksi sayuran bawang daun di Desa Alam Endah akibat penggunaan
kompos introduksi BPPT Jawa Barat sebesar 35,7 persen.
Ponpes telah mengembangbiakan bakteri komposer untuk membuat beberapa
jenis pupuk organik yang digunakan untuk usahataninya. Komposer ini diberi
nama merk dagang Mikroorganisme Fuad Affandy (MFA). MFA dibuat dari
air kumur santri pertama dari bangun tidur, yang dikumpulkan ke dalam
kaleng yang telah disediakan di depan penginapan santri. Mikroorganisme
dalam air liur itu lalu dikembangbiakkan dengan menambahkan gula, dedak,
dan kulit pisang ke dalamnya. Setelah beberapa hari, air liur berubah menjadi
cairan kental berwarna keruh, dengan bau seperti aroma coklat. Ini berarti
bakteri telah berkembang biak dengan subur. Untuk mengembangkan Bakteri
MFA ini secara massal, KH. Fuad Affandy telah mendirikan pabrik di Garut
yang dikelola oleh mantan santri Ponpes Al-Ittifaq. Bakteri MFA ini telah
dibeli dan dipatenkan oleh salah satu produsen pestisida dan pupuk organik di
Garut. Sedangkan bakteri MFA untuk kebutuhan usahatani ponpes diperoleh
dari koperasi.
Beberapa jenis pupuk yang diproduksi sendiri oleh ponpes adalah pupuk
daun, kompos cair, dan pupuk kandang. Pupuk daun adalah pupuk yang dapat
dengan menabur pupuk di sekeliling tanaman. Dosis yang digunakan adalah 200
kg per hektarnya. Pupuk ini merupakan campuran dari daun kirinyuh, gula, terasi,
Jenis pupuk organik lain yang digunakannya adalah kompos cair yang
terbuat dari feses dan limbah pakan ternak yang difermentasikan oleh MFA. Cara
tanaman. Dosis per tanaman tomat dan cabai adalah 220 ml atau setara dengan
satu gelas air minum kemasan. Dosis per tanaman buncis adalah 110 ml atau
setara dengan setengah gelas air minum kemasan. Dosis pada tanaman bawang
daun dan kubis adalah 5,5 liter per bedengan. Pupuk kandang diaplikasikan
pada tanaman tomat, cabai, dan buncis. Dosis yang digunakan adalah 10 ton per
dilakukan penanaman.
gunakan pupuk kimia dalam jumlah yang cukup banyak. Padahal penyuluh
mengikuti takaran ini. Hal ini dikarenakan sulitnya melepas kebiasaan santri
ataupun mandor yang masih mengikuti cara petani setempat. Pada sayuran
wortel tidak digunakan pupuk, hal ini dikarenakan aplikasi pupuk dapat
kacang babi dicampur bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan
tanaman sayuran.
2. Ciknabat yang terbuat dari cikur (kencur) dicampur dengan bawang putih,
putih ini tidak mematikan hama, tapi baunya membuat hama menjauh.
paling keras yang dibuat ponpes. Ramuan ini disemprotkan jika Innabat
nabati. Karena sifatnya alami, maka pemakaian yang kontinu dan dalam jumlah
Affandy telah mendirikan pabrik di Garut yang dikelola oleh mantan santri
Ponpes Al-Ittifaq. Pestisida ini telah dibeli dan dipatenkan oleh salah satu
untuk kebutuhan usahatani ponpes didapat dari koperasi. Biasanya untuk satu
hektar lahan digunakan 50 liter ciknabat, 30 liter inabat, dan 50 liter betapur yang
hanya apabila terjadi serangan hama dan penyakit yang tidak bisa diatasi lagi
tidak digunakan.
d. Tenaga Kerja
Berbeda dengan buruh tani di sekitar ponpes yang bekerja selama 6 jam dalam
1 hari, santri-santri ponpes hanya bekerja selama 4 jam per harinya. Sehingga
dalam penghitungan upah digunakan satuan Jam Orang Kerja (JOK) untuk
memudahkan penghitungan. Tenaga kerja santri tidak dibayar secara tunai,
karena itu untuk menghitung nilai tenaga kerja digunakan standar upah buruh
yang biasa digunakan di Desa Alam Endah yaitu Rp 15.000,00 per hari kerja
(6 jam kerja), atau sama dengan Rp 2.500,00 per jam kerjanya.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan ponpes belum efisien, karena
efektivitas kerja yang dilakukan santri per kegiatan kerja (Tabel 16). Jam kerja
efektif yang sebenarnya dilakukan santri dapat disesuaikan dengan jam kerja
tenaga upahan. Jam kerja yang dihitung hanya jam saat santri memiliki dan
berupa pekerjaan usahatani tidak diperhitungkan. Jam kerja efektif ini akan
dibandingkan dengan alokasi jam kerja aktual ponpes, sehingga dapat diketahui
Jumlah jam orang kerja (JOK) efektif (tanpa mandor) adalah 63.890 JOK
per tahunnya. Mandor tidak diperhitungkan dalam penghitungan jam kerja efektif,
ini tidak begitu berpengaruh terhadap efektivitas tenaga kerja. Nilai jam kerja
efektif jauh lebih kecil dibandingkan jam kerja aktual ponpes yaitu 219.000 JOK,
sehingga dapat dihitung pemborosan yang terjadi adalah sebesar 155.110 JOK
cangkul, garpu, arit, kored, pisau, ember, dan gerobak. Alat-alat ini dibeli dari
tanah. Arit dan kored digunakan untuk membuat tugalan dan menyiangi gulma.
ternak.
Tabel 17 Nilai Penyusutan Alat-alat yang Digunakan pada Usahatani Sayuran di Ponpes Al-Ittifaq untuk Satu Tahun
Umur Penyusutan
Jumlah Harga Beli Nilai
Peralatan Fisik (Rp) (Rp)
Ekonomis per Tahun
(tahun) (Rp)
Cangkul 160 28.000 4.480.000 2 186.666,67
Garpu 30 55.000 1.650.000 2 68.750,00
Arit 70 10.000 700.000 2 29.166,67
Kored 100 13.000 1.300.000 2 54.166,67
Pisau 30 5.000 150.000 2 6.250,00
Ember 35 8.000 280.000 2 11.666,67
Gerobak 20 120.000 2.400.000 3 66.666,67
Nilai total penyusutan alat 423.333,35
mengalami perendaman selama kurang lebih 12 jam atau sampai benih terlihat
pecah agar benih cepat berkecambah. Benih kubis disemai terlebih dahulu, pada
bedeng tanam. Dalam satu bedeng terdapat 2 barisan, dengan jarak antar
barisan 50 cm dan jarak antar lubang tanam pada satu barisan adalah 50 cm.
Bibit bawang daun dapat ditanam langsung di bedeng tanam. Bibit yang
digunakan adalah setek anakan. Setek anakan adalah bawang daun yang sudah
berumur tua. Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dikurangi perakaran dan
dipotong sebagian daunnya.
Sebelum ditanam, tomat dan cabai disemaikan dahulu pada bedeng semai
yang terdapat di pekarangan bangunan utama. Lokasi ini dipilih karena
pekarangan tersebut ternaungi, sehingga baik untuk kegiatan penyemaian.
Pada umur 3 minggu bibit cabai sudah dapat ditanam pada bedeng tanam
sedangkan bibit tomat pada umur 4-6 minggu. Dalam satu bedeng tomat
terdapat 16 tanaman dengan jarak antar tanaman 60 cm. Pada satu bedeng
cabai terdapat 13 tanaman dengan jarak antar tanaman 70 cm.
Pemeliharaan meliputi pemupukan susulan, penyiraman, penyiangan,
pembumbunan dan penyemprotan untuk beberapa komoditas. Pemupukan
biasanya dilakukan dua kali yaitu pada awal penanaman dan pada masa
setelah tanam, dimana pada masa ini pemupukan dapat dilakukan berkali-kali.
Penyiraman dilakukan hanya pada musim kemarau. Penyiangan dilakukan
untuk membersihkan bedengan dari gulma dan pembumbunan dilakukan
untuk menjaga bedengan agar kondisi perakaran tanaman tetap baik. Cabai,
tomat dan buncis yang telah berumur 4 minggu diberikan penopang berupa
ajir, untuk mencegah tanaman rebah. Penyemprotan dilakukan untuk
melindungi tanaman dari hama dan penyakit yang menyerang. Penyemprotan
dilakukan dengan alat hand sprayer.
Pemanenan dilakukan sesuai dengan umur kematangan tanaman, namun
dalam kondisi tertentu tanaman yang belum matang pun sudah dipanen.
Kondisi yang dimaksud adalah apabila permintaan dari swalayan melebihi
ketersediaan barang. Tanaman wortel, cabai, tomat, dapat dipanen pada umur
tiga bulan, sedangkan tanaman bawang daun, kubis, dan buncis dapat dipanen
pada umur dua bulan. Cabai dapat dipanen terus menerus sampai dua bulan
setelah panen pertama. Tapi biasanya memasuki bulan kedua kualitas cabai
tidak begitu baik lagi. Tomat dan buncis dapat dipanen sekitar sebelas kali
dengan jarak pemetikan 2-3 hari. Hasil panen di bawa ke gudang pengemasan
setelah dibersihkan dan disortasi di kebun, untuk ditimbang dan dikemas
sesuai pesanan.
Adapun hasil panen per bedeng untuk tiap jenis sayuran per musim tanamnya
dan total panen selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 18. Data panen per
bedeng dikumpulkan dari mandor-mandor kebun yang memiliki catatan, dan
kemudian dirata-ratakan. Total panen satu tahun didapatkan dari perkalian
antara jumlah panen per bedeng dengan jumlah bedeng per hektar dan luas
tanam selama setahun.
Terdapat selisih yang cukup tinggi antara hasil produksi dan jumlah
kebutuhan harian ponpes baik untuk penjualan maupun konsumsi (santri, ternak,
dan ikan), karena kebutuhan lain diluar kebutuhan harian belum diperhitungkan.
pada acara perayaan hari besar agama, dan konsumsi untuk acara-acara
ponpes lainnya. Karena itu selisih tersebut akan dianggap sebagai sayuran yang
sedangkan bagian afkirnya untuk konsumsi santri, ternak dan ikan. Jumlah
selisih dengan persentase sayuran afkir terhadap total panen (halaman 75) untuk
sebesar 75 persen dan sisanya adalah afkir untuk pakan ternak dan ikan.
tahun atau sekitar 33,6 kuintal. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa untuk
setempat. Sayuran yang biasa ditukar adalah wortel karena petani menyukai
memiliki harga jual yang lebih tinggi di pasar, dibandingkan wortel produksi
petani sendiri. Petani membeli wortel ponpes dengan harga Rp 1.800,00 per
kilogram, dan petani menjual tomatnya dengan harga Rp 900,00 per kilogram.
Satu kuintal wortel dapat ditukar dengan 2 kuintal tomat (1:2), sehingga untuk
diberikan pada ternak dan ikan. Setelah penyortiran tersebut selesai, sayuran
pelabelan. Sayuran tomat, buncis, dan cabai dikemas dalam wadah styrofoam
dengan plastik wrapping yang beratnya sesuai pesanan dan diberi label barcode.
Kubis dikemas dengan plastik wrapping dan kemudian diberi label barcode.
Bawang daun diikat dengan pita perekat bertuliskan nama swalayan yang
Daerah pemasaran yang dilalui ponpes yaitu meliputi Bandung dan Jakarta.
Ada dua jenis limbah yang dihasilkan oleh usahatani sayuran, yaitu
brangkasan dan sayuran afkir. Brangkasan terdiri dari daun wortel, daun dan
batang tomat, cabai, dan buncis. Sedangkan yang dikategorikan sebagai sayuran
afkir adalah sayuran sisa yang tidak terjual. Hal ini disebabkan oleh telah
memang tidak layak untuk dijual ke swalayan. Seperti sayuran yang bukan
termasuk dalam kategori grade A atau B. Biasanya sayuran afkir yang dihasilkan
dari panen total setiap harinya adalah wortel 83,83 kg (18,72%), tomat 38,90 kg
(8,77%), buncis 22,63 kg (13,24%), bawang daun 22,68 kg (22,91), cabai 15,80
kg (22,21) dan kubis 19,94 kg (15,18%). Sayuran afkir yang layak konsumsi
digunakan untuk makan santri sedangkan sayuran afkir yang kurang baik
diberikan kepada ternak dan ikan atau langsung dibuang ke dalam tong
pengomposan. Rincian bobot sayuran afkir yang dihasilkan disajikan pada Tabel
20.
Tabel 20 Alokasi Penggunaan Sayuran Afkir yang Dihasilkan Usahatani Sayuran dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren
Al-Ittifaq
Sayuran afkir yang dikonsumsi oleh santri adalah sayuran afkir dengan
cabai dikonsumsi oleh santri. Dalam penelitian ini diasumsikan jumlah sayuran
afkir per jenis sayuran yang dikonsumsi oleh santri adalah sebesar 75 persen
seluruhnya. Sisa sayuran afkir yang tidak dikonsumsi santri diberikan pada
ternak dan ikan. Khusus untuk ikan sayuran afkir yang diberikan adalah afkir
dihasilkan pada lahan lainnya. Maka jumlah limbah wortel dapat dihitung
sebagai berikut:
Jika hasil panen dalam 1 bedeng wortel rata-rata adalah 31,99 kg (0,06
adalah 1,92 kg per bedeng wortel. Jumlah bedeng per hektar adalah 594
bedeng dan luas tanam wortel dalam setahun adalah 21 Ha, sehingga
bobot total brangkasan wortel yang dihasilkan ponpes per hektar untuk
satu musim tanam adalah 1.140,48 kg dan bobot total dalam satu tahun
yang dapat dihasilkan per bedeng adalah 22,54 kg. Jumlah bedeng per
hektar adalah 594 bedeng dan luas tanam buncis dalam setahun adalah
5 Ha, sehingga bobot total brangkasan buncis yang dihasilkan ponpes per
hektar untuk satu musim tanam adalah 13.388,76 kg dan bobot total
yang dapat dihasilkan per bedeng adalah 6,56 kg. Jumlah bedeng per
hektar adalah 900 bedeng dan luas tanam tomat dalam setahun adalah
4,5 Ha, sehingga bobot total brangkasan tomat yang dihasilkan ponpes
per hektar untuk satu musim tanam adalah 5,904 kg dan bobot total
cabai didapatkan rata-rata bobot brangkasan per pohon adalah 320 gram.
yang dapat dihasilkan per bedeng adalah 4,16 kg. Jumlah bedeng per
hektar adalah 900 bedeng dan luas tanam cabai dalam setahun adalah
7,5 Ha, sehingga bobot total brangkasan tomat yang dihasilkan ponpes
per hektar untuk satu musim tanam adalah 3.744 kg dan bobot total
Tabel 21.
Tabel 21 Bobot Brangkasan yang Dihasilkan Usahatani Sayuran dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Dalam satu tahun total brangkasan dan sayuran afkir yang dihasilkan
dikonsumsi oleh ternak adalah sebesar 136.418,75 kg, sehingga ada sisa
brangkasan sebesar 9.115,65 kg. Sisa brangkasan ini hanya bernilai 6 persen
sebesar 3.759,48 kg, dikonsumsi ikan sebesar 250,66 kg, dan dikonsumsi ternak
Unit peternakan Ponpes Al-Ittifaq memiliki dua macam usahatani ternak, yaitu
sapi perah dan penggemukan domba. Laporan keuangan yang dibuat ponpes
selama ini hanya sebatas penjualan domba dan sapi afkir. Sementara itu
laporan mengenai biaya operasional harian dan penerimaan penjualan susu
harian tidak pernah dibuat. Hal ini membuat ponpes kesulitan untuk melihat
apakah usahatani ternak ini menguntungkan atau tidak, karena laporan
keuangan yang ada tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
6.3.1 Perkandangan
kandang permanen yang mempunyai atap genting dan gabungan antara genting
dan asbes. Dinding kandang terbuat dari semen yang dibangun setinggi leher
sapi. Agar lantai kandang tetap kering dan tidak licin, maka digunakan lantai dari
semen. Lokasi kandang sapi laktasi dan sapi bunting, sapi dara dan sapi jantan,
110 ekor domba. Kandang II terletak di belakang kobong santri menampung sapi
jantan, sapi dara dan pedet yang dikelompokkan secara terpisah. Kandang III
terletak di sebelah kandang II, menampung sapi betina laktasi. Di kandang III
inilah pemerahan dilakukan setiap pagi dan siang. Kandang IV terletak di sebelah
Usahatani ternak ponpes memiliki tujuh orang tenaga kerja santri. Tiga orang
bekerja di kandang sapi dan empat orang di kandang domba. Usahatani ternak
ini dikelola oleh seorang mandor. Secara umum tugas yang harus dilakukan
oleh santri yang mengurus sapi dan domba adalah sama. Bedanya santri yang
mengurus sapi harus bisa memandikan dan melakukan pemerahan, dan
pekerjaan pemerahan tidak dapat diwakilkan karena seekor sapi hanya dapat
diperah oleh orang satu orang. Hal ini dikarenakan sapi sangat sensitif
terhadap pergantian pemerah dan dapat menyebabkan susu yang dikeluarkan
sedikit. Tabel 24 menyajikan data penggunaan tenaga kerja aktual usahatani
ternak ponpes.
Tabel 24 Alokasi Penggunaan Tenaga Kerja Santri (aktual) pada Usahatani
Ternak dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Bagian Kerja Jam Kerja (JOK/tahun) Hari Kerja (HOK/tahun)*
Mandor 3.650 608,33
Mengurus sapi 10.950 1.825,00
Mengurus domba 14.600 2.433,33
Total 29.200 4.866,66
*HOK Ciwidey = 6 jam
memberikan pakan konsentrat dan air minum serta membuat pupuk kompos dan
menjual susu-susu tersebut ke koperasi Ciwidey. Dalam sehari total jam kerja
santri adalah 10 jam, yaitu pukul 04.00-11.00 WIB dan 13.00-16.00 WIB. Jika
disetarakan dengan HOK daerah penelitian (1 HOK = 6 jam), maka total jam
kerja santri untuk mengurus ternak sebesar 29.200 JOK per tahun setara dengan
efektivitas kerja yang dilakukan santri per kegiatan kerja (Tabel 25). Jam kerja
efektif yang sebenarnya dilakukan santri dapat disesuaikan dengan jam kerja
tenaga upahan. Total jam kerja santri untuk kedua jenis ternak adalah 3.467,5
JOK per tahun atau setara dengan 577,92 HOK per tahun.
Nilai jam kerja efektif 577,92 HOK jauh lebih kecil dibandingkan jam kerja
aktual ponpes yaitu 29.200 JOK, sehingga dapat dihitung pemborosan yang
Bahkan pemborosan ini dapat meningkat apabila jam kerja mandor juga
diperhitungkan.
Tabel 25 Penggunaan Jam Kerja Efektif per Jenis Ternak pada Usahatani
Ternak di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Untuk Satu Tahun
Jam Kerja Jam Kerja
HOK/tahun
Kegiatan Kerja (JOK/hari) (JOK/tahun)
Sapi Domba Sapi Domba Sapi Domba
Membersihkan kandang 0,50 0,50 182,50 182,50 30,42 30,42
Memandikan ternak 1,00 0 365,00 0 60,83 0
Memerah ternak 1,00 0 365,00 0 60,83 0
Mengambil hijauan rumput 1,00 4,00 365,00 1.460,00 60,83 243,33
Memberikan pakan dan minum 0,25 0,25 91,25 91,25 15,21 15,21
Menjual susu 1,00 0 365,00 0 60,83 0
Total 4,75 4,75 1.733,75 1.733,75 288,96 288,96
Keterangan: 1 tahun = 365 hari, HOK Ciwidey = 6 jam
Produksi Peternakan (2007) adalah 0,042 HOK/ST/hari. Total ternak yang dimiliki
ponpes adalah 37,375 ST, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mengurus ternak setiap hari adalah 1,57 HOK. Menurut ketentuan ini, tenaga
kerja yang dibutuhkan selama satu bulan (30 hari) adalah 47,1 HOK, dan selama
satu tahun (365 hari) adalah 573,05 HOK. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan
nilai jam kerja yang telah dihitung per kegiatan, sehingga dapat disimpulkan
Susu dihasilkan oleh sapi betina yang sedang mengalami laktasi. Masa laktasi
adalah masa antara waktu beranak dengan waktu dimana ternak dikeringkan
atau tidak diperah susunya. Masa laktasi biasanya sekitar 10 bulan. Ternak
yang bunting dikeringkan selama 2 bulan menjelang beranak agar ternak
memiliki kondisi yang baik ketika beranak. Selain itu pengeringan dilakukan
agar produksi susu pada periode berikutnya tinggi.
Produksi susu rata-rata di Ponpes Al-Ittifaq per ekor per hari adalah 14-15
liter. Nilai ini lebih tinggi daripada produksi susu sapi nasional yaitu 10 liter/hari.4
Perbedaan jumlah produksi tersebut dipengaruhi oleh umur sapi. Produksi susu
akan meningkat dari laktasi pertama sampai laktasi kelima. Karena catatan
4
Anton Apriyantono, Pikiran Rakyat 30 Januari 2007
asumsi produksi susu selama satu tahun adalah produksi yang paling rendah
yaitu 14 liter.
Ada beberapa jenis limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi dan domba, yaitu
feses, urine, dan pakan hijauan. Limbah yang telah dimanfaatkan adalah feses
dan sisa pakan hijauan. Kedua limbah tersebut diolah kembali menjadi pupuk
kompos cair dan pupuk daun.
Menurut penimbangan pada saat penelitian satu ekor sapi dewasa dapat
menghasilkan 18,5 kg feses per hari. Sehingga produksi feses untuk sapi dara,
pedet, domba dewasa, domba muda, dan domba anak dapat diketahui dari
hasil konversi dengan satuan ternak. Satuan ternak yang digunakan adalah
satuan ternak Ditjen Bina Produksi Peternakan (2006). Hasil penghitungan
total produksi feses ternak disajikan pada Tabel 26.
Limbah feses dan pakan dikumpulkan di lokasi pengomposan yang
terletak di sebelah kandang sapi. Satu drum kompos cair (220 liter)
membutuhkan 25 kg feses segar. Kebutuhan pupuk daun per hektar (200 kg)
65.577,60 liter, feses segar yang dibutuhkan adalah 7.452 kg. Untuk kebutuhan
pupuk daun sebesar 2.827,44 kg, feses segar yang dibutuhkan adalah 1.696,46
kg. Untuk kebutuhan pupuk kandang sebesar 170.005,80 kg, feses segar yang
dibutuhkan adalah 212.507,25 kg. Dari data di atas dapat dihitung total
kebutuhan feses segar selama satu tahun yaitu sebesar 221.655,71 kg. Feses
segar yang tersedia selama satu tahun adalah sebesar 252.374,69 kg, sehingga
terdapat sisa feses segar sebesar 30.718,98 kg. Sisa feses ini hanya bernilai 12
persen dari total feses sehingga dapat disimpulkan bahwa feses yang dihasilkan
dan lele. Keduanya tidak diusahakan untuk tujuan komersil melainkan hanya
a. Kolam Ikan
Kolam ikan yang dimiliki ponpes berjenis kolam tunggal (family pond)
berukuran 28 m2 (7 x 4 m). Dinding kolam terbuat dari semen dan alas kolam
terbuat dari lumpur dan tanah. Kolam yang dimiliki ponpes hanya kolam
b. Bibit
sarana produksi yang harus disediakan adalah bibit. Bibit ikan didapatkan dari
pasar Ciwidey. Bibit yang dibeli adalah bibit yang berusia 2 bulan. Karena
ponpes tidak memiliki catatan mengenai jumlah bibit ikan lele yang ditanamnya,
Komposisi bibit ikan yang ditebarkan adalah bibit ikan lele 200 ekor dan ikan
mujair 120 ekor. Umur tanam ikan lele adalah 4 bulan dan ikan mujair adalah 3
bulan. Sehingga dalam setahun total bibit yang ditebarkan adalah ikan mujair 480
c. Pupuk
dikeringkan. Jumlah pupuk yang digunakan dalam setahun adalah urea 0,5 kg,
d. Pakan Ikan
Pemberian pakan dilakukan setiap hari pada pukul 10 pagi oleh santri
yang bertugas. Sayuran afkir yang digunakan sebagai pakan ikan adalah bawang
daun dan kubis. Jumlah rata-rata pakan yang diberikan per hari adalah bawang
daun 1,43 kg dan kubis 0,26 kg. Total sayuran afkir yang diberikan sebagai
waring, dan ember. Umur ekonomis rata-rata dari alat tersebut adalah satu
tahun. Waring digunakan untuk mengangkut sampah dan feses di atas air kolam
dan untuk memanen ikan. Sedangkan ember digunakan untuk menaruh ikan
setelah dipanen atau untuk menampung sayuran afkir yang akan diberikan
sebagai pakan. Biaya penyusutan alat-alat tersebut dapat dilihat pada Tabel 27.
f. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan adalah 1 orang tenaga kerja santri. Jenis
memberikan pakan ikan. Lama kerja santri untuk mengurus ikan adalah 2 jam
setiap harinya, sehingga jumlah penggunaan tenaga kerja untuk usahatani ikan
Tenaga kerja yang digunakan ponpes ini belum efisien, karena jumlahnya
terlalu tinggi. Jam kerja efektif seharusnya dihitung berdasarkan efektivitas kerja
yang dilakukan santri. Jam kerja efektif yang sebenarnya dilakukan santri dapat
disesuaikan dengan jam kerja tenaga upahan. Untuk mengurus kolam ikan
tersebut dalam satu tahun tenaga kerja efektif yang dibutuhkan 247 JOK atau
setara dengan 41,17 HOK per tahun. Nilai jam kerja efektif jauh lebih kecil
dibandingkan jam kerja aktual ponpes yaitu 730 JOK, sehingga dapat dihitung
pemborosan yang terjadi adalah sebesar 483 JOK atau senilai dengan Rp
1.207.500.
untuk ikan mujair dan 4 bulan untuk ikan lele. Setelah masa tersebut biasanya
ikan mujair dan lele telah mencapai ukuran konsumsi. Setiap pagi tepi dan
6.4.3 Panen
Pemanenan dilakukan apabila ikan sudah berumur 5-6 bulan atau ketika
ikan. Dalam setahun total bibit yang ditebar adalah mujair 480 ekor dan lele 600
yang dapat dipanen adalah mujair 384 ekor dan lele 480 ekor atau sekitar 19,2
kg dan 96 kg.
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
keuntungan yang didapat. Karena itu sesuai dengan tujuannya, kondisi yang
dibuat merupakan kondisi yang berbeda antara kondisi satu dan lainnya. Kondisi
ponpes, dimana terjadi perputaran input menjadi output bagi cabang usahatani
lainnya begitupun sebaliknya, dan terdapat proses daur ulang output sampingan
ponpes, dimana diasumsikan tidak ada perputaran input menjadi output bagi
cabang usahatani satu untuk yang lainnya dan tidak terdapat proses daur ulang
sebagai sistem pertanian non integrasi. Pada kondisi 2 output sampingan yang
pendapatan usahatani sayuran meliputi analisis pendapatan atas biaya total dan
atas biaya tunai. Untuk komponen biaya, biaya yang dikeluarkan untuk usahatani
terdiri atas biaya tunai dan biaya tidak tunai. Sedangkan penerimaan terdiri atas
Pengumpulan data dilakukan pada bulan April tahun 2007, tetapi dalam
penghitungan, data yang dipakai adalah data periode bulan April 2006 sampai
dengan bulan Maret 2007. Pada periode tersebut harga jual komoditas sayuran
tidak berubah-ubah, hal ini disebabkan karena ponpes sudah memiliki perjanjian
waktu tertentu sudah ditetapkan di dalam perjanjian tersebut. Sayuran yang dijual
grade B. Harga wortel, buncis, cabai, bawang daun dan kubis per kilogram
1.500,-. Komoditas tomat memiliki harga jual yang berbeda tiap grade-nya yaitu
Rp 2.500,- (per kilogram) untuk grade A dan Rp 1.750,- (per kilogram) untuk
tomat grade B.
petani setempat (Tabel 29). Sedangkan pada kondisi 2, selain kedua penjualan
sayuran afkir dan brangkasan yang dijual ke luar ponpes (Tabel 30). Nilai
komoditas yang dijual dan harga jual yang telah ditetapkan dalam perjanjian
(MoU) untuk per satuannya. Nilai penjualan wortel ke petani didapat dengan
mengalikan jumlah wortel yang dijual dan harga wortel yang telah disetujui oleh
Sayuran yang memiliki nilai jual tertinggi adalah komoditas wortel yaitu
Nilai jual tertinggi kedua adalah komoditas tomat grade A yaitu sebesar
tunai untuk membeli tomat. Nilai penjualan wortel didapat dengan mengalikan
jumlah wortel yang dijual dan harga jual tomat. Untuk mendapatkan uang tunai
yang cukup untuk membeli kekurangan tomat, jumlah wortel yang harus dijual
dalam setahun adalah 16.785,10 kg. Harga yang bersedia dibayar oleh petani
adalah Rp 1.800,00 per kilogram. Harga ini sedikit lebih tinggi dari harga wortel
yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp 1.500,00. Keadaan ini tidak menjadi
masalah bagi petani karena wortel ponpes memiliki harga jual yang lebih tinggi
pula jika dijual ke pasar induk, sehingga petani merasa lebih diuntungkan.
Penerimaan tidak tunai pada kondisi 1 terdiri atas nilai sayuran afkir yang
digunakan untuk konsumsi santri, pakan ternak dan ikan, sayuran yang
penerimaan tidak tunai pada kondisi 2 terdiri atas nilai sayuran afkir yang
Nilai sayuran afkir yang dikonsumsi santri merupakan hasil kali jumlah
komoditas. Harga jual sayuran yang digunakan adalah harga petani yang berlaku
di daerah penelitian, karena sayuran afkir yang dikonsumsi memiliki kualitas yang
sama dengan sayuran di kalangan petani. Nilai sayuran afkir yang dikonsumsi
santri merupakan salah satu sumber penerimaan tidak tunai pada kedua kondisi.
615.588,80 dan Rp 281.544,28 adalah hasil kali antara jumlah sayuran afkir yang
digunakan sebagai pakan dengan harga transfer per kilogramnya. Harga sayuran
sama dengan pakan hijauan. Harga pasar pakan hijauan di Desa Alam Endah
biaya tenaga kerja untuk membabat yaitu sebesar Rp 10.000 per HOK. Dalam
satu hari 1 HOK dapat menghasilkan rata-rata 200 kg rumput. Sehingga dapat
disetarakan dengan harga transfer pada sayuran afkir di atas yaitu Rp 25,00 per
kilogram, karena brangkasan memiliki fungsi yang sama sebagai pakan hijauan
yang digunakan sebagai pakan ternak dan ikan tidak diperhitungkan sebagai
penjualan sayuran afkir dan brangkasan merupakan hasil kali jumlah produksi
kedua hasil samping tersebut dan harga jual per kilogram yang berlaku di daerah
Biaya produksi untuk usahatani sayuran meliputi biaya tunai dan biaya tidak
tunai. Biaya tunai usahatani sayuran pada kondisi 1 terdiri atas biaya sarana
produksi (benih, pupuk kimia, pestisida, dan biaya produksi lain) dan
pembelian tomat untuk menutup kekurangan produksi (Tabel 32). Sedangkan
biaya tunai usahatani sayuran pada kondisi 2 terdiri atas biaya sarana produksi
(benih, pupuk kimia, pupuk organik, pestisida, biaya produksi lain) dan
pembelian tomat untuk menutup kekurangan produksi (Tabel 33).
Pada kedua kondisi, biaya sarana produksi yang telah disebutkan di atas
bernilai sama. Perbedaannya adalah pada kondisi 2 terdapat biaya tunai untuk
membeli pupuk organik. Nilai biaya pupuk organik yang dikeluarkan pada kondisi
2 adalah hasil kali jumlah pupuk organik yang digunakan dalam setahun dengan
ponpes hanya menggunakan pupuk organik jenis pupuk kandang dan pupuk
kompos karena hanya jenis pupuk organik ini yang dijual di daerah penelitian.
kandang yang dibutuhkan adalah 20.000 kg dan pupuk kompos 10.000 kg per
setahun, jumlah pupuk kandang dan pupuk kompos yang harus dibeli oleh
rinciannya terdapat pada Tabel 31. Harga pupuk kandang dan pupuk kompos
masing Rp 100,00 per kg dan Rp 140,00 per kg, sehingga total biaya pupuk
Biaya benih adalah perkalian antara jumlah benih yang digunakan dalam
satu tahun dengan harga per satuannya. Biaya pupuk kimia adalah perkalian
antara jumlah pupuk kimia yang digunakan dalam satu tahun dengan harga per
digunakan dalam satu tahun dengan harga per liternya. Biaya produksi tunai lain
yang dikeluarkan untuk produksi digolongkan sebagai biaya lain. Biaya lain
tersebut terdiri atas biaya bambu, mulsa, kapur tani, sewa lahan, kemasan,
sewa lahan dikeluarkan untuk menyewa lahan seluas 6 hektar yang disewa
ponpes selama setahun untuk ditanami. Nilai lahan tersebut diasumsikan sama
dengan lahan lainnya yang digunakan ponpes. Biaya kemasan dan ongkos kirim
adalah biaya belanja kemasan yang sudah rutin dianggarkan per bulannya.
kekurangan produksi. Nilai pembelian tomat adalah perkalian jumlah tomat yang
dibeli dengan harga per kilogramnya yang berlaku di daerah penelitian. Harga
tersebut lebih murah dibanding harga tomat ponpes yaitu sebesar Rp 900,00 per
kilogram.
Biaya tidak tunai pada kondisi 1 terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya
penyusutan, biaya sewa lahan dan biaya pupuk organik (Tabel 32). Sedangkan
pada kondisi 2 terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, dan biaya
sewa lahan (Tabel 33). Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan adalah tenaga
kerja efektif yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Biaya penyusutan alat
usahatani dihitung dengan metode garis lurus. Biaya sewa lahan tidak tunai
adalah biaya sewa lahan milik yang penggunaannya juga diperhitungkan
sebagai biaya.
Tenaga kerja santri merupakan biaya tidak tunai karena tenaga santri tidak
dibayar dengan uang tunai. Nilai tenaga kerja didapatkan dengan mengalikan
jumlah jam kerja santri di kebun selama setahun dengan upah yang berlaku di
daerah penelitian yaitu Rp 2.500,00 per JOK. Biaya penyusutan alat usahatani
selama satu tahun adalah Rp 6.054.833,33. Nilai ini merupakan nilai
penyusutan alat usahatani sayuran selama setahun. Biaya sewa lahan tidak
tunai adalah biaya sewa lahan milik seluas 10 hektar yang penggunaannya
juga diperhitungkan sebagai biaya, yaitu sebesar Rp 5.000.000,00. Harga
sewa lahan yang digunakan adalah harga sewa lahan yang digunakan di daerah
penelitian.
Pada kondisi 1, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk
kompos, dan pupuk daun yang ketiganya diproduksi sendiri oleh ponpes. Nilai
biaya pupuk kompos dan pupuk daun didapat dengan mengalikan jumlah
pupuk yang digunakan selama setahun dengan harga transfer per satuannya.
Penentuan harga transfer kedua pupuk tersebut akan dijelaskan pada sub bab
usahatani ternak. Nilai pupuk kompos, pupuk daun, dan pupuk kandang
masing-masing adalah Rp 3.713.659,49, Rp 3.946.795,22, dan Rp
17.000.280,00. Total biaya pupuk organik pada kondisi 1 adalah Rp
24.660.734,71.
Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan biaya pupuk organik pada kondisi 2
menyebabkan total biaya pada kondis 2 lebih tinggi dari kondisi 1. Usahatani
tahunnya.
kondisi 1. Pada kondisi 2 hasil samping yang dihasilkan usahatani sayuran dijual
keluar dengan harga per satuan yang lebih tinggi dibandingkan bila usahatani
kondisi 2 lebih besar dari kondisi 1, hal ini disebabkan oleh biaya pembelian
pupuk organik dari luar yang harganya lebih tinggi dari pupuk organik buatan
ponpes. Selain itu pupuk organik yang digunakan jumlahnya disetarakan dengan
standar yang digunakan petani sekitar, sehingga secara kuantitas pupuk organik
Pada kondisi 1 Nilai rasio R/C atas biaya tunai sebesar 11,41 artinya
bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan ponpes untuk menanam
hektar. Sedangkan rasio R/C atas biaya total sebesar 6,73 mengandung
pengertian bahwa setiap biaya total Rp 1,00 yang dikeluarkan ponpes untuk
Sedangkan pada kondisi 2 Nilai rasio R/C atas biaya tunai sebesar 7,52
artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan ponpes untuk
7,52 per hektar. Sedangkan rasio R/C atas biaya total sebesar 5,37 mengandung
pengertian bahwa setiap biaya total Rp 1,00 yang dikeluarkan ponpes untuk
5,37 per hektar. Nilai rasio R/C atas biaya tunai dan biaya total pada kondisi 1
lebih besar dari kondisi 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani sayuran
yang diintegrasikan dengan hewan ternak dan ikan lebih efisien dibandingkan
pendapatan usahatani ternak meliputi analisis pendapatan atas biaya total dan
atas biaya tunai. Untuk komponen biaya, biaya yang dikeluarkan terdiri atas
biaya tunai dan biaya tidak tunai. Sedangkan penerimaan terdiri atas penerimaan
Penerimaan tunai kondisi 1 berasal dari penjualan susu sapi dan ternak (Tabel
35). Penerimaan tunai pada kondisi 2 terdiri atas penjualan susu sapi, ternak
dan pupuk kandang (Tabel 36). Nilai penjualan susu sapi didapatkan dengan
mengalikan jumlah produksi susu sapi per tahun dengan harga per liternya.
dijual selama satu tahun (April 2006-Maret 2007) dengan harga per ekornya.
221.655,71 kg, sehingga jumlah pupuk kandang yang dijual adalah 177.324,57
kg. Nilai penjualan pupuk kandang didapatkan dengan mengalikan jumlah pupuk
kandang dengan harga per satuan yang berlaku di daerah penelitian (Tabel 36).
Penerimaan tidak tunai pada kondisi 1 terdiri atas susu yang dikonsumsi pedet
dan pupuk organik yang dihasilkan ponpes. Penerimaan tidak tunai pada
kondisi 2 hanya terdiri atas susu yang dikonsumsi pedet. Pada kondisi ini
susu yang dikonsumsi pedet selama satu tahun dengan harga per liternya yaitu
diberikan susu induknya sebanyak 6 liter per hari selama 10 hari. Setelah itu
pedet bisa mengkonsumsi konsentrat yang dihaluskan dan pada usia remaja
usahatani ternak. Hasil produksi unit ini masih sedikit sehingga hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan ponpes. Nilai biaya pupuk kompos dan pupuk daun
dengan harga transfer per satuannya. Harga pokok produksi pupuk organik
sayuran (usahatani pembeli). Harga transfer ini ditentukan atas dasar biaya
Hal ini disebabkan adanya tambahan penerimaan akibat feses yang diolah
2, feses ternak yang dihasilkan tidak diolah kembali menjadi pupuk organik
Biaya produksi untuk usahatani ternak meliputi biaya tunai dan biaya tidak
tunai. Biaya tunai usahatani ternak pada kondisi 1 terdiri atas biaya pakan
kompos (Tabel 37). Sedangkan biaya tunai usahatani ternak pada kondisi 2
terdiri atas biaya pakan konsentrat, inseminasi buatan, dan pemerahan (Tabel
38).
Nilai biaya pakan merupakan hasil kali jumlah pakan konsentrat yang
yang dikeluarkan untuk proses dan pasca pemerahan selama satu tahun, terdiri
atas vaseline dan ongkos angkut. Nilai biaya pembelian vaseline merupakan
hasil kali jumlah vaseline yang habis digunakan selama setahun dengan harga
per cup-nya. Nilai biaya ongkos angkut merupakan biaya pembelian bensin yang
Biaya pembuatan pupuk organik pada kondisi 1 terdiri atas biaya tunai
dan tidak tunai. Biaya yang dihitung tersebut merupakan biaya variabel yang
diasumsikan tidak terdapat unit usaha pembuatan pupuk organik, karena itu
biaya tunai maupun tidak tunai pembuatan pupuk-pupuk tersebut tidak ada.
Biaya tidak tunai pada kondisi 1 terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya
pembuatan pupuk daun dan pupuk kompos, biaya pakan hijauan, biaya
penyusutan, dan sewa lahan. Biaya tidak tunai pada kondisi 2 terdiri atas biaya
tenaga kerja, biaya pakan hijauan, biaya penyusutan, dan sewa lahan.
Tenaga kerja santri merupakan biaya tidak tunai karena tenaga santri tidak
dibayar dengan uang tunai. Nilai tenaga kerja didapatkan dengan mengalikan
jumlah jam kerja santri di kandang selama setahun dengan upah yang berlaku
di daerah penelitian yaitu Rp 2.500,00 per JOK. Biaya tenaga kerja yang
diperhitungkan adalah tenaga kerja efektif yang telah dibahas pada bab
sebelumnya.
Biaya penyusutan alat usahatani ternak dihitung dengan metode garis lurus.
Biaya penyusutan alat usahatani ternak selama satu tahun adalah Rp
1.053.500,. Nilai ini merupakan nilai penyusutan alat usahatani ternak selama
setahun. Biaya sewa lahan tidak tunai adalah biaya sewa lahan milik seluas
0,25 hektar yang penggunaannya juga diperhitungkan sebagai biaya, yaitu
sebesar Rp 125.000,00.
Biaya pakan hijauan pada kondisi 1 adalah sayuran afkir, brangkasan, dan
rumput. Sayuran afkir dan brangkasan didapatkan dari limbah usahatani
sayuran dan pengemasan, sedangkan rumput dapat dengan mudah didapatkan
di sekitar ponpes. Namun pada kondisi 2, diasumsikan bahwa sayuran afkir
dan brangkasan tidak ada sehingga kebutuhan akan pakan hijauan hanya
dipenuhi dari rumput. Implikasi yang terjadi adalah bertambahnya jumlah
rumput yang harus dibabat. Perubahan ini memang tidak berpengaruh pada
biaya pakan hijauan yang dikeluarkan, tetapi akan berpengaruh terhadap
jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk membabat rumput akan meningkat, sehingga ponpes harus menambah
jumlah santri yang bekerja di usahatani ternak yang tentunya akan menambah
biaya tenaga kerja.
Pada kondisi 1, biaya tunai pembuatan pupuk daun terdiri atas daun kirinyuh,
gula, terasi, pupuk NPK, dan bakteri MFA. Biaya tunai pembuatan pupuk
kompos adalah bakteri MFA. Biaya tidak tunai pembuatan pupuk daun dan
kompos adalah pupuk kandang dan tenaga kerja. Daun kirinyuh, gula, terasi,
dan pupuk NPK dibeli dari pasar Ciwidey, sedangkan bakteri MFA dibeli dari
Pada usahatani ternak, penerimaan total pada kondisi 1 lebih tinggi dari
kondisi 2. Hal ini disebabkan oleh tambahan penerimaan berupa pupuk
organik yang diproduksi sendiri oleh ponpes. Karena itu tambahan biaya
berupa biaya pembelian bahan penunjang pembuatan pupuk organik. Biaya-
biaya inilah yang menyebabkan nilai biaya total pada kondisi 1 lebih tinggi
dari kondisi 2. Total biaya pada kondisi 1 bernilai lebih kecil dibandingkan
kondisi 2. Hal ini disebabkan oleh penghematan biaya pakan hijauan pada
kondisi 1 akibat adanya hasil samping usahatani sayuran (Tabel 39).
Nilai pendapatan dan rasio R/C pada kedua kondisi dapat dilihat pada
Tabel 33. Pada kondisi 1 Nilai rasio R/C atas biaya tunai sebesar 4,53 artinya
bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan ponpes untuk berternak
Sedangkan rasio R/C atas biaya total sebesar 2,59 mengandung pengertian
bahwa setiap biaya total Rp 1,00 yang dikeluarkan ponpes untuk berternak maka
Sedangkan pada kondisi 2 Nilai rasio R/C atas biaya tunai sebesar 5,74
artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan ponpes untuk
ekor. Sedangkan rasio R/C atas biaya total sebesar 2,29 mengandung
pengertian bahwa setiap biaya total Rp 1,00 yang dikeluarkan ponpes untuk
ekor.
Kondisi 1 memiliki nilai rasio R/C atas biaya total yang lebih besar dari
usahatani ternak yang diintegrasikan dengan sayuran dan ikan lebih efisien
dibandingkan jika usahatani ternak berdiri sendiri. Namun nilai rasio R/C atas
biaya tunai pada kondisi 2 bernilai lebih besar dari kondisi 1. Hal ini dapat
dengan sayuran dan ikan, lebih efisien jika dilihat dari biaya tunai yang
dikeluarkan.
dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani ikan. Walaupun ponpes
tidak membudidayakan ikan untuk tujuan komersil, dalam sub bab ini akan
dibahas mengenai pendapatan yang mungkin diterima apabila hasil panen ikan
pada usahatani ikan hanya terdiri atas penerimaan tidak tunai. Penerimaan
tidak tunai usahatani ikan berasal ikan mujair dan lele yang dikonsumsi. Nilai
tersebut didapatkan dengan mengalikan jumlah panen ikan mujair dan lele per
tahun dengan harga per kilogramnya. Harga yang digunakan adalah harga ikan
yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp 10.000,00 per kg untuk mujair dan
Rp 12.000,00 per kg untuk lele. Dalam setahun total bibit yang ditebar adalah
mujair 480 ekor dan lele 600 ekor. Sehingga dapat diperkirakan dengan
tingkat mortalitas 20 persen, ikan yang dapat dipanen adalah mujair 384 ekor
Biaya produksi untuk usahatani ikan meliputi biaya tunai dan biaya tidak
tunai. Biaya tunai usahatani ikan pada kondisi 1 terdiri atas biaya pembelian bibit
ikan dan pupuk kimia (Tabel 41). Sedangkan biaya tunai usahatani ikan pada
kondisi 2 terdiri atas biaya pembelian bibit ikan, pakan ikan, pupuk kimia dan
bibit per tahun dengan harga per ekornya. Harga yang digunakan adalah harga
bibit yang berlaku di Pasar Ciwidey. Nilai pupuk kimia adalah hasil kali jumlah
pupuk kimia yang digunakan dalam setahun dan harga per kilogramnya.
Pada kondisi 1, nilai sayuran afkir yang dijadikan pakan ikan adalah hasil
kali antara jumlah sayuran afkir yang digunakan sebagai pakan dengan harga
transfer per kilogramnya, yaitu Rp 25,00. Pada kondisi 2, sayuran afkir yang
digunakan untuk pakan ikan diasumsikan dibeli dari petani sekitar dengan harga
tidak tunai karena pupuk kandang ditransfer dari usahatani sayuran. Sementara
pupuk kandang pada kondisi 2 merupakan biaya tunai karena diasumsikan dibeli
dari luar ponpes sehingga menambah biaya tunai. Harga yang digunakan adalah
harga pupuk kandang yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp 100,00 per kg.
Tabel 42 Biaya Total Usahatani Ikan Kondisi 2 di Pondok Pesantren Al-
Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007)
Harga Jumlah Nilai
No Komponen
(Rp/Satuan) (Sat. per Thn) (Rp per Tahun)
B BIAYA TUNAI
1 Bibit (ekor)
- Mujair 350,00 480,00 168.000,00
- Lele 400,00 600,00 240.000,00
Total Biaya Bibit 408.000,00
2 Pakan sayuran afkir 75,00 11.261,77 844.632,84
3 Pupuk Kimia (kg)
- TSP 2.200,00 0,50 1.100,00
- Urea 2.000,00 0,50 1.000,00
Total Biaya Pupuk Kimia 2.100,00
4 Pupuk kandang (kg) 100,00 3,00 300,00
Total Biaya Tunai 1.255.032,84
C BIAYA TIDAK TUNAI
1 Tenaga kerja santri (JOK) 2.500,00 247,00 617.500,00
2 Penyusutan 50.000,00
Total Biaya Tidak Tunai 667.500,00
TOTAL BIAYA 1.922.532,84
selama satu tahun dengan upah per jam kerjanya. Standar upah yang digunakan
adalah standar upah yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp 2.500,00 per
JOK. Nilai biaya penyusutan pada kedua kondisi adalah sama. Biaya penyusutan
Nilai pendapatan dan rasio R/C pada kedua kondisi dapat dilihat pada
Tabel 43. Pendapatan atas biaya total pada kedua kondisi menunjukkan hasil
yang negatif. Nilai rasio R/C atas biaya total pada kedua kondisi bernilai kurang
dari 1. Hal ini berarti usahatani ikan yang dilakukan pada kondisi yang
yang signifikan (Tabel 44 dan 45). Total pendapatan atas biaya tunai maupun
atas biaya total pada usahatani yang terintegrasi lebih besar daripada usahatani
ternak dan ikan yang selama ini terintegrasi terbukti lebih menguntungkan
Nilai rasio R/C atas biaya tunai maupun total pada usahatani terintegrasi
lebih besar dari usahatani yang tidak terintegrasi. Hal ini dapat diartikan bahwa
usahatani sayuran, ternak dan ikan yang terintegrasi, memiliki efisiensi yang
Nilai rasio R/C atas biaya total pada usahatani terintegrasi sebesar 6,34
artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan ponpes untuk bertani
secara integrasi maka akan memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp
6,34. Nilai rasio R/C atas biaya tunai pada usahatani terintegrasi sebesar 10,80
artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan ponpes untuk bertani
10,80.
Nilai rasio R/C atas biaya total pada usahatani yang tidak terintegrasi
sebesar 5,12 mengandung pengertian bahwa setiap biaya total Rp 1,00 yang
dikeluarkan ponpes untuk bertani dengan cara yang tidak terintegrasi, maka akan
memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 5,12. Nilai rasio R/C atas biaya
pengertian bahwa setiap biaya total Rp 1,00 yang dikeluarkan ponpes untuk
bertani dengan cara yang tidak terintegrasi, maka akan memperoleh tambahan
yang terjadi akibat penambahan biaya pada usahatani yang terintegrasi lebih
terintegrasi.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
pembelian pakan hijauan ternak dan pakan ikan. Manfaat tidak nyata
terbukti menguntungkan.
8.2 Saran
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kelas
bertani yang benar. Hal ini juga dapat dilakukan untuk mengurangi jam
menganggur santri.
6. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai nilai gizi brangkasan dan sayuran
dianjurkan untuk memberi pakan sesuai jumlah dan nilai gizi dengan
Chan GL. 2003. What Does Integrated Farming System Do? Sustainable
Communities/ZERI-NM.
Dewi P, Khalil. 1992. Pilot percontohan sistim usahatani terpadu untuk peternak
kecil [laporan penelitian]. Disampaikan dalam: Seminar Hasil-Hasil Penelitian
IPB oleh Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor; Bogor: 4 Nov 1992.
Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitan untuk
Pengembangan Petani Kecil. Soekartawi, Soeharjo A, penerjemah. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Farm Management Research
for Small Development.
Edwards P, RSV Pullin, JA Gartner. 1988. Research and education for the
development of integrated crop-livestock-fish farming systems in the tropics.
ICLARM Stud and Rev 16:53.
FAO. 2001. World Markets for Organic Fruit and Vegetables: Opportunity for
Developing Countries in the Production and Export of Organic Horticultural
Products. Rome.
Gaur AC. 1977. a Manual of Rural Composting. New Delhi: Indian Agricultural
Research Institute.
Maramba DF. 1978. Biogas and waste recycling: The Philippine Experience
Maya Farms Division, Liberty Flour Mills, Inc. Metro Manila. Philippines: Maya
Farms.
Rodriguez L, Preston TR, Nguyen Van Lai. 1998. Integrated farming system for
efficient use of local resources. http://www.ias.unu.edu/proceedings.html [11
Mei 2007].
Romli U. 2000. Melirik Kembali Peran Petani, Swasembada Pangan bagi Petani
Hanya Mimpi. http://www.pikiran-rakyat.com/2001/0200/17/09170105.html [15
Mar 2007].
Rosario BPD, Lorica MV. 1997. Current status of input application to sustainable
agriculture in asia pasific region. Di dalam: Appropriate Use of Inputs for
Sustainable Agriculture. Tokyo: Asian Productivity Organization. hlm 29-48.
Shanner WW, Philipp PF, Schmehl WR. 1982. Farming Systems Research and
Development: guidelines for developing countries. Boulder: Westview.
Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Pernah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bulan ke-
Lahan Luasan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Total 16 Ha
Keterangan :
: Panen
: Bera (1 minggu dan penanaman 1 minggu)
Lampiran 2 Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 1 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun
Harga Jumlah Nilai
No Komponen
(Rp/Satuan) (Sat. per Thn) (Rp per Tahun)
A PENERIMAAN TUNAI
1 Penjualan Tunai (kg)
- Penjualan wortel 2.500,00 132.871,77 332.179.435,48
- Penjualan tomat grade A 2.500,00 110.727,46 276.818.649,19
- Penjualan tomat grade B 1.750,00 36.909,15 64.591.018,15
- Penjualan buncis 3.000,00 54.108,31 162.324.919,35
- Penjualan cabai 8.000,00 20.192,74 161.541.935,48
- Penjualan bawang daun 7.000,00 27.857,74 195.004.193,55
- Penjualan kubis 1.500,00 40.650,40 60.975.604,84
Total penjualan tunai 423.317,58 1.192.460.151,21
2 Penjualan wortel ke petani 1.800,00 16.785,10 30.213.180,00
Total penerimaan tunai 1.222.673.331,21
B PENERIMAAN TIDAK TUNAI
3 Yang dikonsumsi santri (kg)
Wortel 1.500,00 56.022,48 84.033.726,75
Tomat 900,00 6.207,94 5.587.149,19
Buncis 600,00 6.464,23 3.878.540,39
Bawang daun 3.000,00 14.543,26 43.629.779,69
Cabai 4.700,00 27.084,31 127.296.279,00
Kubis 300,00 22.548,16 6.764.447,69
Total yang dikonsumsi santri 271.189.922,71
4 Yang dikonsumsi untuk tamu (kg)
Wortel 2.500,00 191.474,84 478.687.099,52
Bawang daun 3.000,00 17.477,07 52.431.221,70
Kubis 7.000,00 135.768,74 950.381.152,69
Buncis 8.000,00 8.788,92 70.311.345,12
Cabai 1.500,00 73.166,32 109.749.476,97
Total yang dikonsumsi tamu 1.661.560.296,00
5 Afkir yang jadi pakan ternak (kg)
Wortel 25,00 18.674,16 466.854,04
Tomat 25,00 3.549,27 88.731,79
Buncis 25,00 2.400,12 60.002,97
Total afkir untuk pakan ternak 24.623,55
6 Afkir yang jadi pakan ikan (kg)
Kubis 25,00 7.893,98 197.349,38
Bawang daun 25,00 3.367,80 84.194,90
Total afkir untuk pakan ikan 11.261,77 281.544,28
7 Brangkasan (kg)
Wortel 25,00 23.942,60 598.564,89
Tomat 25,00 26.568,00 664.200,00
Buncis 25,00 66.943,80 1.673.595,00
Cabai 25,00 28.080,00 702.000,00
Total brangkasan 145.534,40 3.638.359,89
8 Yang digunakan sbg bibit (kg)
Bawang daun 1.800,00 24.000,00 43.200.000,00
Total penerimaan tidak tunai 1.980.485.711,68
TOTAL PENERIMAAN 3.203.159.042,89
C BIAYA TUNAI
1 Benih
- Wortel (kg) 30.000,00 374,22 11.226.600,00
- Tomat (pak) 40.000,00 40,50 1.620.000,00
- Buncis (kg) 15.000,00 135,00 2.025.000,00
- Cabai (pak) 3.400,00 2.423,52 8.239.968,00
- Kubis (gram) 28.000,00 89,10 2.494.800,00
Total Pembelian Benih 25.606.368,00
2 Pupuk Kimia (kg)
- Urea 2.000,00 3.870,72 7.741.440,00
- TSP 2.200,00 2.340,90 5.149.980,00
- KCl 2.500,00 3.344,22 8.360.550,00
- ZA 2.400,00 1.485,00 3.564.000,00
- SP-36 3.000,00 605,88 1.817.640,00
Total Pembelian Pupuk Kimia 26.633.610,00
3 Pestisida (liter)
- Cinabat 6.500,00 2.600,00 16.900.000,00
- Inabat 11.000,00 1.800,00 19.800.000,00
- Betapur 12.000,00 900,00 10.800.000,00
Total Pembelian Pestisida 5.300,00 47.500.000,00
4 Biaya lain
- Bambu (batang) 500,00 4.750 2.375.000,00
- Mulsa (meter) 1.500,00 135 202.500,00
- Kapur tani (kg) 400,00 3.000 1.200.000,00
- Sewa lahan Gambung (Hektar) 500.000,00 6 3.000.000,00
- Kemasan 24.000.000,00
- Ongkos pengiriman 120.000.000,00
Total Biaya Lain 150.777.500,00
5 Pembelian tomat (kg) 900,00 33.570,20 30.213.180,00
Total Biaya Tunai 280.730.658,00
D BIAYA TIDAK TUNAI
1 Tenaga kerja santri (JOK) 2.500,00 63.890,00 159.725.000,00
2 Biaya Lain
- Penyusutan Alat 6.054.833,33
- Sewa lahan (Hektar) 500.000,00 10 5.000.000,00
Total Biaya Lain 11.054.833,33
3 Pupuk Organik
- Pupuk kompos (liter) 56,63 65.577,60 3.713.659,49
- Pupuk daun (kg) 1.395,89 2.827,44 3.946.795,22
- Pupuk kandang (Hektar) 100,00 170.002,80 17.000.280,00
Total Pupuk Organik 24.660.734,71
Total Biaya Tidak Tunai 195.440.568,04
TOTAL BIAYA 476.171.226,04
E Pendapatan atas biaya total 2.726.987.816,85
F Pendapatan atas biaya tunai 2.922.428.384,89
G R/C atas biaya total 6,73
H R/C atas biaya tunai 11,41
Lampiran 3 Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 2 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun
Harga Jumlah Nilai
No Komponen
(Rp/Satuan) (Sat. per Thn) (Rp per Tahun)
A PENERIMAAN TUNAI
1 Penjualan ke swalayan (kg)
- Penjualan wortel 2.500,00 132.871,77 332.179.435,48
- Penjualan tomat grade A 2.500,00 110.727,46 276.818.649,19
- Penjualan tomat grade B 1.750,00 36.909,15 64.591.018,15
- Penjualan buncis 3.000,00 54.108,31 162.324.919,35
- Penjualan cabai 8.000,00 20.192,74 161.541.935,48
- Penjualan bawang daun 7.000,00 27.857,74 195.004.193,55
- Penjualan kubis 1.500,00 40.650,40 60.975.604,84
Total penjualan sayuran ke swalayan 423.317,58 1.192.460.151,21
2 Penjualan wortel ke petani 1.800,00 16.785,10 30.213.180,00
3 Penjualan Sayuran Afkir (kg)
- Wortel 25,00 18.674,16 1.400.562,11
- Tomat 25,00 3.549,27 266.195,38
- Buncis 25,00 2.400,12 180.008,91
- Kubis 25,00 7.893,98 592.048,14
- Bawang daun 25,00 3.367,80 252.584,70
Total Sayuran Afkir 35.885,32 2.691.399,25
4 Penjualan Brangkasan (kg)
- Wortel 25,00 23.942,60 1.795.694,67
- Tomat 25,00 26.568,00 1.992.600,00
- Buncis 25,00 66.943,80 5.020.785,00
- Cabai 25,00 28.080,00 2.106.000,00
Total Brangkasan 145.534,40 10.915.079,67
Total Penerimaan Tunai 1.236.279.810,13
B PENERIMAAN TIDAK TUNAI
1 Yang dikonsumsi santri (kg)
- Wortel 1.500,00 1.575 2.362.500,00
- Tomat 600,00 391,50 234.900,00
- Buncis 600,00 515 309.000,00
- Cabai 4.700,00 525 2.467.500,00
- Bawang daun 3.000,00 246 738.000,00
- Kubis 300,00 504 151.200,00
Total Yang Dikonsumsi 3.756,50 6.263.100,00
2 Yang dikonsumsi untuk tamu (kg)
- Wortel 2.500,00 191.474,84 478.687.099,52
- Bawang daun 3.000,00 17.477,07 52.431.221,70
- Kubis 7.000,00 135.768,74 950.381.152,69
- Buncis 8.000,00 8.788,92 70.311.345,12
- Cabai 1.500,00 73.166,32 109.749.476,97
Total yang dikonsumsi tamu 1.661.560.296,00
3 Yang digunakan sbg bibit (kg)
- Bawang daun 3.000,00 27.000 81.000.000,00
Total Yang Dijadikan Bibit 27.000 81.000.000,00
Total Penerimaan Tidak Tunai 1.975.950.218,71
TOTAL PENERIMAAN 3.212.230.028,84
C BIAYA TUNAI
1 Benih
- Wortel (kg) 30.000,00 374,22 11.226.600,00
- Tomat (pak) 40.000,00 40,50 1.620.000,00
- Buncis (kg) 15.000,00 135,00 2.025.000,00
- Cabai (pak) 3.400,00 2.423,52 8.239.968,00
- Kubis (gram) 28.000,00 89,10 2.494.800,00
Total Pembelian Benih 25.606.368,00
2 Pupuk Kimia (kg)
- Urea 2.000,00 3.870,72 7.741.440,00
- TSP 2.200,00 2.340,90 5.149.980,00
- KCl 2.500,00 3.344,22 8.360.550,00
- ZA 2.400,00 1.485,00 3.564.000,00
- SP-36 3.000,00 605,88 1.817.640,00
Total Pembelian Pupuk Kimia 26.633.610,00
3 Pupuk Organik
- Pupuk kandang 100,00 1.040.000 104.000.000,00
- Pupuk kompos 140,00 520.000 72.800.000,00
Total Pembelian Pupuk Organik 176.800.000,00
4 Pestisida (liter)
- Cinabat 6.500,00 2.600,00 16.900.000,00
- Inabat 11.000,00 1.800,00 19.800.000,00
- Betapur 12.000,00 900,00 10.800.000,00
Total Pembelian Pestisida 47.500.000,00
5 Biaya lain
- Bambu (batang) 500,00 4.750 2.375.000,00
- Mulsa (meter) 1.500,00 135 202.500,00
- Kapur tani (kg) 400,00 3.000 1.200.000,00
- Sewa lahan Gambung (Hektar) 500.000,00 6 3.000.000,00
- Kemasan 2.000.000 12 24.000.000,00
- Ongkos pengiriman 1.000.000 12 120.000.000,00
Total Biaya Lain 150.777.500,00
Total Biaya Tunai 427.317.478,00
D BIAYA TIDAK TUNAI
1 Tenaga kerja santri (JOK) 2.500,00 63.890,00 159.725.000,00
2 Biaya Lain
- Penyusutan Alat 6.054.833,33
- Sewa lahan (Hektar) 500.000,00 10 5.000.000,00
Total Biaya Lain 11.054.833,33
Total Biaya Tidak Tunai 170.779.833,33
TOTAL BIAYA 598.097.311,33
E Pendapatan atas biaya total 2.614.132.717,51
F Pendapatan atas biaya tunai 2.784.912.550,84
G R/C atas biaya total 5,37
H R/C atas biaya tunai 7,52
Lampiran 4 Analisis Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 1 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun
Harga Jumlah Nilai
No Komponen
(Rp/Satuan) (Sat. per Thn) (Rp per Tahun)
A PENERIMAAN TUNAI
1 Penjualan susu (liter) 1.500,00 30.300 45.450.000,00
2 Penjualan ternak (ekor)
- Penjualan sapi afkir 6.000.000,00 5 30.000.000,00
- Penjualan sapi pedet 3.000.000,00 5 15.000.000,00
- Penjualan domba 350.000,00 20 7.000.000,00
Total Penjualan Ternak 52.000.000,00
Total Penerimaan Tunai 97.450.000,00
B PENERIMAAN TIDAK TUNAI
1 Susu yang dikonsumsi pedet (lt) 1.500,00 360 540.000,00
2 Pupuk organik
- Pupuk kompos 56,63 65.577,60 3.713.659,49
- Pupuk daun 1.395,89 2.827,44 3.946.795,22
- Pupuk kandang 100,00 170.005,80 17.000.580,00
Total Pupuk Organik 24.661.034,71
Total Penerimaan Tidak Tunai 25.201.034,71
TOTAL PENERIMAAN 122.651.034,71
C BIAYA TUNAI
1 Biaya pakan konsentrat (kg) 800,00 18.250 14.600.000,00
2 Inseminasi buatan (kali) 25.000,00 50 1.250.000,00
3 Biaya pemerahan
- Vaseline (cup) 30.000,00 24 720.000,00
- Ongkos angkut susu (bulan) 300.000,00 12 3.600.000,00
Total Biaya Pemerahan 4.320.000,00
4 Pembuatan pupuk daun
- Daun kirinyuh (kg) 300,00 840 252.000,00
- Gula (kg) 2.000,00 56 112.000,00
- Terasi (kg) 6.000,00 56 336.000,00
- NPK (kg) 3.600,00 280 1.008.000,00
- MFA (liter) 20.000,00 56 1.120.000,00
Total B. Tunai Pembuatan P. Daun 2.828.000,00
5 Pembuatan pupuk kompos
- MFA (liter) 20.000,00 203,10 4.062.000,00
Total Biaya Tunai 27.060.000,00
D BIAYA TIDAK TUNAI
1 Tenaga kerja santri (JOK) 2.500,00 3.467,50 8.668.750,00
2 Pembuatan pupuk daun
- Pupuk kandang (kg) 100,00 1.680 168.000,00
- Tenaga kerja (JOK) 2.500,00 365 912.500,00
Total B. Tdk Tunai Pemb. P. Daun 1.080.500,00
3 Pembuatan pupuk kompos
- Pupuk kandang (kg) 100,00 15.386,40 1.538.640,00
- Tenaga kerja (JOK) 2.500,00 365 912.500,00
Total B. Tdk Tunai Pemb. P. Kompos 2.451.140,00
4 Biaya pakan hijauan (kg)
- Sayuran afkir 25,00 818,51 20.462,75
- Brangkasan 25,00 136.418,75 3.410.468,75
- Rumput hijauan 25,00 136.418,75 3.410.468,75
Total Biaya Pakan Hijauan 273.656,01 6.841.400,25
5 Biaya penyusutan 1.053.500,00
6 Sewa lahan milik (Hektar) 0,25 500.000 125.000,00
Total Biaya Tidak Tunai 20.220.290,25
TOTAL BIAYA 47.280.290,25
E Pendapatan atas biaya total 75.370.744,46
F Pendapatan atas biaya tunai 95.591.034,71
G R/C atas biaya total 2,59
H R/C atas biaya tunai 4,53
Lampiran 5 Analisis Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 2 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun
Harga Jumlah Nilai
No Komponen
(Rp/Satuan) (Sat. per Thn) (Rp per Tahun)
A PENERIMAAN TUNAI
1 Penjualan susu (liter) 1.500,00 30.300 45.450.000,00
2 Penjualan ternak (ekor)
- Penjualan sapi afkir 6.000.000,00 5 30.000.000,00
- Penjualan sapi pedet 3.000.000,00 5 15.000.000,00
- Penjualan domba 350.000,00 20 7.000.000,00
Total Penjualan Ternak 30 52.000.000,00
3 Pupuk kandang (kg) 100,00 177.324,57 17.732.456,80
Total Penerimaan Tunai 115.182.456,80
B PENERIMAAN TIDAK TUNAI
1 Susu yang dikonsumsi pedet (lt) 1.500,00 360 540.000,00
Total Penerimaan Tidak Tunai 540.000,00
TOTAL PENERIMAAN 115.722.456,80
C BIAYA TUNAI
1 Biaya pakan konsentrat (kg) 800,00 18.250 14.600.000,00
2 Inseminasi buatan (kali) 25.000,00 50 1.250.000,00
3 Biaya pemerahan
Vaseline (cup) 30.000,00 24 720.000,00
Ongkos angkut susu (bulan) 300.000,00 12 3.600.000,00
Total Biaya Pemerahan 4.320.000,00
Total Biaya Tunai 20.170.000,00
D BIAYA TIDAK TUNAI
1 Tenaga kerja santri (JOK) 2.500,00 3.467,50 8.668.750,00
2 Biaya pakan hijauan (kg)
Rumput hijauan 75,00 273.656,01 20.524.200,75
Total Biaya Pakan 20.524.200,75
3 Biaya penyusutan 1.053.500,00
4 Sewa lahan milik (Hektar) 0,25 500.000 125.000,00
Total Biaya Tidak Tunai 30.371.450,75
TOTAL BIAYA 50.541.450,75
E Pendapatan atas biaya total 65.181.006,05
F Pendapatan atas biaya tunai 95.552.456,80
G R/C atas biaya total 2,29
H R/C atas biaya tunai 5,74
Lampiran 6 Analisis Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 1 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun
Harga Jumlah Nilai
No Komponen
(Rp/Satuan) (Sat. per Thn) (Rp per Tahun)
A PENERIMAAN TIDAK TUNAI
1 Ikan mujair yang dikonsumsi (kg) 10.000,00 19,20 192.000,00
2 Ikan lele yang dikonsumsi (kg) 12.000,00 96,00 1.152.000,00
Penerimaan Tidak Tunai 1.344.000,00
TOTAL PENERIMAAN 1.344.000,00
B BIAYA TUNAI
1 Bibit (ekor)
Mujair 350,00 480,00 168.000,00
Lele 400,00 600,00 240.000,00
Total Biaya Bibit 408.000,00
2 Pupuk Kimia (kg)
TSP 2.200,00 0,50 1.100,00
Urea 2.000,00 0,50 1.000,00
Total Biaya Pupuk Kimia 2.100,00
Total Biaya Tunai 410.100,00
C BIAYA TIDAK TUNAI
1 Tenaga kerja santri (JOK) 2.500,00 247,00 617.500,00
2 Penyusutan 50.000,00
3 Pakan sayuran afkir (kg) 25,00 11.261,77 281.544,28
4 Pupuk kandang (kg) 100,00 3,00 300,00
Total Biaya Tidak Tunai 949.344,28
TOTAL BIAYA 1.359.444,28
D Pendapatan atas biaya total -15.444,28
E Pendapatan atas biaya tunai 933.900,00
F R/C atas biaya total 0,99
G R/C atas biaya tunai 3,28
Lampiran 7 Analisis Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 2 Pondok
Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun
Harga Jumlah Nilai
No Komponen
(Rp/Satuan) (Sat. per Thn) (Rp per Tahun)
A PENERIMAAN TIDAK TUNAI
1 Ikan mujair yang dikonsumsi (kg) 10.000,00 19,20 192.000,00
2 Ikan lele yang dikonsumsi (kg) 12.000,00 96,00 1.152.000,00
Penerimaan Tidak Tunai 1.344.000,00
TOTAL PENERIMAAN 1.344.000,00
B BIAYA TUNAI
1 Bibit (ekor)
- Mujair 350,00 480,00 168.000,00
- Lele 400,00 600,00 240.000,00
Total Biaya Bibit 408.000,00
2 Pakan sayuran afkir 75,00 11.261,77 844.632,84
3 Pupuk Kimia (kg)
- TSP 2.200,00 0,50 1.100,00
- Urea 2.000,00 0,50 1.000,00
Total Biaya Pupuk Kimia 2.100,00
4 Pupuk kandang (kg) 100,00 3,00 300,00
Total Biaya Tunai 1.255.032,84
C BIAYA TIDAK TUNAI
1 Tenaga kerja santri (JOK) 2.500,00 247,00 617.500,00
2 Penyusutan 50.000,00
Total Biaya Tidak Tunai 667.500,00
TOTAL BIAYA 1.922.532,84
D Pendapatan atas biaya total -578.532,84
E Pendapatan atas biaya tunai 88.967,16
F R/C atas biaya total 0,70
G R/C atas biaya tunai 1,07
Lampiran 8 Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Sayuran per Musim Tanam
Hari Kerja per Komoditas per Hektar (HOK/hektar) Jam Kerja per Komoditas per Hektar (JOK/hektar)
Uraian
Bawang Bawang
Wortel Tomat Cabai Kubis Buncis Wortel Tomat Cabai Kubis
daun daun
Pembibitan/penyemaian
a. semai+persiapan bibit 0 20 20 20 15 0 0 80 80 80 60
b. pemeliharaan 20 10 10 0 10 0 80 40 40 0 40
Pengolahan tanah 80 100 100 80 70 40 320 400 400 320 280
Pemupukan I dan pengapuran 0 35 35 25 30 65 0 140 140 100 120
Penanaman
a. pembuatan bedengan 30 35 35 30 30 30 120 140 140 120 120
b. pembuatan lubang tanam/alur 15 10 10 10 15 10 60 40 40 40 60
c. pemasangan mulsa 0 25 25 0 0 25 0 100 100 0 0
d. penanaman 35 40 40 35 40 30 140 160 160 140 160
Pemeliharaan
a. penyiangan 2 3 3 2 2 3 8 12 12 8 8
b. pemupukan susulan 0 30 30 0 0 35 0 120 120 0 0
c. pemasangan ajir 0 30 30 0 0 30 0 120 120 0 0
d. penyemprotan pestisida 10 10 10 5 5 5 40 40 40 20 20
e. pemangkasan/perempelan 0 7 7 0 0 0 0 28 28 0 0
f . penyulaman 0 5 5 0 0 5 0 20 20 0 0
Panen 70 65 60 50 55 60 280 260 240 200 220
Total 262 425 420 257 272 338 1048 1700 1680 1028 1088
Keterangan: 1 HOK = 4 jam
Lampiran 9 Biaya Penyusutan Alat-alat Usahatani Ternak
Harga Beli per unit Nilai Awal Nilai Sisa Umur Pakai Penyusutan per Tahun Penyusutan per Bulan
No Komponen Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp) (tahun) (Rp) (kg)
1 SAPI
Kandang induk 1 700.000,00 700.000,00 0,00 10,00 70.000,00 5.833,33
Kandang pedet 1 500.000,00 500.000,00 0,00 10,00 50.000,00 4.166,67
Milk Can 2 400.000,00 800.000,00 200.000,00 6,00 100.000,00 8.333,33
Ember 4 10.000,00 40.000,00 0,00 1,00 40.000,00 3.333,33
Gerobak 2 70.000,00 140.000,00 0,00 2,00 70.000,00 5.833,33
Sikat 2 3.500,00 7.000,00 0,00 1,00 7.000,00 583,33
Sepatu boot 8 30.000,00 240.000,00 0,00 3,00 80.000,00 6.666,67
Sabit 2 8.500,00 17.000,00 0,00 0,50 34.000,00 2.833,33
Garpu 2 26.000,00 52.000,00 0,00 0,50 104.000,00 8.666,67
Biaya Penyusutan 555.000,00 46.250,00
2 KAMBING
Kandang 2 750.000,00 1.500.000,00 0,00 10,00 150.000,00 12.500,00
Sekop 3 26.000,00 78.000,00 0,00 3,00 26.000,00 2.166,67
Gerobak 2 70.000,00 140.000,00 0,00 2,00 70.000,00 5.833,33
Sepatu boot 4 30.000,00 120.000,00 0,00 3,00 40.000,00 3.333,33
Sikat 3 3.500,00 10.500,00 0,00 1,00 10.500,00 875,00
Ember 3 10.000,00 30.000,00 0,00 1,00 30.000,00 2.500,00
Sabit 4 8.500,00 34.000,00 0,00 0,50 68.000,00 5.666,67
Garpu 2 26.000,00 52.000,00 0,00 0,50 104.000,00 8.666,67
Biaya Penyusutan 498.500,00 41.541,67
Total Biaya Penyusutan 1.053.500,00 87.791,67