Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut peraturan menteri kesehatan nomor


1144/MENKES/PER/VIII/2010, keselamatan pasien rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko,identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

Pasien jatuh adalah salah satu insiden yang paling sering terjadi
dalam lingkup rumah sakit. Sejak tahun 2009 pusat data The
Commission Sentinel Event telah menerima 465 laporan pasien jatuh
dengan luka yang sebagian besar terjadi di rumah sakit, sedangkan
pada tahun 2014 jumlah pasien jatuh pada golongan umur dewasa-
tua mencapai 29 juta dengan 7 juta diantaranya jatuh mengakibatkan
luka. Perkiraan insiden jatuh pada tahun 2030 akan mencapai angka
74 juta pasien dengan 12 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka
(CDC, 2016). Sekitar 1,3 – 8,9 / 1000 pasien mengalami jatuh perhari
dalam unit rehabilitasi dan neurologi (Oliver, 2010) sedangkan dari
100 / 1000 pasien yang jatuh di Rumah Sakit Amerika Serikat terdapat
30 – 50% jatuh dengan menghasilkan luka (Joint Committe
International, 2013).

Insiden pasien jatuh mempunyai dampak merugikan bagi pasien,


salah satu dampak yang merugikan adalah dampak cidera fisik yang
mencakup luka lecet, luka robek, luka memar, bahkan dalam
beberapa kasus berat jatuh dapat berakibat fraktur, perdarahan, dan
cidera kepala (Miake-Lye et al, 2013). Selain kerugian fisik, jatuh
dapat meningkatkan biaya perawatan pasien. Jatuh dengan luka
serius di Amerika Serikat dapat merugikan pasien rata-rata sebesar $
14.056 / pasien (Hpoe, 2016).

Jumlah biaya yang dikeluarkan 30% dari pasien jatuh dengan


cidera serius dapat mencapai 2 54.9 miliyar dollar Amerika pada tahun
2020 (Karen Person et al, 2011). Data CDC tahun 2014 menyebutkan
bahwa biaya pengobatan langsung dari pasien jatuh dapat mencapai
$ 30 miliyar pada tahun 2012 (Tzeng & Yin, 2014). Kerugian yang
yang besar sebaiknya dapat ditanggulangi dengan melakukan
pencegahan terhadap risiko pasien jatuh. Jumlah dari laporan insiden
atau Kejadian Tidak Diingikan (KTD) Rumah Sakit Indonesia sebesar
96,67% untuk rumah sakit umum dan 33,2% untuk rumah sakit
khusus dengan terdapat insiden pasien jatuh didalamnya.

Pengurangan risiko jatuh penting dilakukan agar risiko cidera dari


pasien dapat dicegah. Untuk mengurangi risiko tersebut, perawat
hendaknya perlu melakukan proses bekerja keperawatan dengan baik
sesuai aturan yang berlaku di rumah sakit. Severo et al (2014),
menyebutkan bahwa faktor lingkungan rumah sakit dan proses
bekerja tenaga kesehatan perawat sangat berpengaruh terhadap
terjadinya pasien jatuh. Perawat memiliki peran penting dalam
pelaksanaan keselamatan pasien khususnya keselamatan pasien dari
jatuh, hal tersebut karena perawat adalah tenaga kesehatan rumah
sakit yang paling lama bertemu dengan pasien dalam sehari.

B. ` Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat kita
ketahui bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai resiko
untuk mengalami cedera. Cedera yang paling sering dialami oleh
pasien yang dirawat di rumah sakit adalah cedera akibat jatuh. Oleh
karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering
berinteraksi dengan pasien harus melakukan pencegahan cedera
yang tepat. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana
pencegahan cedera dan standar operasional prosedur yang tepat
untuk pencegahan cedera pada pasien dengan resiko jatuh ?”

C.  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia : rasa aman dan
nyaman.
2. Mengetahui konsep umum keselamatan pasien (Patient Safety).
3. Mengetahui definisi cedera, macam-macam cedera, dan jenis
cedera di rumah sakit.
4. Mengetahui cara pencegahan cedera
5. Mengetahui standar operasional prosedur pencegahan cedera
pada pasien dengan resiko jatuh.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Penurunan Resiko Pasien Jatuh


Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di
Rumah Sakit. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna
penyebab cedera pasien rawat inap. Rumah Sakit perlu mengevaluasi
resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko
cedera jika sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala
resiko jatuh. Pasien yang dirawat di RS akan selalu memiliki resiko
jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya
pada pasien dengan kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi
yang buruk, perubahan kimia darah (hipoglikemi, hipokalemi);
perubahan gaya berjalan pada pasien usia tua dengan gaya jalan
berayun/tidak aman, langkah kaki pendek-pendek atau menghentak;
pasien bingung atau gelisah yang mencoba untuk turun atau
melompati pagar tempat tidur yang dipasang; pada pasien dengan
diare atau inkontinensia. Selain itu faktor lingkungan juga
mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai kamar mandi yang licin,
tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan yang kurang.
Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien secara fisik
adalah cidera ringan, sampai dengan kematian, secara financial
memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan
penunjang (CT Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu
dilakukan, dan dari segi hukum berisiko untuk timbulnya tuntutan
hukum bagi rumah sakit.

Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah pasien jatuh dan meminimalkan
cidera akibat jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat
diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan
yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan
tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan
langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan
cidera pada pasien yang dirawat. Resiko jatuh dapat dicegah, namun
mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus membatasi
mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK,
dsb) dan mengharuskan pasien untuk berada di tempat tidur saja.
Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan
modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil
pengkajian terhadap faktor resiko jatuh pasien.

Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita


perlu memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh,
aktivitas, defisit (penglihatan, pendengaran), kognitif, pola BAB dan
BAK, mobilitas/motori. Kita harus memperhatikan usia karena resiko
jatuh orang yang lanjut usia misal 65 tahun akan lebih tinggi dibanding
pada usia dewasa, biasanya semakin bertambah tua usia seseorang
tingkat penglihatannya akan menurun, penurunan ini pun harus kita
perhatikan karna penurunan penglihatan jelas dapat mengganggu
orang tersebut beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera.

Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang


tinggi dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki
budaya aman agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab
terhadap keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh
merupakan tanggung jawab seluruh staf di RS baik medik maupun
non medik, tetap dan tidak tetap. Seluruh karyawan harus waspada
terhadap risiko jatuh pasien dan berpartisipasi dalam melakukan
tindakan pencegahan diseluruh area rumah sakit dimana pasien
berada, baik area klinis/perawatan maupun area non klinis
(contohnya: area parkir, ruang tunggu, koridor RS, ruang administrasi,
dll).
B.   Pengertian Jatuh

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau


saksi mata yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk dilantai/tempat yang lebih rendah
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang


sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak
termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau
kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab spesifik yang
jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan
sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006)

Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak


direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak
disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat
dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena
suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.

1. Tipe Jatuh
Tipe jatuh pasien dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
accidental falls, anticipated physiological falls, dan unanticipated
physiological falls (Morse, 2009).
 Accidental falls Merupakan jatuh yang terjadi karena lingkungan
tidak aman, dan berasal dari fasilitas sarana dan prasarana
rumah sakit yang berupa kurangnya pencahayaan, lantai licin,
tidak rata dan menyilaukan, kamar mandi tidak bersih dan licin,
tidak ada alat bantu jalan bagi pasien (seperti handrail di tempat
tertentu yang sering dilalui pasien), tempat tidur terlalu tinggi dan
tidak ada siderail sebagai pembatas agar pasien tidak jatuh saat
tidur atau beraktivitas di atas tempat tidur. Sekitar 14% kejadian
jatuh karena ketidaksengajaan disebabkan pasien terpeleset,
tersandung, atau kecelakaan lainnya.
 Anticipated physiological falls Yaitu insiden jatuh yang terjadi
karena kondisi fisiologis pasien. Anticipated physiological falls
merupakan 78% dari penyebab kejadian jatuh. Kondisi fisiologis
dapat diprediksi dan dapat diatasi atau ditemukan
pencegahannya serta dilatih untuk meningkatkan keseimbangan
dan kekuatan otot untuk berjalan dengan lebih baik. Kondisi
fisiologis yang dimaksud seperti pasien yang membutuhkan alat
bantu untuk berjalan karena terlalu lama berbaring sehingga otot
kaki menjadi lemah, setelah operasi, maupun karena cedera
pada kaki. Jatuh yang terjadi di identifikasi dengan
menggunakan skoring. Faktor ini meliputi lebih dari beberapa
diagnose, riwayat jatuh sebelumnya kelemahan atau gangguan
berjalan, kurangnya pengkajian dari kemampuan pasien untuk
kekamar mandi tanpa pendampingan, pasien terpasang infus
dan alat-alat.
 Unanticipated physiological falls, Tipe jatuh fisiologis yang tidak
dapat diantisipasi, artinya jatuhnya pasien pada tipe ini tidak
dapat diprediksi, sehingga sulit dicegah. Pencegahan hanya
dapat dilakukan setelah terjadinya jatuh, dan dianalisis untuk
menemukan pencegahan yang sesuai. Pada tipe jatuh ini
merupakan 8% dari semua penyebab jatuh. Kondisi fisiologis
yang tidak dapat diantisipasi meliputi keadaan pasien yang tiba-
tiba jatuh, karena pingsan atau fraktur patologis pada pinggul.
Kondisi tergantung pada penyebab jatuh dan kejadian ini dapat
berulang.

2. Pencegahan Jatuh
Insiden jatuh dapat terjadi pada siapa saja, namun risiko jatuh
tersebut dapat dicegah dengan beberapa cara (Morse, 2009), yaitu:
1. Preventing accidental falls Pencegahan kejadian jatuh dengan
memastikan keadaan lingkungan yang aman. Pasien yang
berjalan normal memiliki risiko jatuh lebih rendah dibanding
pasien tidak normal atau penyandang cacat dan pasien dapat
terjatuh karena kondisi lingkungan yang kurang aman. Penyebab
dari accidental falls dapat diantisipasi dengan melaksanakan
prosedur dengan:
 Handrail
Terpasangnya handrail di ruang perawatan, dinding antara
tempat tidur menuju kamar mandi, dinding kamar mandi.
Pemasangan handrail di tempat khusus seperti kamar mandi
dan di sekitar ruang rawat inap dapat membantu pasien
berjalan dan terhindar dari risiko jatuh. Tersedianya
pegangan di area tersebut dapat mengurangi/mencegah
pasien jatuh. Handrail idealnya terpasang di sekitar dinding
dan dipasang dengan tinggi kira kira 0,79 meter atau kurang
dari lantai.
 Lantai
Lantai dapat menyebabkan pasien jatuh dengan
gangguan penglihatan maka perlu diperhatikan dalam
penggunaan warna lantai yang tidak menyilaukan saat
terkena sinar matahari. Morse (2009) menyebutkan bahwa
penggunaan karpet sudah dilakukan di rumah sakit sehingga
memudahkan pasien untuk berjalan, tetapi menimbulkan
permasalahan dalam hal pembersihan karpet.
 Tempat tidur
Tinggi rendahnya tempat tidur hendaknya dapat diatur.
Tempat tidur elektrik dengan remote control berada dalam
jangkauan pasien sehingga tidak perlu berdiri ketika akan ke
kamar mandi atau saat kembali ke tempat tidur, pasien dapat
mengatur ketinggiannya.Tempat tidur dengan pengaman sisi
tempat tidur yang berfungsi menjaga pasien agar tidak jatuh
saat di atas tempat tidur dan saat transfer, tempat tidur harus
kondisi kuat, memiliki roda dan ketika bergerak roda tidak
bergoyang sehingga pemindahan pasien tidak mengalami
kesulitan.

 Bel pemanggil (call bells)


Bel pemanggil mudah dijangkau pasien dan harus segera
dijawab oleh petugas. Edukasi penggunaan bel kepada
pasien dan keluarga menggunakan bahasa yang tepat. Bel
harus berfungsi baik dan dilakukan perawatan secara
berkala. Bel yang tersedia memudahkan pasien maupun
keluarga untuk memanggil perawat untuk datang ke ruang
rawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
 Kursi roda
Kursi roda harus dalam kondisi baik karena
membahayakan pasien ketika keadaan rusak. Rem harus
mudah dikunci, dibuka dan pijakan kaki mudah dilipat serta
tidak mengganggu kaki saat pasien ingin berdiri.
 Tiang infus
Pasien yang mendapatkan asupan cairan dari infus,
disediakan tiang infus untuk mempermudah pasien berjalan
tanpa harus mengangkat infus tinggitinggi. Tiang infus bukan
alat bantu jalan tetapi sering digunakan sebagai alat bantu
jalan dan pada saat dipergunakan pasien harus menjauhkan
tiang infus dari tubuhnya supaya kaki tidak tersandung serta
diperhatikan jangan sampai tiang infus menyentuh atas
pintu.
 Tongkat, Walker dan crutches
Karet pada tongkat, Walker dan crutches harus dalam
kondisi baik dan utuh. Petugas memperhatikan pasien saat
menggunakan, apakah alat dekat dengan pasien dan apakah
pasien menggunakan dengan benar.

2. Preventing anticipated physiological falls


Pencegahan jatuh akibat faktor fisiologis dapat dicegah
dengan mengidentifikasi setiap pasien yang memiliki risiko
untuk jatuh. Pasien dengan risiko jatuh sedang dan tinggi
diberikan perhatian atau perlakuan khusus, seperti memberikan
fisioterapi bagi pasien yang mengalami penurunan fungsi otot
dengan penggunaan alat bantu jalan. Perawat dapat
memonitoring secara berkelanjutan untuk memantau aktivitas
pasien sehingga jika terlihat aktivitas yang memiliki risiko jatuh
tinggi dapat segera diberi pertolongan.

3. Preventing unanticipated physiological falls

Pencegahan kejadian jatuh akibat fisiologis yang tidak


terduga sulit untuk dicegah sebelum pasien jatuh. Pencegahan
dengan mempelajari insiden jatuh pertama, dan segera
melakukan antisipasi agar tidak terjadi jatuh kembali. Upaya
untuk menurunkan kejadian jatuh, diantaranya:
 Pengembangan budaya keselamatan
Budaya keselamatan merupakan hal penting untuk
kesuksesan program pencegahan jatuh. Program ini dapat
dilakukan melalui pelatihan tentang pencegahan jatuh.
 Pengkajian risiko jatuh
Program pencegahan risiko jatuh dapat berjalan baik
dengan pengkajian (assesment) risiko jatuh untuk
memprediksi pasien yang mempunyai faktor untuk jatuh
dengan tujuan pada usaha pencegahan.
 Intervensi multi faktor
Kesuksesan pencegahan risiko jatuh meliputi intervensi
selektif berdasarkan temuan dari pengkajian. Intervensi
meliputi peningkatan lingkungan atau peralatan,
pengamanan lingkungan, pasien berisiko tinggi
mendapatkan gelang identitas atau penanda stiker risiko
jatuh pada tempat tidur, tinggi tempat tidur atau bedrail pada
level rendah, penjelasan penggunaan dan kemudahan
menjangkau bel, mengganti alas kaki yang tidak aman,
edukasi kepada petugas, edukasi pada pasien dan pemberi
layanan secara tertulis, perbandingan petugas dan pasien,
menugaskan staf berada di dekat pasien, adanya penunggu
pasien, meningkatkan keterampilan komunikasi, ketrampilan
staf, memandirikan pasien, pantau dan dampingi pasien saat
ke kamar mandi.
 Follow-up dan meningkatkan kualitas
Follow-up pasien dilakukan dengan pengkajian kembali,
memodifikasi intervensi dalam pengurangan risiko jatuh.

C. Faktor Resiko

a) Faktor intrinsik
Faktor  instrinsik  adalah  variabel-variabel  yang 
menentukan mengapa  seseorang  dapat  jatuh  pada  waktu 
tertentu  dan  orang  lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak
jatuh (Stanley,  2006). Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah
gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya
berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan 
sendi,  sinkope yaitu  kehilangan  kesadaran  secara  tiba-tiba yang
disebabkan oleh berkurangnya  aliran darah ke otak dengan gejala
lemah,  penglihatan  gelap,  keringat  dingin,  pucat  dan  pusing
(Lumbantobing, 2004).

b)  Faktor ekstrinsik
Faktor  ekstrinsik  merupakan  faktor  dari  luar  (lingkungan
sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai
yang licin,  tersandung  benda-benda  (Nugroho,  2000).  Faktor-
faktor ekstrinsik  tersebut  antara  lain  lingkungan  yang  tidak 
mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai
yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat,  tidak stabil,  atau
tergeletak di  bawah, tempat  tidur  atau  WC yang  rendah  atau
jongkok,  obat-obatan  yang diminum dan alat-alat bantu berjalan
(Darmojo, 2004).

D. Akibat Jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera,  kerusakan fisik


dan psikologis.  Kerusakan fisik yang paling ditakuti  dari  kejadian
jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering
terjadi akibat jatuh  adalah  fraktur  pergelangan  tangan,  lengan 
atas  dan  pelvis  serta kerusakan  jaringan  lunak.  Dampak 
psikologis  adalah  walaupun  cedera fisik tidak terjadi, syok setelah
jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak
konsekuensi  termasuk ansietas,  hilangnya rasa percaya diri, 
penbatasan  dalam aktivitas  sehari-hari,  falafobia  atau  fobia  jatuh
(Stanley, 2006).

E.    Pencegahan

Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3


usaha pokok untuk pencegahan jatuh yaitu :

a. Identifikasi faktor resiko


Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk
mencari adanya  faktor instrinsik risiko jatuh, perlu
dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan
jatuh. Keadaan  lingkungan  rumah  yang  berbahaya  dan  dapat
menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus
cukup tetapi  tidak menyilaukan. Lantai  rumah datar,  tidak licin, 
bersih dari benda-benda  kecil  yang  susah  dilihat,  peralatan 
rumah  tangga  yang sudah tidak aman (lapuk, dapat  bergerser 
sendiri)  sebaiknya  diganti, peralatan rumah ini  sebaiknya 
diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak  mengganggu 
jalan/tempat  aktivitas  lanjut  usia. 
Kamar  mandI dibuat  tidak licin sebaiknya diberi   pegangan
pada dindingnya,  pintu yang mudah dibuka.  WC sebaiknya 
dengan kloset  duduk dan diberi pegangan di dinding.

b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)


Setiap  lanjut  usia  harus  dievaluasi  bagaimana  keseimbangan
badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi.
Bila goyangan  badan  pada  saat  berjalan  sangat  berisiko  jatuh, 
maka diperlukan  bantuan  latihan  oleh  rehabilitasi  medis. 
Penilaian  gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat,
apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, 
apakah penderita mengangkat  kaki dengan  benar  pada  saat 
berjalan,  apakah  kekuatan  otot  ekstremitas bawah penderita
cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus
dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

c. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.


    Faktor situasional  yang  bersifat  serangan  akut  yang  diderita
lanjut  usia dapat  dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan
lanjut usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan
dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan ,
faktor situasional  yang  berupa  aktifitas  fisik  dapat  dibatasi 
sesuai  dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut
tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehgkan baginya
sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia
tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko
tinggi untuk terjadinya jatuh.

F. Upaya Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


a. Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko
melalui pengkajian awal dan pengkajian ulang
b. Melakukan intervensi pencegahan reisiko jatuh
c. Memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh menggunakan skala
Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk
pasien anak - anak.

G.   Contoh Penerapannya Dalam Pelayanan Keperawatan


a. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping
tempat tidur.
b. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah
pasien.
c. Obat-obatan ( perawat melihat efek samping obat yang
memungkinkan terjadinya jatuh)
d. Penglihatan menurun ( perawat dapat tetap menjaga daerah yang
dapat menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga
pasien dapat berjalan sendiri, misalnya pada malam hari.
e. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
f.  Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh
misalnya sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
g. (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya
jatuh, misalnya terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan
sedikit hidarasi ( perawat menganjutkan untuk minum 6-8 gelas
perhari ).
h. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan
sistem komunikasi yang ada
i.  Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
j.  Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam
hari
k. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
l. Berikan alas kaki yang tidak licin
m. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin. 

H.   Panduan Pengkajian Resiko Jatuh


Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh,
menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan
berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain  -
lain.  Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi
resiko jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien
beresiko jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat
diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan
yang sesuai.
Dalam mencapai sasaran tersebut, maka pada umumnya rumah
sakit diharapkan untuk:
 Mampu melakukan pengkajian (penilaian = assessment) sedini
mungkin risiko jatuh pasien, dan melakukan pengkajian ulang jika
diindikasikan demikian, misalnya jika terjadi perubahan kondisi,
atau mendapatkan obat yang bisa meningkatkan risiko jatuh si
pasien.
 Pada pasien yang diidentifikasi memiliki risiko jatuh, maka dinilai
apakah perlu dilakukan intervensi atau tidak, jika seandainya perlu,
maka ada prosedur untuk hal tersebut yang dikenal sebagai
pencegahan jatuh pada pasien.
 Saat intervensi atau prosedur tersebut dilakukan, maka perlu
dilakukan pengawasan, tentu saja juga melalui pendokumentasian;
apakah cara yang dilakukan berhasil, dan apakah cukup efektif.
 Rumah sakit juga perlu menetapkan kebijakan serta panduan
dalam mendukung pencapaian sasaran ini. Terutama dalam hal
melindungi pasien yang ada di lingkungan rumah sakit.
BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Memberikan


keselamatan kepada pasien merupakan hal yang sangat penting. Dan
untuk mencapai keselamatan pasien diperlukan sasaran-sasaran
keselamatan pasien, salah satunya adalah mengurangi resiko pasien
cedera karena jatuh. Bila resiko pasien cedera karna jatuh ini bisa
dikurangi, maka proses penyembuhan klien akan lebih cepat.
Tanggung jawab sasaran ini terutama ada pada rumah sakit selaku
penyedia fasilitas, namun segala komponen yang terkait juga punya
tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan pasien

B.   Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan yakni sebagai seorang


mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar lebih
bisa mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena
ini merupakan salah satu hal pokok yang harus dikuasai.

 
DAFTAR PUSTAKA

http://ulala-ulili.blogspot.co.id/2013/03/makalah-ipsg-6-mengurangi-resiko-
pasien.html

http://perawatkemo.blogspot.co.id/2014/11/6-sasaran-keselamatan-
pasien.html

http://www.kompasiana.com/lusialulu/pengurangan-resiko-jatuh-pada-
pasien-di-rumah-sakit_552a8b10f17e61831cd623dc

http://dokter.legawa.com/?p=144

Anda mungkin juga menyukai