Anda di halaman 1dari 21

TUGAS SUNAH AKHLAK, IBADAH, DAN MUAMALAH

“SHALAT”

DISUSUN OLEH:
FEBRIANTARI MILENIA (1808010072)
VIA TABAH (1808010080)
RISKA EVITASARI (1808010087)
ANGGITA INDAH B.A (1808010101)
GILANG HABILAH (1808010111)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PURWOKERTO
2019
Mengapa Allah Mewajibkan Shalat

 Dalil

‫ج ۚ ِملَّةَ أَبِي ُك ْم إِب َْرا ِهي َم ۚ هُ َو َس َّما ُك ُم ْال ُم ْسلِ ِمينَ ِم ْن قَ ْب ُل َوفِي‬ ِ ‫ق ِجهَا ِد ِه ۚ ه َُو اجْ تَبَا ُك ْم َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الد‬
ٍ ‫ِّين ِم ْن َح َر‬ َّ ‫َو َجا ِهدُوا فِي هَّللا ِ َح‬
‫ص ُموا بِاهَّلل ِ هُ َو َموْ اَل ُك ْم ۖ فَنِ ْع َم‬
ِ َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوا ْعت‬ ِ َّ‫ٰهَ َذا لِيَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َش ِهيدًا َعلَ ْي ُك ْم َوتَ ُكونُوا ُشهَدَا َء َعلَى الن‬
َّ ‫اس ۚ فَأَقِي ُموا ال‬
‫صي ُر‬ ِ َّ‫ْال َموْ لَ ٰى َونِ ْع َم الن‬
Artinya :
"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya
Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada
tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong." (Q.S. Al-Hajj [22]:78)

َّ ‫إِنَّنِي أَنَا هَّللا ُ اَل إِ ٰلَهَ ِإاَّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬
Artinya :
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (Q.S At-Thaha [20]:14)

َ‫صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ أَ ْكبَ ُر ۗ َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُون‬ َّ ‫ب َوأَقِ ِم ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ۖ إِ َّن ال‬ َ ‫ا ْت ُل َما أُو ِح َي إِلَ ْي‬
ِ ‫ك ِمنَ ْال ِكتَا‬
Artinya :
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S Al-
Ankabut [29]:45 )

ْ ‫اِ َّن الص َّٰلوةَ َكان‬


‫َت َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ ِك ٰتبًا َّموْ قُوْ تًا‬
Artinya :
"Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman." (Q.S An-Nisa [4] :103)
َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
ْ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َو‬
َ‫ار َك ُعوا َم َع ال َّرا ِك ِعين‬
Artinya :
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'."
(Q.S Al-Baqarah [2]:43)

 Hadits

َ‫ َومنْ هَد َمها فَقَد َه َد َم الدِّين‬، َ‫ َمنْ أقَا َمها فَق ْد أقَا َم الدِّين‬، ‫صالةُ ِعما ُد الدِّي ِن‬
َّ ‫ال‬
Artinya :
"Sholat Adalah Tiang Agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah
menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah
merobohkan agamanya" (HR.An-Nafilah fii Ahaadits Adh-Dhoifah)

ْ‫ش َها َد ِة أَن‬ ِ ‫سلَّ َم بَ َع َث ُم َعا ًذا َر‬


َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ إِلَى ا ْليَ َم ِن فَقَا َل ا ْد ُع ُه ْم إِلَى‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما أَنَّ النَّبِ َّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫س َر‬ ٍ ‫عَنْ ا ْب ِن َعبَّا‬
..…‫ت فِي ُك ِّل يَ ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة‬ ٍ ‫صلَ َوا‬ َ ‫س‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم‬ ْ َ َ َ َ
َ ‫سو ُل هَّللا ِ فَإِنْ ُه ْم أطَاعُوا لِذلِكَ فَأ ْعلِ ْم ُه ْم أنَّ هَّللا َ قَ ْد افتَ َر‬ َ
ُ ‫اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأنِّي َر‬
)‫(رواه البخاري‬
Artinya :
"Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasannya Nabi saw. telah mengutus Muadz r.a. ke Yaman, lalu
beliau bersabda kepadanya “Ajaklah mereka (penduduk Yaman) untuk bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan sungguh aku adalah utusan Allah, jika mereka
menaatinya, maka beritahukan mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka
lima shalat dalam sehari semalam…." (HR. Al-Bukhari)

ُّ ‫صلَّى بِ َي ال‬
َ‫ظ ْه َر ِحيْن‬ َ َ‫ت َم َّرتَ ْي ِن ف‬ َّ ‫ أَ َّمنِ ْي ِج ْب ِر ْي ُل َعلَ ْي ِه ال‬:‫سلَّ َم‬
ِ ‫سالَ ُم ِع ْن َد ا ْلبَ ْي‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫س قَا َل‬ ٍ ‫َن ا ْب ِن َعبَّا‬ ِ ‫ع‬
‫صلى بِ َي‬ َّ َ ‫صائِ ُم َو‬ َ ْ َ ْ ْ
َّ ‫صلى بِ َي يَ ْعنِى ال َمغ ِر َب ِحيْنَ أفط َر ال‬ َّ َ ْ ُّ
َ ‫ص َر ِحيْنَ َكانَ ِظلهُ ِمثلهُ َو‬ ْ
ْ ‫صلى بِ َي ال َع‬ َّ َ ‫اك َو‬
ِ ‫ش َر‬ َ َ
ِّ ‫س َو َكانتْ قد َْر ال‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫ت ال‬ ِ َ‫َزال‬
ُ‫ظ ْه َر ِحيْنَ َكانَ ِظلُّه‬ ُّ ‫صلَّى بِ َي ال‬ َ ‫صائِ ِم فَلَ َّما َكانَ ا ْل َغ ُد‬ َّ ‫اب َعلَى ال‬ ُ ‫ش َر‬ َّ ‫صلَّى بِ َي ا ْلفَ ْج َر ِحيْنَ َح ُر َم الطَّ َعا ُم َوال‬ َ ‫ق َو‬ ُ َ ‫شف‬َّ ‫اب ال‬ َ ‫ا ْل ِعشَا َء ِحيْنَ َغ‬
‫صلَّى بِ َي‬ َ ‫ث اللَّ ْي ِل َو‬ِ ُ‫صلَّى بِ َي ا ْل ِعشَا َء إِلَى ثُل‬ َ ‫صائِ ُم َو‬ َّ ‫صلَّى بِ َي ا ْل َم ْغ ِر َب ِحيْنَ أَ ْفطَ َر ال‬ َ ‫ص َر ِحيْنَ َكانَ ِظلُّهُ ِم ْثلَ ْي ِه َو‬ ْ ‫صلَّى بِ َي ا ْل َع‬ َ ‫ِم ْثلَهُ َو‬
)‫ (رواه ابوداود‬.‫ يَا ُم َح َّم ُد َه َذا َو ْقتُ األَ ْنبِيَا ِء ِمنْ قَ ْبلِ َك َوا ْل َو ْقتُ َما بَيْنَ َه َذ ْي ِن ا ْل َو ْقتَ ْي ِن‬:‫سفَ َر ثُ َّم ا ْلتَفَتَ إِلَ َّي فَقَا َل‬ ْ َ ‫ا ْلفَ ْج َر فَأ‬
Artinya :
"Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Saya telah dijadikan imam oleh Jibril di
Baitullah dua kali, maka ia shalat bersama saya; shalat Zuhur ketika tergelincir matahari,
shalat Asar ketika bayang-bayang sesuatu menyamainya, shalat Magrib ketika terbenam
matahari, shalat Isya’ ketika terbenam syafaq (mega merah), dan shalat Subuh ketika
fajar bercahaya. Maka besoknya shalat pulalah ia bersama saya; shalat Zuhur ketika
bayang-bayang sesuatu menyamainya, shalat Asar ketika bayang-bayang sesuatu dua kali
panjangnya, shalat Magrib ketika orang puasa berbuka, shalat Isya’’ ketika sepertiga
malam, dan shalat Subuh ketika menguning cahaya pagi. Lalu Jibril menoleh kepadaku
dan berkata, “Wahai Muhammad, inilah waktu shalat nabi-nabi sebelum engkau, dan
waktu shalat adalah antara dua waktu itu." (HR. Ibnu daud)

ْ‫اعدًا فَإِن‬
ِ َ‫ست َِط ْع فَق‬
ْ َ‫ص ِّل قَائِ ًما فَإِنْ لَ ْم ت‬
َ " ‫ ( قَا َل لِ َي اَلنَّبِ ُّي صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ قَا َل‬-‫ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما‬ ِ ‫ر‬-َ ‫ص ْي ٍن‬َ ‫َوعَنْ ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح‬
ُّ ‫ب ) َر َواهُ اَ ْلبُ َخا ِر‬
‫ي‬ ٍ ‫ستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْن‬
ْ َ‫لَ ْم ت‬
Artinya :
"Dari Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Sholatlah dengan berdiri jika tidak mampu maka dengan duduk jika
tidak mampu maka dengan berbaring dan jika tidak mampu juga maka dengan isyarat."
(HR. Al-Bukhari)

‫اج ِع‬
ِ ‫ض‬َ ‫ َوفَ ِّرقُ ْوا بَ ْينَ ُه ْم فِي ا ْل َم‬، َ‫سنِيْن‬ ْ ‫اض ِربُ ْو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء َع‬
ِ ‫ش ِر‬ ْ ‫ َو‬، َ‫سنِيْن‬ َ ‫صاَل ِة َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء‬
ِ ‫س ْب ِع‬ َّ ‫ُم ُر ْوا أَ ْواَل َد ُك ْم بِال‬
Artinya :
"Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika
berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur
mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!" (HR. Abdullah bin 'Amr Ra)

 Pendapat Ulama

‫علم قلة نهوض العباد إلى معاملته فأوجب عليهم وجود طاعته فساقهم إليه بسالسل اإليجاب‬
Artinya :
"Allah memaklumi rendahnya semangat hamba-Nya untuk berinteraksi dengan-Nya,
maka dari itu Dia mewajibkan adanya ketaatan untuk mereka sehingga Dia menggiring
mereka kepada-Nya dengan belenggu kewajiban." (Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-
Hikam)

‫علم قلة نهوض العباد إلى معاملته) أي اإلقبال عليه بطاعته والقيام بحقوق ربوبيته طوعا منهم لما هم عليه من وجود‬
‫الضعف ولما في نفوسهم من وجود الكسل‬
Artinya :
"Allah memaklumi rendahnya semangat hamba-Nya untuk berinteraksi dengan-Nya)
maksudnya untuk menghadap-Nya melalui ibadah dan menunaikan hak ketuhanan
lainnya secara sukarela karena adanya kelemahan semangat dan ada kemalasan di dalam
diri mereka." ( Syekh Syarqawi , Syahrul Hikam)

‫فأوجب عليهم وجود طاعته) أي ألزمهم بذلك قهرا عنهم وخوفهم بدخول النار إن لم يفعلوا (فساقهم إليه) أي اإلقبال عليه‬
‫بطاعته (بسالسل اإليجاب‬
Artinya :
"Maka dari itu Dia mewajibkan adanya ketaatan untuk mereka) Allah mewajibkan ibadah
itu secara paksa untuk mereka dan Dia menakuti mereka dengan ancaman msuk neraka
jika mereka tidak melaksanakan kewajiban tersebut. (sehingga Dia menggiring mereka
kepada-Nya) untuk menghadap-Nya melalui ketaatan (dengan belenggu kewajiban)"
(Syekh Syarqawi , Syahrul Hikmah )

‫ وفصل‬، ‫ فرض هللا على رسوله صلى هللا عليه وسلم الصلوات الخمس‬، ‫فلما كان ليلة اإلسراء قبل الهجرة بسنة ونصف‬
‫ شيئا فشيئا‬، ‫شروطها وأركانها وما يتعلق بها بعد ذلك‬
Artinya :
"Pada malam isra’ mi’raj, tepatnya satu setengah tahun sebelum hijrah, Allah
mewajibkan sholat lima waktu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Kemudian
secara berangsur, Allah terangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta hal-hal yang
berkaitan dengan sholat" (Ibnu Katsir Rahimahullah)

‫قيد) هللا (الطاعات) الواجبة عليك كالصلوات الخمس (بأعيان األوقات) بأوقات معينة ولم يطلق وقتها (كي ال يمنعك عنها‬
‫وجود التسويف) فإنه تعالى لو أطلقها ولم يعين لها أوقاتا لحملك التسويف على تركها فإنك تتكاسل وتقول حتى أفرغ من‬
‫حاجتي أصلي التساع وقتها فربما مضى يومك أو ليلتك ولم تفعلها بخالف تقييدها بأوقات معينة فإن ذلك يلجئك إلى تحصيلها‬
‫ويحجزك عن تفويتها‬
Artinya :
"(Allah membatasi ibadah) wajib, yaitu sembahyang lima waktu, dan ibadah wajib
lainnya (pada waktu-waktu tertentu) dengan waktu yang sudah ditentukan. Allah tidak
membebaskan waktu ibadah wajib itu (agar sikap menunda-nunda tidak menghalangimu
darinya). Seandainya Allah membebaskan waktu ibadah dan tidak menentukan waktunya,
niscaya penundaan menyebabkanmu lalai dari ibadah wajib tersebut. Kau merasa segan
dan berkata, ‘Nanti, sampai selesai urusanku, baru aku shalat’ karena waktunya yang
begitu luas. Boleh jadi siang dan malam berlalu sementara kau belum mengerjakan
ibadah wajib tersebut. Lain halnya jika ibadah wajib itu ditentukan waktunya. Penentuan
waktu itu yang menyebabkan kau untuk berusaha menunaikannya dan menghalangimu
dari luputnya," (Syekh Syarqawi, Syahrul Hikam )

HADITS
1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan shalat dengan perumpamaan
yang sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia adalah sebuah kebutuhan dan
kegembiraan hati orang-orang yang beriman, karena dengannya Allah menghapuskan
dosa hamba-Nya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ِ‫ َما تَقُو ُل َذل‬، ‫ يَ ْغتَ ِس ُل فِي ِه ُك َّل يَوْ ٍم خَ ْمسًا‬، ‫ب أَ َح ِد ُك ْم‬


«‫الَ يُ ْبقِى ِم ْن َد َرنِ ِه‬: ‫ قَالُوا‬.» ‫ك يُ ْبقِى ِم ْن د ََرنِ ِه ؟‬ ِ ‫أَ َرأَ ْيتُ ْم لَوْ أَ َّن نَهَرًا بِبَا‬
‫ يَ ْمحُو هَّللا ُ بِهَا ْال َخطَايَا‬، ‫س‬
ِ ‫ت ْال َخ ْم‬
ِ ‫صلَ َوا‬ َّ ‫ك مثل ال‬ َ ِ‫ « فَ َذل‬:‫ قَا َل‬. ‫» َش ْيئًا‬

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara
kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, menurut Anda, apakah itu
akan menyisakan kotorannya ? Para sahabat menjawab, ‘Tidak menyisakan sedikit pun
kotorannya.’ Beliau bersabda, ‘Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu,
dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)’” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667).
Oleh karena itu, pantas jika shalat yang dilakukan dengan baik bisa mencegah pelakunya
dari perbuatan keji dan mungkar.
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َّ ‫جعلت قُرَّة َعيْني فِي ال‬
‫صاَل ة‬
Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat mengerjakan shalat.
(HR. An-Nasaa`i
3. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan seseorang bisa dinilai baik
buruknya dinilai dari shalatnya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” ‫س َر فَإ ِ ِن‬َ ‫اب َو َخ‬ َ َ‫صلَ َحتْ فَقَ ْد أَ ْفلَ َح َوأَ ْن َج َح َوإِنْ ف‬
َ ‫سدَتْ فَقَ ْد َخ‬ َ ْ‫صاَل تُهُ فَإِن‬ َ ‫ب ِب ِه ال َع ْب ُد يَ ْو َم القِيَا َم ِة ِمنْ َع َملِ ِه‬
ُ ‫س‬َ ‫إِنَّ أَ َّو َل َما يُ َحا‬
ُ‫ض ِة ثُ َّم يَ ُك ْون‬
َ ‫ص ِمنَ الفَ ِر ْي‬َ َ‫ع ؟ فَيُ ْك َم ُل بِ َها َما ا ْنتَق‬
ٍ ‫ انَظَ ُر ْوا َه ْل لِ َع ْب ِدي ِمنْ تَطَ ُّو‬: ‫ضتِ ِه ش َْي ٌء قَا َل ال َّر ُّب تَبَا َر َك َوتَ َعالَى‬ َ ‫ص ِمنْ فَ ِر ْي‬َ َ‫ا ْنتَق‬
‫س َب َذلِ َك‬ َ ‫ ” ثُ َّم ال َّز َكاةُ ِم ْث ُل َذلِ َك ثُ َّم تُؤْ َخ ُذ األَ ْع َما ُل َح‬: ‫ َوفِي ِر َوايَ ٍة‬. ” ‫سائِ ُر َع َملِ ِه َعلَى َذلِ َك‬ َ ”.
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan
keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang
kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala  mengatakan,  ’Lihatlah apakah
pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut
akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti
itu.”
4. Perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah shalat.
Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َّ ‫اس بِالَّتِى تَلِي َها َوأَ َّولُ ُهنَّ نَ ْقضا ً ا ْل ُح ْك ُم َوآ ِخ ُرهُنَّ ال‬
ُ‫صالَة‬ ُ َّ‫شبَّ َث الن‬ َ َ‫سالَ ِم ع ُْر َوةً ع ُْر َوةً فَ ُكلَّ َما ا ْنتَق‬
َ َ‫ضتْ ع ُْر َوةٌ ت‬ َ َ‫لَيُ ْنق‬
ْ ‫ضنَّ ُع َرى ا ِإل‬
“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia
bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang
terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayyid)
Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus dalam diri
seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa disebut Islam. Di
sini Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan
masih ada tali-tali yang lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.
5. Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah shalat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ص ْو ِم‬ ِ ‫صالَ ِة َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة َو َح ِّج ا ْلبَ ْي‬
َ ‫ت َو‬ ُ ‫ش َها َد ِة أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
َّ ‫سولُهُ َوإِقَ ِام ال‬ ٍ ‫سالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ ‫س‬ ْ ‫اإل‬
ِ ‫بُنِ َى‬
َ‫ضان‬َ ‫َر َم‬
“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi
yang mampu, -pen), (5) berpuasa di bulan Ramadhan.”  (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim
no. 16)
DALIL
1. Allah Ta’ala berfirman,
‫صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬
َّ ‫إِ َّن ال‬

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”


(Al-‘Ankabuut:45).
Shalat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya untuk senantiasa
ingat Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah kesibukannya dengan dunia dan di
tengah-tengah kelalaian serta kegersangan hatinya,
2. Allah Ta’ala berfirman,
َّ ‫َوأَقِ ِم ال‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha:14).
Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik lautan mutiara hakikat
ibadah shalat, maka shalat dipandangannya menjadi suatu aktifitas yang sangat
menyenangkan dan ini terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,

َّ ‫) َو َكانَ يَأْ ُم ُر أَ ْهلَهُ بِال‬54( ‫سواًل نَبِيًّا‬


‫صاَل ِة َوال َّز َكا ِة َو َكانَ ِع ْن َد َربِّ ِه‬ ُ ‫ق ا ْل َو ْع ِد َو َكانَ َر‬ َ َ‫س َما ِعي َل إِنَّهُ َكان‬
َ ‫صا ِد‬ ِ ‫َو ْاذ ُك ْر فِي ا ْل ِكتَا‬
ْ ِ‫ب إ‬
)55( ‫ضيًّا‬ ِ ‫َم ْر‬
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di
dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah
seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan
zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. ” (QS. Maryam: 54-55).
4. Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya pula dengan
shalat. Ini juga yang menunjukkan ditekankannya amalan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
‫) َوالَّ ِذينَ ُه ْم لِل َّز َكا ِة‬3( َ‫) َوالَّ ِذينَ ُه ْم َع ِن اللَّ ْغ ِو ُم ْع ِرضُون‬2( َ‫اشعُون‬ َ ‫) الَّ ِذينَ ُه ْم فِي‬1( َ‫َق ْد أَ ْفلَ َح ا ْل ُمؤْ ِمنُون‬
ِ ‫صاَل تِ ِه ْم َخ‬
‫) فَ َم ِن‬6( َ‫) إِاَّل َعلَى أَ ْز َوا ِج ِه ْم أَ ْو َما َملَ َكتْ أَ ْي َمانُ ُه ْم فَإِنَّ ُه ْم َغ ْي ُر َملُو ِمين‬5( َ‫وج ِه ْم َحافِظُون‬
ِ ‫) َوالَّ ِذينَ ُه ْم لِفُ ُر‬4( َ‫اعلُون‬ ِ َ‫ف‬
َ ‫) َوالَّ ِذينَ ُه ْم َعلَى‬8( َ‫) َوالَّ ِذينَ ُه ْم أِل َ َمانَاتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َراعُون‬7( َ‫ا ْبتَ َغى َو َرا َء َذلِ َك فَأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل َعادُون‬
‫صلَ َواتِ ِه ْم‬
)9( َ‫يُ َحافِظُون‬
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-
orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak
yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-9).
5. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
umatnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
‫سأَلُ َك ِر ْزقًا نَ ْحنُ نَ ْر ُزقُ َك َوا ْل َعاقِبَةُ لِلتَّ ْق َوى‬
ْ َ‫اصطَبِ ْر َعلَ ْي َها اَل ن‬ َّ ‫َو ْأ ُم ْر أَ ْهلَ َك بِال‬
ْ ‫صاَل ِة َو‬
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi
rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.
Thaha:132)

ULAMA
1. Imam Al-Muhasibi mengingatkan kita semua dalam kitabnya Risalatul Mustarsyidin: ‫َوقُ ْم‬
ً‫ك ُج ْملَة‬
َ ِ‫صاَل ت‬
َ ‫ بَ ْينَ يَ َديْه فِي‬Artinya, “Dirikanlah shalat di hadapan Allah SWT dengan
seluruhnya,” (Lihat Al-Harits Al-Muhasibi, Risâlatul Mustarsyidin, [Darus Salam],
halaman 132). Abdul Fattah Abu Guddah memberi penjabaran mengenai nasihat Al-
Harits Al-Muhasibi di atas, bahwa yang dimaksud dengan mendirikan shalat seluruhnya
adalah, engkau mendirikan shalat dengan seluruh jiwa ragamu yang terdiri dari jiwa, hati
dan akal seraya menyempurnakan bentuk dan adab dalam shalat, maka makna inilah yang
dimaksud dari mendirikan shalat. Abdul Fattah Abu Guddah menyebutkan dalam
komentarnya atas Kitab Al-Muhasibi di atas: ‫وإقامة الصالة معناها أداؤها كاملة األركان والشروط‬
‫ الظاهرة والباطنة‬Artinya, “Mendirikan shalat maknanya adalah melaksanakan secara
sempurna rukun-rukun dan syarat-syarat yang lahir dan batin,” (Lihat Al-Harits Al-
Muhasibi, Risâlatul Mustarsyidin, [Darul Salam], halaman 132). 
2. Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat, “Tidak dapat diragukan bahwa
shalat merupakan perkara yang sangat menggembirakan hati bagi orang-orang yang
mencintainya dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang-orang yang mengesakan Allah,
puncak keadaaan orang-orang yang jujur dan parameter keadaan orang-orang yang meniti
jalan menuju kepada Allah. Shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada
hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya dan
memperkenalkannya sebagai rahmat bagi mereka dan kehormatan bagi mereka, supaya
dengan shalat tersebut mereka memperoleh kemulian dari-Nya dan keberuntungan karena
dekat dengan-Nya. Allah tidak membutuhkan mereka (dalam pelaksanaan shalat), namun
justru (hakikatnya shalat tersebut) merupakan anugerah dan karunia Allah untuk mereka.
Dengan shalat, hati seorang hamba dan seluruh anggota tubuh beribadah. (Dalam
shalat),Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati lebih sempurna dan lebih besar,
yaitu berupa (hati bisa) menghadap kepada Rabb nya Subhanahu, bergembira dan
merasakan kelezatan berdekatan dengan-Nya, merasakan nikmat dengan mencintai-Nya,
riang gembira menghadap kepada-Nya, tidak berpaling kepada selain-Nya saat beribadah
(shalat) serta menyempurnakan hak-hak peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya
sesuai dengan apa yang Dia ridhoi” (Dzauqush Shalah, Ibnul Qoyyim. Hal. 8).
3. Kelalaian hati diantara shalat yang satu dengan shalat yang lain.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan tentang hal ini, “(Dalam shalat lima waktu),
diantara dua shalat, pada diri seorang hamba (bisa saja) terjadi kelalaian, kegersangan,
kekerasan dan keberpalingan hati, ketergelinciran serta kesalahan-kesalahan, hingga (hal
ini) menjauhkan hatinya dari Rabb nya, menyingkirkan dari kedekatan dengan-Nya,
(lalu) jadilah sebuah hati yang terasing dari peribadatan kepada-Nya” (Asraarush
Shalaah, Ibnul Qoyyim. Hal.10).
4. Shalat adalah hidangan hati
Selanjutnya Ibnul Qoyyim rahimahullah menggambarkan ibadah shalat dengan gambaran
yang sangat indah, agar kita benar-benar merasa bahwa shalat adalah sebuah kebutuhan
yang mendasar dalam hidup kita. Beliau mendeskripsikan hal ini dengan mengatakan,
“Ketika Allah Subhanahu menguji seorang hamba dengan ujian syahwat dan sebab-sebab
yang mengantarkan kepadanya -baik dari dalam maupun dari luar dirinya- maka tuntutan
kesempurnaan hikmah-Nya dan Ihsan-Nya kepada hamba tersebut, Allah persiapkan
baginya sebuah hidangan (bagi hatinya) yang mengumpulkan beraneka ragam warna,
persembahan, selera dan anugerah. Allah mengundang hamba tersebut untuk menghadiri
jamuan hidangan (shalat) itu dalam sehari lima kali, dan menjadikan setiap macam dari
hidangan tersebut (baca: dalam setiap shalat) sebuah kelezatan, manfaat dan
kemaslahatan (tersendiri) bagi hamba yang diundang untuk menyantap hidangan tersebut,
yang tidak didapatkan dalam macam hidangan yang lain (dalam shalat yang lainnya)
agar menjadi sempurna kelezatan yang dirasakan oleh hamba itu dalam setiap macam
peribadatan. Allah juga hendak memuliakannya dengan segala jenis kemuliaan, sehingga
setiap perbuatan ubudiyyah (peribadatan) itu menghapus hal yang tercela dan hal yang
Dia benci, dan agar Allah mengganjarnya dengan cahaya yang khusus, kekuatan dalam
hati dan anggota tubuhnya serta pahala yang khusus pada hari perjumpaan dengan-Nya”
(Dzauqush Shalah, Ibnul Qoyyim. Hal.8).
5. Shalat adalah hujan yang bermanfa’at bagi hati
Pada penjelasan di atas, Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan tentang kelalaian
hati yang terjadi diantara shalat yang satu dengan shalat yang lain. Pada ucapan yang
lainnya, beliau pun menjelaskan bahwa kelalaian hati tersebut hakikatnya adalah sebuah
kegersangan dan kekeringan, beliau berkata, “Kelalaian yang menimpa hati merupakan
kekeringan dan kegersangan, (namun) selagi hati tersebut mengingat Allah dan
menghadap kepada-Nya (dengan melaksanakan shalat), maka itu merupakan hujan
rahmat-Nya yang dicurahkan kepadanya, seperti hujan yang mengguyur (Namun) jika
hati itu lalai, maka ia akan mengalami kegersangan sesuai dengan sedikit-banyaknya
kelalaian yang menimpanya, lalu jika kelalaian itu sudah menguasainya, maka tanahnya
menjadi mati dan tahunnya menjadi menjadi tak bertanaman lagi kering kerontang, serta
api syahwat siap membakar dari segala sisi, seperti angin kering yang siap membakar
apapun” (Dzauqush Shalah, Ibnul Qoyyim. hal. 9).

Tujuan & Fungsi Sholat


A. AL- QURAN

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS.


Al-‘Ankabuut [29]: 45)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45)
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. At-Thoha :14)

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 103)

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa,”

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS Al-
Baqarah : 2-3)

B. HADIST
“Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan mendirikan shalat.” (HR. Abu
Dawud no. 4985, shahih)

“Dulu jika ada perkara yang menyusahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau


mendirikan shalat.” (HR. Abu Dawud no. 1420, hadits hasan)

“Lima shalat yang telah Allah Ta’ala wajibkan kepada para hamba-Nya. Siapa saja yang
mendirikannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun darinya karena meremehkan
haknya, maka dia memiliki perjanjian dengan Allah Ta’ala untuk memasukkannya ke
dalam surga. Sedangkan siapa saja yang tidak mendirikannya, dia tidak memiliki
perjanjian dengan Allah Ta’ala. Jika Allah menghendaki, Dia akan Menyiksanya. Dan
jika Allah Menghendaki, Allah akan memasukkan ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud
no. 1420, An-Nasa’i no. 426 dan Ibnu Majah no. 1401, shahih)

“Siapa saja yang menjaga shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan
keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak
akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia
akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR.
Ahmad 2: 169 dengan sanad yang hasan)

“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, adalah penggugur dosa di
antara keduanya, selama dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR. Muslim no. 233)
C. PENDAPAT PARA ULAMA
 Shalat yang selalu kita kerjakan setiap hari, memiliki kedudukan yang besar dan
agung dalam agama ini. Ibadah yang mulia ini disyariatkan pada seluruh umat,
tidak hanya pada umat Muhammad n. Sebagaimana perintah Allah k kepada
Maryam ibunda ‘Isa q:
“Wahai Maryam, taatilah Rabbmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang
ruku’.” (Ali ‘Imran: 43)
Hal ini menunjukkan pentingnya keberadaan shalat, juga karena shalat merupakan
penghubung antara seseorang dengan Rabbnya. Rasulullah menerima kewajiban
ibadah ini langsung dari Allah tanpa perantara, pada malam Mi’raj di Sidratul
Muntaha di langit ketujuh, sekitar tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah. (Asy-
Syarhul Mumti’, 1/344, Taudhihul Ahkam, 1/469)
 Shalat sebagaimana yang kita ketahui merupakan tiang agama, seperti dinyatakan
Rasulullah dalam haditsnya:
“Pokok dari perkara ini adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya
adalah jihad fi sabillah.” (HR. Ahmad 5/231, At-Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu
Majah no. 3979, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi
dan Shahih Ibnu Majah)
 keutamaan shalat lima waktu di mana dari shalat tersebut bisa diraih
pengampunan dosa. Namun hal itu dengan syarat, shalat tersebut dikerjakan
dengan sempurna memenuhi syarat, rukun, dan aturan-aturannya. Dari shalat
tersebut bisa menghapuskan dosa kecil -menurut jumhur ulama-, sedangkan dosa
besar mesti dengan taubat. Lihat Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhis
Sholihin karya Syaikh Musthofa Al Bugho dkk, hal. 409.
 “Shalat berjamaah melampaui shalat sendirian dengan (mendapatkan) 27 derajat.”
(HR. Bukhari) Penentuan bilangan 27 derajat dalam hadits ini adalah sesuatu yang
bersifat ta’abbudi (tidak dapat dijangkau oleh akal), hanya cahaya kenabian yang
dapat mengungkap rahasia di balik pemilihan angka 27 dalam keutamaan shalat
berjamaah (Al-Munawi, Faidl al-Qadir, juz 11, hal. 536).
 Ibnu Mas’ud mengatakan, “Shalat lima waktu menghapuskan setiap dosa di
antara waktu-waktu tersebut selama seseorang menjauhi dosa besar.” (Jaami’ul
‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 205, Darul Muayyid,
cetakan pertama, 1424 H.)
Ancaman meninggalkan shalat
Dalil Al-Qur'an
1.

َ ‫) خَا ِش َعةً أَب‬42( َ‫ق َويُ ْدعَوْ نَ إِلَى ال ُّسجُو ِد فَاَل يَ ْست َِطيعُون‬
‫ْصا ُرهُ ْم تَرْ هَقُهُ ْم ِذلَّةٌ َوقَ ْد َكانُوا يُ ْدعَوْ نَ إِلَى‬ ٍ ‫يَوْ َم يُ ْكشَفُ ع َْن َسا‬
)43( َ‫ال ُّسجُو ِد َوهُ ْم َسالِ ُمون‬
"Pada hari betis disingkapkandan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak
kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi
kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan
mereka dalam keadaan sejahtera.” (Q.S. Al Qalam [68] : 43)
2.
‫) َما َسلَ َك ُك ْم‬41( َ‫) َع ِن ْال ُمجْ ِر ِمين‬40( َ‫ت يَتَ َسا َءلُون‬
ٍ ‫) فِي َجنَّا‬39( ‫اب ْاليَ ِمي ِن‬ َ ‫) إِاَّل أَصْ َح‬38( ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬
‫) َو ُكنَّا نُ َك ِّذبُ بِيَوْ ِم‬45( َ‫ضين‬ ْ ُ‫ك ن‬
ِ ِ‫) َو ُكنَّا نَ ُخوضُ َم َع ْال َخائ‬44( َ‫ط ِع ُم ْال ِم ْس ِكين‬ َ ‫ك ِمنَ ْال ُم‬
ُ َ‫) َولَ ْم ن‬43( َ‫صلِّين‬ ُ َ‫) قَالُوا لَ ْم ن‬42( ‫فِي َسقَ َر‬
)47( ُ‫) َحتَّى أَتَانَا ْاليَقِين‬46( ‫الدِّي ِن‬
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan
kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang
yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka
menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami
tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil,
bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari
pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”.(QS. Al Mudatstsir [74] : 38-47)
3.

َ ‫فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم‬
َ ‫) الَّ ِذينَ هُ ْم ع َْن‬4( َ‫صلِّين‬
)5( َ‫صاَل تِ ِه ْم َساهُون‬
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5)
4.

َ ‫) إِاَّل َم ْن ت‬59( ‫ت فَ َسوْ فَ يَ ْلقَوْ نَ َغيًّا‬


َ ‫َاب َوآَ َمنَ َو َع ِم َل‬
‫صالِحًا‬ ِ ‫صاَل ةَ َواتَّبَعُوا ال َّشهَ َوا‬ َ َ‫ف أ‬
َّ ‫ضاعُوا ال‬ ٌ ‫فَخَ لَفَ ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم خ َْل‬

"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59)
5.

َ‫صلِّين‬ ُ َ‫ قَالُوْ ا لَ ْم ن‬، ‫َما َسلَ َك ُك ْم فِ ْي َسقَ َر‬


َ ‫ك ِمنَ ال ُم‬
" Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: "Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” QS. Al-Mudatsir: 42-43

Berdasarkan hadits
1.
‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫ك َو ْال ُك ْف ِر تَر‬
َّ ‫ك ال‬ ِ ْ‫بَ ْينَ ال َّرج ُِل َوبَ ْينَ ال ِّشر‬
"Pembatas antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan
shalat.” (HR. Muslim no. 257)"
2.
َّ ‫ْال َع ْه ُد الَّ ِذى بَ ْينَنَا َوبَ ْينَهُ ُم ال‬
‫صالَةُ فَ َم ْن تَ َر َكهَا فَقَ ْد َكفَ َر‬
"Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa
meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah)
3.

َ ‫صاَل ةُ فَإ ِ َذا تَ َر َكهَا فَقَ ْد أَ ْش َر‬


‫ك‬ َّ ‫بَ ْينَ ال َع ْب ِد َوبَ ْينَ ال ُك ْف ِر َوا ِإل ْي َما ِن ال‬
"Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila
dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan
sanad shohih)
4.

ِ ‫َت ِم ْنهُ ِذ َّمةُ هَّللا‬


ْ ‫صالَةً َم ْكتُوبَةً ُمتَ َع ِّمداً فَقَ ْد بَ ِرئ‬ َ ‫َم ْن ت ََر‬
َ ‫ك‬
"Barangsiapa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja, maka janji Allah terlepas
darinya. ” (HR. Ahmad no.22128)
5.

َ َ‫َس َر فَإ ِ ْن ا ْنتَق‬


‫ص‬ ِ ‫اب َوخ‬ ْ ‫ت فَقَ ْد أَ ْفلَ َح َوأَ ْن َج َح َوإِ ْن فَ َسد‬
َ َ‫َت فَقَ ْد خ‬ ْ ‫صلُ َح‬
َ ‫صاَل تُهُ فَإ ِ ْن‬ َ ‫إِ َّن أَو ََّل َما يُ َحا َسبُ بِ ِه ْال َع ْب ُد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِم ْن َع َملِ ِه‬
َ ‫ص ِم ْن ْالفَ ِري‬
‫ض ِة ثُ َّم يَ ُكونُ َسائِ ُر َع َملِ ِه‬ َ َ‫ع فَيُ َك َّم َل بِهَا َما ا ْنتَق‬ ٍ ‫ضتِ ِه َش ْي ٌء قَا َل الرَّبُّ َع َّز َو َج َّل ا ْنظُرُوا هَلْ لِ َع ْب ِدي ِم ْن تَطَ ُّو‬ َ ‫ِم ْن فَ ِري‬
‫ك‬َ ِ‫َعلَى َذل‬
"Sesungguhnya pertama kali amal hamba yang akan dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya. Jika shalatnya baik, maka dia beruntung dan sukses, namun jika shalatnya
rusak, maka dia gagal dan rugi. Jika ada sesuatu kekurangan dari shalat wajibnya, maka
ar-Rabb (Allâh) Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Perhatikan (wahai para malaikat)
apakah hambaKu ini memiliki koshalat tathowwu’ (sunah), sehingga kekurangan yang
ada pada shalat wajibnya bisa disempurnakan dengannya!”. Kemudian seluruh
amalannya akan dihisab seperti itu. [HR. Ibnu Majah, no: 1425; Tirmidzi, no: 413; lafazh
ini bagi imam Tirmidzi; dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani]
6.

ُ‫ َكانَ لَهُ ِع ْن َد هَّللا ِ َع ْه ٌد أَ ْن يُ ْد ِخلَه‬،‫ُضيِّ ْع ِم ْنه َُّن َش ْيئًا ا ْستِ ْخفَافًا بِ َحقِّ ِه َّن‬
َ ‫ فَ َم ْن َجا َء بِ ِه َّن لَ ْم ي‬،‫ت َكتَبَه َُّن هَّللا ُ َعلَى ْال ِعبَا ِد‬
ٍ ‫صلَ َوا‬ َ ُ‫خَ ْمس‬
َ‫ َوإِ ْن َشا َء أَ ْد َخلَهُ ْال َجنَّة‬،ُ‫ إِ ْن َشا َء َع َّذبَه‬،‫ْس لَهُ ِع ْن َد هَّللا ِ َع ْه ٌد‬
َ ‫ت بِ ِه َّن فَلَي‬ ْ
ِ ‫ َو َم ْن لَ ْم يَأ‬،َ‫ْال َجنَّة‬
“Shalat lima waktu telah difardhukan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya. Barangsiapa
yang mengerjakannya, dengan tidak menyia-nyiakan hak-hak shalat sedikitpun, maka
Allah berjanji akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak
mengerjakannya maka tidak ada janji Allah baginya. Jika Allah berkehendak maka Dia
akan menyiksanya, dan jika Allah berkehendak maka Dia akan memasukkannya ke
surga”. (H.R nomor 1420 riwayat abu Dawud)

Menurut ulama
1 Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kaum Muslimin tidak berselisih pendapat
bahwa meninggalkan shalat wajib dengan sengaja termasuk dosa besar yang terbesar, dan
bahwa dosanya di sisi Allâh lebih besar daripada dosa membunuh, merampas harta orang,
berzina, mencuri, dan minum khamr. Dan bahwa pelakunya menghadapi hukuman Allah,
kemurkaanNya, dan kehinaan dariNya di dunia dan akhirat.
2 (Imam) Sufyân bin Sa’id ats-Tsauri, Abu ‘Amr al-Auza’i, Abdullâh bin al-Mubârak,
Hammad bin bin Zaid, Waki’ bin al-Jarrah, Mâlik bin Anas, Muhammad bin Idris asy-
Syâfi’i, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahûyah dan murid-murid, mereka berfatwa bahwa
orang yang meninggalkan shalat di (hukum) bunuh. Kemudian mereka berbeda pendapat
tentang cara (hukum) bunuh terhadapnya. Mayoritas mereka berkata, “Dibunuh dengan
pedang dengan cara dipenggal lehernya”. Sebagian pengikut imam Syâfi’i berkata, “Dia
dipukul dengan kayu sampai dia shalat atau dia mati”. Ibnu Suraij berkata, “Dia ditusuk
dengan pedang sampai mati, karena hal itu lebih sempurna di dalam menghentikannya
dan lebih diharapkan untuk kembali (taubat)”. [Ash-Shalat wa Hukmu Tarikiha, hlm. 29-
30]
3 Abdullah bin Mubarak, Ahmad, Ishaq, dan Ibnu Hubaib dari kalangan Malikiyyah
berpendapat kafir3 orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja walaupun ia tidak
menentang kewajiban shalat. Pendapat ini dihikayatkan pula dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu
Abbas, dan Al-Hakam bin ‘Uyainah radhiyallahu ‘anhum. Sebagian pengikut Al-Imam
Asy-Syafi’i rahimahullahu juga berpendapat demikian4. (Al-Majmu’ 3/19, Al-Minhaj
2/257, Nailul Authar, 2/403)
4 Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa
meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan
dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri,
dan minum minuman keras.
5 Seseorang yang sudah mengetahui jika shalat adalah wajib akan tetapi tidak
melakukannya karena malas, maka para ulama berpendapat jika ia akan dihukumi sebagai
kafir dan juga sudah keluar dari Islam. Ini menjadi pendapat yang sudah dipegang oleh
Imam Ahmad dan juga sebagian besar ulama dari kalangan sahabat dan juga tablin.

HIKMAH SHOLAT
Hadist
1 Pahala dan kebaikan yang besar telah disiapkan untuk hamba-Nya yang mendirikan
shalat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
،َ‫ َكانَ لَهُ ِع ْن َد هَّللا ِ َع ْه ٌد أَ ْن يُ ْد ِخلَهُ ْال َجنَّة‬،‫ُضيِّ ْع ِم ْنه َُّن َش ْيئًا ا ْستِ ْخفَافًا بِ َحقِّ ِه َّن‬
َ ‫ فَ َم ْن َجا َء بِ ِه َّن لَ ْم ي‬،‫ت َكتَبَه َُّن هَّللا ُ َعلَى ْال ِعبَا ِد‬ٍ ‫صلَ َوا‬ َ ُ‫خَ ْمس‬
ََّ‫ َوإِ ْن َشا َء أَ ْد َخلَهُ ْال َجنة‬،ُ‫ إِ ْن َشا َء ع ََّذبَه‬،‫ْس لَهُ ِع ْن َد هَّللا ِ َع ْه ٌد‬
َ ‫ت بِ ِه َّن فَلَي‬ ْ
ِ ‫َو َم ْن لَ ْم يَأ‬
“Lima shalat yang telah Allah Ta’ala wajibkan kepada para hamba-Nya. Siapa saja yang
mendirikannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun darinya karena meremehkan
haknya, maka dia memiliki perjanjian dengan Allah Ta’ala untuk memasukkannya ke
dalam surga. Sedangkan siapa saja yang tidak mendirikannya, dia tidak memiliki
perjanjian dengan Allah Ta’ala. Jika Allah menghendaki, Dia akan Menyiksanya. Dan
jika Allah Menghendaki, Allah akan memasukkan ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud
no. 1420, An-Nasa’i no. 426 dan Ibnu Majah no. 1401, shahih)
2 Shalat adalah penyejuk hati dan penghibur jiwa
Shalat merupakan penyejuk hati, penghibur dan penenang jiwa. Oleh karena itu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ ‫ َو ُج ِع َل قُ َّرةُ َع ْينِي فِي ال‬، ُ‫ي ِمنَ ال ُّد ْنيَا النِّ َسا ُء َوالطِّيب‬
‫صاَل ِة‬ َّ َ‫ِّب إِل‬
َ ‫حُ ب‬
“Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan dijadikanlah
penyejuk hatiku dalam ibadah shalat.” (HR. An-Nasa’i no. 3391 dan Ahmad 3: 128,
shahih)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
َّ ‫قُ ْم يَا بِاَل ُل فَأ َ ِرحْ نَا بِال‬
‫صاَل ِة‬
“Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan mendirikan shalat.” (HR. Abu
Dawud no. 4985, shahih)
3 Bercahaya hati, wajah serta cahaya di alam kubur serta pada hari kiamat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫صاَل ةُ نُو ٌر‬
َّ ‫َوال‬

“Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim no. 223)


Yaitu cahaya dalam hati, wajah, cahaya di alam kubur dan cahaya pada hari kiamat.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam  mengingatkan tentang shalat pada suatu hari, kemudian berkata,
ْ ِ‫ َو َم ْن لَ ْم يُ َحاف‬،‫ َون ََجاةً يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬،‫ َوبُرْ هَانًا‬،‫َت لَهُ نُورًا‬
ٌ ‫ َواَل بُرْ ه‬،ٌ‫ظ َعلَ ْيهَا لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ نُور‬
َ‫ َو َكان‬، ٌ‫ َواَل ن ََجاة‬،‫َان‬ ْ ‫َم ْن َحافَظَ َعلَ ْيهَا َكان‬
‫ف‬ ُ
ٍ َ‫ َوأبَ ِّي ْب ِن خَ ل‬، َ‫ َوهَا َمان‬، َ‫ َوفِرْ عَوْ ن‬، َ‫يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َم َع قَارُون‬
“Siapa saja yang menjaga shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan
keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak
akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia
akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR.
Ahmad 2: 169 dengan sanad yang hasan)
4 Shalat adalah penggugur atas dosa-dosa kecil dan membersihkan kesalahan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,  beliau mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
‫ هَلْ يَ ْبقَى ِم ْن د ََرنِ ِه َش ْي ٌء؟‬،‫ت‬ َ ‫ب أَ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل ِم ْنهُ ُك َّل يَوْ ٍم َخ ْم‬
ٍ ‫س َمرَّا‬ ِ ‫أَ َرأَ ْيتُ ْم لَوْ أَ َّن نَ ْهرًا بِبَا‬
“Bagaimana pendapatmu jika di depan pintu rumahmu ada sungai, lalu Engkau mandi
sehari lima kali? Apakah tersisa kotoran di badannya?”
Para sahabat menjawab,
‫اَل يَ ْبقَى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْي ٌء‬
“Tidak akan tersisa kotoran sedikit pun di badannya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
‫ يَ ْمحُو هللاُ بِ ِه َّن ْال َخطَايَا‬،‫س‬
ِ ‫ت ْال َخ ْم‬
ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫فَ َذلِكَ َمثَ ُل ال‬

“Itu adalah permisalan untuk shalat lima waktu. Dengan shalat lima waktu, Allah Ta’ala
menghapus dosa-dosa (kecil).” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
‫ش ْال َكبَائِ ُر‬
َ ‫ َما لَ ْم تُ ْغ‬،‫ َكفَّا َرةٌ لِ َما بَ ْينَه َُّن‬،‫ َو ْال ُج ْم َعةُ إِلَى ْال ُج ْم َع ِة‬، ُ‫صاَل ةُ ْال َخ ْمس‬
َّ ‫ال‬

“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, adalah penggugur dosa di
antara keduanya, selama dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR. Muslim no. 233)
5 Shalat adalah penghubung paling kuat antara hamba dengan Rabb-nya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,  Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam  bersabda,
‫ َولِ َع ْب ِدي َما َسأ َ َل‬،‫صاَل ةَ بَ ْينِي َوبَ ْينَ َع ْب ِدي نِصْ فَ ْي ِن‬ ُ ‫قَ َس ْم‬
َّ ‫ت ال‬
“Allah Ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat (yaitu surat Al-Fatihah, pent.) untuk-Ku
dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan untuk hamba-Ku sesuai dengan apa yang dia
minta.”
‫ َح ِم َدنِي َع ْب ِدي‬:‫ قَا َل هللاُ تَ َعالَى‬، } َ‫{ال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
ْ :ُ‫ال ْال َع ْبد‬
َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam”; Allah
Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memujiku.”

َّ َ‫ أَ ْثنَى َعل‬:‫ قَا َل هللاُ تَ َعالَى‬، }‫ {الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬:‫َوإِ َذا قَا َل‬
‫ي َع ْب ِدي‬
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”;
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku menyanjungku.” (sanjungan yaitu pujian yang
berulang-ulang, pent.)

َّ َ‫َّض إِل‬
‫ي َع ْب ِدي‬ ِ ِ‫ { َمال‬:‫َوإِ َذا قَا َل‬
َ ‫ َم َّج َدنِي َع ْب ِدي – َوقَا َل َم َّرةً فَو‬:‫ قَا َل‬، }‫ك يَوْ ِم الدِّي ِن‬
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang menguasai hari pembalasan”; Allah Ta’ala
berfirman, “Hamba-Ku memuliakanku.” Dan terkadang Allah berfirman, “Hamba-Ku
memasrahkankan urusannya kepada-Ku.”
‫ َولِ َع ْب ِدي َما َسأ َ َل‬،‫ هَ َذا بَ ْينِي َوبَ ْينَ َع ْب ِدي‬:‫ك نَ ْستَ ِعينُ } قَا َل‬
َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬ َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
َ ‫ {إِيَّا‬:‫ال‬
Ketika hamba berkata (yang artinya), “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan
hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah
antara Aku dan hamba-Ku. Dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta.”

ِ ‫ص َراطَ الَّذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬


‫ هَ َذا لِ َع ْب ِدي َولِ َع ْب ِدي َما‬:‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّينَ } قَا َل‬ ِ ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬ َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
ِّ ‫ {ا ْه ِدنَا ال‬:‫ال‬
‫َسأ َ َل‬
Dan ketika hamba berkata (yang artinya), “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah untuk hamba-Ku, dan untuk
hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.” (HR. Muslim no. 395)

Dalil
1 Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar
Jika seorang hamba mendirikan shalat sesuai dengan ketentuan dan petunjuk syariat,
maka shalat tersebut akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala,
‫صاَل ةَ تَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬
َّ ‫إِ َّن ال‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS.
Al-‘Ankabuut [29]: 45)
2 Shalat sebagai penolong manusia terkait urusan agama dan dunia
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫صاَل ِة َوإِنَّهَا لَ َكبِي َرةٌ إِاَّل َعلَى ْال َخ‬


َ‫اش ِعين‬ َّ ‫َوا ْستَ ِعينُوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45)
3 Mengingat Allah swt
َّ ‫[ } َوأَقِ ِم ال‬14 :‫]طه‬
{‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. “[Thaahaa:14]
4 Mendapatkan Rahmat Allah

َ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوأَ ِطيعُوا ال َّرس‬


{ َ‫ُول لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬ َّ ‫[ } َوأَقِي ُموا ال‬56 :‫]النور‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi
rahmat. [An-Nuur:56]
َّ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َويُقِي ُمونَ ال‬
{ َ‫صاَل ةَ َوي ُْؤتُونَ ال َّز َكاةَ َوي ُِطيعُون‬ ِ ‫ْض يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
ُ
ِ ‫[ }هَّللا َ َو َرسُولَهُ أولَئِكَ َسيَرْ َح ُمهُ ُم هَّللا ُ إِ َّن هَّللا َ ع‬71 :‫]التوبة‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [At-Taubah:71]

Anda mungkin juga menyukai