Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME

TEORI ILMU SOSIAL KELUARGA

Oleh :
WIDYA WARDANI
018.01.3616

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MATARAM

2020
Pengertian Konsep Keluarga
Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam
masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok
primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi
interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi (UU Nomor 10 Tahun
1992 Pasal 1 Ayat 10; Khairuddin 1985; Landis 1989; Day et al. 1995; Gelles 1995; Ember
dan Ember 1996; Vosler 1996). Menurut U.S. Bureau of the Census Tahun 2000 keluarga
terdiri atas orang-orang yang hidup dalam satu rumahtangga (Newman dan Grauerholz 2002;
Rosen (Skolnick dan Skolnick 1997).  Teori Struktural Fungsional/Sistem.
 Teori Konflik Sosial.
MAKRO
 Teori Gender (sudah dibahas di bab
terdahulu).
 Teori Perkembangan (multilineal)-
TEORI (Tingkatan Masyarakat).

KELUARGA
 Teori Pertukaran Sosial.
 Teori Interaksi Simbolik.
MIKRO  Teori Perkembangan (unilineal)-(Tingkatan Individu
dan Keluarga).

1. Teori Keluarga: Konflik Sosial


Teori konflik sosial muncul pada Abad ke-18 dan 19 sebagai respon dari lahirnya
dual revolution, yaitu demokratisasi dan industrialisasi, sehingga kemunculan sosiologi
konflik modern, di Amerika khususnya, merupakan pengikutan, atau akibat dari, realitas
konflik dalam masyarakat Amerika (Mc Quarrie 1995). Teori konflik sosial mulai populer
pada Tahun 1960an sejalan dengan gelombang kebebasan individu di Barat, tetapi sebetulnya
telah berkembang sejak Abad 17.
Selain itu teori sosiologi konflik adalah alternatif dari ketidakpuasaan terhadap
analisis fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan Robert K. Merton, yang menilai
masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya. Beberapa kritikan terhadap teori
struktural-fungsional berkisar pada sistem sosial yang berstruktur, dan adanya perbedaan
fungsi atau diferensiasi peran (division of labor). Institusi keluarga dalam perspektif
struktural-fungsional dianggap melanggengkan kekuasaan yang cenderung menjadi cikal
bakal timbulnya ketidakadilan dalam masyarakat.

David Lockwood (Klein dan White 1996) melontarkan kritik terhadap teori Parsons.
Menurutnya, teori Parsons terlalu menekankan keseimbangan dan ketertiban. Hal ini
dianggap suatu pemaksaan bagi individu untuk selalu melakukan konsensus agar kepentingan
kelompok selalu terpenuhi. Selanjutnya, individu harus selalu tunduk pada norma dan nilai
yang melandasi struktur dan fungsi sebuah sistem. Padahal menurut Lockwood, suasana
konflik akan selalu mewarnai masyarakat, terutama dalam hal distribusi sumberdaya yang
terbatas. Artinya, sifat dasar individu dianggapnya cenderung selfish (mementingkan diri
sendiri), daripada mengadakan konsensus untuk kepentingan kelompok. Sifat pementingan
diri sendiri menurut Lockwood akan menyebabkan diferensiasi kekuasaan yang ada
menimbulkan sekelompok orang menindas kelompok lainnya. Selain itu masing-masing
kelompok atau individu mempunyai tujuan yang berbeda-beda bahkan sering bertentangan
antara satu dan lainnya, yang akhirnya akan menimbulkan konflik. Perspektif konflik dalam
melihat masyarakat dapat dilacak pada tokoh-tokoh klasik seperti Karl Marx, Max Weber dan
George Simmel.

2. Teori Keluarga: Pertukaran Sosial


Teori keluarga lain yang sering dipakai sebagai landasan analisis keluarga adalah
Teori Pertukaran Sosial. George Homans (1958; 1961) adalah orang yang dikenal membawa
Teori Social Exchange ke disiplin Ilmu Sosial. Homans fokus pada hubungan interpersonAl
diantara orang-orang di keluarga dan masyarakat. Konsep pemikiran George Homans adalah
adanya karakteristik sifat manusia yang universal di seluruh dunia, yaitu bahwa perilaku
manusia (konsep behaviorism di psychology) ada yang “Positive Reinforcement and Negative
Reinforcement”. Homans juga menyatakan adanya “ The rule of distributive justice “ artinya:
adanya harapan bahwa rewards pada masing-masing orang yang berhubungan akan
“proporsional“ dengan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing orang tersebut, sehingga
net result dari masing-masing orang itu akan proporsional dengan investasinya dalam
hubungan tersebut. Apabila peraturan ini dilanggar, maka orang-orang yang dirugikan akan
marah, dan orang-orang yang diuntungkan akan merasa bersalah.

Teori pertukaran sosial menjelaskan keberadaan dan ketahanan kelompok sosial,


termasuk keluarga melalui bantuan selfinterest dari individu anggotanya. Fokus sentral teori
adalah motivasi (hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan), yang
berasal dari keinginan diri sendiri. Teori ini didasari paham utilitarianisme (individu dalam
menentukan pilihan secara rasional menimbang antara imbalan (rewards) yang akan
diperoleh, dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan. Para sosiolog penganut teori ini
berpendapat bahwa seseorang akan berinteraksi dengan pihak lain jika dianggapnya
menghasilkan keuntungan (selisih antara imbalan yang diterima dengan biaya yang
dikeluarkan).

Sebagai asumsi dasar dalam teori pertukaran sosial adalah (Klein & White 1996;
Homans (1958;1961) dalam Zeitlin 1998; Sabatelli dan Shehan 1993): (1) Dalam proses
belajar orang mengkonstruksi perilaku melalui aplikasi pemikiran yang rasional: Setiap aksi
mempunyai konsekuensi Cost and Reward; Setiap orang rasional pasti mencari reward yang
maksimal dan meminimalkan biaya (Cost), (2) Setiap orang memiliki harga diri; Jika
seseorang memberikan keuntungan kepada orang lain, maka orang lain juga akan
memberikan keuntungan pada orang tersebut.

Menurut Homans dalam Ritzer (1985) terdapat lima prinsip dalam pertukaran sosial,
meliputi: (1) Jika respon pada suatu stimulus mampu mendatangkan keuntungan, maka
respon tersebut akan cenderung diulang terhadap stimulus yang sama, (2) Makin sering
seseorang memberikan ganjaran terhadap tingkah laku orang lain, maka makin sering juga
tingkah laku tersebut akan diulang, (3) Makin bernilai suatu keuntungan yang diperoleh dari
tingkah lakunya, maka makin sering juga pengulangan terhadap tingkah laku tersebut, (4)
Makin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, maka makin
berkurang juga nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya dan (5) Makin dirugikan
seseprang dalam berhubungan dengan orang lain, maka makin besar kemungkinan orang
tersebut akan mengembangkan emosi.

3. Teori Ekologi
Urie Bronfenbrenner (1979, 1989, 1998, 2005) dalam artikel Peran Aktivitas
Pengasuhan pada Pembentukan Perilaku Anak sejak Usia Dini ; Kajian Psikologis
berdasarkan Teori Sistem Ekologis (Jurnal UNY), menjelaskan dalam beberapa tulisan hasil
kajiannya mengenai sebuah teori yang membantu memahami bagaimana individu
berkembang di dalam berbagai lapisan dalam konteks keunikan lingkungan atau ekologi.
Penjelasan ini di payungi dengan sebuah teori yang awalnya disebut dengan Teori Sistem
Ekologis.
Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks
lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan akan membentuk
tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal anak akan
menggambarkan, mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi.
Berofenbrenner menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling berkaitan,
yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.

4. Teori Pertukaran Sosial


Teori pertukaran sosial merupakan pemikiran dari seorang ahli beralumni pendidikan
sama dengan Parsons, bernama George Caspar Homans. Keduanya menekuni pendidikan
ekonomi walaupun berbeda universitas.
Dalam bukunya yang berjudul Social Behaviors Its Elementary Forms, Homans
menjelaskan teori-teorinya. Ia memberikan penjelasan bahwa setiap orang pasti mempunyai
harga diri, dan ketika ia memberikan keuntungan terhadap orang lain maka orang lain juga
akan memberikan keuntungan pula. Kedudukan mengakibatkan tanggung jawab, siapa
membenci maka ia yang akan mendapat ganjarannya dan seterusnya. Homans berkeinginan
untuk menyatakan kebenaran tersebut di dalam suatu rangkaian atau proposisi yang teoritis
kemudian ia mengujinya. Hal semacam ini membuat ia bukan hanya untuk sekedar
menggambarkan perilaku sosial yang mendasar namun ia juga dapat membuat asumsi untuk
membuat eksplanasi terhadapnya. Tindakan perilaku sosial yang dimaksudkan Homans
adalah tindakan yang berkenaan dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya ganjaran
dan hukuman dari orang lain.
Unsur utama dari pertukaran sosial adalah cost (biaya), reward (imbalan), profit
(keuntungan). Cost adalah perilaku seseorang yang dianggap sebagai biaya Entah
mengharapkan imbalan atau tidak. Sedangkan reward adalah imbalan terhadap cost. Dari
reward yang didapat seseorang bisa saja mendapatkan kenutungan yang lebih besar dari cost
yang dikeluarkan. Keuntungan tersebut disebut profit. Namun tidak semua reward yang
didapat manghasilkan keuntungan bagi seseorang yang mengeluarkan reward. Sebab dalam
pertukaran sosial seseorang tidak terlalu mengutamakan profit yang banyak. Seseorang hanya
menginginkan reward atas cost yang dia keluarkan. Teori pertukaran sosial memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Dalam hubungan sosial
terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi.
5. Teori Feminis
Feminisme. Kata pertama yang terbayang ketika kita membicarakannya adalah bahwa
ini adalah sebuah ideologi terbaik bagi perempuan yang ingin terbang bebas tanpa hambatan
dan tanpa merasa diremehkan. Teori ini merupakan turunan dari teori sosial konflik, yakni
melawan apa yang dianggap tidak adil dan memperbaiki keadaan yang ada.
Pemikiran utama teori ini adalah memang memberdayakan perempuan.Membebaskan
perempuan untuk bersikap bebas sebebas-bebasnya. Teori feminisme memfokuskan diri pada
pentingnya kesadaran mengenai persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam semua
bidang. Teori ini berkembang sebagai reaksi atas fakta yang terjadi di masyarakat, yaitu
adanya konflik kelas, ras, dan terutama adanya konflik gender. Feminisme mencoba untuk
menghilangkan pertentangan antara kelompok yang lemah yang dianggap lebih kuat. Lebih
jauh lagi, feminisme menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak
sejarah dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki.
6. Teori Gender
Gender bukanlah berdasarkan apa yang kita terlahir dengannya, bukan berdasarkan
apa yang kita miliki, tapi berdasarkan perilaku, berdasarkan apa yang kita tampilkan. (Butler
1990)
Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa seks lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek
biologis seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi
fisik, reproduksi dan karakteristik biologis lainnya. Seks atau jenis kelamin adalah perbedaan
biologis antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan gender lebih berkonsentrasi kepada
aspek sosial, budaya, psikologi, dan aspek-aspek non biologis lainnya. Gender ini digunakan
untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya.
Gender menjelaskan semua atribut, peran dan kegiatan yang terkait dengan “menjadi laki-
laki” atau “menjadi perempuan”.
Kajian gender lebih memperhatikan pada aspek maskulinitas (masculinity) atau
feminitas (feminity) seseorang. Peran gender tidak berdiri sendiri melainkan terkait dengan
identitas dan berbagai karakteristik yang diasumsikan masyarakat kepada laki-laki dan
perempuan sebab terjadinya ketimpangan status antara laki-laki dan perempuan lebih dari
sekedar perbedaan fisik biologis tetapi segenap nilai sosial budaya yang hidup dalam
masyarakat turut memberikan andil. Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan gender
dan perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan. Faktor yang menyebabkan
ketidakadilan gender adalah akibat adanya gender yang dikonstruksikan secara sosial dan
budaya. Ketidakadilan tersebut dikarenakan tidak terpenuhinya hak-hak dasar manusia bagi
perempuan atau laki-laki. Hak yang dimaksud adalah hak untuk menentukan diri sendiri
secara mandiri.
Jadi keadilan gender berarti suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan
laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda,
subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Sedangkan
kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesampatan serta hak-haknya sebagai manusia. Sedangkan keadilan dan kesetaraan gender
yaitu terciptanya kesamaan kondisi dan status laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan dan menikmati hak-haknya sebagai manusia agar sama-sama berperan aktif
dalam pembangunan. Dengan kata lain, penilaian dari penghargaan yang sama oleh
masyarakat terhadap persamaan dan perbedaan laki-laki dan perempuan serta berbagai peran
mereka.
Dalam cakupannya, terdapat 2 pemikiran berupa Nature dan Nurture;
1. Nature Karakteristik yang melekat pada individu sejak lahir. Bersifat kodrati dan
datangnya dari Tuhan.
2. Nurture Karakteristik yang terbentuk akibat stereotype masyarakat. Dapat berubah
sesuai lingkungan hidup sedar kecil.
7. Teori Perkembangan
Setiap keluarga harus berkembang untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.
Perkembangan yang dimaksud disini adalah ketika keluarga dapat melalui masalah dengan
baik tanpa hambatan berarti. Menurut Duvall, terdapat 8 tahapan perkembangan yang harus
dilalui keluarga (Eight-Stage Family Life Cycle), yaitu;

1. “Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum memiliki anak)
2. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan seorang
anak pertama yang baru lahir).
3. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)” (Keluarga dengan
anak pertama yang berusia prasekolah).
4. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga dengan anak
yang telah masuk sekolah dasar).
5. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak yang
telah remaja).
6. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving home)”
(Keluarga dengan anak yang telah dewasa dan telah menikah).
7. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua
yang telah pensiun).
8. “Aging family members (retirement to death of both spouse)” (Keluarga dengan
orang tua yang telah lanjut usia).

Anda mungkin juga menyukai