Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN
1. Pengertian

Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan


terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot nidasi (implantasi) pada uterus pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembali hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Masa Kehamilan di mulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bilan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama
dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga
dari bulan ketujuh sampai 9 bulan ( Saifuddin, 2008 ).

2. Pembagian Masa Kehamilan


Kehamilan dibagi menjadi 3 Trimester menurut (Yulaikhah 2008):
a. Trimester I :0 – 12 minggu
b. Trimester II :12 – 28 minggu
c. Trimester III :28 – 38/42 minggu
3. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
a. Kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen berhubungan dengan system
pernafasan pada kehamilan. Kebutuhan oksigen selama
kehamilan meningkat sebagai respon tubuh terhadap
akselarasi metabolisme rate perlu untuk menambah

6
7

massa jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan


masa uterus (Yeyeh dkk, 2009).

b. Kebutuhan nutrisi
Selama hamil dapat digunakan piramida makanan
sebagai pedoman diet sehat, piramida ini tersusun dari
beberapa bagian yang berisi jenis makanan tertentu
semakin besar bagian piramida tersebut semakin besar
porsi makanan yang boleh dikonsumsi setiap hari
(Yeyeh dkk, 2009).
c. Kebutuhan fisik tentang personal hygiene
Selama hamil PH vagina menjadi asam berubah
dari 4-3 menjadi 5-6,5 akibatnya vagina mudah terkena
infeksi. Morning sickness menyebabakan rasa eneg dan
mual dapat menyebabkan perawatan gigi tidak
diperhatikan dengan baik sehingga timbul karies,
gingivitis dan sebagainya (Yeyeh dkk, 2009).
d. Kebutuhan fisik tentang pakaian
Baju hamil yang praktis selama enam bulan
kehamilan adalah baju yang longgar, pilihlah bahan
yang tidak panas dan mudah menyerap keringat,
bagian dada harus longgar karena payudara akan
membesar dan bagian pinggang harus longgar, jika
perlu terdapat tali untuk menyesuaikan perut yang
terus membesar (Yeyeh dkk, 2009)
e. Kebutuhan fisik tentang eliminasi
Pada saat hamil terjadi adaptasi gastrointestital
sehingga menurunkan mobiliti lambung dan usus yang
mentebabkan obstipasi. Penekanan kandung kemih
8

karena pengaruh hormin estrogen menyebabkan sering


BAK serta terjadi pengeluaran keringat (Yeyeh dkk,
2009).
f. Kebutuhan fisik tentang seksual
Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera
pelvis dapat mengakibatkan menurunnya pola seksual,
anjuran yang diberikan adalah jangan melakukan
hubungan seksual sestelah BAK (Yeyeh dkk, 2009).

g. Kebutuhan fisik tentang istirahat


Berhubungan dengan kebutuhan kalori pada masa
kehamilan, mandi air hangat sebelum tidur, tidur dalam
posisi miring ke kiri, letakkan bantal untuk menangga.
Pada ibu hamil sebaiknya menggunakan waktu
luangnya untuk beristirahat (Yeyeh dkk, 2009).

4. Kunjungan Pertama dan Keempat pada


Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
a. Kunjungan pertama (K1)
Kunjungan pertama (K1) adalah kunjungan dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan trimester pertama yaitu sebelum minggu
ke-14 dengan tujuan sebagai berikut :
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan
jiwa
2) Mencegah masalah, missal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya
3) Perencanaan persalinan
4) Membangun saling percaya
9

5) Memulai persiapan kelahiran


dan kesiapan menghadapi
komplikasi
6) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
Standar pelayanan dalam kunjungan pertama meliputi
pemeriksaan keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan,
lingkar lengan atas, skrining imunisasi Tetanus Toxoid, Pemberian
Tablet Fe, pemeriksaan Hb, Pemeriksaan golongan darah,
pemeriksaan laboratorium lainnya atas indikasi serta KIE efektif
(Kemenkes RI, 2014).

b. Kunjungan keempat (K4)


Defenisi K4 menurut Depkes RI (2003) adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan yang keempat kalinya atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan
dengan syarat minimal satu kali kontak pada triwluan pertama, satu
kali kontak pada triwulan kedua dan dua kali kontak pada triwulan
ketiga.
Menurut Prawirohardjo (2009) pada K4 ini bidan diharapkan
mampu mengenali adanya kelainan letak dan presentasi,
memantapkan rencana persalinan, memberikan informasi mengenai
tanda-tanda persalinan.

5. Pemeriksaan Kehamilan
a. Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan ibu hamil
Pelayanan Antenatal Care yang diberikan pada ibu hamil sesuai
dengan standar yang meliputi 14 T dalam Pantikawati (2010) yaitu :
10

1) Ukur tinggi badan/berat badan.


2) Ukur tekanan darah.
3) Ukur tinggi fundus uteri.
4) Pemberian imunisasi TT.
5) Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet selama kehamilan).
6) Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL.
7) Temu wicara/konseling.
8) Test/pemeriksaan Hb.
9) Test/pemeriksaan urin protein.
10) Test reduksi urin.
11) Perawatan payudara (tekan pijat payudara).
12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil).
13) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok).
14) Terapi obat malaria (khusus daerah endemic malaria).
b. Pemeriksaan untuk menilai kehamilan
Menurut Saifuddin (2006) penanganan pada kehamilan normal :
1) Anamnesa dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal
awal.
2) Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya
a) Tekanan darah di bawah 140/90
b) Pertambahan berat badan 6,5-11,5 kg selama hamil atau terjadi
kenaikan BB + ½ kg/minggu.
c) Edema hanya pada ekstermitas
d) Tinggi fundus dengan cm atau menggunakan jari-jari tangan
dapat disamakan dengan usia kehamilan
e) Detak jantung janin 120-160 kali permenit
f) Gerakan janin bertambah sejak 18-20 minggu hingga
melahirkan
3) Memberikan zat besi sesuai jadwal
4) Memberikan imunisasi sesuai jadwal
11

5) Memberikan konseling
a) Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per
hari, mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat
besi, minum cukup cairan ( menu seimbang)
b) Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah
c) Perubahan fisologi : penambahan berat badan, perubahan pada
payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mula selama
triwulan pertama, rasa panas, varises, hubungan suami-istri
boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai
kondom)
d) Memberitahu kepada ibu kapan kembali untuk pemantauan
lanjutan kehamilan.
e) Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia
mendapati tanda-tanda bahaya berikut :
1) Perdarahan peraginam
2) Sakit kepala yang lebih dari biasa
3) Gangguan penglihatan
4) Pembengkakan pada wajah /tangan
f) Merencanakan persiapan kelahiran yang bersih dan aman
dirumah
g) Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah
buah dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan
air dan dikeringkan.
h) Petunjuk dini: untuk mencegah keterlambatan dan pengambilan
keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi,
nasehati ibu hamil, suaminya, ibunya dan anggota keluarga
yang lain untuk: mengidentifikasi sumber transportasi dan
menyisihkan cukup dana untuk menutup biaya perawatan
kegawatdaruratan
12

i) Menjelaskan perawatan payudara terutama pada pada ibu yang


mempunyai puting susu rata atau masuk ke dalam. Ibu
diajarkan cara mengeluarkan puting susu yaitu : tekan puting
susu dengan menggunakan ibu jari, dilakukan 2 kali sehari
selama 5 menit.
c. Jadwal kunjungan pemeriksaan antenatal
Menurut Saifuddin (2006) kunjungan antenatal untuk
pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal
empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut: kehamilan
trimester pertama satu kali kunjungan, kehamilan trimester kedua
minimal dua kali kunjungan dan pada trimester ketiga minimal satu
kali. Walaupun demikian disarankan kepada ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sesuai jadwal yaitu 4 minggu sekali sampai usia
kehamilan 28 minggu, 2 minggu sekali pada usia kehamilan 28-36
minggu, 1 minggu sekali pada usia kehamilan 36-40 minggu.
d. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Pada umumnya 80%-90% kehamilan akan berlangsung normal dan
hanya 10%-12% kehamilan disertai dengan penyulit. Tanda bahaya
pada kehamilan adalah tanda atau gejala-gejala yang menunjukkan ibu
dan bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya. Adapun tanda-
tanda bahaya kehamilan tersebut adalah ibu tidak mau makan dan
muntah yang berlebihan, berat badan tidak naik, perdarahan, bengkak
pada tangan dan wajah, tekanan darah tinggi dan pusing, gerakan janin
berkurang atau tidak ada gerakan sama sekali dan ketuban pecah
sebelum waktunya (Prawiroharjo, 2010).

B. Kelas Ibu Hamil


1. Pengertian Kelas Ibu Hamil
Kelas Ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan
umur kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu ( menjelang persalinan )
13

dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil


akan belajar Bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan
Ibu dan Anak ( KIA ) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat
dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil
difasilitasi olen bidan / tenaga kesehatan dengan menggunakan paket
kelas ibu hamil yaitu buku KIA, Flip Chart ( lembar balik ), Pedoman
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan
Buku senam hamil ( Kemenkes RI, 2016 ).
Kegiatan kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar
kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam membentuk tatap muka
yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu
mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru
lahir melalui praktik dengan menggunakan buku KIA ( Pudjiastuti, 2011).

2. Tujuan Kelas Ibu Hamil


Menurut Kemenkes RI (2011), Tujuan Kelas Ibu Hamil dibagi
menjadi dua yaitu :
b. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit
menular dan akte kelahiran.
c. Tujuan Khusus
1) Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta ( ibu
hamil dengan ibu hamil ) dan antar ibu hamil dengan petugas
kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan
nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
14

mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte


kelahiran.
2) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :
a) Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan perubahan tubuh
selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan pengaturan gizi
termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan
anemia.
b) Perawatan kehamilan ( kesiapan psikologis menghadapi
kehamilan, hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan, dan P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi).
c) Persalinan ( tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan
proses persalinan).
d) Perawatan nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifa agar dapat
menyusui eksklusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas,
yanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
e) KB Pasca Persalinan
f) Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian
K1 injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan
perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada bayi
baru lahir).
g) Mitos / kepercayaan / adat istiadat setempat yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak.
h) Penyakit menular ( IMS, informasi dasar HIV/AIDS dan
pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil).

3. Keuntungan Kelas Ibu Hamil


Menurut Kemenkes RI (2016), beberapa keuntungan kelas ibu
hamil yang teringkas antara lain :
15

a. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai pedoman


kelas ibu hamil yang memuat mengenai kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir,
mitos, penyakit menular seksual dan akte kelahiran.
b. Penyampaian materi lebih komprehensif karena ada persiapan petugas
sebelum penyajian materi.
c. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan
mengenai topik tertentu.
d. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian
materi terstruktur dengan baik.
e. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat
pembahasan materi dilaksanakan.
f. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
g. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam
memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas
system pembelajaran.

4. Fasilitator Kelas Ibu Hamil


Fasilitator ibu hamil adalah bidan atau tenaga kesehatan yang telah
mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil atau melalui on the job
training.

5. Sasaran Kelas Ibu Hamil


Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan
20 s/d 32 minggu. Karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah
kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil.
Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas.
Suami/keluarga ikut minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti
berbagi materi yang penting, misalnya tentang persiapan persalinan atau
materi yang lainnya (Kemenkes RI, 2016).
16

6. Pendekatan Kelas Ibu Hamil


a. Kelas ibu hamil dilaksanakan dengan menggunakan prinsip belajar
orang dewasa (BOD).
b. Bidan desa memfokuskan pembelajaran pada upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan ibu hamil dengan menggunakan lembar
balik, KN-KIT, Foot Model, boneka bayi dan lain-lain.
c. Sesuai dengan pendekatan BOD, metode yang digunakan adalah:
1) Ceramah
2) Tanya jawab
3) Demonstrasi dan praktek
4) Curah pendapat
5) Pengawasan ( peserta ditugaskan membaca buku KIA, dan lain-
lain)
6) Stimulasi
d. Pada awal pertemuan dimulai dengan pengenalan kelas ibu hamil dan
perkenalan sesama peserta dan fasilitator. Gunakan label nama untuk
peserta fasilitator.
e. Setiap penggantian sesi sebaiknya diselingi dengan permainan untuk
penyegaran (Pudjiastusi, 2011).

C. Perilaku Kesehatan
Menurut Green (1980) dalam Notoadmojo (2010) menganalisis
perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Tingkatan kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu factor perilaku
(behavior causes) dan factor luar perilaku (Non Behavior Causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.
1. Faktor-faktor Presdisposisi (presdisposing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
17

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam


lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban, dan
sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factor), yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

D. Motivasi
1. Pengertian
Motivasi menurut Quinn (1995) dalam Notoatmodjo (2010).
Adanya kekuatan dan dorongan yang menggerakan kita untuk berperilaku
tertentu. Dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan dengan
hasrat, keinginan, dorongan, dan tujuan.
Berdasarkan pendapat Zulfan (2012) motif atau motivasi berasal
dari kata lain moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk
bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata
kebutuhan atau needs atau want. Kebutuhan adalah suatu ‘potensi’ dalam
diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspons.
Menurut Maslow bahwa kebutuhan manusia yang dibedakan antara
kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis, atau disebut kebutuhan
materil (biologis) dan kebutuhan non materi (psikologis). Maslow
mengembangkan teorinya setelah ia mempelajari kebutuhan-kebutuhan
manusia itu bertingkat-tingkat atau sesuai dengan “hierarki”, dan
menyatakan bahwa :
1) Manusia adalah suatu makhluk sosial “berkeinginan”, dan keinginan
ini menimbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau
kebutuhan ini bersifat terus-menerus, dan selalu meningkat.
18

2) Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh


untuk menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih
meningkat.
Kebutuhan manusia tersebut tampaknya berjenjang atau bertingkat-
tingkat. Tingkatan tersebut menunjukkan urutan kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan
dapat mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang, sebelum
kebutuhan dasar terpenuhi. Dengan kata lain, motif-motif yang bersifat
psikologis tidak akan mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan
dasar (biologis) tersebut terpenuhi (Notoatmodjo, 2010).
Menurut McClelland mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua
motivasi, yakni motif primer atau motif yang tidak dipelajari, dan motif
sekunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi
dengan orang lain. Oleh karena motif sekunder timbul karena interaksi
dengan orang lain, maka motif ini sering juga disebut motif sosial. Motif
primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap
manusia secara biologis. Motif ini mendorong seseorang untuk terpenuhinya
kebutuhan biologisnya misalnya makan, minum, seks dan kebutuhan-
kebutuhan biologis lain. Sedangkan motif sekunder adalah motif yang
ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain atau
interaksi sosial (Notoatmodjo, 2010).
2. Klasifikasi Motivasi
Berdasarkan pendapat Zulfan (2012) kebutuhan yang satu dengan
kebutuhan yang lain saling kait mengait, tetapi tidak terlalu dominan
keterkaitan tersebut. Misalnya, kebutuhan dasar (biologis) tersebut
terpenuhi. Dalam mempelajari motivasi ada dua jenis motivasi, yaitu:
a. Motivasi internal adalah suatu dorongan yang timbul secara langsung
dari dalam diri sendiri (intrinsic) yang tidak kita pelajari dan sudah ada
sejak lahir.
19

b. Motivasi eksternal adalah suatu dorongan untuk bertindak yang tidak kita
pelajari, namun kita pelajari dalam kelompok sosial dimana kita hidup
3. Pengukuran Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapacara untuk mengukur
motivasi.
1. Tes Proyektif
Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada
dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan
orang, maka kita stimulus yang harus di interprestasikan.
2. Kuesioner
Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui koesioner adalah
dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan
yang memancing motivasi klien.

3. Observasi Perilaku
Cara lain untuk mengukur perilaku adalah dengan membuat
stimulasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang
mencerminkan motivasinya. Motivasi yang baik dalam melakukan
perawatan perineum adalah :
Adanya dukungan dari keluarga terutama suami agar ibu mendapat
dorongan untuk melakukan perawatan perineum. Selain dari keluarga ibu
juga mendapat motivasi dari tenaga kesehatan terutama bidan.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi


Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang,
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Eksternal
1) Lingkungan kerja
2) Pemimpin dan kepemimpinannya
20

3) Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas


4) Dorongan atau bimbingan atasan
b. Faktor Internal
1) Pembawaan individu
2) Tingkat pendidikan
3) Pengalaman masa lampau
4) Keinginan atau harapan masa depan

E. Kerangka teori
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) perilaku kesehatan
terdiri dari tiga faktor utama yaitu :
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat pada bagan 2.1 dibawah ini :

Bagan 2.1
Faktor Predisposisi : Kerangka Teori
Pengetahuan
Sikap Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Pendidikan
Motivasi
Kepercayaan
Nilai-nilai
(variabel demograsi tertentu)
1
6
Faktor Enabling : 5
Ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas ksehatan.
Ketersediaan fasilitas pelayanan 2 Perilaku kesehatan
kesehatan.
Prioritas dan komitmen masyarakat
atau pemerintah terhadap kesehatan
Keterampilan yang berkaitan dengan 4
kesehatan

Faktor Reinforcing :
Keluarga
Teman
Pengalaman
Petugas kesehatan
21

Sumber : Menurut teori Green, 1980 dalam Notoatmodjo (2007).


Keterangan : Garis utuh menunjukkan pengaruh langsung, garis putus-putus
menunjukkan akibat sekunder nomor menunjukkan kira-kira urutan
terjadinya tindakan, tulisan yang ditebalkan adalh variabel yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai