Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti
terpisah atau pecah, dan “phren” yang artinya jiwa. Skizofrenia adalah
gangguan jiwa dimana terjadi gangguan neurobiologi dengan karakteristik
kekacauan pada pola pikir dan isi pikir, halusinasi dan delusi, serta kekacauan
pada proses persepsi, afek dan perilaku sosialnya. Skizofrenia merupakan
gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan dalam pikiran,emosi,dan
perilaku sehingga menimbulkan kecacatan dan ketergantungan.
Skizofrenia adalah gangguan kronis yang melemahkan dan menyentuh
setiap aspek kehidupan orang yang terpengaruh. Orang yang mengembangkan
skizofrenia menjadi semakin terpisah dari masyarakat. Mereka gagal fungsi
dalam peran yang diharapkan sebagai siswa, pekerja, atau pasangan, dan
keluarga serta komunitas mereka pun semakin tidak toleran dengan perilaku
menyimpang mereka.
Skizofrenia Tak Terinci adalah dimana memenuhi kriteria diagnosa
skizofrenia secara umum dan tidak memenuhi diagnosa skizofrenia paranoid,
hebefrenik, atau katatonik, serta tidak memenuhi criteria untuk diagnosis
skizofrenia residual atau depresi pascaskizofrenia.
B. PREVALENSI
Menurut WHO (2001) saat ini di dunia terdapat lebih dari 450 juta
jiwa hidup dengan gangguan jiwa, dalam penelitian Lewis (2001) angka
prevalensi gangguan jiwa skizofrenia di dunia berkisar 4 per mil, kemudian
meningkat menjadi 5,3 per mil (Eric, 2006). Sedangkan di Indonesia pada
tahun 2007 prevalensi skizofrenia di Indonesia adalah 2 per mil kemudian
menurut WHO prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia tahun 2013
meningkat menjadi 2,6 per mil pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Diantara
penderita skizofrenia di seluruh dunia sekitar 20-50% telah melakukan
percobaan bunuh diri dan 10% diantaranya meninggal karena bunuh diri.
Angka kematian penderita skizofrenia ini 8 kali lebih tinggi daripada angka
kematian penduduk pada umumnya (Hawari, 2012:5).
Dalam Riskesdas tahun 2013 prevalensi gangguan jiwa berat di Jawa
Tengah mencapai angka 2,3 per mil. Angka tersebut menempatkan provinsi
Jawa Tengah dalam urutan ke 3 provinsi dengan jumlah gangguan jiwa
terbesar setelah provinsi Aceh pada tahun 2013.
Skizofrenia pada laki-laki biasanya timbul antara usia 15-25 tahun,
sedangkan pada wanita antara 25-35 tahun (Irmansyah, 2005). Penelitian ini
menunjukkan distribusi usia pasien skizofrenia berdasarkan jenis kelamin,
usia yang terbanyak pada pasien berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan adalah yang berusia antara 26-45 tahun yaitu 66,1% dan 73,3%.
Hal ini disebabkan pada usia muda terdapat faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi perkembangan emosional, sedangkan pada usia tua lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor biologik
Skizofrenia Tak Terinci merupakan tipe yang terbanyak kedua yaitu
27%. Tipe ini mempunyai gejala positif yang menonjol atau memenuhi
kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe skizofrenia yang
lain.
C. ETIOLOGI
Etiologi penyebab skizofrenia belum diketahui secara pasti, diduga
penyebabnya adalah
1. Faktor Genetik
Penyebab skizofrenia masih belum diketahui secara
jelas. Penelitian menunjukkan adanya kelainan pada struktur
dan fungsi otak. Kombinasi faktor genetik dan lingkungan
berperan dalam perkembangan skizofrenia. Faktor genetik
dapat menjadi penyebab skizofrenia sekitar 0,6-1,9% pada
populasi U.S (ChisholmBurns et al., 2016).
Seseorang dengan riwayat kedua orang tua mengalami
skizofrenia berisiko 40% untuk menderita skizofrenia (Dipiro
et al., 2011). Pada kembar monozigot, jika satu kembar telah
didiagnosis menderita skizofrenia maka kemungkinan kembar
lainnya menderita skizofrenia a sekitar 50% (Chisholm-Burns
et al., 2016).
2. Faktor Biokimia
Skizofrenia kemungkinan berasal dari
ketidakseimbangan kimiawi di otak yaitu neurotransmitter
yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama
lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari
aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan didaerah
tertentu atau dikarenakan aktivitas abnormal terhadap
dopamine.
Beberapa ahli berpendapat, aktivitas dopamine yang
berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa
neurotrnasmitter lain seperti, serotonin dan norepinephrine
tampaknya juga memainkan peranan.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang menyebabkan skizofrenia
meliputi penyalahgunaan obat, pendidikan yang rendah, dan
status ekonomi.
4. Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter
yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat
kejiwaan, adanya hubungan orang tua dan anak yang
patogenik, serta interaksi patogenik dalam keluarga. Keluarga
pada masa anak-anak memegang peran penting dalam
membentuk kepribadian. Oraang tua terkadang bertindak
terlalu banyak untuk anak dan tidak memberikan kesempatan
anak untuk berkembang.
5. Abnormalitas korteks serebral, talamus, dan batang otak pada
penderita skizofrenia ditunjukkan dengan penelitian
neuropatologi dan pemeriksaan dengan Ctscan.
D. GAMBARAN KLINIS
E. PROGNOSIS
Prognosis atau perjalanan penyakit pada laki-laki lebih buruk
dibandingkan pada penderita perempuan sehingga cepat terlihat. Penyebabnya
dapat karena faktor genetik, lingkungan atau pengaruh dari dalam diri sendiri.
(Kaplan and Sadock, 1997; Byrne et al, 2003). Hasil penelitian ini
menunjukkan pasien laki-laki berjumlah 59 orang (79,7%), sedangkan pasien
perempuan hanya berjumlah 15 orang (20,3%).

Anda mungkin juga menyukai