MAKALAH
Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Pendasaran Filsafat bagi tugas Keilmuan”. Ucapan terima kasih juga kami
berikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses menyelesaikan
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi segenap pembaca, dan apabila ada
kekurangan atau kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat
kami harapkan dari segenap pembaca untuk perbaikan makalah kami dilai
kesempatan.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
KATA PENGNATAR.............................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................1
C. Tujuan penulisan.........................................................................1
BAB II PEMBAHSAN
A. Pendasaran Filsafat bagi tugas Keilmuan.....................................2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mempunyai pengetahuan, binatang mempunyai pengetahuan,
malaikat juga mempunyai pengetahuan. Mahluk selain manusia
pemgetahuannya bersifat statis, dari masa ke masa tetap begitu saja. Tetapi
pengetahuan yang dimilki manusia bersifat dinamis, terus berkembang dari
zaman ke zaman, karena manusia mempunyai kemampuan mencerna
pengalaman, merenung, merefleksi, menalar, dan meneliti dalam upaya
memahami lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendasaran Filsafat Bagi Tugas Keilmuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pendasaran Filsafat Bagi Tugas Keilmuan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pertanyaan epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai
pengetahuan.
2. Aksiologi
Dalam aksiologi juga teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Etika merupakan lebih kepada manusia
dalam menilai perbuatan manusia terhadap manusia lainnya. Sedangkan
estetika merupakan nilai tentang pengalaman yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
3
3. Ontologi
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yng tidak terlepas dari
persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ada itu. Keyakinan kita
masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana
manifestasi kebenaran yang akan kita cari. Disinilaah letak permasalahan
ontologi dan pemahaman seperti apa dan bagaimana ilmu ontologi.
Pembicaraan tetang hakikat sangatlah luas sekali, segala yang ada yang
mungkin ada. Hakikat adalah realitas; realitas adalah ke-real-an, artinya
kenyataan yang sebenarnya. Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu
berusaha untuk menjawab pertanyaan “apa itu ada” yang menurut Ariestoteles
merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda-
benda (sesuatu). Sebenarnya, bukan sekedar benda yang penting, tetapi
fenomena di jagad raya ini, apa dan mengapa ada. Di alam semesta ini, kalau
mau merenung secara hakiki, banyak hal yang menimbulkan tanda-tanda
besar. Oleh karena itu kita perlu memperjelas dikemukakannya pengertian
dan aliran pemikiran dalam ilmu ontologi ini.
4
tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat
mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut :
2. Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual aalah spekulatif, yang artinya filsafat
membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak
berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal
batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-
dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa
pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk
dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para
filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus
5
dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat,
semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy).
5. Implikatif
c. Dasar-Dasar Pengetahuan
6
Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan
wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
1. Mengamati (Observes)
7
Hasrat atau keinginan timbul dari adanya ketertarikan pada
kesenangan, kehormatan, penghormatan, rasa aman dan lain-lain. Hasrat
biasanya melibatkan beberapa perasaan puas dan frustasi dan berbagai
respon terhadap perasaan tertentu.
6. Mengatur (Organizes)
1. Pengalaman
8
Hal yang pertama dan paling utama yang mendasarkan pengetahuan
adalah pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi
dalam diri manusia dalam interaksinya dengan alam, lingkungan dan
kenyataan, termasuk Yang Ilahi. Pengalaman terbagi menjadi dua: (1)
pengalaman primer, yaitu pengalaman langsung akan persentuhan indrawi
dengan benda-benda konkret di luar manusia dan peristiwa yang disaksikan
sendiri; (2) pengalaman sekunder, yaitu pengalaman tak langsung atau
reflektif mengenai pengalaman primer. Sekedar contoh, saya dapat melihat
teman-teman dengan kedua mata saya dan saya dapat mendengar komentar
teman-teman dengan kedua telinga saya. Inilah pengalaman primer. Adapun
pengalaman sekunder, saya sadar akan apa yang saya lihat dengan kedua mata
saya dan sadar akan apa yang saya dengar dengan kedua telinga saya.
2. Ingatan
9
Ingatan tidak selalu benar dan karenanya tidak selalu merupakan
bentuk pengetahuan. Agar ingatan dapat dijadikan rujukan dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya bagi pengetahuan, setidaknya ada dua
syarat yang harus dipenuhi yakni: (1) kesaksian dan (2) konsisten.
3. Kesaksian
10
Rasa ingin tahu terkait erat dengan pengalaman mengagumkan dan
mengesankan dengan keheranan yang dialami. Mengajukan pertanyaan yang
tepat mengandaikan bahwa orang tahu di mana ia tahu dan di mana ia tidak
tahu. Maka, mengajukan pertanyaan yang tepat adalah langkah pertama untuk
memperoleh jawaban yang tepat.
6. Logika
11
kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang
dinamakan silogisme.
7. Bahasa
12
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu:
a. Realisme
b. Idealisme
1. Empirisme
13
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud
ialah pengalaman inderawi.
2. Rasionalisme
3. Intuisi
14
masalah dan tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut.
Tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai
disitu. Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul
dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Atau bisa juga,
intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya
jawaban atas suatu permasalahan ditemukan tidak tergantung waktu orang
tersebut secara sadar sedang menggelutnya. Namun intuisi ini bersifat
personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak bisa diandalkan.
4. Wahyu
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Bidang Kajian Filsafat Ilmu
1. Epistimologi
2. Aksiologi
3. Ontology
b. Ciri-ciri pemikiran filsafat ilmu
16
DAFTAR PUSTAKA
Nessa, M. N. (2014). Buku Ajar Filsafat Ilmu. Buku Ajar Filsafat Ilmu.
17