Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“ILEUS OBSTRUKTIF”

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus

dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya

mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.

Sebagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total

usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan

tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

Ileus obstruksi adalah hambatan pasase isi usus yang dapat di sebabkan

oleh adanya obstruksi lumen usus atau oleh adanya gangguan peristaltik

Ada dua tipe obstruksi yaitu :

a. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh

peristaltik.

b. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)

Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis

dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi

sepanjang usus.

1
B. ETIOLOGI

Penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis

obstruksi usus, yaitu (Smeltzer & Bare, 2011):

1. Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang

sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan

abdomen.

2. Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain

yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus

tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang

memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada

anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam

dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat

coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum

dan anus.

3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir

sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan

menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini

dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya.

4. Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau

dinding dan otot abdomen.

5. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus

atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.

6. Kelainan kongenital

2
C. PATOFISIOLOGI

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,

tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh

penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi

paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi

mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya

hilang. Lumen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan

dan gas.

Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari

letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit

dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,

menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi

iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium

akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang

berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan

cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik.

Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi

akan menyebabkan kematian.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Obstruksi Usus Halus

Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti

kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya

obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah

3
dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada

obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat

keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut.

Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.

Semakin kebawah obstruksi di area gastriuntestinalyang terjadi,

semakin jelas adaanya distensi abdomen. Jika berlaanjut terus dan tidak

diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan

kehilangan volume plasma.

2. Obstruksi Usus Besar

Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan

obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.

Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada

pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat

menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen

menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari

luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri

abdomen bawah.

E. MANIFESTASI KLINIK

a. Nyeri tekan pada abdomen

b. Mual dan muntah

c. Konstipasi (sulit BAB)

d. Distensi abdomen.

e. Syok hipovolemik

4
f. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus.

F. KOMPLIKASI

a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga

terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.

b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada

organ intra abdomen.

c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik

dan cepat.

d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume

plasma.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan

diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya

dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil

laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya

hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal ( K, Mg,

Na, menurun).

b. Radiologi

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air

fluid level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya

suatu obstruksi. Foto abdomen 3 posisi (posisi tegak, telentang, dan

lateral dekubitus) menunjukkan gambaran arah tangga dari usus yang

5
mengalami dilatasi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas

66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada

obstruksi kolon.

CT scan kadang–kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

obstruksi usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi

yang komplit dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses

maupun keganasan.

H. PENATALAKSANAAN

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit

dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,

mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk

memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

a. Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-

tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi

mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu

diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi

dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang

keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan

nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,

mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi

abdomen.

6
b. Farmakologis

Pemberian obat–obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai

profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual

muntah

c. Operatif

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian

disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi

selama laparotomi.

7
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Beberapa pengkajian yang dilakukn pada pasien ileus obstruktif agar dapat

menegakkan diagnosa adalah sebagai berikut (Doenges, Marilynn E, 2013) :

a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku dan gaya hidup.

b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.

Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada

abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,

abdomen tegang dan kaku.

 Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari

pertolongan, dikaji  dengan menggunakan pendekatan PQRST :

P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.

Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul

atau terus- menerus (menetap).

R  : Di daerah mana gejala dirasakan

S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala

numeric 1 s/d 10.

T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan

memperingan keluhan.

8
 Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,

riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-

obatan.

 Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

dengan klien.

c. Pemeriksan fisik

 Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

Tanda  : Kesulitan ambulasi

 Sirkulasi

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)

 Eliminasi

Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus

Tanda  : Perubahan warna urine dan feces

 Makanan/cairan

Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.

Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-

pecah. Kulit buruk.

 Nyeri/Kenyamanan

Gejala  : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.

Tanda   : Distensi abdomen dan nyeri tekan

9
 Pernapasan

Gejala   : Peningkatan frekuensi pernafasan,

Tanda    : Napas pendek dan dangkal

 Diagnostik Test

 Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari

gas dan cairan dalam usus

 Pemeriksaan simtologi

 Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi

 Leukosit: normal atau sedikit meningkat

 Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl-  rendah

 Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen

 Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu

empedu, volvulus, hernia)

 Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus

obstruksi  adalah sebagai berikut :

a. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/usus.

b. Hambatan Mobilitas Fisiik b/d fisik tidak bugar

c. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.

e. Konstipasi b/d ketidak mampuan mendorong isi sepanjang usus

f. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.

10
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi berhubungan dengan kurang

terpajannya informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

RUANG PERAWATAN : RUANG PERAWATAN L2AD

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil

Nyeri Akut NOC: Pain Control NIC :


berhubungan  Lakukan pengkajian
dengan distensi Aktivitas personal untuk nyeri secara
abdomen dan mengontrol nyeri komprehensif termasuk
adanya selang lokasi, karakteristik,
Indikator
nasogatrik tube/usus  Monitor vital sign.
 Onset nyeri diketahui  Ajarkan dan anjurkan
 Faktor penyebab pasien untuk
terdeskripsikan menggunakan tehnik
 Penggunaan pereda relaksasi nafas dalam.
nyeri nonanalgesik  Kontrol lingkungan yang
terukur dapat mempengaruhi
 Melaporkan nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
perubahan tingkat
dan kebisingan
nyeri pada tenaga
 Berikan analgetik untuk
medis
mengurangi nyeri:
 Melaporkan gejala
tidak terkontrol pada
tenaga medis
Pain Level
Tingkat keparahan nyeri
terobservasi dan
terlaporkan
Indikator :

 Klien mampu
melapornakan atau
mengekspresikan rasa
nyeri, lama episode
nyeri
 Klien tidak gelisah,
agitasi, iritabilitas,

11
menangi, berkeringat,
terlalu focus.

Hambatan Mobilitas Ambulasi : Terapi Latihan Ambulasi :


Fisik berhubungan Dipertahankan pada 1. Beri pasien pakaian yang
dengan fisik tidak keadaan sangat tidak mengekang.
bugar. terganggu dengan skor 2. Sediakan tempat tidur
1 (1-5), ditingkatkan ke berketinggian rendah.
tidak terganggu dengan 3. Bantu pasien dengan
skor 5 (1-5). ambuasi awal dan jika
Indikator : diperluhkan
 Mampu melakukan 4. Bantu pasien untuk
aktivitas mandiri di berpindah sesuai
tempat tidur seperti kebutuuhan
duduk, dan miring Peningkatan Mekanika
kanan dan kiri Tubuh:

1. Ajarkan untuk
menghindari tidur
dengan posisi telungkup
2. Edukasi pasien/keluarga
tentang frekuensi dan
jumlah pengulangan dari
setiap latihan.

Ansietas NOC : NIC :


berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
dengan perubahan - Koping (penurunan kecemasan)
status kesehatan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan  Kaji tingkat kecemasan
selama 3x24 jam. klien
Kecemasan teratasi  Bantu/dorong klien
dengan criteria : mengungkapkan apa
yang di alami .
 Klien mampu  Berikan penjelasan
mengidentifikasi dan dengan sering dan
mengungkapkan informasi tentang
gejala cemas prosedur perawatan
 Mengidentifikasi, kepada klien
mengungkapkan dan  Libatkan keluarga klien
menunjukkan teknik untuk membantu klien
untuk mengontrol dalam perawatan pasien
cemas
 Vital sign dalam

12
batas normal

Nutrisi kurang dari NOC: NIC:


kebutuhan tubuh - status nutrisi: Manajemen Nutrisi:
berhubungan makanan dan cairan 1. Kaji adanya alergi
dengan gangguan - pengendalian berat makanan.
absorbsi nutrisi Setelah dilakukan 2. Berikan subtansi gula
tindakan keperawatan 3. Berikan informasi
selama 3x24 jam nutrisi tentang kebutuhan
terpenuhi dengan nutrisi
kriteria: 4. Yakinkan diet yang
 adanya pningkatan dimakan mengandung
berat badan sesuai tinggi serat untuk
dengan tujuan mencegah konstipasi.
 tidak ada tanda-tanda Monitor Nutrisi:
malnutrisi 1. Monitor adanya
 tidak ada penuruna penurunan berat badan.
berat badan 2. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan.
3. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
4. Monitor turgor kulit.
5. Monitor mual dan
muntah

13
Konstipasi NOC: NIC:
berhubungan - Eleminasi usus Manajemen Konstipasi:
dengan - Hidrasi - monitor tanda dan
ketidakmampuan Kriteria Hasil: gejala konstipasi.
mendorong isi  Mempertahankan - Monitor feses:
sepanjang usus. bentuk feses. frekuensi, konsistensi,
 Lunak setiap 1-3 hari dan volume
 Bebas dari - Identifikasi penyebab
ketidaknyamanan. kontribusi konstipasi
 Feses lunak dan - Dukung intake cairan
berbentuk - Pantau tanda dan gejala
konstipasi.

Kekurangan volume NOC: NIC:


cairan berhubungan - Keseimbangan cairan Manajemen cairan:
dengan output - Hidrasi - Pertahankan catatan
berlebihan, mual - Status nutrisi: makan intake dan output yang
dan muntah dan cairan alurat
Kriteria Hasil: - Monitor status hidrasi
 Tekanan darah, nadi, (kelembapan
suhu tubuh, dalam membrane mukosa,
batas normal nadi adekuat, tekanan
 Tidak ada tanda-tanda darah ortostatik), jika
dehidrasi diperlukan.
 Elastisitas turgor kulit -
baik, membrane
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan.

Kurang pengetahuan NOC: NIC:


tentang - Pengetahuan: proses 1. Kaji tingkat
kondisi/situasi penyakit pengetahuan pasien dan
berhubungan - Pengetahuan: perilaku keluarga
dengan kurang kesehatan 2. Jelaskan patofisiologi
terpajannya Kriteria Hasil: dari penyakit dan
informasi - Pasien dan keluarga bagaimana hal ini
menyatakan berhubungan dengan

14
pemahaman tentang anatomi fisiologi
penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat.
prognosis, dan 3. Gambarkan tanda dan
program pengobatan. gejala yang biasa
- Pasien dan keluarga muncul pada penyakit,
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang 4. Dukung pasien untuk
telah dijelaskan oleh mengeksplorasi atau
perawat/tim kesehatan mendapatkan informasi
lainnya. 5. Diskusikan pilihan
terapi atau atau
penanganan.

PENYIMPANGAN KDM

“ILEUS OBSTRUKSI”
Penyebab mekanis Penyebab non mekanis
(Intrasepsi, tumor & neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan,
(peristaltik
hernia,
ususabses)
terhenti karena suplai saraf otonom mengalami parali

Penyumbatan pada intramunal/munal usus

15
Obstruksi Usus
Kehilangan H2O dan elektrolit

Volume ECF
Muntah Distensi abdomen

Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tekanan intralumen Syok hipovolemik

Penurunan tekanan vena dan kapiler arteri Kekurangan volume cairan

Kurang terpajannya informasi Iskemi dinding usus

Merangsang mediator kimia

Salah interpretasi informasi Merangsang nocireseptor

Saraf afferent
Kurang pengetuan
Substansia gelatinosa pada kornu dorsalis medula spinalis

Traktus spinotalamikus

Talamus

Corteks serebri Reflek gastro ileum


tidak ada
Saraf efferent
Refleks defekasi
Nyeri
tidak ada

Konstipasi

Ansietas

Tira baring

DAFTAR PUSTAKA
HAMBATAN
MOBILITAS FISIK Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA

International Nursing Diagnoses : Definition &

Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwe

Mansjoer, A, (2010). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media

Aesculapius FKUI.

16
Nanda Nicnoc., (2015). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : EGC.

Price & Wilson, (2010). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.

Vol.1. Ed.6. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Bare, (2011). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol.2. Ed.8.

Jakarta: EGC.

Smeltzer, 2013, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddath, EGC:jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai