Kti Poltek Halaman Wd. Dewi PDF
Kti Poltek Halaman Wd. Dewi PDF
OLEH :
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing :
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar – benar hasil karya
sendiri, buakan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan , maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.IDENTITAS
4. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
v
MOTTO
Karna kutau usia bukan aral melintang dalam mencapai cita –cita……..
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Tn. D di Ruang Rawat Inap RSUD Buton
Selama penulisan Karya Tulis ini, penulis mengalami berbagai kesulitan dan
hambatan yang penulis rasakan namun berkat bantuan dari bapak Indriono Hadi, S.
Kep., Ns., M. Kes selaku pembimbing yang meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan karya tulis ini hingga selesai. Sehingga
Terkhusus ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada suami tercinta Robi
Darwid, S.Pd dan anak terkasih Ali Zacky Nufail sebagai pelita dan penyemangat
hidupku, atas segenap bimbingan, Doa dan kasih sayangnya yang selalu menyertai setiap
langkah hidupku, tanpa doa dan dukungan dari kalian, penulis tidak akan mampu
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
2. Bapak H. Dr. Sumardin Kepala RSUD Buton Utara yang telah memberikan izin
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
vii
4. Tim penguji Ibu Lena Atoy, SST, MPH, Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc dan
Sitti Muhsinah, M.Kep, Sp.Kmb terima kasih atas masukan, saran dan kritik selama
menguji
5. Para Dosen jurusan Keperawatan yang telah banyak membimbing dan membagi ilmu
selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah dan seluruh staf tata usaha
serta teman – teman RPL yang telah banyak membantu sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini selesai
6. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Waode Asna Mulia Ningsi, S.Kep
yang telah banyak membantu sehingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan untuk itu arahan, bantuan dan dukungan serta saran atau
masukan dari pihak lain yang sifatnya membangun, sangat diharapkan penulis demi
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan
semoga mendapat pahala dari Allah SWT dan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
A. Pengertian Tuberculosis........................................................................... 11
B. Etiologi .................................................................................................... 12
C. Klasifikasi ............................................................................................... 13
D. Patofisiologi ............................................................................................ 15
F. Komplikasi .............................................................................................. 19
G. Penatalaksanaan ...................................................................................... 19
ix
H. Pengkajian ............................................................................................... 23
J. Intervensi ................................................................................................. 30
B. Intervensi ................................................................................................ 37
C. Implementasi .......................................................................................... 39
D. Evaluasi .................................................................................................. 41
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 44
A. Pengkajian ............................................................................................... 44
E. Intervensi ................................................................................................. 54
A. Kesimpulan ............................................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. Penularan terjadi melalui udara
(airborne spreading) dari “droplet” infeksi. Sumber infeksi adalah penderita TB paru
ditemukan BTA positif. Batuk akan menghasilkan droplet infeksi (droplet nuclei).
Pada sekali batuk dikeluarkan 3000 droplet. Penularan umumnya terjadi dalam
ruangan dengan ventilasi kurang. Sinar matahari dapat membunuh kuman dengan cepat,
sedang pada ruangan gelap kuman dapat hidup. Risiko penularan infek kuman
tuberkulosis, hampir 90% penderita secara klinis tidak sakit, hanya didapat test tuberkulin
positif, 10% akan sakit. Penderita yang sakit, bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50%
penderita TB paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25%
terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat
masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003,
diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang
1
mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten obat dan tantangan
lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi (Strategi Nasional Pengendalian
TB, 2010-2014).
WHO menyatakan bahwa 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Setiap
tahunnya diseluruh dunia didapatkan sekitar 4 (empat) juta penderita baru TB menular,
ditambah dengan jumlah yang sama TB yang tidak menular dan sekitar 3 (tiga) juta
meninggal setiap tahunnya. Dari seluruh kematian yang dapat dicegah, 25% diantaranya
disebabkan oleh TB. Saat ini di Negara maju diperkirakan setiap tahun terdapat 10-20
kasus baru setiap 100.000 penduduk dengan kematian 1-5 per 100.000 penduduk sedang
di Negara berkembang angkanya masih tinggi. Di Afrika setiap tahun muncul 165
Pada tahun 2015 di Sulawesi Tenggara ditemukan 3.268 kasus baru BTA positif
(BTA+), sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2014 dengan 3.802 kasus. Seperti pada
tahun-tahun sebelumnya, penemuan kasus baru tertinggi yang dilaporkan masih berasal
dari 3 kabupaten yaitu Kabupaten Muna, Konawe dan Kota Kendari. Jumlah kasus baru
di tiga kabupaten tersebut mencapai ˃50% dari keseluruhan kasus baru BTA+ di
Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan jenis kelamin, seperti tahun sebelumnya, rata-rata kasus baru BTA+
pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dengan 59% berbanding 41%. Secara
rata-rata provinsi, di hampir semua kabupaten jumlah penderita laki-laki lebih tinggi.
Persentase BTA+ terhadap suspek Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yaitu
12,61%, Persentase BTA+ terhadap suspek tertinggi di Puskesmas Labaraga yaitu 30,00
2
%, sedangkan Persentase BTA+ terhadap suspek terrendah di Puskesmas Wakorumba
Utara dari yaitu 0 % sedangkan di RSUD Kabupaten Buton Utara yaitu 18,75 %.
Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) Seluruh Kasus TB per
100.000 penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 102,04, sedangkan
jumlah semua pasien TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati yaitu 61 kasus. Jumlah
kasus terbanyak di RSUD Kabupaten Buton Utara yaitu 11 kasus, sedangkan terendah di
puskesmas yaitu 1 kasus di Puskesmas Wakorumba Utara dan Waode Buri. Pada tahun
2016 jumlah kasus BTA + di RSUD Buton Utara sebanyak 3 kasus dan pada tahun 2017
meningkat yaitu sebanyak 11 kasus. Angka keberhasilan pengobatan pada semua kasus
penderita masih sementara berobat dan masih ada penderita pengobatannya terputus.
Peran perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
menurunkan angka kesakitan dan kematian dengan cara memutuskan rantai penularan,
lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitative dan juga ditekankan pada pengawasan bagi penderita yang menjalani
beresiko dapat melakukan tindakan preventif sehingga dapat mencegah dan memutuskan
rantai penularan .
3
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
B. Rumusan Masalah
memahami proses asuhan keperawatan pada pasien TB paru di RSUD Kabupaten Buton
C. Tujuan Penelitian
1 Tujuan Umum
2 Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian yang tepat pada Tn. D dengan gangguan sistem
respirasi TB
4
e. Mampu melaksanakan evaluasi hasil dengan tepat dari tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan dengan tepat pada Tn. D dengan gangguan sistem respirasi
TB
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
keperawatan dengan masalah tuberkulosis paru selain itu karya tulis ilmiah ini
diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
5
c. Bagi Rumah Sakit (RS)
E. Metode Penelitian
Sumber data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer
dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian terhadap
diperoleh dari status pasien dan rekam medik RSUD Buton Utara Kabupaten Buton
Utara.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek penelitian
a. Wawancara
6
b. Observasi
1) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
7
d) Auskultasi
stetoskop.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
(Hasan, 2010)
teori-teori yang sudah ada dibuku atau hasil penelitian lain untuk
Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 17 Juli 2018di RSUD Buton Utara
melakukan proses pengolahan data dengan cara content analysis (analisis isi) yang
mengkaji dokumen berupa kategori umum dari makna data yang dikumpulkan dan hasil
8
wawancara serta diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan informan. Kemudian
narasi (Bungin, 2012). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
1. Penyajian Data
Analisis pada tahap ini adalah menyajikan data yang telah direduksi pada alur
pertama dankemudian disajikan dalam bentuk narasi dan uraian penjelasan data dari
informan
4. Etika Penelitian
pihak intitusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat
penelitian dalam hal ini pihak RSUD Buton Utara. Setelah mendapat persetujuan, barulah
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai judul
penelitian, bila subyek menolak maka penelitian tidak akan memaksakan kehendak
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada
9
3. Confydentiality (kerahasiaan informasi)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data
4. Beneficience.
Penelitian melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan ketidaknyamanan fisik.
5. Full disclosure.
Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat keputusan secara suka rela
tentang partisipannya. Dalam penelitian ini dan keputusan tersebut tidak dapat dibuat
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai
organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman
ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
dalam jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari Ghon. Pada stadium permulaan, setelah pembentukan
focus primer, akan terjadi beberapa kemungkinan yaitu penyebaran bronkogen, limfogen,
dan hematogen.
jumlah kuman yang masuk dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap
basil tuberculosis. Tetapi bila jumlah basil tuberculosis yang masuk ke dalam saluran
11
pernapasan cukup banyak, maka akan terjadi tuberculosis milier atau tuberculosis
B. Etiologi
Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteria di transmisikan
ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan
Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara
tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara.
Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena
12
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik dan ras
minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal ginjal
beresiko tinggi.
C. Klasifikasi
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif
1) Tuberkulosis minimal Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
13
2) Moderately advanced tuberculosis Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4
cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan
3) Far advanced tuberculosis Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu
faktor determinan untuk menentukan strategi terapi. Sesuai dengan program Gerdunas-
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
14
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang
tidak berubah.
D. Patofisiologi
saluran pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kumankuman basil tuberkel yang
berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel
T) adalah sel imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respons ini
unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang lebih besar cenderung
tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau
dibagian atas lobus bawah, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
Sesudah hari- hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
15
selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam sel. Basil juga
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk seltuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri
menjadi lebih fibroblas membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer
paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjr getah bening regional dan
Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat
paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan cairan lepas kedalam bronkus yang
berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang
kembali dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah
atau usus. Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
16
Bila peradangan merada, lumen bronkus dapat menyepit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat denagan taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan
dapat mengental dan tidak dapat kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala
demam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ
lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan TB miler, ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ –
E. Pemeriksaan Penunjang
1 Uji Tuberkulin
2 Pemeriksaan Radiologi
3 Pemeriksaan Bakteriologis
4 Pemeriksaan Patologi Anatomi
5 Uji BCG
(Asril Bahar, 2001).
F. Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009) komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
1 Pleuritis tuberkulosa
17
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab
lain dapat juga dari robeknya perkijuan kearah saluran getah bening yang menuju
2 Efusi Pleura
Keluarnya cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe kedalam jaringan selaput
paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk kerongga pleura.
3 Empiema
Penumpukan cairan terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura
(pleuritis tuberculosis)
4 Laringitis
tuberkulosis.
pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya
lemah dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh
18
6 Kerusakan Parenkim paru berat.
sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas. Menyebabkan ggal
tubuh
G. Penatalaksanaan
1. pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan
kemoprofilaksis.
3. Vaksinasi BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang
berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna
19
pada tes tuberkulin. Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang
a. Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah
b. Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan
d. Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan
ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusui pada ibu dengan BTA
a. Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko
b. Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif
c. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi
positif
panjang
20
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
selain mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT,
paru, berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui. Mekanisme Kerja
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Streptomisin
(S).
2) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid (INH).
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino
21
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO
2004)
DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen, yaitu:
penanggulangan TB paru.
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya dalam dua bulan pertama
22
H. Pengkajian
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Somantri,
2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah
rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun,
namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering
ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadian (pravelensi) TB paru pada usia
5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB
paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada
paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
23
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai
pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang
sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
infeksi menular.
24
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru.Biasanya
penghasilan.
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
25
h. Pemeriksaan Fisik
mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
2) Thorak
3) Abdomen
26
4) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum
2) Tes Tuberkulin
Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak
Infiltnasi lesi awal pada area paru atas, pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas, pada kavitas bayangan,
densitas tinggi.
4) Bronchografi
5) Darah
Subyektif :
27
Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek), sulit
timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif :
Obyektif
3) Respirasi
Subyektif :
Obyektif :
ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif :
28
Obyektif :
Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul
5) Integritas Ego
Subyektif :
Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Obyektif :
I. Diagnosa Keperawatan
anoreksia
J. Intervensi
RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
bersihan jalan napas - Jalan napas yang paten - Posisikan pasien untuk
29
batuk efektif dan - Lakukan fisioterapi
(mampu suction
frekuensi pernapasan
dalam rentang
suara napas
abnormal)
- Mampu
mengidentifikasikan
yang dapat
30
menghambat jalan
napas
31
kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkn
32
mampu menjelaskan tepat
- Indentifikasi
kemungkinan
yang tepat
- Sediakan informasi
yang tepat
33
Pathway
Masuk lewat
Microbacterium Droplet infection jalan napas
tuberculosa
Keluar dari
tracheobionchial Dibersihkan oleh Menetap di
bersama sekret makrofag jaringan paru
Mempengaruhi
hipotalamus Sarang primer/afek
primer (fokus ghon)
Radang tahunan di
bronkus Pertahanan primer
tidak adekuat
Berkembang
menghancurkan Pembentukan Kerusakan
jaringan ikat sekitar tuberkel membran alveolar
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
35
BAB III
LAPORAN KASUS
Tn. D masuk ke RSUD Kabupaten Buton Utara pada tanggal 17 Juli 2018 pada
pukul 17 : 10 WITA diruang rawat inap. Penulis melakukan pengkajian pada Tn. D pada
I. Identitas Klien
1. Nama : Tn. D
2. Umur : 25 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Alamat : Wandaka
6. Agama : Islam
8. Suku : Buton
9. Pekerjaan : Nelayan
3. Pekerjaan :-
5. Alamat : Wandaka
36
a. Keluhan Utama
R: Di area dada
S: Skala 5
Klien mulai merasakan batuk sejak 1 bulan yang lalu disertai dengan dahak.
Klien juga mengatakan sesak napas dan mual sehingga mengganggu aktifitas
klien sehari-hari.
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun maupun penyakit menular
lainnya.
V. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
2) Pernapasan : 28 x/ menit
3) Nadi : 88x/menit
2) Penglihatan : Normal
37
3) Pendengaran : Normal
- Keadaan gigi : gigi klien dalam keadaan bersih dan tidak terdapat karies
pada gigi
leher
c. Pernapasan
1. Inspeksi
2. Palpasi
Masa atau nyeri : tidak terdapat masa pada saat palpasi dan klien tidak
mengalami nyeri
3. Perkusi
38
b. udara : tidak ada bunyi udara
4. Auskultasi
d. Pencernaan
1. Inspeksi
e. Keadaan abdomen
39
f. Keadaan Rektal
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
a. Cairan : Normal
b. Udara : Normal
4. Palpasi
g. Cardiovaskuler
1. inspeksi
c. Bibir : normal
d. Kuku : Normal
e. Tangan : Normal
40
f. Kaki : Normal
g. sendi : Normal
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
b) Murmur : Normal
h. Reproduksi : Normal
i. Persyarafan
j. Muskuloskeletal
2. Kekakuan : Normal
k. Kulit
41
2. Lesi : tidak ada
5. Kelembaban : Normal
a. Laboratorium
BTA +
pemeriksan Darah
2. Leukosit : 6000
b. Terapi Obat
1. IVFD Nacl
2. OAT kategori I
3. Injeksi Ceftriaxone
4. Azitromycin
5. Lansoprazole
6. Ondancetron
7. Neurobion
8. Vitamin B6
9. OAT
10. Azitromycin
11. Cefriaxone
42
12. Ventolin
A. Data Fokus
No. RM : 61 08 00 Nim :
mual
penyakitnya
A. Analisa Data
No. Rm : 61 08 00 Nip :
1. DS: Microbacterium
tuberculosa
43
- Klien mengatakan sesak Ketidakefektifan
droplet infection
nafas, batuk berdahak bersihan jalan napas
radang di bronkus
DO:
Kerusakan membran
alveolar
Pembentukan sputum
berlebihan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
2. DS: Batuk berat
- BB selama sakit 45 kg
44
pencegahan penularan
penyakitnya
DO:
sembarangan
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
bersihan jalan napas - Jalan napas yang paten - Posisikan pasien untuk
45
(mampu suction
frekuensi pernapasan
dalam rentang
suara napas
abnormal)
- Mampu
mengidentifikasikan
yang dapat
menghambat jalan
napas
46
nutrisi kurang dari - Makan dan masukan - Kaji adanya alergi
kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
47
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkn
48
- Indentifikasi
kemungkinan
yang tepat
- Sediakan informasi
yang tepat
pasien untuk O:
49
fowler A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi
anoreksia makan O:
tapi sering A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi
50
b/d kurangnya yang benar mengatakan
membuang penularan
sembarangan O:
tidak menutup
mulut.
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi
keperawatan tanggal
51
yang berlebih napas dalam berkurang
- Menganjurkan O:
fowler A:
- Masalah teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan &
pertahankan
intervensi
anoreksia - Menganjurkan O: -
sebagian
P:
- Lanjutkan &
pertahankan
intervensi
52
3. Kurang Rabu, 18 Juli - Mengajarkan klien S:
secara sembarangan O:
menutup mulut.
A:
- Masalah teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan &
pertahankan
intervensi
53
jalan napas b/d pasien batuk mengatakan
- Menganjurkan O:
posisi semi A:
sebagian
P:
- Lanjutkan
intervensi:
melakukan
dischach
planning
meliputi
menganjurkan
pasien batuk
efektif.
54
tubuh b/d dan sesudah meningkat
anoreksia makan O:
- Menganjurkan - BB sebelum
- Klien nampak
segar.
A:
- Masalah
teratasi
P:
- Pertahankan
intervensi /
kondisi pasien
membuang penularan
55
sembarangan O:
tampak
menutup mulut.
A:
- Masalah
teratasi
P:
- Pertahankan
intervensi
56
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
ruangan rawat inap RSUD Buton Utarai dengan diagnosa TB paru, perlu kiranya
Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan format yang telah ada pada
format pengkajian asuhan keperawatan medikal bedah (KMB). Selama proses pengkajian
mempermudah penulis untuk mengumpulkan data. Dari pengkajian pada tanggal 17 Juli
2018 didapatkan data dari pengkajian data subjektif, klien mengatakan mengeluh batuk
berdahak, sesak napas, mual, napsu makan menurun. BB sebelum sakit 48 kg, BB
selama sakit 45 kg. TD : 110/80 mmhg , N : 88x/ mnt, S : 36,2 ºC, RR : 28x/mnt.
Pada Tn. D dilakukan pemeriksaan BTA oleh RSUD Buton Utara dan hasilnya
positif menderita tuberculosis paru. Didukung dengan data yang diperoleh penulis pada
saat pengkajian yaitu pasien mengeluh batuk berdahak < 3 minggu disertai dahak
sesekali dalam sehari sebanyak < ½ botol dan sering disertai darah, terlihat lemah, pasien
57
Menurut (Somantri, 2009) data yang dapat disimpulkan pada pasien TB yaitu,
sesak napas ,mengeluh batuk berdahak < 3 minggu yang disertai darah, anoreksia,
keringat malam, sianosis. Sehingga kasus ini tidak jauh beda dengan teori (Somantri,
2009).
Riwayat pasien masa lalu, pernah berobat selama 3 bulan, perna sakit batuk yang
lama dan tidak sembuh – sembuh ,pernah berobat tapi tidak sembuh, didalam keluarga
istri yaitu Ny. R, istri klien masih hidup. Dan sekarang klien tinggal bersama istri dalam
satu rumah. Klien mempunyai dua anak yaitu laki-laki dan perempuan dari
pernikahannya dengan Ny. R kedua anaknya masih hidupnya. Klien bekerja sebagai
nelayan. Sebelumnya klien tinggal bersama orang tuanya (ayah) yang juga menderita
penyakit TB paru.
rumah jendela jarang dibuka, tipe tempat tinggal permanen, jumlah kamar tiga , jumlah
orang yang tinggal di dalam rumah tersebut sebanyak empat orang. Klien sebelum
menikah
pengkajian tanggal 17 Juli 2018 sudah sesuai dengan apa yang ada di teori. sehingga
58
I. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada kasus Pada Tn. D dengan tuberkulosis paru diatas, penulis
anoreksia.
menyusun sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada Tn. D dilanjutkan dengan
a. Definisi
a. Definisi Resiko perubahan nutrisi kurang dari tubuh adalah beresiko pada
59
b. Alasan diagnosa ditegakkan
- Data objektif :
BB sebelum sakit 48 kg
BB selama sakit 45 kg
a. Definisi
sembarangan.
II.Intervensi
Adapun tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan masalah bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria: skret
keluar, sesak napas berkurang. Intervensi dan rasional: observasi keluhan batuk dan
sekret, bantu klien dalam melakukan inhalasi uap, rasionalnya: mengeluarkan dahak dan
60
jantung dan paru-paru, sehingga oksigen tidak dapat dihasilkan dalam tubuh. Anjurkan
batuk efektif, rasionalnya: Untuk mengeluarkan dahak, tubuh kekurangan oksigen yang
disebabkan oleh jalan nafas yang tersumbat. Berikan posisi yang semi fowler, tinggikan
pernafasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan pengunaan otot bantu napas).
akumulasi sekret dan tidak efektifnya pengeluaran sekresi, yang selanjutnya dapat
tubuh tidak terjadi dengan kriteria hasi : Klien mengatakan nafsu makan bertambah,
Klien tampak segar. Intervensi untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
tubuh : Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan berat badan,
integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual atau muntah, dan diare,
intervensi yang tepat. Fasilitasi pasien untuk memperoleh diet biasa yang disukai pasien
asupan gizi. Pantau asupan dan ouput makanan dan timbang berat badan secara periodik
(sekali seminggu). Rasionalnya: Berguna dalam mengukur keefektifan asupan gizi dan
dukungan cairan. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, rasionalnya: Menurunkan rasa tak enak
61
karena sisah makanan, sisa sputum, atau obat pada pengobatan sistem pernapasan yang
diharapkan Klien tahu dan mengerti tentang informasi yang diberikan dengan kriteria
hasi : Klien dapat menyebut apa yang sudah dijelaskan, klien mematuhi aturan
pengobatan dan perawatan. Intervensi untuk diagnosa kurang pengetahuan : Kaji tingkat
informasi yang cukup untuk klien, rasionalnya : Menambah wawasan untuk klien. Beri
pengetahuan yang lebih kepada klien. Jelaskan dan ajarkan tentang : kondisi, pengobatan,
III.Implementasi
Implementasi yang dilakukan penulis dari tanggal 17 Juli 2018 sampai 19 Juli
yaitu:
1. Implementasi yang dilakukan penulis dari tanggal 17 Juli 2018 sampai hari selasa 19
Juli 2018 yaitu: Implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada diagnosa
pertama yaitu: observasi batuk, respon data subjektif: pasien mengatakan batuk
berdahak, respon data objektif: pasien terlihat sesak. Mengajarkan pasien batuk
efektif dan napas dalam, respon data objektif: pasien mengikut yang di ajarkan.
Menganjurkan pasien untuk tidur dengan posisi semi fowler, respon data subjektif:
62
implementasi ini adalah selama dilakukan tindakan keperawatan, klien kooperatif
dan mendukung setiap tindakan yang dilakukan, serta melakukan cara yang sudah di
ajarkan secara mandiri, sehingga tidak ada hambatan selama dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada diagnosa kedua yaitu
mengkaji status nutrisi pasien, respon data subjektif : pasien mengatakan makan
habis ¼ porsi, pasien mengatakan BB turun 3 kg, data objektif: pasien terlihat lemas,
menganjurkan pasien perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, respon data
menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering. Respon data subjektif: pasien
mengatakan mual jika makan. Kekuatan dari implementasi ini adalah selama
yang dilakukan, serta melakukan cara yang sudah di ajarkan secara mandiri, sehingga
3. Implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada diagnosa ketiga yaitu
data subjektif : klien dan keluarganya bersedia diberikan penyuluhan, data objektif :
klien dan keluarganya kooperatif. Mengajarkan klien cara batuk yang benar, respon
data subjektif : klien bersedia, data objektif : jika batuk tampak menutup mulut.
Menganjurkan klien untuk tidak membuang dahak secara sembarangan, respon data
subjektif : klien mau mengikuti apa yang dianjurkan, data objektif : klien membuang
dahak tidak sembarangan. Kekuatan dari implementasi ini adalah selama dilakukan
63
dilakukan, serta melakukan cara yang sudah di ajarkan secara mandiri, sehingga
IV.Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan penulis selama tindakan keperawatan dari tanggal 17 Juli
2018 sampai 19 Juli 2018: Evaluasi yang dilakukan penulis selama tiga hari melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah bersihan jalan napas dapat
teratasi dengan kriteria: sekret keluar, sesak napas berkurang. Intervensi dan rasional
sekret keluar, sesak napas berkurang, penulis masih menemukan pasien masih sesak,
efektif.
Belum teratasi bersihan jalan napas karena klien masih sesak, batuk berdahak
keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dicapai yaitu : Setelah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi dengan kriteria hasi
: Klien mengatakan nafsu makan bertambah, Klien tampak segar, penulis masih
64
menemukan pasien tidak nafsu makan, jika makan mual, namun pada tanggal 19 Juli
P : pertahankan kondisi.
ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh teratasi karena nafsu makan bertambah.
keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dicapai yaitu : setelah dilakukan
terjadi dengan kriteria hasil : klien mengatakan sudah mengetahui pencegahan penularan
penyakitnya, penulis masih menemukan jika batuk tidak menutup mulut, membuang
penyakitnya
sembarangan
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi.
Masalah teratasi karena klien sudah mengetahui cara pencegahan dan penularan
penyakitnya.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru pada Tn. D diruangan rawat inap
RSUD Kabupaten Buton Utara selama tiga hari, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Saat dilakukan pengkajian tanggal 17 Juli Pukul 09.00 didapatkan data subjektif:
yang ditemukan yaitu, klien mengatakan mengeluh batuk berdahak, sesak napas,
mual, nafsu makan menurun A : BB sebelum sakit 48 kg, BB selama sakit 45 kg, B
: Hb : 8,6 g/dl, C : bibir kering, D : diet lunak, nyeri dada P: nyeri saat batuk, Q:
nyeri seperti ditusuk-tusuk. R: di area dada, S: skala 5, T: nyeri hilang timbul. Klien
klien terlihat lemas, klien terlihat melindungi area nyeri saat batuk, TD : 110/80
mmhg , N : 88x/ mnt, S : 36,2 ºC, RR : 28x/mnt, jika batuk tidak menutup mulut,
bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret yang berlebih. Risiko perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Dan kurang
66
5. Evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 17 Juli 2018 sampai
19 Juli 2018 diagnosa yang teratasi meliputi Resiko perubahan nutrisi kurang dari
B. Saran
di rumah sakit maupun di rumah karena penyakit tuberkulosis paru mudah menular
Diharapkan ruang perawatan pasien pada penderita tuberkulosis paru, kamar atau
ruangan pasien terpisah antara pasien yang lain karena tuberkulosis paru mudah
menular. Ruangan juga harus cukup cahaya sinar matahari yang masuk agar
67
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff & Abdul Mukti . 2010 . Tuberculosis paru merupakan salah satu penyakit saluran
pernapasan bagian bawah.
Amin, H., & Hardhi., K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jilid II Edisi revisi. Medi Action: Yogyakarta
Asril Bahar. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
https://karyatulisilmiah.com/asuhan-keperawatan-askep-tuberkulosis-paru-tb-paru-terbaru
diakses pada tanggal 28 mei 2018
Muttaqin Arif . 2012 . apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat ,maka orang itu berpotensi
terkena bakteri tuberculosis
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Penelitian Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
68
RSUD Kabupaten Buton Utara 2018. Jumlah penderita tuberculosis tahun 2017. Buton Utara,
Sulawesi Tenggara.
Smeltzer & Bare . 2015 . reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumoni,
granuloma, dan jaringan fibrosa
Tabrani. 2010 . bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama
terjadi pada malam hari.
69
ABSTRAK
70
SATUAN ACARA PENYULUHAN TUBERKULOSIS PARU
c. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Tuberkulosis Paru
2. Tanda-tanda penyakit Tuberkulosis Paru
3. Cara penularan Tuberkulosis Paru
4. Pengobatan Tuberkulosis Paru
d. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
e. Media
Leaflet
71
f. Kegiatan Penyuluhan
Bentuk Soal :
1. Jelaskan Pengertian Tubercuolosis Paru ?
72
2. Jelaskan Tanda-tanda penyakit Tubercuolosis Paru ?
3. Jelaskan cara penularan Tubercuolosis Paru ?
4. Jelaskan pencegahan Tubercuolosis Paru ?
5. Jelaskan pengobatan Tubercuolosis Paru ?
73
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tubeculosis.
B. Tanda-tanda Tuberkulosis
Sebagian besar seseorang yang terinfeksi menunjukan demam tingkat rendah,
keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, neyri dada, dan batuk
menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan
b. Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak Napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-
lain.
74
d. Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala Sistemik, Meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Test Diagnostik Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan
radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik,
tomogram dan lain-lain.
1. Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain:
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
2. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman micobakterium TBC
dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru. Pemeriksaan biasanya
lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar
sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan
75
pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila
ada dugaan resistensi terhadap pengobatan
Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan
TBC paru di Indonesia.
C. Cara penularan Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei
yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita
ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam
ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah
sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap
lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan
Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan
panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping
daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis
juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit
(lebih jarang).
D. Pengobatan Tuberkulosis paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan
Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
76
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu
pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari
lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
77
DOKUMENTASI
78
79
SATUAN ACARA PENYULUHAN TUBERKULOSIS PARU
i. Materi Penyuluhan
5. Pengertian Tuberkulosis Paru
6. Tanda-tanda penyakit Tuberkulosis Paru
7. Cara penularan Tuberkulosis Paru
8. Pengobatan Tuberkulosis Paru
j. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
k. Media
Leaflet
80
l. Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN KEGIATAN WAKTU
KLIEN
Pendahuluan Menyimak 2 Menit
- Memberi salam, memperhatikan
sikap.
- Mengkomunikasikan pokok
bahasan.
- Mengkomunikasikan tujuan
Kegiatan Inti Menyimak 10 menit
- Pengertian Tuberkulosis Paru
- Tanda-tanda penyakit
Tuberkulosis Paru
- cara penularan Tuberkulosis Paru
- pencegahan Tuberkulosis Paru
- pengobatan Tuberkulosis Paru
Penutup Menyimak, 3 menit
- Menyimpulkan materi penyuluhan bertanya dan
- Memberi kesempatan bertanya menjawab
- Menjawab pertanyaan dengan tepat pertanyaan
- Memberikan evaluasi secara tanya
jawab
- Mengucapkan salam penutup
81
g. Evaluasi
5. Prosedur : Diberikan diakhir pendidikan kesehatan
6. Waktu : 5 menit
7. Bentuk soal : Lisan
8. Jumlah soal : 5 soal
Bentuk Soal :
6. Jelaskan Pengertian Tubercuolosis Paru ?
7. Jelaskan Tanda-tanda penyakit Tubercuolosis Paru ?
8. Jelaskan cara penularan Tubercuolosis Paru ?
9. Jelaskan pencegahan Tubercuolosis Paru ?
10. Jelaskan pengobatan Tubercuolosis Paru ?
82
MATERI PENYULUHAN
E. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tubeculosis.
F. Tanda-tanda Tuberkulosis
Sebagian besar seseorang yang terinfeksi menunjukan demam tingkat rendah,
keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, neyri dada, dan batuk
menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
3. Gejala respiratorik, meliputi:
e. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan
f. Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
g. Sesak Napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-
lain.
h. Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
83
4. Gejala Sistemik, Meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Test Diagnostik Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan
radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik,
tomogram dan lain-lain.
1. Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain:
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
2. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman micobakterium TBC
dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru. Pemeriksaan biasanya
lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar
sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan
pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila
ada dugaan resistensi terhadap pengobatan.
3. Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn
pemberantasan TBC paru di Indonesia.
84
G. Cara penularan Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei
yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita
ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam
ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah
sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap
lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan
Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan
panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping
daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis
juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit
(lebih jarang).
H. Pengobatan Tuberkulosis paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan
Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu
pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed
85
Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari
lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
86
87
88
89
90