Anda di halaman 1dari 2

Ruhma Syafia Dewi

17/411792/EK/21442
CHAPTER 30
Pertumbuhan Uang dan Inflasi

Uang adalah seperangkat aset dalam perekonomian yang digunakan secara regular
oleh masyarakat untuk transaksi kegiatan ekonomi seperti membeli dan menjual.
Pertumbuhan uang tidak dapat dipisahkan dengan inflasi. Inflasi adalah peningkatan harga-
harga secara umum. Pada saat terjadi inflasi, semua tingkat harga akan naik dan
menyebabkan nilai uang jatuh. Teori yang digunakan untuk menjelaskan faktor jangka
panjang yang menentukan tingkat harga dan tingkat inflasi adalah teori kuantitas uang.
Terkait uang, terdapat istilah penawaran dan permintaa uang, yang kemudian memunculkan
keseimbangan moneter. Penawaran uang adalah kebijakan yang dikendalikan oleh bank
sentral. Bank sentral menentukan dan mengendalikan berapa jumlah uang yang ditawarkan,
slaah satunya melalui operasi pasar terbuka. Permintaan uang adalah berapa banyak uang
yang beredar dalam masyarakat atau jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat,
faktor yang memengaruhi antara lain tingkat bunga. Permintaan uang sebagai wujud
masyarakat membutuhkan uang yang berfungsi sebagai alat tukar. Apabila digambarkan
dalam kurva, permintaan dan penawaran uang akan memunculkan satu titik equilibrium nilai
uang. Kebijakan injeksi moneter oleh bank sentral akan membuat perubahan dalam kurva.
Peningkatan penawaran uang oleh bank sentral akan mengubah posisi permintaan uang dan
equilibrium yang kemudian mengakibatkan penurunan pada nilai uang, artinya terdapat
kenaikan pada tingkat harga. Nilai uang berhubungan dengan jumlah uang yang ada dalam
perekonomian.
Prinsip kenetralan moneter menyatakan bahwa perubahan pada jumlah uang
memengaruhi variabel nominal, tetapi tidak memengaruhi variabel riil. Persamaan jumlah
uang menghubungkan jumlah uang (M) dengan nominal output (P x Y). Peningkatan jumlah
uang dalam perekonomian harus dicerminkan oleh satu diantara tiga variabel lain, yaitu:
tingkat harga harus meningkat, jumlah output harus meningkat, atau kecepatan uang harun
turun. Pemerintah dapat membiayai sebagian pengeluarannya dengan mencetak uang, disebut
pajak inflasi. Pajak inflasi seperti pajak yang dikenakan pada setiap orang yang memegang
uang. Apabila negara terlalu mengandalkan pajak inflasi, maka dapat berakibat terjadinya
hiperinflasi. Inflasi dapat berakhir dengan reformasi fiskal seperti pemotongan dalam
pengeluaran pemerintah. Efek fisher adalah contoh penerapan dari kenetralan moneter.
Menurut efek fisher, ketika tingkat inflasi naik, suku bunga nominal naik dengan nilai yang
sama, dan tingkat bunga riil tetap sama. Pada dasarnya inflasi tidak serta merta memiskinkan
karena penurunan nilai uang dan mengurangi daya beli masyarakat, akan tetapi inflasi juga
meningkatkan pendapatan nominal.
Inflasi yang terjadi akan memunculkan beberapa biaya, seperti (1) Shoeleather cost :
Biaya yang muncul karena usaha orang untuk menahan uang yang dipegang tetap sedikit
sehingga lebih banyak menabung di bank dan mengorbankan beberapa waktu, yang dapat
diisi dengan kegiatan produktif lain, untuk kembali ke bank; (2) Menu cost : biaya
penyesuaian harga; (3) Peningkatan variabilitas harga relatif; (4) Gangguan pajak : Inflasi
memperbesar ukuran naiknya modal dan meningkatkan beban pajak pada jenis pendapatan.
Pajak progresif, naiknya modal terkena pajak lebih berat; (5) Kebingungan dan
Ruhma Syafia Dewi
17/411792/EK/21442
ketidaknyamanan akibat perubahan satuan hitung; dan (6) Perbedaan reditribusi kekayaan
antara debitur dan kreditur.

Anda mungkin juga menyukai