Anda di halaman 1dari 103

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN


OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI
KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR
KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Lusia Jois Mariana

NIM : 128114138

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN


OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI
KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR
KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Lusia Jois Mariana

NIM : 128114138

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Persetujuan Pembimbing

KAJIAN PENGETAHUAh{, SIKAP DAN TINDAKAI\ PENGGUNAAI\I


OBAT TRADISIONAL TJNTT'K PENGOBATA}I MANDIRI DI
KALANGAI{ MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR
KABTTPATEN WONOSOBO JAWA TENGAI{

Skripsi yang diajukan oleh:

Lusia Jois Mariana

NIM: 128114138

telah disetujui oleh:

Pernbimbing Utama

( Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.) tanggal 20 November 2015


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pengesahan Skripsi Berjudul

KAJIAN PENGETAHUAI\I, SIKAP DAN TII\DAKAhI PENGGT'NAAI\


OBAT TRADISIONAL T]NTTIK PENGOBATAI{ MANDIRI DI
KALANGAIY MASYARAKAT DESA I}IENG KECAMATAI\ KE"IAJAR
KABI]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
Oleh:
Lusia Jois Mariana
NIM: 128114138

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal : 2A J anuai 201 6

Mengetahui
Fakultas Farmasi
Sanata Dharma
s'.?e+ib Dekan
f=^fl++

#f ,'-.#-. i
? /i=-:--kli!
'2 ^ t
.,!,roi,,"
E
.-.lq

\'1.,,r'dil5d
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

Panitia Penguji:

1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

2. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc.

3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.

nt
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia


yang memelihara kamu”

(1 Petrus 5:7)

Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat


terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari
kegagalan.

Mario Teguh

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, sumber segala berkat dan kekuatanku

Kedua orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia Sarjinem

Kakak dan adikku yang tersayang, Natalia Kristanti dan Paulina Yuliani

Sahabat-sahabatku yang selalu ada buatku

Almamater yang selalu kubanggakan

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PER}TYATAAFI KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya

ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam

naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakart4 20 November 2015

Penulis

I' I
/o{r't
kT
(Lusia Jois Mariana
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERI\TYATAAI\ PERSETUJUAI\I

PT,BLIKASI KARYA ILN,IIAH T,NTUK KEPENTINGAI\I AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Lusia Jois Mariana

Nomor Mahasiswa : l28ll4l38


Derni pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanate Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAI\[ TINDAKAN PENGGUNAA}I
OBAT TRADISIONAL I'NTUK PENGOBATAIY MANDIRI DI
KALAI\IGAI\I MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAFI KEJAJAR
KABT]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAII
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpanr lre-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data
mendistibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Intemet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu merninta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian p€myataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Janurrn 2016

Yang menyatakan

l:0
rr
/g|.S
( Lusia Jois Mariana

vl
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang

telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kajian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional

untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan

Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah“. Penulisan skripsi ini merupakan

salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan

dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma dan sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan

penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan

saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang

telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini

dengan memberikan ethical clearance.

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah atas partisipasi dan respon baik terhadap penelitian yang telah

dikerjakan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan dan bimbingan kepada

penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Mardi selaku Kepala Desa Dieng dan keluarga yang dengan murah

hati mendukung, membimbing, mengarahkan dan menerima penulis dengan

baik selama berada di Desa Dieng.

8. Orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo, BA. dan Yuventia

Sarjinem yang selalu mendukung, menguatkan, membimbing dan

mencintaiku dengan penuh kasih sayang.

9. Kakak dan adikku yang tercinta, Natalia Kristanti, S.Pd. dan Paulina Yuliani

yang selalu menyemangati dan menghiburku selama ini.

10. Keluarga besarku, terima kasih atas doa dan motivasinya bagi penulis.

11. Teman-teman seperjuanganku “skripsi payung 4”,“Veronika, Yeni Mardiati

Pasaribu, dan Natalia Putri Arumsari”.

12. Sahabat-sahabatku tercinta, Lotmi Sabaretnam, Lusia Christin Setiawati,

Patrisia Yosepha Jelarut, Rosalia Lestari dan Sr. Ratna Sihombing untuk

setiap dukungan, doa dan semangat yang membuatku terus berjuang menjadi

lebih baik.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13. Teman-teman kost Sekarayu, Rini, Yupita, Laurent, Keket, Deta, Mbak

Yohana, Ayu, Tia, Ike, Devi, Lena, Agnes, Putri, Anggik, Febi, Debby,

Mervin, Deta dan Hosea atas motivasi dan kebersamaan selama ini.

14. Teman-teman “Keluarga Cemara”, FKK B 2012 dan semua angkatan 2012

yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka di Fakultas Farmasi Sanata

Dharma Yogyakarta.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari semua pihak. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat

kepada pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Penulis

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... vi

PRAKATA ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

INTISARI.................................................................................................... xvii

ABSTRACT .................................................................................................. xviii

BAB I. PENGANTAR ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1. Perumusan masalah ....................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ........................................................................ 4

3. Manfaat penelitian ........................................................................ 7

a. Manfaat teoritis ...................................................................... 7

b. Manfaat praktis ...................................................................... 7

B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Tujuan umum ................................................................................ 7

2. Tujuan khusus ............................................................................... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 9

A. Pengobatan Mandiri ............................................................................. 9

B. Obat Tradisional .................................................................................. 10

1. Penggolongan obat tradisional ..................................................... 12

2. Bentuk sediaan obat tradisional ................................................... 17

C. Perilaku Pengobatan Mandiri .............................................................. 18

1. Pengetahuan (knowledge) ............................................................ 20

2. Sikap (attitude) ............................................................................. 21

3. Tindakan (practice) ...................................................................... 22

D. Keterangan Empiris ............................................................................. 23

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 24

B. Variabel Penelitian .............................................................................. 24

C. Definisi Operasional ........................................................................... 25

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian ................................................ 26

E. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 27

F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 27

G. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 28

H. Instrumen Penelitian ........................................................................... 29

I. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 29

1. Studi pustaka ................................................................................ 29

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Penentuan lokasi penelitian .......................................................... 29

3. Perizinan dan etika penelitian ...................................................... 29

4. Pembuatan panduan wawancara .................................................. 30

5. Pengumpulan data ........................................................................ 31

6. Pengolahan data ........................................................................... 31

I. Analisis Hasil Penelitian ...................................................................... 32

1. Data karakteristik responden .......................................................... 32

2. Data kualitatif hasil wawancara ..................................................... 32

J. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 34

A. Karakteristik Responden ..................................................................... 34

1. Jenis kelamin .................................................................................. 35

2. Usia ................................................................................................. 35

3. Status pernikahan ........................................................................... 36

4. Pendidikan terakhir ........................................................................ 36

5. Jenis pekerjaan ............................................................................... 37

6. Pendapatan per bulan ..................................................................... 38

B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap

dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat

Desa Dieng .......................................................................................... 39

1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau

swamedikasi ................................................................................... 39

2. Pengetahuan responden tentang obat tradisional ........................... 43

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Sikap responden terhadap penggunaan obat tradisional ................ 57

4. Tindakan responden terkait penggunaan obat tradisional untuk

pengobatan mandiri ........................................................................ 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 64

A. Kesimpulan ......................................................................................... 64

B. Saran ................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66

LAMPIRAN ............................................................................................... 71

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 84

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat

Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,

Jawa Tengah ......................................................................... 34

Tabel II. Sumber informasi yang diperoleh responden mengenai

istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi ........................ 42

Tabel III. Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban

responden .............................................................................. 43

Tabel IV. Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden

............................................................................................... 45

Tabel V. Daftar obat tradisional yang diketahui oleh responden untuk

digunakan dalam pengobatan mandiri .................................. 54

Tabel VI. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional

jika sakit ................................................................................ 57

Tabel VII. Respon sikap responden menyukai atau tidak menyukai

penggunaan obat tradisional jika sakit .................................. 59

Tabel VIII. Respon sikap responden mengenai apakah obat tradisional

bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami .... 60

Tabel IX. Tindakan responden mengenai apakah akan menggunakan

obat tradisional ketika sakit .................................................. 62

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Logo Jamu. ............................................................................... 13

Gambar 2. Logo Obat Herbal Terstandar .................................................. 14

Gambar 3. Logo Fitofarmaka .................................................................... 15

Gambar 4. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ......................... 19

Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian ......................................... 26

Gambar 6. Skema kajian penelitian payung .............................................. 28

Gambar 7. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka .................................... 47

Gambar 8. Pengetahuan responden mengenai lambang atau logo pada

jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka .......................... 49

Gambar 9. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat

menimbulkan efek samping .................................................... 52

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat izin penelitian .............................................................. 72

Lampiran 2. Ethical clearance .................................................................. 74

Lampiran 3. Informed consent .................................................................. 75

Lampiran 4. Panduan wawancara ............................................................. 77

Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan

.............................................................................................. 82

Lmapiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah .................................................................................. 83

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Obat tradisional telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat


dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Perilaku pengobatan mandiri
menggunakan obat tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan yang
dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk
memberi gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat
tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Responden adalah masyarakat dewasa yang berusia ≥
18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri dan bersedia diwawancara
yang dipilih secara accidental sampling. Data karakteristik responden dianalisis
dengan metode statistik deskriptif dan data kualitatif yang dilakukan dengan
metode wawancara terstruktur dianalisis dengan content analysis.
Sebagian besar responden yang menggunakan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri mengungkapkan obat tradisional seperti halnya jamu dan
tidak memiliki efek samping. Bentuk sediaan yang paling banyak dikenal adalah
cairan. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak dikenal
dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun, pengetahuan
mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih rendah. Sebagian besar
responden memberikan sikap positif terhadap penggunaan obat tradisional untuk
mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami, sehingga terdapat
kecenderungan melakukan tindakan penggunaan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri.

Kata kunci: obat tradisional, perilaku pengobatan mandiri, pengetahuan, sikap,


tindakan, masyarakat Desa Dieng

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Traditional medicine has been known and used by people in order to cure
and care for health. Self medication by using the traditional medicine was one of
health behavior ways which could be seen from knowledge, attitude and act. The
aim of this research was to give description on the knowledge, attitude and act of
using traditional medicine for self medication among people at Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
This research was an observational description study with cross sectional
design. The respondent were local adult people aged more than 18 years old who
had applied self medication and were willing to be interviewed. Accidental
sampling were used to choose the respondents. The characteristics data were
analyzed using descriptive statistic and qualitative data done by using structured
interviews method were analyzed using content analysis.
Most of respondents who used traditional medicine for self medication
expressed that traditional medicine like “Jamu” did not have side effect. The most
widely known was in the form of liquid. “Jamu”, was well known as traditional
medicine compared by standaridized herbal medicine and phytopharmaceutical.
However, their knowledge about traditional medicine’s logo was relative low.
Most of respondents gave positive respond on the use of traditional medicine to
overcome indications or pain felt. Therefore, there was a tendency on the use of
traditional medicine for self medication.

Key words: traditional medicine, self medication, knowledge, attitude, act, people
at Desa Dieng.

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pengobatan mandiri atau swamedikasi lazim dilakukan oleh masyarakat

di Indonesia. Menurut Suryawati (cit., Citahasri, 2008), dalam upaya

pemeliharaan kesehatan, pengobatan mandiri merupakan upaya pertama dan yang

terbanyak dilakukan masyarakat umum untuk mengatasi keluhan kesehatannya,

sehingga peranannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam penelitiannya di

Indonesia, Supardi, Jamal dan Raharni (2005), mengungkapkan bahwa persentase

penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional lebih tinggi di desa

dibandingkan di kota dan terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena ketersediaan tanaman obat, adanya intervensi pemerintah

melalui promosi pemanfaatan obat asli Indonesia, penggalakan TOGA (Tanaman

Obat Keluarga) dan peningkatan jumlah industri obat tradisional.

Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional

pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif

meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin

berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema back to nature, telah

meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin

banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Handayani dan Suharmiati, 2002).

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasi

penggunaan obat tradisional sebagai pemeliharaan kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal tersebut menunjukkan dukungan WHO

terhadap penggunaan obat tradisional sebagai salah satu alternatif pengobatan

yang lebih dikenal dengan back to nature (Wasito, 2011).

Masyarakat menganggap obat tradisional relatif aman untuk dikonsumsi

karena berasal dari bahan alam dan memiliki efek samping yang lebih ringan

dibandingkan dengan obat (Harmanto dan Subroto, 2007). Lebih dari 30.000

spesies tanaman obat tumbuh di Indonesia dan sekitar 9.000 diantaranya

merupakan tanaman berkhasiat obat, tetapi baru 250 spesies yang digunakan

dalam pengobatan. Hal ini menunjukkan kekayaan Indonesia akan bahan alam

tidak diragukan lagi (Tilaar dan Widjaja, 2014).

Pemanfaatan bahan alam yang secara langsung berupa tanaman obat

telah menjadi budaya dan kearifan lokal suatu daerah yang diwariskan kepada

masyarakat setempat turun temurun secara empirik (Rahayu, Rugayah, Praptiwi,

dan Hamzah, 2002). Salah satu tanaman obat yang paling populer dan habitat

endemiknya di dataran tinggi Desa Dieng adalah tanaman Purwoceng yang dapat

digunakan oleh masyarakat desa Dieng untuk mengatasi masalah kesehatan

(Abdiyani, 2008).

Desa Dieng merupakan salah satu desa di kawasan wisata alam

pegunungan di dataran tinggi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pusat

layanan kesehatan berupa Puskesmas berada di balai Desa Dieng dan masih dapat

dijangkau oleh masyarakat. Namun, belum terdapat apotek di area tersebut dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

apotek terdekat berada di Kecamatan Garung di luar Kecamatan Kejajar yang

dapat diakses dengan transportasi umum, sehingga masyarakat harus menunggu

dan berdesak-desakan. Hal ini membuat masyarakat setempat kesulitan dan

terbatas untuk menemukan pelayanan kesehatan. Pada kondisi tersebut, maka

perilaku pengobatan mandiri merupakan salah satu upaya yang cukup membantu

untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat setempat dalam

meningkatkan derajat kesehatannya, terutama untuk gejala atau penyakit ringan.

Salah satu pengobatan mandiri yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah

menggunakan obat tradisional (Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012).

Perilaku pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan

salah satu perilaku kesehatan yang dikategorikan ke dalam tiga domain berikut,

yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai

fungsi pengaruh kolektif dari tiga faktor, yaitu faktor predisposisi antara lain

pengetahuan, sikap dan persepsi; faktor pendukung yang terwujud dalam

lingkungan fisik antara lain biaya dan jarak; dan faktor penguat yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian di kalangan

masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional

sebagai salah satu upaya pengobatan mandiri. Hal ini terkait dengan belum pernah

ada penelitian sejenis pada masyarakat Desa Dieng, sehingga menarik untuk

diteliti.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

1. Perumusan masalah

a. Seperti apa karakteristik responden yang melakukan pengobatan mandiri

dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa

Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?

b. Seperti apa profil perilaku pengobatan mandiri yang meliputi

pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional untuk

pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan

Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengobatan mandiri yang

pernah dipublikasikan antara lain:

a. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat

Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan Mandiri di

Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten

Temanggung, Jawa Tengah (Pangastuti, 2014). Penelitian ini merupakan

studi observasional dengan rancangan penelitian desain cross sectional.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling

yang dikombinasikan dengan metode non random accidental sampling.

Analisis data menggunakan Uji Chi Square. Sebesar 62% responden

memiliki tingkat pengetahuan sedang, 86,3% bersikap positif terhadap

penggunaan obat tradisional dan 66% responden mempunyai tindakan

memilih obat tradisional untuk pengobatan mandiri.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

b. Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di

Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007) (Supardi dan Susyanty,

2010). Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penggunaan obat

tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di Indonesia dan mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional.

Kriteria responden penelitian adalah responden berumur 10 tahun ke atas

yang mengeluh sakit selama sebulan terakhir sebelum survei dan

menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri. Metode

penelitian adalah analisis data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2007

yang mencakup 280.000 rumah tangga atau 973.660 responden di 33

propinsi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah

umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat

tinggal, jenis penyakit dan penggunaan obat tradisional.

c. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan

Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman (Kristina, Prabandari,

Sudjaswadi, 2008). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap tentang pengobatan sendiri, serta faktor

sosiodemografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

jarak ke pusat pelayanan kesehatan dan lokasi tempat tinggal) dengan

perilaku pengobatan sendiri yang rasional. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah

responden sebanyak 174 dipilih secara multistage random sampling tiap-

tiap desa. Teknik pengambilan data dengan menggunakan kuesioner yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

diwawancarakan dan observasi. Data dianalisis dengan uji independent

sample t-test, korelasi Pearson dan analisis multivariat dengan regresi

logistik berganda.

d. Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam

sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan Muja Muju Kecamatan

Umbulharjo Kota Yogyakarta (Hidayati dan Perwitasari, 2011). Tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat

mengenai penggunaan obat bahan alam dalam hal obat tradisional. Hasil

penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu lebih dari 50%

mempunyai persepsi yang baik dan benar mengenai obat tradisional atau

obat bahan alam. Hasil diperoleh melalui analisis statistik secara deskriptif

dengan cross tab analisis dan terdapat hubungan antara persepsi dengan

tingkat pendidikan seseorang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah subjek yang

diteliti, yaitu masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo, Jawa Tengah, teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling,

pengambilan data dengan wawancara terstruktur dianalisis dengan menggunakan

content analysis dan variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan

penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Sejauh pengetahuan

peneliti, penelitian mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan

obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng,

Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah belum pernah

dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Memberikan deskripsi mengenai pengetahuan, sikap dan

tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di

kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo, Jawa Tengah.

b. Manfaat praktis

Dapat menjadi data dasar dan informasi bagi instansi terkait

dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam penggunaan

obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran dan informasi terutama dalam melakukan pengobatan mandiri

menggunakan obat tradisional.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi mengenai kajian

pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan

mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo, Jawa Tengah.

2. Tujuan khusus

a. Mendapat gambaran karakteristik responden yang melakukan pengobatan

mandiri dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat

Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

b. Mendapat gambaran mengenai profil perilaku pengobatan mandiri yang

meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional

untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng,

Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengobatan Mandiri

Pengobatan mandiri sering juga disebut dengan swamedikasi (self

medication). Definisi pengobatan mandiri menurut World Health Organization

(WHO) tahun 1998 adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik obat

tradisional maupun obat oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang

dapat dikenali sendiri, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang telah didiagnosis

tegak oleh dokter sebelumnya. Menurut The International Pharmaceutical

Federation (FIP) dan The World Self-Medication Industry (WSMI) (1998),

pengobatan mandiri merupakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh

masyarakat atas inisiatif mereka sendiri.

Peran pengobatan mandiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan

efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban

pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta

meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan

(WHO, 1988). Di dalam konteks pengobatan mandiri, maka tanggung jawab

pengenalan gejala atau penyakit dan pemilihan serta penggunaan obatnya ada pada

individu pelaku.

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), beberapa faktor yang

mempengaruhi seseorang melakukan pengobatan mandiri, yaitu pelayanan

kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau, sehingga membuat masyarakat mencari

9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

pengobatan yang lebih murah untuk penyakit yang relatif ringan, kemudian

berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan dengan melakukan

pengobatan mandiri bagi masyarakat. Selain itu, adanya promosi obat bebas dan

obat bebas terbatas yang gencar dari pihak produsen baik melalui media cetak

maupun elektronik, bahkan sampai beredar ke pelosok-pelosok desa. Tersebarnya

distribusi obat melalui puskesmas dan warung obat desa yang berperan dalam

peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama obat tanpa resep (OTR)

dan kampanye pengobatan mandiri yang rasional di masyarakat juga dapat

mempengaruhi pengobatan mandiri. Semakin banyak obat OTR (OWA, obat bebas

terbatas, dan obat bebas) yang akan memperkaya pilihan obat untuk pengobatan

mandiri.

Respons seseorang apabila sakit melakukan tindakan mengobati sendiri

(self medication) dengan alasan fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh

letaknya, takut dengan dokter, takut pergi ke rumah sakit dan biayanya mahal.

Masyarakat sudah percaya kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasarkan

pengalaman yang lalu dengan melakukan pengobatan mandiri sudah dapat

menyembuhkan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak

diperlukan (Notoatmodjo, 2010).

B. Obat Tradisional

Obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh semua lapisan

masyarakat di Indonesia untuk tujuan pengobatan maupun perawatan kesehatan.

Jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang sedang menderita suatu penyakit,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

sebagian masyarakat berinisiatif untuk memanfaatkan tanaman obat yang terdapat

di sekitar lingkungannya untuk mereka gunakan dalam pengobatan. Pemanfaatan

tanaman berkhasiat obat di masyarakat terus berkembang dan diwariskan ke

generasi selanjutnya. Perkembangan obat tradisional ini dimulai dari ramu-ramuan

tradisional yang berkembang di tengah masyarakat, kemudian berkembang menjadi

suatu ramuan yang diyakini memiliki khasiat tertentu bagi tubuh manusia (Wasito,

2011).

Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari bagian tanaman atau

berbahan alami. Tanaman obat yang paling banyak dijumpai di desa Dieng adalah

Purwoceng. Purwoceng merupakan tanaman herba komersial yang akarnya

dilaporkan berkhasiat obat sebagai afrodisiak (meningkatkan gairah seksual dan

menimbulkan ereksi), diuretik (melancarkan saluran air seni) dan tonik (mampu

meningkatkan stamina tubuh). Langkanya budidaya purwoceng di tingkat petani

karena adanya pencurian yang terkait dengan mahalnya komoditas tersebut.

Kendala lain adalah mahalnya harga bibit yang dapat mencapai Rp 4.000-Rp 10.000

per batang, bahkan harga benih dapat mencapai jutaan rupiah setiap ons (Darwati

dan Roostika, 2006).

Dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab I Pasal

1 ayat (9) disebutkan bahwa: “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan

yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian

(galenik), campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah

dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku di masyarakat”.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

1. Penggolongan obat tradisional

Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia (BPOM RI) nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana

Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka dalam

Ketentuan Umum Pasal 1 tercantum beberapa definisi sebagai berikut.

a. Jamu adalah obat tradisional Indonesia.


b. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan bahan bakunya telah di standarisasi.
c. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.

Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan

Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia dalam Pasal 1

tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat

pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, antara

lain:

a. Jamu. Pasal 2 mengenai kriteria jamu sebagai berikut:

Pasal 2

1. Jamu harus memenuhi kriteria:


a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.
3. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: "Secara tradisional
digunakan untuk ...", atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

Pasal 5 mengenai ketentuan logo jamu sebagai berikut:

Pasal 5

1. Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk


pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”
sebagaimana contoh terlampir.
2. Logo sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa “RANTING DAUN
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas
sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
3. Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna
lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”.

Gambar 1.
Logo Jamu
(Keputusan BPOM RI, 2004).

b. Obat herbal terstandar (OHT). Pasal 3 mengenai kriteria OHT sebagai berikut:

Pasal 3

1. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria:


a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktian umum dan medium.

Pasal 7 mengenai ketentuan logo obat herbal terstandar sebagai berikut:

Pasal 7

1. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus


mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”
sebagaimana contoh terlampir.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa” JARI-JARI DAUN (3


PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada
bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang dimaksud pada ayat (1)
harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar
warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan “OBAT
HERBAL TERSTANDAR”.

Gambar 2.
Logo Obat Herbal Terstandar
(Keputusan BPOM RI, 2004).

c. Fitofarmaka. Pasal 4 mengenai kriteria fitofarmaka sebagai berikut:

Pasal 4

1. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria:


a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.

Pasal 8 mengenai ketentuan logo fitofarmaka sebagai berikut:

Pasal 8

1. Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus


mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh
terlampir.
2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN
(YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK
DALAM LINGKARAN” dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri
dari wadah/ pembungkus/ brosur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan
mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.

Gambar 3.
Logo Fitofarmaka
(Keputusan BPOM RI, 2004).

Menurut Wasito (2011), logo jamu berupa sebuah lingkaran yang secara

filosofis menyatakan sebuah proses serta tanda aman berwarna hijau serta kuning

yang merupakan perwujudan kekayaan alam Indonesia dengan di tengah-tengahnya

terdapat gambar stilasi jari-jari daun yang melambangkan suatu proses pembuatan

jamu yang sederhana. Logo OHT berupa lingkaran hijau dengan warna dasar dalam

lingkaran kuning yang memiliki filosofi yang sama dengan jamu serta pada bagian

dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilasi jari-jari daun sebanyak tiga pasang

yang melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak tumbuhan obat. Logo

fitofarmaka berupa lingkaran hijau dengan warna bagian dalam lingkaran terdapat

gambar berupa stilasi jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang yang

melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan

fitofarmaka.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Menurut Handayani dkk. (2002), obat tradisional dapat diperoleh dari

berbagai sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dan dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Obat tradisional buatan sendiri. Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari

pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu,

nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat

tradisional yang lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan

anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota

keluarga.

b. Obat tradisional yang berasal dari pembuat jamu/ herbalist. Pembuat jamu

gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan

yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya

di pulau Jawa, tetapi juga dapat dijumpai di berbagai pulau di Indonesia.

c. Obat tradisional buatan industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 246/Menkes/Per/V/1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi

industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional. Semakin maraknya

obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk

memproduksi obat tradisional. Pada umumnya yang berbentuk sediaan

modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil, salep dan krim.

Pada dasarnya, minum jamu merupakan kebiasaan yang dilakukan turun-

temurun dan merupakan budaya hidup sehat Indonesia. Penggunaan jamu memang

cocok bagi masyarakat Indonesia karena dua hal, yaitu Indonesia kaya akan sumber

alam hayatinya dan kaya akan budaya serta adat istiadat, sehingga mempengaruhi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

gaya hidup masyarakatnya. Ada beberapa tujuan penggunaan jamu oleh

masyarakat, antara lain: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi (Tilaar dkk.,

2014).

2. Bentuk sediaan obat tradisional

Menurut Wasito (2011), obat tradisional agar lebih mudah diterima dan

digunakan oleh masyarakat, maka dibuat bentuk sediaan yang beragam untuk

tujuan dan penggunaan yang bermacam-macam, mulai yang sederhana hingga yang

membutuhkan teknologi yang tinggi. Bentuk sediaan obat tradisional dapat dibagi

menjadi:

a. Sediaan padat atau kering. Beberapa bentuk sediaan padat atau kering yang

beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang berupa potongan simplisia,

campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik, yang

penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air

panas. Biasanya proses perebusan dianggap selesai apabila air yang digunakan

untuk merebus bahan obat tersisa setengah dari jumlah air sebelumnya.

Namun, jika bahan obat yang direbus banyak yang keras seperti biji, batang

dan kulit kayu, maka perebusan dianggap selesai setelah air rebusan tersisa

sepertiga dari jumlah air semula. Selain itu, dalam bentuk serbuk, kapsul,

tablet, pil, pastiles, koyok, parem, pilis dan tapel.

b. Sediaan semi padat, yaitu sediaan dodol atau jenang dan dalam bentuk krim

dan salep. Obat bentuk semi padat dapat digunakan obat dalam maupun luar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

c. Sediaan cair, yaitu seperti sirup, emulsi, suspensi, larutan, jamu cair dan bentuk

cairan lainnya, baik untuk penggunaan obat dalam maupun obat luar. Jamu

gendong merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional.

C. Perilaku Pengobatan Mandiri

Perilaku kesehatan (health behavior) merupakan respons seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, serta lingkungan dalam memelihara kesehatan, mencegah

penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 1993). Perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap, serta tindakannya yang berhubungan dengan

kesehatan (Sarwono, 2007).

Menurut Skiner (cit. Notoatmodjo, 2010), seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku manusia dijelaskan melalui teori “S-O-R” (stimulus-

organisme-respons) dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap

stimulus tersebut belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.

Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Bentuk unobservable behavior atau

covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

b. Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap

stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang

lain dari luar atau observable behavior.

Respons Tertutup (covert


behavior)
Stimulus Organisme •Pengetahuan
•Sikap

Respons Terbuka (overt


behavior)
•Tindakan/ Praktik

Gambar 4.
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

(Notoatmodjo, 2010).

Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu

faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang

(faktor internal). Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku, yaitu faktor

lingkungan, baik lingkungan fisik dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya,

ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku,

yaitu perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Benyamin Bloom (cit. Notoatmojo, 2010), seorang ahli psikologi

pendidikan, membedakan perilaku manusia dibagi ke dalam 3 domain, yaitu

kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (pcychomotor). Di dalam

konteks pendidikan praktis, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom tersebut,

dikembangkan 3 tingkat domain perilaku, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra

yang dimilikinya. Pada waktu pengindraan, dengan sendirinya menghasilkan

pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek (Notoatmojo, 2010).

Secara garis besar, dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, antara lain:

a. Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekadar tahu

terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi harus

dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui.

e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang

logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan sesorang

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

(Notoatmojo, 2010).

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 1993). Newcomb, seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi

sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan

predisposisi perilaku atau reaksi tertutup (Notoatmojo, 2010). Sikap

menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan diperoleh dari

pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Notoatmodjo, 1993).

Pengukuran perilaku kesehatan dalam ranah sikap adalah bagaimana

pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang berkaitan dengan faktor resiko kesehatan

(Notoatmojo, 2010). Sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah

selalu mencerminkan sikap seseorang karena seringkali terjadi bahwa seseorang

memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:

a. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

b. Menanggapi (responding). Menanggapi diartikan memberikan jawaban

atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing). Menghargai diartikan subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi

orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible). Seseorang yang telah mengambil sikap

tertentu berdasarkan keyakinannya harus berani mengambil resiko bila ada

orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi memegangi peranan penting (Fitriani, 2011). Sikap sering diperoleh dari

pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap juga membuat

seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain (Notoatmodjo, 2010).

3. Tindakan (practice)

Tindakan adalah suatu cara mempraktekkan apa yang telah diketahui

setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus yang diterima

(Fitriani, 2011). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana

(Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran

perilaku kesehatan dalam ranah tindakan adalah hal apa yang dilakukan oleh

responden terkait dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan

kesehatan dan cara memperoleh pengobatan yang tepat (Notoatmodjo, 2010).

D. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai

pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan

mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo, Jawa Tengah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif

dengan rancangan cross sectional. Observasional deskriptif merupakan penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena

yang terjadi di masyarakat. Rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian

yang dilakukan pada satu waktu, artinya penelitian terhadap subjek dilakukan satu

kali saja dalam jangka waktu tertentu tanpa adanya tindak lanjut (Notoatmodjo,

2010). Pada penelitian ini mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan tindakan

penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat

Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

B. Variabel Penelitian

1. Pengetahuan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo, Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk

pengobatan mandiri.

2. Sikap masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,

Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan

mandiri.

24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

3. Tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan

masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah.

C. Definisi Operasional

1. Pengobatan mandiri dalam penelitian ini adalah tindakan pemilihan atau

penggunaan obat tradisional untuk mengobati penyakit atau gejala yang

dikenali sendiri.

2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, sediaan sarian, termasuk golongan jamu, obat herbal terstandar dan

fitofarmaka yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan digunakan dalam

pengobatan mandiri.

3. Pengetahuan adalah informasi mengenai obat tradisional yang diketahui oleh

masyarakat desa Dieng meliputi: pengertian obat tradisional, bentuk-bentuk

sediaan yang dikenal oleh responden, jenis-jenis obat tradisional, lambang

atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping

obat tradisional, contoh, manfaat dan cara penggunaan obat tradisional.

4. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak dengan menyatakan adanya

tanda-tanda untuk menyukai (sikap positif) atau tidak menyukai (sikap

negatif) menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, respons

sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat dan pendapat

mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

5. Tindakan adalah respons tindakan responden terhadap penggunaan obat

tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar,

Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut

sebagai responden adalah masyarakat dewasa Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun,

baik laki-laki ataupun perempuan, pernah melakukan pengobatan mandiri

menggunakan obat tradisional dan bersedia diwawancara. Menurut undang-

undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaan Republik Indonesia, usia

18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang.

Skema pencarian subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai

berikut:

52 responden yang bersedia


diwawancara

17 responden dikeluarkan
(11 responden tidak melakukan pengobatan
dalam satu bulan terakhir dan 6 responden
melakukan pengobatan ke dokter)

4 responden melakukan 26 responden melakukan 5 responden melakukan


swamedikasi menggunakan swamedikasi dengan obat dan swamedikasi dengan obat
obat obat tradisional tradisional

31 responden yang melakukan


30 responden yang melakukan
swamedikasi dengan obat
swamedikasi dengan obat
tradisional
Responden penelitian

Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

Subjek dalam penelitian payung ini yang bersedia diwawancarai

sebanyak 52 responden. Namun, 17 responden dikeluarkan dengan alasan

responden tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir

sebanyak 11 responden dan responden melakukan pengobatan ke dokter dan

menerima resep dari dokter sebanyak 6 responden. Berdasarkan hasil data

responden yang dikeluarkan tersebut diperoleh responden yang pernah melakukan

pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional sebanyak 31 responden.

Menurut Krithikadatta (2014) dan Hardon, Hodgkin and Fresle (2004), minimal

sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden dengan alasan jumlah

tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal, jika

penelitiannya akan dilakukan analisis statistik, seperti komparatif atau korelasi.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei dan Juni

2015. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dua kali. Pengambilan data

pertama dilaksanakan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua

dilaksanakan pada tanggal 13-15 Juni 2015.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari penelitian payung

dengan judul utama yaitu “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan

Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah (Upaya Awal untuk Pelestarian Lingkungan

dan Mempertahankan Kearifan Lokal)”. Penelitian ini telah memperoleh izin dari

Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan oleh 4 mahasisiwa dengan kajian yang berbeda-

beda. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah “Kajian Pengetahuan, Sikap dan

Tindakan Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan

Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah”. Berikut skema kajian penelitian payung yang dapat dilihat pada Gambar

6 sebagai berikut:

Pengetahuan, sikap Kajian penelitian


dan tindakan peneliti
Penggunaan obat
tradisional
Pola dan motivasi
Kajian
Pengetahuan, sikap
dan tindakan
Penggunaan obat
Pola dan motivasi

Gambar 6. Skema kajian penelitian payung

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara

non-random sampling dengan jenis accidental sampling. Teknik non-random

sampling adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan

yang dapat diperhitungkan, artinya setiap anggota populasi tidak memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010). Accidental

sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini pengambilan sampel

didasarkan pada kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah panduan

wawancara, dengan bantuan catatan wawancara, informed consent dan alat

perekam (audio-video taped). Panduan wawancara divalidasi dengan metode

expert judgement oleh dosen pembimbing untuk mereview panduan wawancara

sebagai instrumen untuk pengambilan data penelitian ini.

I. Tata Cara Penelitian

1. Studi pustaka

Sebelum penelitian dimulai dilakukan dengan studi dan penelaahan

pustaka, yaitu membaca literatur-literatur atau website mengenai pengobatan

mandiri, obat tradisional, perilaku kesehatan dan metodologi penelitian, serta

pembuatan panduan wawancara.

2. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,

Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

3. Perizinan dan etika penelitian

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

memperoleh ethical clearance. Ethical clearance diperoleh pada tanggal 17 Juni

2015 dengan nomor Ref: KE/FK/706/EC/2015. Untuk menjamin terpenuhinya

etika penelitian, maka hanya calon responden yang bersedia mengisi dan

menandatangani informed consent yang diikutkan sebagai responden. Informed

consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon subjek penelitian

untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Responden mendapat penjelasan singkat

mengenai penelitian ini sebelum diminta kesediaannya dalam mengisi dan

menandatangani informed consent dan tidak ada unsur paksaan dalam proses

rekrutmen responden. Semua data diri responden akan dirahasiakan.

Permohonan izin kedua ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan

Perlindungan Masyarakat (Badan KESBANGLINMAS) Daerah Istimewa

Yogyakarta yang kemudian diteruskan ke Kepala Badan Penanaman Modal

Daerah Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapatkan izin, para peneliti didampingi

oleh dosen pembimbing bertemu dengan Kepala Kecamatan Kejajar yang

memberikan masukan dan mengarahkan para peneliti untuk melakukan penelitian

di Desa Dieng. Kemudian para peneliti bertemu dengan Ketua RT Desa Dieng

mengenai maksud kedatangan peneliti bersama dosen pembimbing di desa Dieng

tersebut.

4. Pembuatan panduan wawancara .

Panduan wawancara divalidasi dengan metode expert judgement. Tujuan

dilakukan uji validitas ini adalah untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan

tujuan yang akan dicapai dan menunjukkan tingkat kesahihan instrumen penelitian

yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Panduan wawancara yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

digunakan dalam penelitian berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Namun ada penambahan pertanyaan untuk

menyesuaikan dengan tujuan penelitian.

5. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur.

Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan

yang sudah tertulis dalam form pertanyaan dalam bentuk panduan wawancara

(interview guideline) (Herdiansyah, 2015). Wawancara dilakukan langsung

dengan bantuan panduan wawancara, alat perekam (audio taped) dan buku

catatan. Calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani informed

consent yang diikutkan sebagai responden dan sebagai tanda persetujuan

mengikuti penelitian.

6. Pengolahan data

Langkah pertama yang dilakukan adalah dari data kualitatif hasil

wawancara adalah dilakukan transkripsi data. Transkripsi data dilakukan oleh dua

orang anggota tim penelitian yang bekerja secara independen. Peneliti pertama

melakukan transkrip data dari data asli dalam rekaman dan catatan tertulis yang

dibuat oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung. Peneliti kedua mengulang

proses ini sebagai upaya pemastian keakuratan proses transkripsi. Proses

transkripsi data rekaman wawancara ini mengacu pada penelitian kualitatif yang

pernah dilakukan oleh Widayati, Suryawati, Crespigny and Hiller (2012).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

Langkah kedua, data hasil wawancara yang didapat dikuantifikasikan

sesuai panduan wawancara. Setelah itu, dihitung persentasenya dan

mendeskripsikan hasil penelitian untuk masing-masing pertanyaan.

J. Analisis Hasil Penelitian

1. Data karakteristik responden

Hasil data karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional

dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Metode statistik yang digunakan

adalah teknik perhitungan persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel atau

diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:
𝐴
P% = 𝐵 x 100%

Keterangan:
P : persentase jawaban (dalam %)
A : jumlah jawaban
B : total jumlah responden

2. Data kualitatif hasil wawancara

Data kualitatif mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan

obat tradisional sebagai pengobatan mandiri dianalisis dengan menggunakan

teknik content analysis (analisis isi). Analisis isi merupakan suatu analisis

mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif terhadap

pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis

variabel yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan disajikan (Emzir,

2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

Menurut Payne and Payne (cit. Sarosa, 2012), content analysis

didefinisikan sebagai cara mencari makna materi tertulis atau visual dengan cara

alokasi isi sistematis ke kategori terinci yang telah ditentukan sebelumnya dan

kemudian menghitung dan menginterpretasikan hasilnya. Menurut Myers (cit.

Sarosa, 2012), content analysis adalah metode kuantitatif untuk menganalisis data

kualitatif. Data yang didapat dikuantifikasikan untuk masing-masing pertanyaan

pada panduan wawancara, kemudian dihitung persentasenya dan dideskripsikan.

K. Kerterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah

secara non random karena peneliti hanya merekrut masyarakat desa Dieng

yang kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria untuk menjadi responden,

sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk

dijadikan subjek penelitian.

2. Penelitian ini dilakukan menggunakan panduan wawancara, sehingga tidak

menggunakan skala yang dapat mengukur variabel penelitian dan terdapat

keterbatasan dalam waktu saat wawancara.

3. Pada penelitian ini, terbatas hanya pada kajian pengetahuan, sikap dan

tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan

masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Subjek penelitian yang terlibat di dalam penelitian yaitu sebanyak 31

responden dan telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan sebelumnya.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, status

pernikahan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan perdapatan per bulan.

Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa


Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
Karakteristik responden Persentase (%)
n=31
Jenis kelamin:
Perempuan 68
Laki-laki 32
Usia (tahun):
Rentang usia (18-59 tahun)
Median (33 tahun)
18-24 23
25-31 16
32-38 32
39-45 13
46-52 10
53-59 6
Status pernikahan:
Menikah 84
Belum menikah 16
Pendidikan terakhir:
SD 23
SLTP/ SMP 29
SLTA/ SMA/ SMK 45
S1 3
Jenis pekerjaan:
Belum bekerja 3
Ibu Rumah Tangga (IRT) 13
Karyawan 13
Pedagang atau wiraswasta 36
Pengajar PAUD 3
Petani 32
Pendapatan per bulan:
pendapatan < Rp 300.000 16
Rp 300.000 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000 26
Rp 1.000.000 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000 32
Rp 1.500.000 ≤ pendapatan < Rp 2.000.000 7
> Rp 2.000.000 16
Belum memiliki pendapatan 3

34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

1. Jenis kelamin

Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah

perempuan yaitu sebesar 68% dan sebesar 32% adalah laki-laki. Kecenderungan

swamedikasi lebih banyak dilakukan oleh perempuan, jika dibandingkan dengan

laki-laki, baik untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga maupun diri

sendiri (Berardi, et.al., 2002; Kristina dkk., 2008). Penelitian di Yogyakarta

menemukan bahwa sebanyak 74,5% wanita melakukan swamedikasi menggunakan

obat demam bagi anak mereka untuk mengatasi demam pada anak (Rinukti dan

Widayati, 2005). Selain itu, Kurniasari (2007) juga mengungkapkan bahwa

biasanya wanita mempunyai perhatian yang lebih baik terhadap sakit dibandingkan

dengan pria, terutama bagi wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga.

2. Usia

Berdasarkan karakteristik usia responden pada Tabel I menunjukkan

rentang usia responden adalah 18-59 tahun. Rentang usia responden terbanyak yaitu

32-38 tahun dengan persentase 32%, kemudian diikuti pada rentang usia 18-24

tahun dengan persentase 23%. Usia produktif menurut Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011 adalah sekelompok

penduduk yang berusia 15-44 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian

besar responden berada pada rentang usia produktif.

Menurut Wawan dan Dewi (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah usia. Semakin cukup usia seseorang, maka kemampuan

berpikir akan lebih matang dan lebih dipercaya, sehingga akan berhubungan dengan

hal-hal yang diketahui responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

pengobatan mandiri. Usia akan berpengaruh terhadap perilaku pengobatan mandiri

terkait dengan pengalaman seseorang terhadap suatu pengobatan.

3. Status pernikahan

Berdasarkan karakteristik status pernikahan responden pada Tabel I

menunjukkan bahwa dari 31 responden, sebesar 84% adalah responden yang sudah

menikah dan sebesar 16% adalah responden yang belum menikah. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Widayati (2012), faktor sosio-demografi ekonomi yang

berhubungan dengan pola tindakan self-care adalah status pernikahan (tidak

menikah/ cerai dan menikah). Adanya anjuran dari suami atau istri bisa merupakan

pendorong yang kuat bagi seseorang untuk memutuskan memilih upaya pencarian

pengobatan, misalnya apakah akan berupa upaya self-care atau upaya konsultasi ke

pihak lain. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan bahwa sangat penting untuk

melibatkan anggota keluarga dalam meningkatkan perilaku kesehatan.

4. Pendidikan terakhir

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

tingkat daya tangkap informasi, sikap, pengetahuan dan perilaku kesehatan

(Istaminingdyah, 2008). Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pemikiran

dan persepsi seseorang, dalam penelitian ini adalah mengenai obat tradisional yang

akan mempengaruhi pengobatan mandiri yang aman, tepat, dan rasional

(Dharmasari, 2003; Hidayati dkk., 2011). Responden dengan pendidikan tinggi

cenderung akan lebih mudah menerima informasi dan lebih baik untuk

mengaplikasikan informasi atau pengetahuan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan

responden perlu diketahui.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

Berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir responden pada Tabel I

menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah

lulusan SLTA/ SMA/ SMK sebesar 45%. Menurut Melina (2011), seseorang

dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat sudah mampu dalam mengolah

informasi yang didapat dan mempertimbangkan hal apa yang baik untuk

dirinya. Pernyataan ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa

pendidikan adalah proses untuk menuju ke perubahan perilaku (Notoatmodjo,

2007). Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Figueras, Caamano, and

Gestal-Otero (2000) mengungkapkan bahwa responden berpendidikan tinggi lebih

banyak yang melakukan pengobatan mandiri secara rasional.

5. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku

kesehatan dan kemungkinan penyakit yang akan muncul, dalam hal ini adalah

penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Berdasarkan karakteristik

jenis pekerjaan responden pada Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar

pekerjaan responden adalah sebagai pedagang atau wiraswasta dan petani dengan

persentase masing-masing sebesar 36% dan 32%. Lokasi penelitian sebagian besar

merupakan daerah pertanian, sehingga secara langsung berpengaruh terhadap jenis

pekerjaan masyarakat Desa Dieng. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Sudikyakto, Yunianto, Suripto, Kurniawan (2002), yaitu mata pencaharian

penduduk di wilayah Dieng didominasi oleh sektor pertanian yang ditunjukkan

dengan rasio rumah tangga tani terhadap jumlah rumah tangga yang menunjukkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

angka 88,91%. Sektor pertanian yang berkembang dan menjadi tanaman andalan

adalah pertanian tanaman kentang, kubis dan carica.

Responden yang bekerja umumnya sering berhubungan dengan dunia luar

ataupun berinteraksi dengan rekan kerjanya. Proses yang dijalani selama bekerja

setidaknya menyebabkan terjadinya tukar-menukar informasi yang akan

mempengaruhi pola pikir responden dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi

keputusan pengobatan mandiri yang diambil. Selain itu, jenis pekerjaan juga akan

berpengaruh terhadap besarnya pendapatan seseorang dalam 1 bulan.

6. Pendapatan per bulan

Tingkat konsumtivitas konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendapatannya. Oleh karena itu, tingkat pendapatan berpengaruh terhadap upaya

kesehatan masyarakat. Dalam hal ini adalah mengenai penggunaan obat tradisional

untuk pengobatan mandiri. Seperti yang terlihat pada Tabel I menunjukkan bahwa

pendapatan per bulan dengan persentase terbesar (32%) adalah ≥ Rp 1.000.000

sampai < Rp 1.500.000 dan persentase pendapatan terendah adalah sebesar 7% yang

berpendapatan ≥ Rp 1.500.000 sampai < Rp 2.000.000. Dari hasil penelitian juga

diperoleh bahwa sebesar 3% tidak memiliki pendapatan karena belum bekerja,

sehingga masih ditanggung oleh keluarga.

Adikuntati (2008) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan seseorang

berpengaruh terhadap sikap seseorang mengenai jenis pengobatan seseorang,

termasuk swamedikasi. Masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi akan dengan

mudah mengakses sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan tingkat pendapatan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

rendah akan cenderung menjadikan biaya sebagai pertimbangan utama dalam hal

pencarian pengobatan.

B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap dan


Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat Desa
Dieng

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana seseorang

dapat merespons baik secara pasif (mengetahui dan bersikap tentang sakit yang ada

pada dirinya) maupun aktif berupa tindakan yang dilakukan sehubungan dengan

sakit dan penyakit tersebut (Wawan dan Dewi, 2011). Oleh karena itu, pengetahuan,

sikap dan tindakan memiliki peran penting dalam menentukan perilaku seseorang

untuk mengatasi sakit yang dideritanya.

1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau swamedikasi

Pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah penggunaan obat oleh

masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau

intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Pengobatan mandiri atau swamedikasi

dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk obat tradisional.

Semua responden pada penelitian ini pernah melakukan pengobatan

mandiri atau swamedikasi, walaupun sebagian besar dari responden tersebut tidak

pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi. Pada

kenyataannya, meskipun responden tidak pernah mendengar istilah pengobatan

mandiri, tetapi responden melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu

menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/ sakit yang dialami. Hal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

tersebut sudah diklarifikasi bahwa sebenarnya responden yang menggunakan obat

tradisional berarti sudah melakukan pengobatan mandiri.

Dalam penelitian ini juga dibahas mengenai pengertian swamedikasi atau

pengobatan mandiri menurut responden. Menurut sebagian responden

mengungkapkan pengertian swamedikasi adalah penggunaan obat herbal atau

tradisional, seperti temulawak dan jahe. Hal ini dapat terlihat dari beberapa kutipan

wawancara sebagai berikut:

“Ya, seperti obat tradisional itu kan ya” (NH).

“Itu bermacam-macam, ada yang pakai kimia, kalau yang tradisional


pakai rempah-rempah, memang baik, tapi akhir ini di campur bahan
kimia” (N).

“Meracik obat sendiri, seperti memakai temulawak, jahe. Saya biasanya


pakai obat herbal” (I).

Menurut responden lainnya, swamedikasi adalah penggunaan obat, seperti

Paramex®. Pada ISO Indonesia volume 46 (2011) tercatat bahwa Paramex®

merupakan obat bebas terbatas yang berindikasi sebagai antipiretik dan analgesik.

Obat bebas terbatas merupakan salah satu kelompok obat yang digunakan untuk

pengobatan mandiri dan dapat digunakan tanpa resep dokter. Hal ini dapat dilihat

dari kutipan wawancara berikut: “Seperti meminum obat Paramex®” (H).

Pengertian swamedikasi menurut responden tersebut sesuai dengan

pengertian yang diungkapkan oleh WHO (1998), yaitu swamedikasi atau

pengobatan mandiri adalah pemilihan obat, bukan hanya obat tradisional saja,

melainkan juga obat untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali

sendiri. Mengacu pada pengertian WHO tersebut, pengertian swamedikasi menurut

kutipan wawancara responden lainnya juga serupa. Responden tersebut mengatakan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

bahwa swamedikasi adalah mengindentifikasi penyakit sendiri dan menggunakan

obat yang biasa disimpan di rumah atas inisiatif mereka sendiri, dengan harapan

masyarakat memiliki simpanan obat yang dibeli di warung dan tanpa periksa ke

dokter. Hal ini juga didukung oleh pengertian menurut FIP dan WSMI (1998) yang

mengungkapkan bahwa swamedikasi merupakan penggunaan obat-obatan tanpa

resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri. Kutipan wawancara

responden dapat dilihat sebagai berikut:

“Belajar identifikasi penyakit sendiri dan mencari obat sendiri” (RH).

“Ya mungkin yang manual, maksudnya menggunakan obat di rumah” (D).

“Ya, saya sendiri banyak mempraktikkan. Keluarga saya menggunakan


obat sendiri. Kalau saya pengobatan sendiri, percaya penyakit datang dan
pergi itu dari yang Atas” (AIA).

“Mengobati diri sendiri tanpa bantuan orang lain” (R).

Menurut Meriati, Goenawi, Wijoyo (2013), swamedikasi dapat menjadi

alternatif pengobatan yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

keterjangkauan pengobatan yang jauh dari pelayanan kesehatan. Hal serupa juga

diungkapkan oleh Djunarko dan Hendrawati (2011), pelayanan kesehatan yang

mahal dan tidak terjangkau membuat masyarakat mencari pengobatan yang lebih

murah untuk penyakit yang relatif ringan. Oleh karena itu, responden

mengungkapkan pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah alternatif

pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi sakit. Hal ini dapat dilihat dari

kutipan wawancara sebagai berikut.

“Pengobatan sendiri itu alternatif pengobatan yang saya ambil kalau


sakit” (I).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

Semua obat dan obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan

mandiri atau swamedikasi diperoleh tanpa periksa ke Puskesmas/ Rumah Sakit /

Praktek Dokter. Hal ini diungkapkan juga oleh semua responden. Salah satu

responden mengungkapkan mengenai pengalaman diri mengobati anaknya untuk

penyakit ringan dengan tindakan pengobatan mandiri sebagai berikut:

“Contohnya anak saya demam dikompres dan diberi obat tradisional”


(SH).

Pendapat responden tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Supardi dan Notosiswoyo (2005), yaitu pengobatan mandiri untuk sakit demam

dapat dilakukan menggunakan obat tradisional, yaitu mengkompres badan dengan

tumbukan daun melinjo, daun cabe, atau daun singkong. Dalam hal ini, pemilihan

dan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri berdasarkan dari pengalaman

individu sebelumnya yang pernah menggunakannya dan mampu mengatasi

penyakit.

Responden yang pernah mendengar istilah tersebut (32%) menyatakan

bahwa sumber informasi diperoleh dari tetangga/ orangtua/ teman sebanyak 22%

dan sebanyak 10% mendengar istilah tersebut dari internet/ televisi/ media

elektronik. Sumber informasi yang diperoleh responden tersebut dapat dilihat pada

Tabel II.

Tabel II. Sumber informasi yang diperoleh responden mengenai istilah


pengobatan mandiri atau swamedikasi
Sumber informasi Persentase (%)
n=31
internet/ televisi/ media elektronik 10
tetangga/ orangtua/ teman 22
tidak pernah mendengar istilah 68
pengobatan mandiri atau swamedikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

Istilah swamedikasi yang diperoleh responden sebagian besar didapatkan

dari tetangga/ orangtua/ teman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mulyani (2013). Pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain seperti

keluarga, tetangga dan teman dalam mengobati penyakit ringan dan berhasil

menjadi pertimbangan dalam memilih untuk melakukan swamedikasi. Keluarga,

tetangga dan teman adalah orang terdekat yang berada di lingkungan sekitar,

sehingga berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

2. Pengetahuan responden tentang obat tradisional

Pengetahuan (knowledge) dalam penelitian ini adalah hasil tahu

responden mengenai obat tradisional yang meliputi: pengertian obat tradisional,

bentuk-bentuk sediaan, jenis-jenis obat tradisional, lambang atau logo pada jamu,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping obat tradisional, contoh,

manfaat dan cara penggunaan obat tradisional. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

a. Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden

Berdasarkan pertanyaan pada panduan wawancara “Apakah yang

dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda?”, didapat hasil penelitian

dari 31 responden yang mengenal obat tradisional sebagai berikut.

Tabel III. Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban


responden, n=31
Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden Persentase
(%)
Tidak ada efek samping 16
Seperti jamu 36
Tidak ada bahan kimia dan berasal dari bahan alami, seperti: 32
beras kencur, kunyit asam/ kunir asam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

Tabel III. Lanjutan


Obat herbal atau tanaman obat dari lingkungan sekitar, 16
contohnya: purwoceng untuk mengatasi masuk angin,
menghangatkan dan menyehatkan badan, sirih, jahe dan
kemukus untuk melegakan tenggorokan
Obat tradisional buatan atau racikan sendiri 10
Seperti Tolak Angin® 3
Keterangan: jawaban responden dapat mengandung lebih dari satu pengertian mengenai
obat tradisional

Hasil penelitian (Tabel III) menunjukkan pengertian mengenai obat

tradisional yang diketahui responden sebagian besar adalah obat tradisional

seperti jamu (36%). Namun dalam hal ini, responden tidak menjelaskan apakah

jamu yang dimaksud adalah jamu gendong atau jamu yang dijual dalam

kemasan atau dari pabrik jamu. Responden mengatakan obat tradisional seperti

jamu dikarenakan jamu telah digunakan secara turun-temurun dan merupakan

warisan budaya bangsa dengan khasiat yang didasarkan pada pengalaman

empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama (Wasito,

2011). Di Desa Dieng, jamu gendong merupakan jamu yang paling digemari,

seperti jamu beras kencur dan kunyit asam, sehingga tidak dapat dipungkiri

pendapat responden mengenai obat tradisional adalah seperti jamu.

Sebagian besar responden (32%) juga mengungkapkan bahwa obat

tradisional merupakan obat yang tidak mengandung bahan kimia dan berasal

dari bahan alami. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh Noviana (2011) bahwa respondennya yaitu pasien geriatri

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah paham bahwa obat tradisional adalah obat

yang berasal dari bagian tanaman atau berbahan alami.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

Pengertian-pengertian yang diungkapkan oleh responden tersebut

(Tabel III) juga serupa dengan Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang

Kesehatan yang menyebutkan bahwa “obat tradisional adalah bahan atau

ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

sediaan sarian (galenik), campuran dari bahan tersebut yang secara turun

temurun telah dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat”. Pemahaman responden mengenai

obat tradisional sudah sesuai dengan Undang-Undang yang tertera.

b. Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional yang dikenal oleh responden

Tabel IV. Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden,


n=31
Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional Persentase
(%)
Cairan 87,1
Kapsul 25,8
Pil 6,5
Serbuk/ bubuk 32,3
Tablet 12,9
Tumbuhan obat kering 6,5
Keterangan: responden boleh menjawab lebih dari satu jawaban

Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat,

cair, maupun semi padat. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel IV), sebagian

besar responden mengetahui bentuk sediaan cair (87,1%) dan serbuk/ bubuk

(32,3%). Hal ini dikarenakan di Desa Dieng terdapat jamu gendong yang

merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional yang banyak diminati

oleh masyarakat Desa Dieng, seperti beras kencur dan kunyit asam atau kunir

asam. Selain itu, sebagian besar masyarakat Desa Dieng yang juga

mengonsumsi Tolak Angin® yang berbentuk cair. Responden juga mengenal


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

bentuk sediaan berupa serbuk atau bubuk yang termasuk dalam sediaan padat

atau kering. Cara penyajiannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan

menggunakan air panas.

Salah satu tanaman obat yang populer di dataran tinggi Dieng adalah

Purwoceng. Tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) ini termasuk

tanaman langka karena habitat endemiknya di dataran tinggi Dieng, Jawa

Tengah (Abdiyani, 2008). Tanaman ini banyak diperjualbelikan dalam bentuk

simplisia kering, serbuk maupun cairan. Sediaan ini banyak digunakan oleh

masyarakat Desa Dieng, khususnya laki-laki karena tanaman ini potensial untuk

afrodisiaka (Darwati dkk., 2006).

Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh

responden sesuai menurut Wasito (2011) bahwa ada yang berbentuk sediaan

padat atau kering yang beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang

berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia

dengan sediaan galenik. Selain itu, terdapat juga dalam bentuk serbuk, kapsul,

tablet dan pil, sedangkan sediaan cair, yaitu jamu cair dan bentuk cairan lainnya.

c. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal


terstandar dan fitofarmaka

Pada penelitian ini hanya mengacu pada pengenalan responden

mengenai jenis-jenis obat tradisional, sehingga perlu adanya penggalian lebih

lanjut mengenai apakah benar yang dikenal oleh responden adalah jamu, OHT

dan fitofarmaka. Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang

Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia

tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

tingkat pembuktian khasiat, obat tradisional di Indonesia dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka.

100%
90%
80%
70%
60%
50% 97% 97%
81%
40%
30%
20%
3% 19% 3%
10%
0%
Mengenal Tidak Mengenal Tidak Mengenal Tidak
mengenal mengenal mengenal
Jamu Obat Herbal Terstandar Fitofarmaka
(OHT)

Gambar 7. Pengenalan responden tentang jenis-jenis obat tradisional,


yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, n=31

Berdasarkan pertanyaan, “Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat

tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka?”, didapatkan

hasil penelitian (Gambar 7) yang menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mengenal jamu dibandingkan dengan OHT dan fitofarmaka.

Sebagian besar responden juga tidak mengenal OHT dan fitofarmaka. Hal ini

menunjukkan jamu lebih banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat

dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit yang diderita daripada OHT

dan fitofarmaka. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-

puluh bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu dan telah membuktikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan pengobatan atau menjaga

kesehatan (Wasito, 2011).

Selain itu, hasil penelitian di atas (Gambar 7) didukung juga dengan

pengertian obat tradisional yang paling banyak diketahui oleh responden.

Sebagian besar responden mengatakan bahwa obat tradisional seperti jamu,

sehingga hal tersebut dapat berhubungan langsung dengan jenis obat tradisional

yang paling banyak dikenal oleh responden, yaitu jamu.

Jamu yang beredar di masyarakat bermacam-macam, antara lain jamu

buatan sendiri, jamu yang berasal dari pembuat jamu/ herbalist atau jamu

gendong dan jamu buatan industri (Handayani, 2002). Jamu gendong

merupakan salah satu obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat

digemari masyarakat dan sangat populer. Sama halnya di Desa Dieng, kunyit

asam dan beras kencur merupakan jamu gendong yang banyak dikonsumsi,

khususnya untuk perempuan.

Tolak Angin® merupakan obat herbal terstandar yang juga banyak

digunakan oleh masyarakat Desa Dieng berkhasiat untuk menghilangkan gejala

masuk angin. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak

mengenal OHT. Hal ini kemungkinan terkait dengan responden yang tidak

memperhatikan dan tidak mengetahui jika Tolak Angin® merupakan OHT.

Begitu juga halnya dengan fitofarmaka, kemungkinan responden memang tidak

mengetahui jenis obat tradisional tersebut. Menurut Pramono (2012), produk

yang telah terdaftar pada BPOM lebih dari 13.000 jamu, sekitar 38 OHT dan 6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

fitofarmaka, sehingga hal ini dapat menjadi dasar bahwa jamu lebih dikenal

dibandingkan OHT dan fitofarmaka.

d. Pengenalan responden mengenai lambang atau logo pada jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengenalan responden

terhadap lambang atau logo jenis-jenis obat tradisional dapat digambarkan

pada grafik sebagai berikut:

100%
90%
80%
70%
60%
50% 97% 100%

40%
30% 61%

20% 39%
10% 3% 0
0%
Mengenal Tidak Mengenal Tidak Mengenal Tidak
mengenal mengenal mengenal
Lambang Jamu Lambang Obat Herbal Lambang Fitofarmaka
Terstandar (OHT)

Gambar 8. Pengenalan responden mengenai lambang atau logo pada


jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka, n=31

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 8) menunjukkan bahwa

pengenalan responden terhadap lambang atau logo, baik jamu, OHT dan

fitofarmaka tergolong rendah. Bahkan, logo pada fitofarmaka tidak ada yang

mengenal dan logo pada OHT yang mengenal hanya 3%. Hal ini kemungkinan

dikarenakan responden tidak mengetahui istilah fitofarmaka dan OHT,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

sedangkan persentase yang menyatakan mengenal logo jamu jauh lebih tinggi

karena memang istilah jamu lebih dikenal. Dari Gambar 7 menunjukkan bahwa

responden yang menyatakan mengenal jenis obat tradisional berupa jamu lebih

tinggi yaitu sebanyak 97% dibandingkan dengan OHT dan fitofarmaka,

sehingga sangat wajar apabila responden lebih mengenal logo pada jamu. Hasil

penelitian juga menunjukkan semua responden tidak mengenal logo pada

fitofarmaka. Hal ini kemungkinan dikarenakan responden yang tidak mengenal

istilah fitofarmaka. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada

Gambar 7, responden yang mengenal istilah fitofarmaka hanya sedikit yaitu

3%, sehingga ada kemungkinan lain responden tersebut tidak memperhatikan

logo pada kemasan.

Namun demikian, bukan berarti bahwa pernyataan mengenai apakah

responden mengenal logo jamu adalah benar bahwa hal tersebut adalah logo

jamu yang dimaksud berdasarkan Keputusan BPOM RI nomor

HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat

Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Berdasarkan hasil

wawancara, dapat diidentifikasikan bahwa pengenalan terhadap logo jamu

adalah logo perusahaan pada kemasan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

wawancara sebagai berikut:

“Lambangnya yang saya kenal yang air mancur dan sidomuncul, yang
ada cangkir dan tumbukannya” (S).

“Saya tahunya jamu. Kalau yang jamu sawanan itu lambangnya ibu
lagi menyusui anak” (F).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

“Gambar orang Nyonya Meneer, Jamu Jago gambar jago, Jamu


Caspleng gambar binaraga, gambar anak kecil itu jamu sariawan”
(HGT).

“Jamu lambangnya ada daunnya, daunnya ada tumbukannya” (U).

Responden mengenal logo perusahaan yang terdapat pada kemasan, yaitu Air

Mancur, Sidomuncul, Nyonya Menner dan Jamu Jago (Gambar terlampir).

Hasil kutipan wawancara responden lainnya mengungkapkan logo jamu seperti

gambar daun. Gambar daun yang dimaksud oleh responden lebih mengarah

kepada gambar kemasan, bukan berdasarkan logo berdasarkan Keputusan

BPOM RI dan logo perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengenalan logo

dari ketiga jenis obat tradisional yang dinyatakan responden adalah lebih ke

logo perusahaan obat tradisional pada kemasan. Hal ini mengindikasikan

bahwa sosialisasi logo ketiga jenis obat tradisiobal masih sangat diperlukan.

Secara umum, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Pangastuti (2014) pada masyarakat Desa

Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang

mengungkapkan bahwa logo OHT dan fitofarmaka tidak dikenal oleh

masyarakat. Namun, pada penelitian Pangastuti (2014) menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mengetahui dengan baik logo pada kemasan jamu

dengan perbedaan karakteritik masyarakat yaitu sebagian besar masyarakat

bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pendidikan terakhir adalah SD.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

e. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat menimbulkan


efek samping
Tidak tahu Dapat
3% menimbulkan
efek samping
13%
Tidak
menimbulkan
efek samping
84%

Gambar 9. Pendapat responden mengenai apakah obat


tradisional dapat menimbulkan efek samping, n=31

Berdasarkan pertanyaan “Menurut Anda, apakah obat tradisional

dapat menimbulkan efek samping?”, diketahui sebagian besar responden

menganggap obat tradisional tidak menimbulkan efek samping. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di

kalangan mahasiswa oleh Cristiana (2014).

Dari segi efek samping memang diakui bahwa tanaman obat atau obat

tradisional memiliki efek samping relatif kecil dibandingkan obat, tetapi perlu

diperhatikan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif dan konsistensinya yang

belum dijamin terutama untuk penggunaan secara rutin. Bila dikatakan obat

alam atau obat tradisional itu tidak memiliki efek samping, sekecil apapun efek

samping tersebut tetap ada. Namun, hal itu bisa diminimalkan jika diperoleh

informasi yang cukup yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis,

ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah

informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri (Katno dan

Pramono, 2008; Sari, 2006). Winata (2003) juga menegaskan bahwa sangat

keliru bila menganggap obat tradisional tidak memiliki efek samping karena
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

bagaimanapun tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional mengandung

zat aktif yang dapat menimbulkan reaksi saat berinteraksi dengan tubuh.

f. Pengetahuan responden mengenai contoh, manfaat dan cara penggunaan


obat tradisional

Pengetahuan tentang obat tradisional atau tanaman berkhasiat obat

dapat berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun

temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel V) menunjukkan obat tradisional yang

diketahui dan pernah digunakan oleh responden untuk pengobatan mandiri

beserta manfaat dan cara penggunaannya, baik jamu gendong, obat tradisional

buatan pabrik maupun obat tradisional buatan sendiri yang dapat membantu

mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.

Diperlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih obat tradisional

mana yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan jangan sampai obat

tradisional yang digunakan tidak sesuai untuk mengatasi gejala atau keluhan

sakit yang dialami. Cara menggunakan obat tradisional berbeda-beda

tergantung kenyamanan masing-masing responden dan bentuk sediaan yang

tersedia. Ada responden yang menggunakannya dengan cara diseduh atau

direbus dengan air bersih, dicampur dengan minuman atau makanan atau

langsung diminum.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

Tabel V. Daftar obat tradisional yang diketahui oleh responden untuk


digunakan dalam pengobatan mandiri
No. Nama obat Manfaat Cara penggunaan
tradisional
1. Purwoceng Untuk badan pegal-pegal Direbus 1 batang untuk 2 gelas.
dan menghangatkan badan Direbus menggunakan kuali tanah
supaya kandungannya tidak hilang.
Menyehatkan dan Ditepung daun purwoceng, jika direbus
meringankan badan bila diberi gula, 1 gelas, seperti membuat
lelah teh.
Untuk stamina Ada yang direbus dengan akar dan daun,
ada yang dibubuk dan dicampur dengan
madu.
2. Tolak Masuk angin Langsung diminum dan dapat dicampur
Angin® dengan teh.
3. Kunyit Mencegah keputihan dan Direbus kunyit yang sudah diparut,
asam/ kunir menghilangkan bau badan. diberi gula jawa dan asam jawa, 1 gelas
asam Digunakan saat diminum sesudah makan.
menstruasi.
Membersihkan daerah
kewanitaan.
4. Beras kencur Melegakan perut kalau Jamu gendong atau penjual jamu
kembung dan keliling langsung diminum.
menyegarkan tubuh.
Menambah nafsu makan.
5. Jamu Menghangatkan badan Diseduh dan langsung diminum.
sawanan melancarkan air susu ibu
(ASI)
6. Jahe Menghangatkan badan Direbus jahe 1/4 kilo, diberi gula aren
dengan 3 gelas air.
7. Kunyit dan Mencegah penyakit dan Dicuci dan direbus dengan gula jawa
kencur menambah stamina tubuh dan madu.
8. Jamu Menambah nafsu makan Direbus brotowali mentah dan
Brotowali dan mengurangi gatal. diminum.
Membersihkan darah.
9. Obat Pegal Untuk sariawan, lelah dan Diseduh untuk 1 gelas.
Linu Air pegal linu
Mancur
10. Godong Ijo Pegal linu dan kelelahan 2 kapsul sehari
11. Temulawak Menebalkan usus dan Diparut, diperas dan diminum.
dan meredakan asam lambung
temuireng
12. Jamu Godog Mengobati asam urat Direbus dan diminum.
Tradisional
Cap
Ontorejo

Purwoceng merupakan salah satu tumbuhan obat yang paling populer

di Desa Dieng karena habitat endemiknya di desa tersebut, sehingga tidak dapat

dipungkiri jika obat tradisional yang diketahui oleh responden adalah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

purwoceng. Purwoceng banyak diminati masyarakat Desa Dieng karena

berpotensi sebagai peningkat vitalitas tubuh. Kandungan vitamin E dalam

purwoceng sebagai bahan kosmetika untuk peremajaan sel-sel tubuh dan

memperbaiki kesuburan wanita (Abdiyani, 2008). Dalam hal ini, baik laki-laki

atau perempuan boleh mengonsumsi purwoceng, namun penggunaannya tetap

perlu diperhatikan.

Tolak Angin® merupakan salah satu obat tradisional yang paling

banyak digunakan dan digemari oleh masyarakat Desa Dieng. Hal ini

dikarenakan Desa Dieng merupakan desa di dataran tinggi dengan suhu udara

yang sangat dingin sehingga sebagian besar masyarakat Desa Dieng

mengomsumsi Tolak Angin®. Tolak Angin sebagai obat herbal terstandar dan

diproduksi di pabrik berstandar GMP (Good Manufacturing Process)

berkhasiat untuk menghilangkan gejala masuk angin, seperti: mual, perut

kembung, sakit kepala, tenggorokan kering, badan meriang, dan demam. Tolak

Angin terbuat dari bahan-bahan alami berkhasiat antara lain: madu, jahe, daun

mint, cengkeh dan buah adas. Tolak Angin® tersebut banyak dijual ditemukan

di warung atau toko dengan harga yang cukup murah.

Jamu menjadi pilihan bagi masyarakat karena faktor kebiasaan minum

jamu untuk pengobatan dan menjaga kesehatan dengan harga terjangkau.

Keterjangkauan inilah yang menjadi pertimbangan masyarakat memanfaatkan

jamu (Tilaar dkk., 2014). Dalam penelitian ini, jamu beras kencur dan kunyit

asam banyak diketahui oleh responden. Penggunaan kunyit asam/ kunir asam

digunakan, khususnya ibu rumah tangga untuk mencegah keputihan,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

melancarkan menstruasi dan menghilangkan bau badan. Kunyit asam yang

terbuat dari kunyit, gula jawa dan asam jawa ini merupakan jenis jamu gendong

atau jamu yang banyak dijual di pasaran, termasuk beras kencur. Menurut

Sastroamidjojo (2001), kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri

saat menstruasi dan sudah turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan jamu

kunyit asam yang sangat baik dikonsumsi saat menstruasi.

Jamu beras kencur sudah sangat populer sebagai minuman penyegar

dan memiliki banyak manfaat, seperti radang lambung, influenza pada bayi,

masuk angin, sakit kepala, batuk, menghilangkan darah kotor, diare,

memperlancar menstruasi, mata kelelahan, keseleo dan kelelahan (Nurmalina

dan Valley, 2012), sehingga tidak heran banyak masyarakat Desa Dieng yang

mengonsumsinya untuk menjaga kesehatan. Namun, diharapkan masyarakat

lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional

atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Katno dan Pramono (2008)

tentang tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional

mengungkapkan bahwa kencur (Kaempferia galanga) memang bermanfaat

untuk menekan batuk, tetapi berdampak meningkatkan tekanan darah,

sehingga bagi penderita hipertensi sebaiknya tidak dianjurkan minum jamu

beras kencur. Sama halnya pada brotowali (Tinospora sp.) yang dapat

mengganggu kehamilan dan menghambat pertumbuhan plasenta. Oleh karena

itu, perlu pengetahuan yang cukup untuk memilih obat tradisional yang sesuai

dengan penyakit yang diderita dan kontraindikasi dari obat tradisional.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

3. Sikap responden terhadap penggunaan obat tradisional

Sikap responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagaimana

pendapat atau penilaian responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk

pengobatan mandiri, respons sikap responden menyukai atau tidak menyukai

penggunaan obat tradisional dalam menjaga kesehatan atau mengobati penyakit

yang diderita dan respons sikap responden mengenai apakah obat tradisional

bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami atau tidak. Oleh karena

itu, hasil penelitian ini akan berkaitan dengan kesediaan atau kesiapan responden

untuk bertindak menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri.

a. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan hanya meminta pendapat

atau penilaian terhadap fenomena (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini adalah

pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit yang dapat

dilihat dari tabel sebagai berikut.

Tabel VI. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional


jika sakit, n=31
Pendapat responden Persentase Respons sikap
(%)
Bagus karena membantu menyembuhkan +
dan berkhasiat 45,2
Obat tradisional tidak memiliki efek +
samping, sedangkan obat modern atau kimia
banyak efek samping 16,1
Efek obat tradisional lebih lama tapi aman 12,9 +
Lebih alami 6,5 +
Lebih bagus dari obat modern atau obat yang +
dijual di warung 6,5
Penyakitnya tidak kambuh lagi setelah +
menggunakan obat tradisional 6,5
Kurang baik karena lebih baik ke dokter 3,2 -
Cukup efektif karena harganya terjangkau di +
masyarakat dan kemanjurannya ada bukti 3,2
Efek samping sedikit 3,2 +
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

Tabel VI. Lanjutan


Untuk penyakit ringan 3,2 +
Obat tradisional murah dan mudah didapat 3,2 +
Cocok bila dalam penggunaannya dapat +
membantu mengatasi gejala sakit 3,2
Cepat untuk penyembuhan 3,2 +
Obat tradisional ada bagus dan tidaknya 3,2 +/-
Keterangan: jawaban responden dapat mengandung lebih dari satu pendapat mengenai
obat tradisional jika sakit

Dari hasil penelitian (Tabel VI) dapat dilihat sikap positif dan negatif

responden terhadap obat tradisional. Persentase pendapat terbanyak mengenai

penggunaan obat tradisional jika sakit adalah bahwa obat tradisional merupakan

obat yang bagus digunakan jika responden mengalami keluhan sakit karena

bersifat dapat menyembuhkan dan sangat berkhasiat untuk kesehatan responden.

Hal ini juga didukung oleh pendapat lainnya yaitu obat tradisional tidak memiliki

efek samping dan memiliki efek yang lebih lama, serta lebih aman dibandingkan

penggunaan obat atau obat berbahan kimia atau obat yang dibeli di warung.

Berikut adalah pendapat responden yang bersifat positif dan melakukan

pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional dan obat modern

yang dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Lebih bagus dari obat modern. Kalau menggunakan obat tradisional


tidak sembuh, baru menggunakan obat modern” (RH).

Salah satu responden juga mengungkapkan bahwa obat tradisional

bagus digunakan karena melihat pengalamannya dalam mengobati penyakit

asam lambung. Pengalaman dalam menggunakan obat tradisional dalam

mengatasi keluhan sakit dan kemudian dapat menyembuhkan membuat

seseorang tidak akan mencari fasilitas kesehatan yang lebih jauh dan akan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

menggunakannya kembali jika keluhan sakit muncul kembali (Notoatmodjo,

2010). Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Bagus. Dulu pernah asam lambung, ada yang menyarankan pakai


obat tradisional, saya konsumsi dan sampai sekarang jarang kambuh”
(SH).

Menurut Gitawati dan Handayani (2008), penggunaan obat tradisional

masih digemari dan sebagian masyarakat menganggap obat tradisional aman,

bahkan lebih aman dibandingkan obat yang berupa obat kimiawi, serta dinilai

jauh lebih murah harganya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh responden,

sehingga dari sikap-sikap positif responden terhadap obat tradisional ini terlihat

kecenderungan responden untuk melakukan tindakan penggunaan obat

tradisional.

Dari hasil penelitian dapat dilihat juga sikap negatif responden

terhadap penggunaan obat tradisional. Responden mengungkapkan bahwa obat

tradisional kurang baik digunakan jika sakit, sehingga responden memilih lebih

baik menggunakan langsung obat yang diberikan oleh dokter.

b. Sikap responden menyukai atau tidak menyukai penggunaan obat


tradisional jika sakit

Tabel VII. Respons sikap responden menyukai atau tidak menyukai


penggunaan obat tradisional jika sakit, n=31
Respons sikap responden Persentase (%)
Menyukai menggunakan obat tradisional 87
Tidak menyukai menggunakan obat 13
tradisional

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VII) dapat dilihat sikap responden

yang bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif. Sikap positif untuk

cenderung melakukan tindakan adalah menyenangi atau menyukai obat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

tradisional, sedangkan sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi

atau tidak menyukai obat tradisional (Wawan dan Dewi, 2011).

Hasil penelitian (Tabel VII) menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menyukai menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan

sakit. Hal ini dikarenakan kemungkinan terkait dengan pengertian obat

tradisional yang diketahui oleh responden, yaitu obat tradisional tidak

mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan-bahan alami, serta tidak

memiliki efek samping. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Feby (2002) yang mengungkapkan bahwa

penduduk yang tinggal di desa cenderung lebih menyukai penggunaan obat

tradisional karena ketersediaan tanaman obat sebagai bahan baku obat

tradisional lebih banyak dan lebih dikenal di desa dengan asumsi bahwa

penduduk desa lebih banyak yang berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi

kurang mampu daripada penduduk kota.

c. Sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat untuk


menyembuhkan penyakit yang dialami

Tabel VIII. Respons sikap responden mengenai apakah obat


tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami,
n=31
Respons sikap responden Persentase (%)
Obat tradisional bermanfaat untuk 87
menyembuhkan penyakit yang Anda alami
Obat tradisional tidak bermanfaat untuk 0
menyembuhkan penyakit yang Anda alami
Ragu-ragu 13

Dalam penelitian ini disebutkan bahwa obat tradisional bermanfaat

untuk menyembuhkan penyakit, sehingga disarankan untuk memperbaiki


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

pernyataan tersebut pada panduan wawancara yang digunakan. Obat tradisional

bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit dalam arti obat tradisional dapat

membantu responden untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VIII) menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (87%) bersikap positif terhadap penggunaan obat tradisional yang

bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh responden,

sedangkan sisanya sebanyak 13% mengungkapkan bahwa obat tradisional

bermanfaat dan tidak bermanfaat tergantung dari penyakit yang diderita oleh

responden dan kecocokan tiap responden dalam menggunakan obat tradisional.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Dalam penelitiannya mengungkapkan

bahwa responden menganggap bahwa selama biaya yang dikeluarkan lebih

murah dan penyakit yang diderita masih tergolong ringan, dengan

menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri lebih bermanfaat

meskipun di sisi lain penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri

merugikan.

4. Tindakan responden terkait penggunaan obat tradisional untuk


pengobatan mandiri

Tindakan (practice) merupakan suatu cara mempraktekkan apa yang telah

diketahui setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus yang

diterima (Fitriani, 2011). Stimulus yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

pengetahuan dan informasi yang mereka (responden) miliki tentang pengobatan

mandiri atau swamedikasi dan obat tradisional, sedangkan prakteknya adalah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

tindakan responden apakah akan menggunakan obat tradisional untuk pengobatan

mandiri ketika responden mengeluh sakit atau tidak.

Tabel IX. Tindakan responden mengenai apakah akan menggunakan obat


tradisional ketika sakit, n=31
Respons tindakan responden Persentase (%)
Akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi 87
gejala/ sakit yang anda alami
Tidak akan menggunakan obat tradisional untuk 10
mengatasi gejala/ sakit yang anda alami
Ragu-ragu 3

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel IX) menunjukkan bahwa sebanyak

87% menyatakan akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan

sakit yang dialami oleh responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pangastuti (2014) dan Cristiana (2014). Selain itu, seperti yang

terlihat di Tabel IX, sebanyak 10% menyatakan tidak akan menggunakan obat

tradisional untuk mengatasi keluhan sakit, sedangkan 3% menyatakan ragu-ragu

karena akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan sakit

tergantung dari penyakit yang dialaminya.

Hasil penelitian ini kemungkinan berkaitan dengan sikap positif responden

terhadap penggunaan obat tradisional jika mereka sakit. Jika tidak tergolong

penyakit ringan (minor illnesses) dan membutuhkan intervensi dokter, responden

tidak akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi sakit.

Respons seseorang untuk melakukan tindakan mengobati sendiri (self

medication) dengan menggunakan obat tradisional apabila sakit dengan alasan

fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, takut dengan dokter, takut

pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya. Masyarakat sudah percaya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu

melakukan pengobatan mandiri sudah dapat menyembuhkan. Hal ini

mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan dan akan

menggunakannya untuk mengatasi penyakit (Notoatmodjo, 2010). Responden yang

tidak akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/sakit yang

dialami, dalam hasil wawancara memilih untuk langsung ke dokter.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional di kalangan

masyarakat Desa Dieng adalah sebagian besar responden perempuan (68%),

berusia 32-38 tahun, sudah menikah (84%), pendidikan terakhir SLTA/ SMA/

SMK (45%), jenis pekerjaan pedagang atau wiraswasta (36%) dan

pendapatan per bulan ≥ Rp 1.000.000,00 sampai < Rp 1.500.000,00 (32%).

2. Sebagian besar responden di kalangan masyarakat Desa Dieng yang

menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri mengungkapkan

obat tradisional seperti halnya jamu. Tanaman Purwoceng (Pimpinella

pruatjan Molk.) banyak digunakan dan bentuk sediaan cairan yang paling

banyak dikenal. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak

dikenal dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun,

pengetahuan mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih

rendah. Sebagian besar responden memberikan sikap positif terhadap

penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang

dialami, sehingga terdapat kecenderungan melakukan tindakan penggunaan

obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

B. Saran

1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan dan sikap terhadap

tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri dan

hubungan antara karakteristik responden terhadap perilaku pengobatan

mandiri terkait obat tradisional.

2. Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan terkait pengunaan obat tradisional

untuk pengobatan mandiri kepada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan

Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, karena berdasarkan hasil

penelitian, pengetahuan sebagian besar responden terutama penggunaan obat

tradisional masih perlu ditingkatkan.

3. Meningkatkan peran tenaga kesehatan, khususnya apoteker atau farmasis

untuk dapat memberikan informasi mengenai penggunaan obat tradisional,

sehingga diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan

menggunakan suatu produk obat tradisional atau tanaman obat dalam upaya

kesehatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani, S., 2008, Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat Di


Dataran Tinggi Dieng
 (The Diversity Of Understories Medicinal Plants
In Dieng Plateau), Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5 (1),
79-92.

Adikuntati, Y. M., 2008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan


dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2015, Indikator Kesehatan 1995-2012, Jakarta, 30-33.

Berardi, R. R., et al., 2002, Handbook of Nonprescription Drugs an Interactive


Approach to Self-Care, American Pharmacist Association, Washington,
pp. 4-8.

Citahasri, A., 2008, Profil Pelaksanaan Swamedikasi di Beberapa Apotek di


Wilayah Surabaya Timur (Studi pada Swamedikasi atas Dasar Keluhan),
Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Cristiana, E., 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional
dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan
Mandiri di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Indonesia.

Darwati I. dan Roostika, I., 2006, Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina
Molk.) di Indonesia, Buletin Plasma Nutfah, 12(1), 9-15.

Dharmasari, S., 2003, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Pengobatan Sendiri yang Aman, Tepat dan Rasional pada Masyarakat
Kota Bandar Lampung Tahun 2003, Tesis, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Djunarko, I. dan Hendrawati, Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT
Intan Sejati, Klaten, hal. 6-9.
Emzir, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Rajagrafindo
Persada, Jakarta, hal. 283-284.
Figueras, A., Caamano, F., and Gestal-Otero, J. J, 2000, Sociodemographic
factors related to self medication, European Journal of Epidemiology, 16
(1), 19-26.

66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

FIP dan WSMI, 1998, Responsible Self-Medication, Joint Statement by The


International Pharmaceutical Federation and The World Self-Medication
Industry.
Fitriani, S., 2011, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 124-140.
Gitawati, R. dan Handayani, R.S., 2008, Profil Konsumen Obat Tradisional
terhadap Ketanggapan akan Adanya Efek Samping Obat Tradisional,
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 11 (3), 283-288.
Handayani, L. dan Suharmiati, 2002, Meracik Obat Tradisional Secara Rasional,
Medika, No. 10, Tahun XXVIII, 648-651.
Hardon A, Hodgkin C, and Fresle D., 2004, How to investigate the use of
medicines by consummers, World Health Organisation, Swit-zerland. p.
64.
Harmanto, N. dan Subroto, M. A., 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek
Samping, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Herdiansyah, H., 2015, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi,
Salemba Humanika, Jakarta Selatan, hal. 189.
Hidayati, A., dan Perwitasari, D. A., 2011, Persepsi Pengunjung Apotek
Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di
Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta,
Prosiding Seminar Nasional Homecare, Fakultas Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2011, Informasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia, Volume 46, ISFI Penerbitan, Jakarta, hal.537.
Istaminingdyah, R., 2008, Dasar-Dasar Pertimbangan Upaya Pengobatan Sendiri
pada Masyarakat di Kabupaten Klaten, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Ahmad Dahlan.
Katno dan Pramono, S., 2008, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional, Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu,
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada.
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004,
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.00.05.4,2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, BPOM RI, Jakarta.
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004,
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK. HK.00.05.41.1384 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmak,


BPOM RI, Jakarta.
Kristina, S. A., Prabandari, Y. S., Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan
Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan
Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 32-
40.
Krithikadatta, J., 2014, Normal Distribution, J Conserv Dent, 17(1), 96–97.
Kurniasari, V. Y., 2007, Hubungan antara Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi
dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa
Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah
Iatimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Melina, F., 2011, Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dengan Perilaku
Ibu Dalam Mendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita di Posyandu
Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul, Skripsi,
Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia.
Meriati, N. W. E., Goenawi, L. R., dan Wijoyo, W., 2013, Dampak Penyuluhan
Pada Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat
Batuk Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang, Jurnal Ilmiah Farmasi, 2
(03), 2302-2493.
Mulyana, D., 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
hal. 182.
Mulyani, D. S., 2013, Studi Pemahaman dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada
Pasien Poliklinik Penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, hal. 94-100.
Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta, hal. 20-
22, 26-32, 76, 107-108, 140,146.

Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,


hal. 35-37.

Noviana, F., 2011, Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada
Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

Nurmalina, R. dan Valley, B., 2012, 24 Herbal Legendaris untuk Kesehatan


Anda, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 415-430.

Pangastuti, R. M., 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat


Tradisional dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk
Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan
Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Pokja Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012, Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Wonosobo Provinsi Jawa Tengah.
Pramono, S., 2012, Sinergi Langkah Kebijakan Berbagai Instansi Pemerintah
untuk Mengoptimalkan Program Pengembangan Jamu, Makalah Seminar
Nasional Aspek Budaya, Kebijakan dan Filosofi Sains Jamu IICC, Bogor.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2011, Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014, Bakti Husada,
Jakarta.
Rahayu, M., Rugayah, Praptiwi, dan Hamzah, 2002, Keanekaragaman
pemanfaatan tumbuhan obat oleh suku Sasak di Taman Nasional Gunung
Rinjani-Nusa Tenggara Barat, Prosiding Simposium Nasional II
Tumbuhan Obat dan Aromatik, Kehati, LIPI, Apinmap, Unesco dan JICA,
Bogor.
Rinukti dan Widayati, 2005, Hubungan Antara Motivasi Dan Pengetahuan Orang
Tua Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep
Untuk Anak-Anak RW V Di Kelurahan Terban Tahun 2004, Sigma Jurnal
Sains dan Teknologi, 8(1), 25-33.
Sari, L. O. R. K., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1), 01-07.
Sarosa, S., 2012, Penelitian Kualitatif: Dasar- Dasar, PT. Indeks, Jakarta Barat,
hal. 70.
Sastroamidjojo. S., 2001, Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, hal.170.
Sarwono, S., 2007, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal.1-3.
Shankar, P. R., Partha, P., and Shenoy, N., 2002, Self-medication and non-doctor
prescription practices in Pokhara valley, Western Nepal: a questionnaire-
based study, BMC Family Practice, 3 (17).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

Sudibyakto, Yunianto, T., Suripto, B. A., dan Kurniawan, A., 2002, Pemetaan
Kondisi Sumber Daya Alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng, Prosiding
Seminar Hasil-Hasil Penelitian Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Supardi, S. dan Susyanty, A. L., 2010, Penggunaan Obat Tradisional dalam
Upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun
2007), Buletin Penelitian Kesehatan, 38 (2), 80-89.
Supardi, S. dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala,
Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2 (3), 134-144.
Supardi, S., Jamal, S., dan Raharni, 2005, Pola Penggunaan Obat, Obat
Tradisional dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia,
Bul. Penel. Kesehatan, 33(4), 192-198.
Tilaar, M. dan Widjaja, B. T., 2014, The Power of Jamu: Kekayaan dan Kearifan
Lokal Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 115, 195, 182-
183.
Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, hal. 1, 13-16, 27-39.
Wawan, A. dan Dewi, 2011, Teori dan Pengukuran: Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta, hal. 34, 56.

WHO, 1998, The role of the pharmacist in self- care and self medication, World
Health Organisation, Geneva, pp. 2-3.
WHO, 1988, Guidelines for Developing National Drug Policies, World Health
Organisation, Geneva, pp. 31-33.
Widayati, A., 2012, Health Seeking Behavior di Kalangan Masyarakat Urban di
Kota Yogyakarta, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 9(2), 59-65.
Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., and Hiller, J.E., 2012, Beliefs About
the Use of Nonprescribed Antibiotics Among People in Yogyakarta City,
Indonesia: A Qualitative Study Based on the Theory of Planned Behavior,
Asia-Pacific Journal of Public Health, 20 (10), 1-12.

Winata, S. D., 2003, Cara Bijak Menggunakan Obat Herbal, Meditek, 11(29), 50-
55.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN

71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

Lampiran 1. Surat izin penelitian


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

Lampiran 2. Ethical clearance


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

Lampiran 3. Informed consent

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN tentang


“Penggunaan Obat Tradisional dan Obat Modern”, yang akan dilakukan oleh Tim
Penelitian, yaitu:
Ketua Peneliti : Aris Widayati, M.Si., Apt., PhD.
Anggota : Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc.
Yeni Mardiati Pasaribu
Lusia Jois Mariana
Natalia Putri Arumsari
Veronika
Dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dengan ini saya juga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Saya telah diberi informasi mengenai penelitian ini, diberi hak bertanya
tentang penelitian ini dan diberi hak didampingi oleh orang yang saya
tunjuk ketika informasi mengenai penelitian ini disampaikan kepada saya.
2. Saya telah dijelaskan bahwa saya mungkin tidak akan secara langsung
menerima manfaat dari hasil penelitian ini, namun saya juga telah
diberitahu bahwa hasil penelitian akan dimanfaatkan untuk kepentingan
ilmiah.
3. Saya juga telah diinformasikan bahwa data yang saya berikan akan
digunakan sepenuhnya hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak ada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

aspek komersial.
4. Saya juga telah diinformasikan bahwa data pribadi saya akan dirahasiakan,
jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka nama saya akan disamarkan.
5. Saya telah diberitahu bahwa penelitian ini adalah dalam pelaksanaannya
telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang,
6. saya tahu bahwa data yang saya berikan akan disimpan oleh peneliti
selama setidaknya tiga tahun ke depan

Wonosobo,………..…………..2015
Yang menyatakan,

(…………………………………)

Saksi,

(………………………………….)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

Lampiran 4. Panduan wawancara

PANDUAN WAWANCARA
“PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN UNTUK
PENGOBATAN MANDIRI”

Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah


masyarakat dewasa di kawasan dataran tinggi Dieng yang berusia ≥ 18 tahun yang
pernah melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir, baik laki-laki
ataupun perempuan dan bersedia wawancara.
Kunci Komponen Pendahuluan
 Perkenalan wawancara
 Ucapan terimakasih atas kesediaannya berpartisipasi sebagai responden
 Tujuan datang ke responden dengan menguraikan secara garis besar
tentang penelitian
 Penjelasan mengenai kerahasiaan responden
 Penjelasan bagaimana wawancara akan dilakukan dan durasi wawancara

Data diri responden


a. Nama :
b. Alamat dan No.Telp :
c. Usia :
d. Jenis kelamin :
e. Pekerjaan :
f. Status pernikahan :
g. Pendidikan terakhir :
h. Pendapatan per bulan :
a.Kurang dari Rp 300.000,00
b.Antara Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00
c.Antara Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00
d.Antara Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

c.Lebih dari Rp 2.000.000,00

1. Apakah Anda pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau


swamedikasi?
2. Jika Anda pernah mendengar istilah tesebut, dari mana Anda mendapatkan
informasinya?
3. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan pengobatan sendiri?
4. Apakah semua obat dapat dibeli untuk pengobatan sendiri tanpa periksa ke
Puskesmas/RS/dokter praktek?

=======

5. Apakah Anda pernah mendengar tentang obat bebas atau bebas terbatas? Jika
pernah:
a. Dimanakah obat tersebut bisa dibeli?
b. Apakah ketika membeli obat tersebut harus dengan resep dari dikter?
c. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tersebut? (tablet, kapsul, serbuk, cairan,
dll)
6. Apakah Anda pernah melihat lambang pada kemasan obat tersebut?
a. Jika pernah, seperti apa lambang tersebut dan arti dari lambang tersebut,
gambarkan lambanganya?

=====

7. Apakah Anda pernah menggunakan obat atau memperoleh obat dari


orang lain untuk digunakan mengatasi sakit (tanpa perksa ke
Puskesmas/RS/dokter praktek) dalam satu bulan terakhir ini?
APABILA PERNAH:
a. Berapa kali dalam satu bulan terakhir ini?
b. Apakah Anda menggunakan atau memperoleh/diberi orang lain?
i. Jika Anda memperoleh obat tersebut dengan cara membelinya,
dimanakah obat tersebut Anda beli? Berapa jarak antara tempat tinggal
Anda dengan tempat untuk membeli obat tersebut? Berapa harganya?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

ii. JIka Anda memperoleh obat tersebut dari orang lain, siapakah yang
meemberikanya?

c. Untuk siapakah obat tersebut? (apakah untuk diri sendiri atau orang
lain/keluarga, dll… mohon sebutkan)
d. Apa nama obatntya?
e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat
tersebut?
f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan)
mengkonsumsi obat tersebut? Cara pakai obat tersebut?
g. Dalam bentuk apa obat tersebut (tablet, sirup, serbuk, dll)?
h. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut?
i. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya?
j. Apakah ada efek samping yang dirasakan?
k. Mengapa Anda memilih obat tersebut?
l. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai obat yang Anda beli (atau
yang diberi oleh orang lain) tersebut?
m. Mengapa Anda (atau orang yang menggunakan oabt tersebut) tidak
memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/dokter, tetapi memilih meminum
obat tersebut?
n. Apakah Anda (orang yang mengguakan obat tersebut) sembuh setelah
diobati dengan obat tersebut?

=======

8. Apakah Anda mengenal obat tradisional?

a. Mohon bisakah dijelaskan, apakah yang dimaksud dengan obat tradisional


menurut Anda?

b. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tradisional yang Anda kenal (tablet, pil,
kapsul, serbuk, cairan, dll)

c. Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat


herbal terstandar dan fitofarmaka? Jika mengenal, mohon dijelaskan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

i. Apakah Anda mengenal lambang JAMU pada kemasan/bungkus


jamu? Jika iya, mohon digambarkan. PERTANYAAN SERUPA
JUGA UNTUK HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA.

9. Sebutkan satu contoh obat tradisional, manfaatnya dan cara penggunaannya.

10. Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping?

11. Apakah Anda (atau keluarga Anda) pernah menggunakan obat tradisional
untuk mengobati penyakit selama satu bulan terakhir? JIKA PERNAH:

a. Seberapa sering Anda menggunakan obat tradisional (dalam satu bulan


terakhir)?
b. Apakah nama obat tradisional yang Anda gunakan?
c. Untuk siapa obat tradisional tersebut?
d. Dalam bentuk apa obat tradisional tersebut?
e. Untuk mengobati penyakit apa?
f. Darimana Anda memperolehnya?Kalau membeli, membeli obat tradisional
dimana? Jarak antara tempat tinggal dan temapt membeli obat
tradisional?Berapa harganya?
g. Bagaimana Anda menggunakannya? (ATURAN PAKAI DAN CARA
PAKAI)
h. Berapa lama Anda menggunakannya?
i. Apakah Anda sembuh setelah menggunakan obat tradisional tersebut?
j. Adakah efek samping yang Anda rasakan?
k. Apakah obat tradisional tersebut pernah digunakan sebelumnya?
l. Dari manakah Anda mengetahui mengenai obat tradisional yang Anda
gunakan tersebut?
m. Apakah alasan Anda menggunakan obat tradisional tersebut?
n. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut untuk
mengatasi penyakit yang dialami (dibandingkan memeriksakan diri ke
Puskesmas atau Rumah Sakit atau dokter praktek?

======
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

12. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat tradisional jika Anda
sakit?

13. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat modern jika Anda
sakit?

14. Apakah Anda menyukai menggunakan obat tradisional?

15. Apakah Anda menyukai menggunakan obat modern?

16. Apakah menurut Anda menggunakan obat tradisional bermanfaat untuk


menyembuhkan penyakit yang Anda alami?

17. apakah menurut Anda menggunakan obat modern bermanfaat untuk


menyembuhkan penyakit yang anda alami?

======

18. Apakah Anda akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi


gejala/sakit yang anda alami?

19. Apakah Anda akan menggunakan obat modern untuk mengatasi gejala/sakit
yang anda alami?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan

Gambar 1 Gambar 2
Logo PT. Air Mancur Logo PT. Jamu Jago

Gambar 3 Gambar 4
Logo PT. Njonja Meneer Logo PT. Sidomuncul
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

Lampiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

www.wonosobocommunity.com
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Lusia Jois Mariana lahir di


Kudap pada tanggal 15 Juni 1994, merupakan anak kedua
dari pasangan Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia
Sarjinem. Penulis telah menempuh pendidikan awal di
TK Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 1998-2000,
SD Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 2000-2002
dilanjutkan ke SD Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun
2002-2006, SMP Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun
2006-2009, SMA Santa Maria Pekanbaru pada tahun
2009-2012. Seusai menempuh pendidikan di jenjang
SMA, penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
tahun 2012. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif
dalam kegiatan kampus yaitu menjadi Sekretaris “Donor Darah JMKI 2014” dan
“Kampanye Informasi Obat 2014”, anggota Sie. Acara “Pelayanan Kesehatan
Gratis Dies Natalis ke-59 USD”, anggota aktif Herbal Garden Team (HGT), serta
aktif menjadi asisten dosen praktikum Biokimia untuk tahun akademik 2014/2015
dan 2015/2016. Prestasi yang pernah diraih sebagai mahasiswa adalah anggota
PKM-Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul PINBOL ANTIK (Pengenalan
Simbol-Simbol Kemasan Plastik dan Pengolahan Sampah Plastik) dengan Siswa-
Siswi Kelas III dan IV SDN Karangasem Condongcatur yang berhasil lolos didanai
oleh DIKTI pada tahun 2015.

84

Anda mungkin juga menyukai