Anda di halaman 1dari 6

1 http://jurnal.fk.unand.ac.

id

Artikel Penelitian

Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir (Uncaria gambir


roxb) terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Jaringan Hati
Tikus (Rattus novergicus) Galur Wistar dengan Induksi
Jurnal Kesehatan Andalas.Diet
2020

Tinggi Lemak
Ariva Afriana Husni1, Rauza Sukma Rita2, Rizki Rahmadian3

Abstrak
Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) adalah keadaan jumlah lemak di hati melebihi 5,5% massa hati dan
merupakan penyakit hati yang paling sering ditemukan jika dibandingkan dengan penyakit hati lainnya di dunia juga
memiliki keterkaitan dengan obesitas. Prevalensi NAFLD di dunia yaitu sekitar 17-33% populasi dunia, sedangkan
pada populasi obesitas sekitar 75%. Faktor risiko NAFLD adalah keadaan lemak berlebih atau obesitas disertai
penurunan aktivitas enzim antioksidan yang mengakibatkan stres oksidatif hingga peningkatan signifikan
malondialdehid (MDA) di jaringan hati. Keadaan ini berhubungan dengan kebiasaan diet tinggi lemak yang banyak
dijadikan gaya hidup saat ini, sehingga meningkatkan aktivitas oksidasi dalam tubuh bahkan perlemakan hati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian isolat katekin gambir (Uncaria gambir roxb) terhadap
kadar malondialdehid (MDA) jaringan hati tikus (Rattus novergicus) galur wistar dengan induksi diet tinggi lemak.
Model penelitian ini adalah true experimental dengan bentuk penelitian post test-only control group design. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalah simple random sampling dan didapatkan 30 ekor tikus yang sesuai
dengan kriteria yang ditentukan. Teknik pengumpulan data menggunakan Thiobarbituric Acid Reactive Substance
(TBARS) assay untuk mengukur kadar malondialdehid dalam jaringan hati. Data dianalisis dengan uji One Way
Anova. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian isolat katekin gambir selama 14 hari menurunkan
kadar malondialdehid (MDA) jaringan hati tikus induksi diet tinggi lemak dengan dosis optimal 40 mg/kgBB/hari. Uji
One Way Anova didapatkan nilai p = 0,012. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara isolat katekin gambir dengan kadar malondialdehid (MDA) jaringan hati tikus induksi diet tinggi lemak
dengan semakin tinggi dosis isolat katekin gambir semakin menurunkan kadar MDA jaringan hati.
Kata kunci: isolat katekin, gambir, malondialdehid jaringan hati, diet tinggi lemak.

Abstract
Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) is a condition where the amount of fat in the liver exceeds 5.5%
liver mass and is the most common liver disease when compared with other liver diseases in the world also has a
relationship with obesity. The prevalence of NAFLD in the world is around 17-33% of the world's population, whereas
in the obese population around 75%. A risk factor for NAFLD is the state of excess fat or obesity accompanied by a
decrease in the activity of antioxidant enzymes that cause oxidative stress to a significant increase in malondialdehyde
(MDA) in liver tissue. This situation is related to high-fat dietary habits which are used as a lifestyle nowadays, thus
increasing oxidation activity in the body and even fatty liver. This study aims to determine the effect of the
administration of gambier catechin isolates (Uncaria gambir roxb) to the levels of malondialdehyde (MDA) liver tissue
of white rat (Rattus novergicus) wistar strain by induction of a high-fat diet. This research is true experimental with post
test-only control group design. The sampling technique used was simple random sampling and obtained 30 white rat
that fit the specified criteria. Techniques to collect data used Thiobarbituric Acid Reactive Substance (TBARS) assay
method to measure levels of malondialdehyde in liver tissue. Data were analyzed by One Way Anova test. Based on
the results of the study it was found that the administration of catechin isolate of gambier for 14 days reduced the
levels of malondialdehyde (MDA) in liver tissue of the white rat that induced by high-fat diet with an optimal dose of 40
mg/kgBW/day. The result of One Way Anova Test is p = 0.012. In this study, it was concluded that there was a
significant relationship between catechin isolate of gambier and malondialdehyde (MDA) level in liver tissue in rats
induced by a high-fat diet with higher dose of gambier’s catechin isolate, the more the level of malondialdehyde of liver
tissue decrease.
Keywords: catechin isolate, gambier, malondialdehyde liver tissue, high fat diet.

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran PENDAHULUAN


Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Biokimia FK UNAND, 3.
Bagian Ilmu Bedah FK UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada zaman modern ini pola makan dengan
Korespondensi :Ariva Afriana Husni, email: arivahusni@gmail.com asupan tinggi kolesterol, gaya hidup tak sehat, dan
Telp: +6282115111640 faktor genetik dapat meningkatkan resiko obesitas dan
hiperlipidemia. Obesitas adalah keadaan berat badan
2 http://jurnal.fk.unand.ac.id

meningkat melebihi batas kebutuhan fisik dan tulang pada mitokondria dan berujung pada perlemakan hati
akibat akumulasi lemak yang berlebih dalam tubuh hingga Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD).9
yaitu dengan Body Mass Index (BMI) lebih dari 30 kg / Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
m2.1,2 merupakan penyakit hati yang paling sering ditemukan
Obesitas termasuk kejadian yang sering jika dibandingkan dengan penyakit hati lainnya di
ditemukan dan terus meningkat baik di dunia maupun dunia dan memiliki keterkaitan dengan obesitas. Non
di Indonesia, hal ini didukung dengan pernyataan dari Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) adalah
data-data yang telah dipublikasikan. World Health keadaan jumlah lemak Jurnal
di Kesehatan Andalas.
hati melebihi 5,5% 2020
massa
9
Organization (WHO) pada tahun 2016 menyatakan hati. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
lebih dari 1,9 milyar individu usia 18 tahun, sekitar merupakan penyakit kelainan hati yang paling sering
39%, mengalami overweight dan lebih dari 650 juta ditemukan di seluruh dunia.5 Prevalensi NAFLD di
individu dari data tersebut obesitas. Obesitas dunia yaitu sekitar 17-33% populasi dunia, sedangkan
mengalami peningkatan prevalensi menurut data yang pada populasi obesitas sekitar 75%.8 Kasus NAFLD di
dicatat sejak tahun 1975 hingga 2016 sebanyak populasi benua bagian Barat maupun Asia mengalami
kurang lebih tiga kali lipat.3 Overweight memiliki peningkatan sebanyak 15-39%.5 Kasus NAFLD
prevalensi sebanyak 21,5% dengan 19,4% pada pria dilaporkan sedang berkembang pada 30% populasi
dan 23,7% pada wanita di Asia Tenggara menurut Indonesia pada tahun 2002.12 Faktor risiko NAFLD
WHO pada tahun 2017.4 Indonesia menempati urutan adalah keadaan lemak berlebih atau obesitas disertai
ke-21 dalam prevalensi overweight dan obesitas, penurunan aktivitas enzim antioksidan yang
dengan prevalensi obesitas di dunia sebanyak mengakibatkan stres oksidatif hingga peningkatan
774.000.000 menurut publikasi penelitian tahun 2018.5 signifikan MDA di jaringan hati, jantung, dan ginjal.13
Indonesia memiliki prevalensi obesitas pada individu Malondialdehid (MDA) digunakan untuk
dewasa sebanyak 28% populasi, menurut data mengetahui aktivitas peroksidasi lipid dalam tubuh,
penelitian survei kesehatan nasional oleh Harbuwono sehingga bisa dipertimbangkan apakah individu
dkk tahun 2018.6 Indonesia Health Profile (IHR) pada tersebut butuh tambahan antioksidan dari luar tubuh.
tahun 2017 menyatakan prevalensi overweight di Malondialdehid (MDA) adalah produk peroksidasi lipid
Sumatra Barat berada pada peringkat 32 hingga 33 berupa ketoaldehid pada reaksi asam lemak tak jenuh
dari 34 provinsi dengan prevalensi 0,9% pada individu dan bersifat mutagenik pada sel.10 Radikal bebas
usia 0-59 bulan dan peringkat 22 hingga 25 dari 34 hidroksi atau ROS bereaksi terhadap Polyunsaturated
provinsi dengan prevalensi 1,3% pada individu usia 0- Fatty Acid (PUFA) yang menyebabkan peroksidasi
23 bulan.7 lipid hingga membentuk MDA.14,15 Malondialdehid
Kebiasaan diet tinggi lemak yang banyak dapat digunakan sebagai biomarker stress oksidatif.10
dijadikan gaya hidup saat ini dapat meningkatkan Thiobarbituric Acid Reactive Subtance (TBARS) assay
aktivitas oksidasi dalam tubuh, diantaranya memanfaatkan reaksi MDA terhadap Thiobarbituric
peroksidasi lipid. Diet tinggi lemak atau konsumsi Acid (TBA) untuk mengevaluasi aktivitas peroksidasi
lemak lebih dari 25% kebutuhan energi (sekitar 47 lipid dalam tubuh. Pengukuran peroksidasi lipid dapat
gram/hari) mengakibatkan peningkatan kadar lipid menggunakan plasma atau jaringan tubuh.16,17
yang diabsorbsi dari saluran pencernaan.8 Pembuluh Penderita gangguan hati akibat diet tinggi lemak,
darah mengedarkan lipid ke jaringan tubuh yang mengalami peningkatan produksi MDA, sehingga
merupakan tempat penyimpanan utama lipid. untuk menyeimbangkan keadaan oksidan yang
Peningkatan lipid di jaringan ini menyebabkan meningkat dibutuhkan upaya meningkatkan jumlah
adiposapathy sehingga meningkatkan asam lemak antioksidan dari luar tubuh.18
bebas atau Free Fatty Acid (FFA) di darah, Antioksidan menghambat oksidasi dan sangat
selanjutnya menuju ke hati sesuai sistem vaskularisasi dibutuhkan tubuh diantaranya yaitu antioksidan natural
tubuh. Free Fatty Acid (FFA) masuk kedalam siklus seperti flavonoid turunan katekin dalam gambir.
krebs yang meningkatkan pelepasan elektron bebas Antioksidan adalah zat yang memperlambat,
sehingga terjadi peningkatan Reactive Oxidative mencegah, atau menghilangkan kerusakan oksidatif
Species (ROS) hingga peroksidasi lipid di hati.9 pada molekul. Antioksidan menghambat proses
Reactive Oxidative Species (ROS) mengoksidasi oksidasi bahkan dalam konsentrasi kecil dan memiliki
asam lemak tak jenuh, merusak membran sel, dan fungsi fisiologis yang bermacam-macam pada tubuh.
menginisiasi peroksidasi lipid yang menghasilkan Antioksidan merupakan pertahanan pertama dalam
produk akhir Malondialdehid (MDA).10 tubuh untuk melawan kerusakan akibat radikal bebas
Stres oksidatif hingga peroksidasi lipid akibat dan merupakan zat penting dalam mencapai
diet tinggi lemak ini dapat menyebabkan perlemakan kesehatan yang optimal. Antioksidan menurunkan
berlebih di hati. Peroksidasi lipid adalah proses risiko penyakit kronik. Beberapa tipe antioksidan
oksidan ,seperti radikal bebas, yang menyerang lipid diantaranya yaitu antioksidan natural, antioksidan
mengandung karbon-karbon ikatan ganda khususnya sintetis, antioksidan dietary, antioksidan endogenous,
Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) atau asam dan antioksidan exogenous. Salah satu antioksidan
lemak.11 Oksidan merupakan penyebab utama natural dari tanaman yaitu flavonoid berfungsi sebagai
perlemakan hati. Oksidan menyebabkan disfungsi “biological respons modifier” pada manusia. Flavonoid
berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi, anti virus,
3 http://jurnal.fk.unand.ac.id

anti penuaan, dan anti aktivitas karsinogenik.18 Salah gambir dengan dosis 10 mg/kgBB/hari, 20
satu turunan flavonoid yaitu katekin terdapat dalam mg/kgBB/hari, 40 g/kgBB/hari dan variabel
Uncaria gambir Roxb.10,19 dependennya adalah kadar malondialdehid (MDA)
Gambir sebagai tanaman budidaya komoditi jaringan hati. Penelitian dilakukan dari bulan Mei-
ekspor dari Sumatra Barat memiliki banyak manfaat Desember 2019 di Laboratorium Biokimia Fakultas
diantaranya sebagai antioksidan natural yang lebih Kedokteran Universitas Andalas, Laboratorium
dianjurkan dibandingkan antioksidan sintetis. Gambir Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Andalas,
mengandung katekin dan asam katechu tannat yaitu dan Laboratorium Jurnal Kesehatan
Biomedik Andalas.
Fakultas 2020
Kedokteran
turunan flavonoid dengan aktivitas antioksidan yang Universitas Andalas.
dominan diantaranya kandungan zat lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih
Antioksidan dalam gambir dapat mencegah jantan (Rattus novergicus) galur Wistar yang berumur
progresifitas penyakit jantung dan peroksidasi lipid 8-12 minggu, dengan berat badan awal berkisar 200
yang menghasilkan produk akhir malondialdehid -250 gram yang didapatkan dari Laboratorium
(MDA). Gambir bermanfaat sebagai anti bakteri, anti Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
cacing, pengobatan tukak lambung, bahkan Sampel penelitian yang dipilih adalah tikus
perangsang susunan saraf otonom. Provinsi pada yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki
Pulau Sumatera seperti provinsi Sumatera Barat, kriteria eksklusi. Kriteria inklusi subjek: Tikus putih
Sumatera Selatan, dan Bengkulu adalah tempat- jantan (Rattus novergicus) berusia 8 – 12 minggu,
tempat yang umum untuk membudidaya gambir. berat badan 200 - 250 gram dan tidak terdapat cacat
Sumatra Barat memproduksi gambir 90% dari anatomi. Kriteria eksklusi subjek: Tikus tampak sakit
produksi gambir daerah lain. Gambir merupakan (gerakan tidak aktif, tidak mau makan, rambut rontok).
tanaman komoditi ekspor Indonesia ke beberapa Data diperoleh dengan cara mengukur kadar
negara diantaranya Pakistan, Singapura, India, malondialdehid (MDA) jaringan hati hewan coba
maupun Bangladesh.20 Isolat katekin gambir adalah dengan menggunakan Thiobarbituric Acid Reactive
senyawa aktif yang didapatkan dari bahan tanaman Subtance (TBARS) assay. Thiobarbituric Acid
uncaria, yaitu gambir, dengan pengisolasian Reactive Subtance (TBARS) assay memanfaatkan
menggunakan metode pratisi dengan cairan pelarut reaksi MDA terhadap Thiobarbituric Acid (TBA) untuk
ethyl acetate. Isolat katekin gambir yang digunakan mengevaluasi aktivitas peroksidasi lipid dalam tubuh
merupakan isolat katekin yang telah terstandarisasi di pada plasma maupun jaringan tubuh dengan alat
Indonesia.21 Katekin merupakan antioksidan natural bantu yaitu spektrofotometer mikrolab digital.16,17,25
yang lebih dianjurkan dalam upaya penambahan Data dianalisis secara statistik berdasarkan
antioksidan kedalam tubuh dikarenakan katekin lebih variabel yang dinilai menggunakan sistem
stabil dalam penelitian in-vitro, in vivo, dan metode komputerisasi yaitu analisis univariat dan bivariat.
fisik lainnya, sedangkan jika menambahkan Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi
antioksidan sintetis berlebih pada makanan dapat frekuensi dari variabel. Analisis bivariat dilakukan
menyebabkan keracunan atau mutagen bahkan untuk menganalisis hubungan antara variabel
mengancam kesehatan konsumen walaupun memiliki independen dan variabel dependen. Hubungan dua
efek yang kuat dalam melindungi kualitas makanan variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan uji
dalam pendistribusian makanan.22,23 One Way Anova dan dikatakan bermakna bila p <
Data mengenai kejadian obesitas dan NAFLD 0.05.
yang tinggi di Indonesia dan dibutuhkannya
antioksidan tambahan dari luar tubuh untuk mencegah HASIL
NAFLD yang menyebabkanpe peneliti merasa perlu Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk
untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh mengetahui pengaruh pemberian isolat katekin gambir
pemberian isolat katekin gambir (Uncaria gambir roxb) (Uncaria gambir Roxb) terhadap kadar malondialdehid
dalam menurunkan kadar malondialdehid (MDA) pada (MDA) jaringan hati tikus putih induksi diet tinggi
jaringan hati tikus putih (Rattus novergicus) galur lemak. Hewan percobaan penelitian ini adalah 30 ekor
wistar dengan diinduksi diet tinggi lemak sehingga tikus putih jantan (Rattus novergicus) berusia 8-12
dapat mempublikasikan informasi ilmiah efek minggu, berat badan 200 - 250 gram tanpa cacat
antioksidan isolat katekin gambir sebagai tambahan anatomi yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu
antioksidan luar tubuh dan mencegah komplikasi kelompok kontrol negatif (K-), kelompok kontrol positif
obesitas yaitu NAFLD. (K+), kelompok perlakuan satu (P1), kelompok
perlakuan dua (P2), dan kelompok perlakuan tiga (P3).
METODE Selama penelitian tidak ada tikus yang mati. Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas
model true experimental design dan bentuk penelitian Kedokteran Universitas Andalas, Laboratorium
post test-only control design yaitu penelitian dengan Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Andalas,
mengintervensi variabel dari subjek penelitian dan dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
mengobservasi efek dari intervensi tersebut hanya Universitas Andalas.
pada saat setelah perlakuan diberikan.24 Variabel
independennya adalah pemberian isolat katekin
4 http://jurnal.fk.unand.ac.id

Fahrudin et al tahun 2015 menyatakan katekin dalam


gambir berpotensi hepatoprotektor, sehingga dapat
menurunkan kadar malondialdehid (MDA) jaringan
hati.26 Penelitian oleh Alioes et al tahun 2019
Tabel 1 Rerata kadar Malondialdehid (MDA) jaringan membuktikan bahwa isolat katekin gambir mampu
hati tikus setelah pemberian isolat katekin gambir menurunkan kadar triasilgliserol darah.27 Penelitian
pada kelompok perlakuan. oleh Samarghandian et al tahun 2017 menunjukkan
Rerata kadar MDA bahwa katekin mampu Jurnalmenurunkan
Kesehatan Andalas. 2020
kadar glukosa
Kelompok jaringan hati tikus
dalam tikus diabetes dan mampu lebih baik
(nmol/ml) ± SD
K- 4,40 ± 1,20 menurunkan kadar MDA jaringan hati dalam dosis
K+ 8,01 ± 1,74 40mg/kgBB/hari jika dibandingkan dengan dosis
P1 7,32 ± 1,58 dibawahnya.28
P2 7,02 ± 2,19 Berdasarkan tabel 1 yang berisikan data rerata
P3 5,88 ± 1,79 kadar Malondialdehid (MDA) jaringan hati tikus pada
p value 0,012 kelompok negatif yaitu sebesar 4,40 ± 1,20 nmol/ml
Keterangan:
yang merupakan kelompok dengan kadar MDA
K+=Kontrol Positif, K-=Kontrol Negatif, P1=Perlakuan
terendah diantara kelompok lainnya termasuk
1, P2=Perlakuan 2, P3=Perlakuan 3
diantaranya kelompok kontrol positif dengan kadar
MDA jaringan hati 8,01 ± 1,74 dengan perbedaan
Tabel 1 menunjukkan rerata kadar MDA jaringan
signifikan. Data kelompok kontrol negatif ini
hati tikus antar kelompok setelah pemberian isolat
menunjukkan kadar MDA jaringan hati dalam batas
katekin gambir selama 14 hari. Rerata kadar MDA
normal karena kelompok kontrol negatif hanya
jaringan hati pada tikus yang hanya diberi pakan
diberikan diet pakan standar tanpa intervensi dalam
standar lebih rendah yaitu 4,40 nmol/ml dibandingkan
penelitian. Berdasarkan hal tersebut dapat
dengan kelompok tikus K+, P1, P2, P3. Rerata kadar
disimpulkan bahwa induksi diet tinggi lemak selama 49
MDA jaringan hati pada tikus yang hanya diinduksi diet
hari dapat meningkatkan kadar MDA jaringan hati
tinggi lemak (K+) lebih tinggi yaitu 8,01 nmol/ml
yang tampak pada kelompok kontrol positif. Hasil ini
dibandingkan dengan kelompok tikus K-, P1, P2, P3.
sesuai dengan pernyataan pada penelitian oleh Park
Rerata kadar MDA jaringan hati yang diinduksi diet
et al tahun 2010 yang menyatakan bahwa diet tinggi
tinggi lemak dan diberikan isolat katekin gambir
lemak selama tujuh minggu meningkatkan kadar MDA
dengan dosis 10 mg/kgBB/hari, 20 mg/kgBB/hari, 40
pada organ tubuh.29
mg/kgBB/hari mengalami penurunan yaitu dengan
Kelompok perlakuan 3 mampu menurunkan
kadar 7,32 nmol/ml, 7,02 nmol/ml, 5,88 nmol/ml jika
kadar malondialdehid (MDA) lebih baik dan signifikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.
dengan dosis 40 mg/kgBB/hari jika dibandingkan
Hasil pengukuran kadar Malondialdehid (MDA)
dengan kelompok perlakuan 1 dan 2. Hasil ini
jaringan hati setelah perlakuan pada masing-masing
menunjukkan bahwa dosis 40 mg/kgBB/hari
kelompok penelitian kemudian dianalisis secara
merupakan dosis optimal untuk menurunkan kadar
statistik untuk mengetahui distribusi dan varian data.
MDA jaringan hati dalam penelitian ini. Penelitian oleh
Uji normalitas data menggunakan Shapiro wilk test
Samarghandian et al tahun 2017 mendukung
dengan hasil analisis didapatkan nilai signifikansi
penemuan ini dengan menyatakan bahwa dosis
masing-masing kelompok lebih dari 0,05, sehingga
konsumsi katekin sebesar 40 mg/kgBB/hari mampu
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji
menurunkan MDA jaringan hati pada tikus lebih baik
homogenitas data menggunakan uji Leverie Statistic
jika dibandingkan dengan dosis dibawahnya.28
dengan hasil analisis didapatkan nilai signifikansi yaitu
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
0,477 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan konsentrasi zat atau obat dengan respon
data bersifat homogen.
terapi yang timbul. Efek terapi yang ditimbulkan akan
Hasil uji statistik menggunakan One Way Anova
berbanding lurus seiring dengan meningkatnya dosis
diperoleh nilai p= 0,012 (p<0,05). Berdasarkan hasil
yang diberikan hingga dosis optimal dalam
tersebut dapat disimpulkan secara statistik bahwa
menkonsumsi suatu zat. Hubungan antara konsentrasi
terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian
zat yang dikonsumsi dengan respon tubuh yang timbul
isolat katekin gambir dengan kadar malondialdehid
digambarkan dalam bentuk grafik kurva parabola.
(MDA) Jaringan hati tikus induksi diet tinggi lemak.
Dosis lebih dari dosis optimal tidak akan menimbulkan
respon yang lebih baik, bahkan lebih rendah.30
PEMBAHASAN Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan
Isolat katekin gambir mempengaruhi kadar dosis 40 mg/kgBB/hari merupakan dosis optimal
malondialdehid (MDA) jaringan hati. Hal ini sesuai dalam penelitian ini.
dengan pernyataan dalam penelitian oleh Musdja et al
tahun 2018 yang menyatakan bahwa isolat katekin KESIMPULAN
gambir mampu menurunkan kadar malondialdehid
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
(MDA), bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan
mengenai pengaruh isolat katekin gambir terhadap
kontrol positif yang diberi vitamin A. 21 Penelitian oleh
kadar malondialdehid (MDA) jaringan hati tikus yang
5 http://jurnal.fk.unand.ac.id

diinduksi diet tinggi lemak, dapat dibuat kesimpulan 15. Maria L, Priscilla MC (2003). Oxidative stress,
bahwa isolat katekin gambir dapat menurunkan kadar exercise, and antioxidant supplementation.
malondialdehid (MDA) jaringan hati tikus induksi diet Journal Toxicology, 189: 41 – 45.
tinggi lemak dan dosis 40 mg/kgBB/hari merupakan 16. Llurba E, Grataco E, Galla MP, Cabero L,
dosis optimal isolat katekin gambir dalam menurunkan Dominguez C. Oxidative stress and antioxidant
status in preeclampsia and normal pregnancy: A
kadar malondialdehid (MDA) jaringan hati dan
comprehensive study. Free Radical Biology &
semakin tinggi dosis isolat katekin gambir yang Medicine. 2004; 9: 515 – 40.
diberikan semakin besar pula menurunkan kadar 17. Adyttia A, Untari Jurnal Kesehatan Andalas.
EK, Wahdaningsih 2020
S (2014). Efek
malondialdehid (MDA) jaringan hati. ekstrak etanol daun premna cordifolia terhadap
malondialdehida tikus yang dipapar asap rokok.
DAFTAR PUSTAKA Pharmacology Scientific Research, 1 (2): 104 –
15.
1. Dorland WAN. Dorland’s illustrated medical
dictionary. Jakarta : EGC. 2010. hlm. 18. Yadav A, Kumari R, Yadav A, Mishra JP,
Srivastava S, Prabha S. Antioxidants and its
function in human body: A review. Research in
2. Baldwij T. Obesity and public health. Toronto: Encironment and Life Science. 2016; 9: 1328-31.
World Health Organization. 2010. 19. Muchtar H, Yeni G, Hermianti W, Diza Y. H
3. World Health Organization. Obesity and (2010). Pembuatan Konsentrat Polifenol Gambir
overweight. World Health Organization. (Uncaria gambir Roxb) sebagai bahan antioksidan
https://www.who.int/news-room/fact- pangan. J Ris Ind, 4: 71 – 82.
sheets/detail /obesity-and-overweight. 2018. 20. Isnawati A, Raini M, Sampurno OD, Mutiatikum D,
4. World Health Organization. Prevalence of Widowati L, Gitawati R (2012). Karakterisasi tiga
overweight, crude. http://apps.who.int/gho/data/ jenis ekstrak gambir (Uncaria gambir roxb) dari
view.main-searo.BMI25CREGv?lang=en. 2018 Sumatera Barat. Bul Penelit Kesehat, 40 (4): 201-
5. Younossi ZM, Koenig AB, Abdelatif D, Fazel Y, 208.
Henry L, Wymer M (2015). Global epidemiology of 21. Musdja Y, Rahman HA, Hasan D (2018).
nonalcoholic fatty liver disease—meta‐analytic Antioxidant activity of catechins isolate of uncaria
assessment of prevalence, incidence, and gambier roxb in male rats. LIFE: International
outcomes. AASLD, 64 (1): 73-84. Journal of Health and Life-Sciences, 4: 34-46.
6. Harbuwono DS, Pramono LA, Yunir E, Subekti I 22. Zanwar AA, Badole SL, Shende PS, Hegde MV,
(2018). Obesity and central obesity in Indonesia: Bodhankar SL (2014). Polyphenols in Human
evidence from a national health survey. MJI, 27 Health and Disease. ScienceDirect, 1: 267-271.
(2): 114-120. 23. Anbudhasan P, Surendraraj A, Karkuzhali S,
7. Kurniawan R, Yudianto, Hardhana B, Siswanti T. Sathishkumaran S (2014). Natural antioxidants
Indonesia Health Profile tahun 2017. Jakarta: and its benefits. IJFANS, 3 (6): 225-232.
Ministry of Health RI. 2018. 24. Siswanto, Susila, Suyanto. Metodologi penelitian
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan kesehatan dan kedokteran. Yogyakarta: Bursa
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Ilmu. 2016.
Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Indonesia.
2014. 25. Zainuri, M., dan S. I. Wanandi. Aktivitas spesifik
9. Masarone M, Rosato V, Dallio M, Gravina AG, manganese superoxide dismutase (MnSOD) dan
Aglitti A, Loguercio C et al (2018). Role of katalase pada hati tikus yang diinduksi hipoksia
oxidative stress in pathophysiology of sistemik: hubungannya dengan kerusakan
nonalcoholic fatty liver disease. Pubmed, 2018: 1- oksidatif. Media Litbang Kesehatan. 2012; 22 (2):
14. 87-92.
10. Donne, LD., Rossi, R., Colombo, R., Giustarini D.,
26. Fahrudin F, Solihin Duryadi D, Kusumorini N,
& Milzani A (2006). Biomarker of oxidative
damage in human disease. Clinical Chemistry, 52 Ningsih S (2015). Efektifitas ekstrak gambir
(4): 601-623. (Uncaria gambir (Hunter) roxb) sebagai
11. Ayala A, Munoz M, Arguelles S (2014). Lipid hepatoprotektor pada tikus (Rattus novergicus L.)
peroxidation: Production, metabolism, and yang diinduksi CCl4. J Ilmu Kefarmasian
signaling mechanism of malondialdehyde and 4- Indonesia, 13 (2): 115 – 122.
hydroxy-2-nonenal. Oxidative medicine and 27. Alioes Y, Sukma R, Sekar S (2019). Effect of
cellular longevity, 2014: 1-31.
gambir catechin isolate (Uncaria gambir roxb.)
12. Hasan I, Gani R, Machmud R (2002). Prevalence
against rat triacylglycerol level (Rattus
and risk factors for nonalcoholic fatty liver in
Indonesia. J Gastroenterol Hepatol, 17: 30. novergicus). IOP Conference Series: Earth and
13. Noeman SA, Hamooda HE, Baalash AA (2011). Environmental Science, 217 (1): 1-6.
Biochemical study of oxidative stress markers in 28. Samarghandian S, Azimi-Nezhad M, Farkhondeh
the liver, kidney and heart of high fat diet induced T. Catechin treatment ameliorates diabetes and
obesity in rats. Diabetology & metabolic its complications in streptozotocin-induced
syndrome, 3: 17.
diabetic rats. Dose-Response. 2017; 15 (1): 1-7.
14. Koda-Kimble, Young MALY, Alldredge BK, Corelli
RL, Guglielmo BJ, Kradjan WA, Williams BR. 29. Park HR, Park M, Choi J, Park KY, Chung HY,
Applied Therapeutics: The Clinical Use Of Drugs. Lee J (2010). A high fat diet impairs neurogenesis
Ninth Edition. Philapelphia: Lippincott Williams & : Involvement of lipid peroxidation and brain-
Wilkins. 2009
6 http://jurnal.fk.unand.ac.id

derived neurotrophicfaction. Neuroscience


Letters, 482 (3) : 235-9.
30. Katzung BG. Farmakologi dasar & klinik. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. 2003. hlm. 10-3.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020

Anda mungkin juga menyukai