Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Tetralogi Of Fallot
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II
Dosen Penganpun : Juliawati ,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.An

Kelompok 17
1. Marida Weni Ayorbaba
2. Vatika Ramandei
3. Anita k Jalmav

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Ke hadirat Tuhan yang Maha kuasa Karena
dengan rahmat dan karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tetralogy Fallot” makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.

[ii]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................... 3

BAB II KONSEP TEORI


A. Pengertian.............................................................................. 4
B. Etiologi.................................................................................. 4
C. Tanda & Gejala...................................................................... 5
D. Patofisiologi........................................................................... 6
E. Pemeriksaan pununjang......................................................... 7
F. Penatalaksanaan..................................................................... 8
G. Komplikasi............................................................................ 9

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian............................................................................. 12
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................... 13
C. Intervensi….............................................................................14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 29
B. Saran...................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

[iii]
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang
merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai.
dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan
pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus
arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung
bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan
2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang
ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang
perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan
suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena
kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD,
stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta (Nursalam
dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara
kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep
pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi
ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta
merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati
urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum

[1]
ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari
seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara penyakit
jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan
jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut
berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil,
faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan
kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam
rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul
pada laki – laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid
bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat
diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini
penyakit ini pada anak – anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi
yang lebih parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar
bermanfaat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya
pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung tetralogy of fallot serta
asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari penyakit tetralogi fallot?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tetralogi fallot?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit tetralogi fallot?
4. Apa gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit tetralogi fallot?
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi
fallot?
7. Bagaimana pengobatan penyakit tetralogi fallot?
8. Bagaimana penerapan asuhan keperrawatan tetralogy fallot?

[2]
C. Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
1. Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit tetralogi fallot
2. Agar dapat menjelaskan etiologi dari penyakit tetralogi fallot
3. Agar dapat menjelaskan patofisiologi penyakit tetralogi fallot
4. Agar dapat menjelaskan gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot
5. Agar dapat menjelaskan komplikasi dari penyakit tetralogi fallot
6. Agar dapat menjelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit
tetralogi fallot
7. Agar dapat menjelaskan pengobatan penyakit tetralogi fallot
8. Agar dapat mengetahui penerapan asuhan keperrawatan tetralogy fallot

[3]
BAB II
KONSEP TEORI

A. Defenisi
Tetralogy of fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi
defekseptup ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi
ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan hingga berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif dan semakin lama semakin berat.

B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen.
1. Factor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu
b. Sebelumnya ikut program kb oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter (tali damid, dekstro amfetamin, aminoptering,
metoptering, jamu)
c. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
d. Pajanan terhadap sinar x
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan
terhadap factor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,

[4]
oleh karena pada minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada penderita tetralogy fallot adalah sebagai
berikut:
1. Sianosis
Sianosis merupakan manifestasi tetralogy paling nyata, mungkin tidak
ditemukan saat lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin
tidak berat dan bayi tersebut memiliki pintasan kiri ke kanan yang besar
bahkan mungkin dapat gagal jantung kogesif.
2. Dyspnea
Dyspnea terjadi jika penderita melakukan aktivitas fisik. Bayi dan anak
yang mulai belajar berjalan akan bermain aktif untuk waktu singkat
kemudian akan duduk atau berbaring. Anak yang lebih besar mungkin
mampu berjalan sejauh kurang lebih lebih satu blok sebelum berhenti
untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung pada penderita
tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak akan
mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilngkan
dyspnea yang terjadi akibat dari aktivitas fisik, biasanya anak tersebut
dapat melanjutkan aktivitasnya kembali dalam beberapa menit
3. Serangan dyspnea paroksimal (serangan anoksia biru)
Manifestasi ini merupakan masalah selama dua tahun pertama kehidupan
penderita. Bayi menjadi dyspnea dengan gelisah, sianosis yang terjadi
menjadi bertambah hebat dan penderita mulai sulit bernafas. Serangan
tersebut sering terjadi pada pagi hari.
4. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pertumbuhan tinggi badan terutama pada anak gizi kurang dari
kebutuhan normal, pertumbuhan otot dari jaringan subkutan terlihat
kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.
5. Bising sistolik

[5]
Bising sistolik ditemukan sering kali terdengar keras dan kasar, bising
tersebut menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri
tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel
kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan
dari kanan ke kiri. Bunyi jantung kedua terdengar tunggal dan di
timbulkan oleh penutupan katub aorta. Bising sistolik tersebut jarang
diikuti oleh bising diastolic, bising yang terus menerus ini dapat terdengar
pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut
dihasilkan oleh pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau
terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.

D. Patofisiologi
Tetralogy fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan” yang terdiri atas
defekseptup ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi
ventrikel kanan secara anatomis sesungguhnya tetralogy fallot merupakan
suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai defiasi ke anteriol septum
infundibuler (bagian basal dekat aorta). Defiasi ini menyebabkan akar aorta
bergesek kedepan (dekstro posisi aorta), sehingga terjadi over riding aorta
terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel
kanan dan hypoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogy fallot, overriding aorta
biasanya tidak melebihi 50%. Apabila overriding aorta melebihi 50%,
hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel
kanan.
Defiasi septup infundibuler kearah anteriol ini sesungguhnya merupakan
bagian yang paling esensial pada tetralogy fallot. Itu sebabnya suatu defek
septum ventrikel dan over riding aorta yang disertai stenosis pulmonal
valvuler, misalnya, tidak dapat disebut sebagai tetralogy fallot apabila tidak
terdapat defiasi septum infundibuler ke anteriol. Terkadang tetralogy fallot
disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini
disebut sebagai tetralogy fallot.

[6]
Adanya obstruksi infundibuler menyebabkan tekanan dalam ventrikel
kanan meningkat, tetapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogy
fallot tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi
sama. Oleh sebab itu, pada tetralogy fallot jarang terjadi gagal jantung
kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek
septum ventrikel, gagal jantung kongestif dapat saja melebihi tekanan
sistemik.
Sianosis merupakan gejala tetralogy fallot yang utama. Berat ringannya
sianosis tergantung dari tingkat keparahan stenosis infundibuler yang terjadi
pada tetralogy fallot dan arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul
semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat
atau bahkan atresia pulmonal atau dapat pula sianosis timbul beberapa bulan
kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang
perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya
peningkatan usia hipertropi infundibuler pulmonal yang memperberat
obstruksi pada bagian itu.
Stenosis infundibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi
ventrikel kanan, sehingga semakin lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi.
Disamping itu dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam
ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luasa pada
tetralogy fallot, melalui cabang mediastinal, bronkial, esofagus, subklavika
dan anomaly arteri lainnya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA (Major Aorta
Pulb monary Collateral Arteries).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita tetralogy fallot adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Adanya peningkatan hemoglobin dan hematocrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin di pertahankan 16-18
gr/dl dan hematocrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan

[7]
peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan klien yang memiliki nilai Hb dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologi
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. Selain itu, didapatkan
hasil arkus aorta di sebelah kanan, aorta asendens melebar, konus
pulmonalis, apeks terangkat dan vaskularitas paru berkurang.
3. Elektrokardiogram
Pada pemeriksaan EKG di dapatkan hasil sumbu QRS hampir selalu
berdevisiasi kekanan. Tampak pula hipertropi ventrikel kanan.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan, penurunan arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru.
5. Kateterisasi
Kateterisasi diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui
defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis
normal atau rendah.

F. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara
sebagai berikut:
1. Menekuk lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morfin sulfat 0,1 – 0,2 mlg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipnea.
3. Natrium bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis.

[8]
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian pada kondisi ini tidak
begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi
karena aliran dara ke paru menurun.

G. Komplikasi
1. Abses Otak
Komplikasi abses otak biasanya dialami oleh pasien yang telah mencapai
usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit sering kali tersembunyi di sertai
demam derajat rendah. Mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada
cranium. Laju endap darah dan hitung jenis leukosit dapat meningkat.
Penderita juga dapat mengalami serangan seperti epilepsy. Tanda
neurologis yang terlokalsasi tergantung dari tempat dan ukuran abses
tersebut.
2. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif dapat terjadi pada bayi yang mengalami atresia
paru dan memiliki aliran darah kolateral yang besar. Kondisi ini hamper
tanpa pengecualian, akan menaglami penurunan selama bulan pertama
kehidupan dan penderita menjadi sianosis akibat sirkulasi paru yang
menurun.
3. Hipoksia
Hipoksia terjadi akibat stenosis pulmonal yang menyebabkan aliran darah
dalam paru menurun.

[9]
Penyimpangan KDM

Terpapar factor eksogen dan endogen

Kelainan jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallot

Stenosis pulmonal Defect septum ventrikel Overriding aorta

obstruksi Penurunan curah jantung Suplei darah preload,


overload

Aliran darah ke Pasokan darah


paru-paru tidak seimbang
Obstruksi aliran darah
keluar ventrikel kanan
Pencampuran
darah kaya O2
Aliran darah aorta dan CO2
O2 dalam darah Hipertrofi vent kanan

HIpoksemi

sesak Sianosis
Kebutuhan o2
Gangguan pertukaran gas Perubahan status
Kelelahan Tubuh kesehatan

Tidak mau mengunyah


(Anoreksia) Intoleransi Aktivitas Ansietas

Terjadi penurunan BB

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh (deficit/nutrisi)

[10]
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Tetralogy fallot sering ditemukan pada anak-anak. Manifestasi yang paling
sering muncul adalah sianosis. Tetralogy fallot juga dapat diturunkan
secara genetic dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga
karena kelainan kromosom
2. Keluhan utama
Klien tetralogy fallot sering mengalami sianosis saat melakukan aktifitas
fisik seperti pada saat anak-anak yang mulai belajar berjalan akan bermain
aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien tetralogy fallot, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
sianosis, dyspnea, sesak nafas ketika melakukan aktifitas, jantung
berdebar.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah klien terlahir premature atau ibu menderita
infeksi rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit tetralogy fallot pada anggota
keluarga yang lain karena penyakit ini dapat diturunkan secara genetic
atau karena kelainan kromosom
6. Riwayat psikososial

[11]
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaiman perilaku
anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan
anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
7. Pengkajian fisik
a. (pernafasan)
Nafas cepat dan dalam, dyspnea, sianosis, sesak nafas ketika
melakukan aktivitas. Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertamabahnya
derajat obstruksi.
b. (kardiovaskuler)
Takikardi, distritmia, adanya jari tabuh, setelah 6 bulan, sianosi pada
membrane mukosa, gigi sianotik.
c. (Persarafan)
Kejang kaku kuduk, tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan
kematian. Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal leher kaku.
Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/mengadu/mengeluh.
d. (Perkemihan)
Adanya inkontinensia dan / atau retensi urin.
e. (Pencernaan)
Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit menyusu, anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
f. (Muskuloskeletal dan Intergumen)
Malaise, keterbatasan aktivitas atau istirahat karena kondisinya.
Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan
dalam rentang gerak. Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.

B. Diagnosa keperawatan
1. Penuruanan curah jantung b/d malformasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal

[12]
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan
pada saat makan dan meningkatkan kebutuhan kalori.
4. Kecemasan orang tua b/d kurang pengetahuan orang tua dan pospitalis
5. Intoleransi Aktivitas b/d Kelelahan

c.Rencana tindakan keperawatan


No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
. Keperawatan

1. Penurunan curah Seletah dilakukan Perawatan jantung


jantung asuhan a. Evaluasi adanya nyeri
Definisi : keperawatan dada (intensitas, lokasi,
Ketidak adekuatan selama 1 x 24 jam radiasi, durasi, dan
darah yang di pompa klien menunjukkan factor pencetus nyeri).
oleh jantung untuk curah jantung b. Lakukan penilaian
memenuhi metabolic adekuat, dengan komprehensif terhadap
tubuh. kriteria: sirkulasi perifer
a. Tekanan darah (misalnya cek nadi
Batasan dalam rentang perifer, edema,
Karakteristik : normal pengisian kapiler dan
Perubahan b. Toleransi suhu ekstrimitas).
frekunesi/irama terhadap c. Catat tanda dan gejala
jantung : aktivitas penurunan curah
1. Bradikardi c. Nadi perifer kuat jantung.
2. Takikardi d. Ukuran jantung d. Observasi tanda-tinda
3. Palpitasi jantung normal vital
4. Perubahan EKG e. Tidak ada e. Observasi status
Perubahan preload : distensi vena kardiovaskular
1. Keletihan jugularis f. Observasi disritmia
2. Mumur jantung f. Tidak ada jantung termasuk

[13]
3. Edema disritmia gangguan irama dan
4. Penurunan dan g. Tidak ada bunyi konduksi
peningkatan jantung g. Observasi status
CVP, PAWP. abnormal respirasi terhadap gejala
(central venous h. Tidak ada angina gagal jantung
pressure, i. Tidak ada edema h. Observasi
pulmonary artery perifer keseimbangan cairan
wedge pressure) j. Tidak ada udema (asupan-haluaran dan
Perubhan afterload : pulmo berat badan harian)
1. Dyspnea k. Tidak ada i. Kenali adanya
2. Perubahan warna diaphoresis perubahan tekanan
kulit (mis : pucat, l. Tidak ada mual darah
sianosis, abu- m.Tidak ada j. Kenali pengaruh
abu) kelelahan psikologis yang
3. Perubahan mendasari kondisi
tekanan darah klien.
k. Evaluasi respons klien
terhadap disritmia
l. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
antiarimia sesuai
kebutuhan.
m. Monitor respons klien
terhadap pemberian
terapi antiaritmia.

2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


pertukaran gas asuhan a. posisikan klien untuk
Definisi : kelebihan keperawatan memaksimalkan
atau deficit selama 1 x 24 jam ventilasi.
oksigenasi dan/atau klien menunjukkan b. Auskultasi bunyi napas,

[14]
eliminasi karbon pertukaran gas area penurunan
dioksida pada adekuat, dengan ventilasi atau tidak
membrane alveolar- kriteria: adanya ventilasi dan
kapiler. a. Status mental adanya bunyi napas
Batasan dalam rentang tambahan.
karakteristik : normal c. Keluarkan secret
1. Dyspnea b. Klien bernapas dengan batuk efektif
2. Gelisah dengan mudah atau lakukan suction
3. Sianosis c. Tidak ada sesuai kebutuhan
4. Hipoksia dyspnea d. Anjurkan klien untuk
5. Pola pernapasan d. Tidak ada bernapas pelan, napas
abnormal kegelisahan dalam dan batuk
6. Warna kulit e. Tidak ada e. Ajarkan klien cara
abnormal sianosis menggunakan inhaler
7. Takikardia f. Tidak ada f. Atur posisi klien untuk
8. Napas cuping somnolen mengurangi dyspnea.
hidung g. PaO2 dalam g. Monitor status respirasi
9. Penurunan batas normal dan oksigenasi sesuai
karbondioksida h. PCO2 dalam kebutuhan.
10. pH arteri batas normal h. Atur asupan caitan
abnormal i. pH arteri dalam untuk mengoptimalkan
batas normal keseimbangan cairan.
j. saturasi O2 Terapi oksigen
dalam batas a. Bersihkan mulut,
normal hidung, dan trakea dari
k. ventilasi perfusi sekresi sesuai
seimbang kebutuhan.
b. Pertahankan kepatenan
jalan napas.
c. Siapkan perlengkapan
oksigen dan atur system

[15]
humidifikasi.
d. Berikan tambahan
oksigen sesuai
permintaan
e. Observasi aliran
oksigen.
f. Observasi posisi
pemberian oksigen.
g. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan.
h. Observasi efektivitas
terapi oksigen
i. Monitor kemampuan
pasien dalam
menoleransi
perpindahan oksigen
ketika makan.
j. Observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan dengan
kebutuhan terapi
oksigen.
Monitor Pernapasan
a. Observasi kecepatan,
irama, kedalaman
pernapasan.
b. Catat pergerakan dada,
kesimetrisan,
penggunaan otot napas
tambahan dan adanya
retraksi otot interkosta.

[16]
c. Observasi pola napas,
seperti bradipnea,
takipnea, hiperpentilasi,
pernapasan abnormal.
d. Lakukan perkusi toraks
anterio dan posterior di
bagian apeks dan dasar
kedua paru.
e. Auskultasi bunyi paru
setelah pemberian
pengobatan.
f. Observasi peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan.
g. Observasi kemampuan
klien untuk batuk
efektif
h. Catat karakteristik dan
lamanya batuk.
i. Observasi adanya bunyi
krepitasi sesuai
kebutuhan
j. Observasi hasil
pemeriksaan foto toraks
3. Ketidak seimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan a. Tanyakan pada klien
kebutuhan tubuh keperawatan tentang alergi terhadap
Definisi : selama …… x24 makanan
Asupan nutrisi tidak jam klien dapat b. Tanyakan makanan
cukup untuk meningkatkan kesukaan klien
memenuhi status nutrisi c. Kolaborasi dengan ahli

[17]
kebutuhan metabolic dengan kriteria: gizi tentang jumlah
Batasan a. Asupan nutrisi kalori dan tipe nutrisi
Karakteristik : adekuat. yang dibutuhkan.
1. BB badan 20% b. Asupan d. Anjurkan asupan kalori
atau lebih di makanan dan yang tepat yang sesuai
bawah rentang cairan adekuat dengan gaya hidup
BB ideal c. Energy e. Anjurkan peningkatan
2. Bising usus meningkat zat besi yang sesuai
hiperaktif d. Berat badan f. Anjurkan peningkatan
3. Membrane meningkat asupan protein dan
mukosa pucat vitamin c.
4. Tonus otot g. Anjurkan untuk banyak
menurun makan buah dan minum
5. Sariawan rongga
mulut
6. Ketidakmampuan
memakan
makanan
7. Diare
8. Kelemahan otot
pengunyah
9. Kelemahan otot
menelan

4. Ansietas Setelah dilakukan Menurunkan kecemasan


Definisi : asuhan a. Gunakan ketenangan
Perasaan tidak keperawatan dalam pendekatan
nyaman atau selama ….. x24 untuk menenangkan
kekhwatiran yang jam orang tua klien orang tua klien
samar disertai mampu mengontrol b. Jelaskan seluruh

[18]
respons otonom cemas dengan prosedur tindalan
(Sumber sering kali kriteria: kepada orang tua klien
tidak spesifik atau a. Orang tua klien dan perasaan.
tidak diketahui oleh dapat c. Gunakan ketenangan
individu) perasaan merencanakan untuk menenangkan
takut yang strategi koping orang tua klien.
disebabkan oleh untuk situasi d. Jelaskan seluruh
antisipasi terhadap yang membuat prosedur tindakan
bahaya. Hal ini stress. kepada orang tua klien
merupakan isyarat b. Orang tua klien dan perasaan yang
kewaspadaan yang dapat mungkin muncul pada
memperingatkan mempertahan saat melakukan
individu akan adanya penampilan tindakan.
bahaya dan peran. e. Berusaha memahami
memempukan c. Orang tua klien keadaan orang tua klien
individu untuk melaporkan dna situasi stress yang
bertindak tidak ada di alami orang tua klien.
menghadapi gangguan f. Berikan informasi
ancaman. resepsi sensori. tentang diagnose,
Batasan d. Orang tua klien prognosis dan tindakan.
karakteristik : melaporkan g. Temani klien untuk
Perilaku : tidak ada memberikan
1. Agitasi manifestasi kenyamanan dan
2. Gelisah kecemasan mengurangi ketakutan.
3. Gerakan ekstra secara fisik. h. Anjurkan keluarga
4. Insomnia e. Orang tua klien untuk menemani klien
5. Mengekspresikan melaporkan sesuai kebutuhan
kekhwatiran tidak ada i. Motivasi orang tua
karena perubahan manifestasi klien untuk
dalam peristiwa perilaku akibat mengungkapkan
hidup kecemasan. perasaan, pengharapan,

[19]
6. Tampak waspada f. Oaring tua klien dan ketakutan yang di
7. Kontak mata dapat alami
yang buruk meneruskan j. Identifikasi tingkat
8. Penurunan aktifitas yang kecemasan orang tua
produktivitas dibutuhkan klien
meskipun ada k. Berikan aktivitas
kecemasan. hiburan untuk
g. Orang tua klien mengurangi
menunjukkan ketegangan.
kemampuan l. Bantu orang tua klien
untuk berfokus untuk mengidentifikasi
pada situasi yang
pngetahuan dan menyebabkan
keterampilan kecemasan.
yang baru. m. Control stimulus sesuai
h. Orang tua klien kebutuhan klien.
dapat n. Dengarkan dengan
mengidentifikas penuh perhatian.
i gejala yang o. Ciptakan hubungan
merupakan saling percaya.
indicator p. Bantu orang tua klien
kecemasan. untuk mengungkapkan
yang membuat cemas.
- Ajarkan orang tua
dengan teknik
relaksasi

5 Intoleren Aktivitas Setelah diberikan  Pertimbangkan


asuhan kemampuan
keperawatan klien dalam
selama 2 x 24 jam, berpartisipasi

[20]
diharapkan melalui aktivitas
 Kriteria Hasil : spesifik
- Klien dapat  Berkolaborasi
melakukan dengan (ahli)
aktivitas terapis fisik,
- Klien tidak okupasi dan
tampak lemah    terapi
- Nafas klien rekreasional
kembali normal dalam
sehingga dapat perencanaan dan
melakukan pemantauan
aktivitas program
aktivitas, jika
memang
diperlukan
 Pertimbangkan
komitmen klien
untuk
meningkatkan
frekuensi dan
jarak aktifitas
 Bantu klien
untuk
mengeksplorasi
tujuan personal
dari aktivitas-
aktivitas yang
biasa dilakukan
(misalnya
bekerja) dan
aktivitas-

[21]
aktivitas yang
disukai
 Bantu klien
untuk memilih
aktivitas dan
pecapaian tujuan
melalui aktivitas
yang konsisten
dengan
kemampuan
fisik, fisiologis
dan sosial.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kombinasi kelainan kongenital yang di kenal sebagai tetralogy fallot antara
lain defekseptum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katub pulmoner, dan

[22]
hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogy fallot terdiri dari dua factor
yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogy fallot umumnya akan
mengalami sesak saat beraktifitas, berat badan bayi yang tidak bertambah,
clubbing fingers, dan sianosis. pemeriksaan yang dilakukan antara lain
pemeriksaan darah, foto toraks, elektrokardiografi dan ekokardiografi.

B. Saran
1. Hindari penggunaan alcohol atau obat yang membahayakan pada masa
kehamilan.
2. Makanan ibu harus mencukupi nilai gizi serat nutrisi yang di butuhkan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu. Tetralogi of fallot


Aplikasi NANDA NIC NOC 2015

[23]

Anda mungkin juga menyukai