Kelompok 7
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
4. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu
oleh aktivitas orang lain yang berbeda tersebut. Masalah yang menonjol dari
sikap toleran ini adalah sikap keagamaan, di mana setiap manusia memiliki
kebabasan dalam beragama dan tidak ada hak bagi orang lain yang berbeda
agama untuk mencampurinya. Keyakinan beragama tidak dapat dipaksakan. Akal
dan pengalaman hidup keagamaan manusia mampu menentukan sendiri agama
yang dianggap benar.
Dalam QS. Ali Imran ayat 110 Allah menyatakan bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik dari semua kelompok umat manusia yang Allah
ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas
SDMnya dibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang
dimaksud dalam al-Quran itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil. Realitas dan
norma tersebut bergantung pada kemampuan umat Islam sendiri untuk
memanfaatkan norma atau potensi yang telah dimilikinya. Aktivitas menyusun
masyarakat madani ini dilakukan dengan menyusun tiga pilar utama yang
menyokong tegaknya sebuah daulah .
1. Kebodohan
Jika Al-Qur’an menyatakan bahwa, Allah akan mengangkat derajat orang-
orang yang berilmu melebihi lainnya, berarti kebodohanlah yang menjadi
penyebab kemerosotan dan keterbelakangan manusia. Oleh karena itu, Islam
memandang penanggulangan kebodohan itu sebagai tindak kemungkaran.
Ada sebuah hadist yang menegaskan masalah ini yaitu tentang komunitas
muslim yang disebut “Asy’ariyah”, suatu kelompok terpelajar yang
membiarkan lingkungannya tetap dalam kebodohan.
2. Kemiskinan
Wawasan ekonomi Islam lebih banyak memandang potensi alam yang di
anugrahkan oleh Allah dari segi kecukupannya daripada segi kekurangan atau
kelangkaanya. Hal ini dari premis, bahwa sumber daya alam itu
berkecukupan untuk memberikan kesejahteraan. Kemiskinan di pandang oleh
Islam sebagai patologi sosial yang harus di tanggulangi. Nabi Muhammad
SAW selalu berdo’a yang artinya :
“Aku berlindung kepada-Mu dari bahaya kefakiran,kekufuran dan kefasikan”
“Hampir-hampir kefakiran mendekati kekufuran”.(al-hadist)
3. Kemaksiatan
Kekacauan jiwa, kegoncangan hati, ketidakn tentraman bathin. Sentimen,
dendam dan macam-macam penyakit batin lainnya adalah dampak langsung
dari kemaksiatan. Beberapa terjadi kehancuran sosial akibat dari tindak
maksiat seperti pembunuhan, perjudian atau kehancuran rumah tangga,
lingkungan dan martabat seorang sebagai individu.
Dalam dunia tanpa batas sekarang ini, sebuah negara dan masyarakat
akan memiliki resiko yang tinggi, apabila tatanan dalam sebuah masyarakat tidak
memberikan ruang gerak yang terbuka (diktator) kepada masyarakat. Untuk itu
dalam mewujudkan masyarakat madani, maka prinsip-prinsip ini harus
dijalankan, yaitu prinsip kebebasan, keterbukaan, keadilan, egaliter, empati dan
toleran atas landasan tauhid. Termasuk kesukarelaan, keswasembadaan,
kemandirian yang tinggi, keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati
bersama.(Hikam, Alexis de Tocqueville dalam pendekatan akletik).
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu adalah sebagai berikut:
1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar, ajaran Islam sebagiannya
bersifat supra rasional atau ta’abbudi, artinya di atas kemampuan akal
manusia untuk mengetahuinya. Ajaran itu diperlukan manusia, baik sebagai
substansi pengetahuan maupun sebagai sarana pengabdian, seperti
kemahaesaan Allah, ajaran shalat, dan lain-lain. Sebagian ajaran Islam yang
lain bersifat rasional atau ta’aqquli, artinya mampu dipahami rasionalitasnya,
tetapi tanpa bimbingan Islam tidak ada jaminan jika manusia sendiri dengan
akalnya mampu menemukan-nya, ajaran Islam memberikan kemudahan
sehingga kerja akal lebih efisien, seperti bersikap adil terhadap sesama
manusia, memanfaatkan alam secara proporsional, dan lain-lain.
2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi
yang diberikan Allah secara bertanggung jawab. Sekalipun Allah memberikan
petunjuk kebenaran bagi manusia, tetapi Allah tidak memaksakan kehendak-
Nya bagi manusia untuk menerima petunjuk-Nya itu. Allah hanya
mengingatkan konsekuensi-konsekuensi yang harus diterima manusia dengan
pilihan hidupnya itu. Manusia bebas untuk menerima atau menolaknya.
Penilaian dan balasan Allah terhadap pilihan hidup manusia secara mutlak
akan diberikan di hari akhirat nanti. Allah SWT berfirman :
“Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di
muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” (Yunus : 99)
Dalam ayat lain Allah juga menyatakan:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (al-Baqarah : 256)
Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah,
baik mereka muslim maupun non-muslim. Di hadapan Allah manusia itu
sama, karena itu semua manusia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama. Yang membedakan manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya hanyalah ketakwaannya. Asas persamaan itu mengharuskan perlakuan
adil kepada setiap manusia dan tidak boleh menyakiti, mendzalimi satu sama
lain. Apabila terjadi konsekuensi-konsekuensi dalam kehidupan, seperti harus
membayar zakat, dan yang lain, hal itu timbul karena kondisi masing-masing
secara spesifik berdasarkan perbuatan yang dilakukannya. Dalam al-Qur’an
Allah SWT memperingatkan:
“Barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan
kepadanya azab yang besar”. (al-Furqan : 19)
3. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional. Sekalipun
dalam QS. al-Baqarah : 29 Allah telah memberikan hak kepada manusia untuk
memanfaatkan alam beserta isinya ini, tetapi dalam QS. al-Rum : 41, Allah
mengingatkan bahwa kerusakan yang terjadi di alam ini diakibatkan oleh
perbuatan manusia yang tidak terkontrol dan akibtnya akan menyengsarakan
hidup manusia juga. Begitu juga dalam pemanfaatan hewan, Allah
menghalalkan memakan daging dari sebagian binatang yang ada di bumi,
tetapi dalam hal menyembelih binatang, Rasulullah mengingatkan apabila
menyembelih binatang hendaknya disembelih dengan cara yang baik dan
menggunakan pisau yang tajam agar tidak menyiksa binatang tersebut.
4. Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan memberikan
perlakuan yang spesifik pula. Orang yang berpergian jauh di bulan Ramadhan
diberikan dispensasi untuk berbuka, orang yang lupa atau tertidur sehingga
waktu shalat habis ia boleh shalat ketika ingat atau bangun dari tidurnya
sekalipun telah lewat waktunya, orang yang lapar dan tidak ada makanan
kecuali barang haram ia boleh memakannya sekedar untuk bertahan hidup,
dan lain sebagainya. Dalam masalah keyakinan Islam juga menghormati
pilihan bebas manusia untuk menentukan keyakinannya sendiri. Karena itu
terhadap orang kafir selama mereka tidak mengganggu, menyakiti atau
memusuhi orang Islam, mereka juga tidak boleh dimusuhi.
3.5 Makna Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4. Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensi umat Islam
terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan
besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Imam al-
Adi Surya Cull. 2003. Masyarakat Madani : Pemikiran, Teori dan Relevansinya dan
Cita-cita Reformasi. Jakarta : Grafindo Persada.
Jamal Syarif Iberani dan M.M.Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta : el-Kahfi.
Tim Dosen PAI. 2019. Buku Daras Pendidikan Agama Islam di Universitas
Brawijaya. Malang : Pusat Pembinaan Agama(PPA).