Anda di halaman 1dari 7

My Philosophy Is Existence Of My Democracy

Demokrasi adalah suatu kumpulan kata yang memiliki arti penuh makna,
tentunya tidak terlepas dari pendapat para ahli dalam memberikan interpretasi
dengan makna subtantif yang relatif sama. Oleh karena itu menjadi esensi
tersendiri bagi demokrasi tersebut untuk dapat mencapai eksistensi di dalam
kehidupan manusia.
Eksistensi demokrasi pada umumnya diartikan sebagai bentuk sistem
pemerintahan yang bertujuan untuk mencapai hakikat tertinggi yaitu kedaulatan
rakyat. Eksistensi itu didapat dari pengertian secara etimologis demokrasi yaitu
kekuasaan yang berada ditangan rakyat, dengan maksud rakyat merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan. Tentunya saling berkaitan antara
rakyat yang dapat menjadi subjek dan rakyat yang dapat menjadi objek. Mengapa
demikian ?
Menurut Yusuf Al-Qordhawi menyatakan bahwa “ Demokrasi adalah
wadah masyarakat untuk memilih seseorang untuk mengurus dan mengatur
urusan mereka “. Dari pendapat ini dapat diambil dua premis yaitu ; premis
pertama adalah seorang yang mengurus dan mengatur disebut pemimpin dan
premis kedua adalah seorang yang memilih. Dari kedua premis tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa rakyat dapat menjadi subjek sebagai seorang yang
memilih dan rakyat dapat menjadi objek sebagai seorang yang dipilih yaitu
pemimpin. Dengan metode berfikir deduktif ini dapat dibuktikan bahwa rakyat
sebagai subjek dan objek.
Berfikir deduktif merupakan salah satu ciri berfilsafat yang menjadi
hakikat tertinggi dalam proses berfikir untuk dapat menemukan suatu
kearifan/kebijaksanaan dengan tujuan utama kebenaran yang hakiki. Tujuan
demokrasipun tentunya untuk mencapai kebenaran yang hakiki agar terciptanya
kesejahteraan bersama. Diperlukannya suatu langkah – langkah untuk
mewujudkan semua hal yang berkaitan dengan apa yang harus dituju itu. Oleh
karena itu terdapat banyak jenis-jenis demokrasi diantaranya yaitu ; (1) Dilihat
dari cara penyaluran aspirasi rakyat terdapat sebagai berikut ; Pertama,
demokrasi langsung yaitu memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara
untuk dapat menyampaikan aspirasinya secara langsung. Kedua, demokrasi
tidak langsung yaitu penyampaian aspirasinya melalui perwakilan yang sudah
ada atau sudah ditentukan. (2) Dilihat dari dasar yang dijadikan prioritas atau titik
perhatian terdapat sebagai berikut; Pertama, demokrasi material yaitu sistem
yang berdasarkan materi yang ada. Kedua, demokrasi formal yaitu sistem
demokrasi sesuai dengan peraturan yang telah disahkan. Ketiga, demokrasi
campuran yaitu sistem demokrasi yang menyajikan kedua-duanya antara material
dan formal. (3) Dilihat dari prinsip ideologi terdapat sebagai berikut ; Pertama,
demokrasi rakyat yaitu sistem demokrasi yang tidak mengenal kelas sosial
dalam kehidupan atau tidak adanya kesenjangan sosial, paham ini dikemukakan
oleh pakar filsuf Karl Max. Kedua, demokrasi konstitusional yaitu sesuatu yang
dilandaskan atas dasar kebebasan dari setiap individu karena pada hakikatnya
manusia ialah makhluk sosial. (4) Dilihat dari kewenangan dan hubungan antara
alat kelengkapan negara terdapat sebagai berikut ; Pertama, demokrasi sistem
parlementer yaitu sistem dimana parlemen mempunyai peran yang sangat
penting dalam menjalankan pemerintahannya seperti memiliki wewenang untuk
dapat mengangkat perdana menteri. Kedua, demokrasi presidensial yaitu sistem
pemerintahan yang terdapat badan legislatif dan eksekuti tentunya memiliki
kedudukan yang independen serta kedudukannya secara terpisah oleh
parlemennya. Jenis-jenis demokrasi inilah yang menjadi suatu langkah-langkah
memahami realitas dari demokrasi itu sehingga termanifestasikan di dalam
kehidupan.
Manifestasi demokrasi merupakan suatu hal yang memiliki peran penting
dalam menciptakan suatu tatanan di dalam kehidupan agar terciptanya keselarasan
dan keharmonisan. Oleh karena itu demokrasi sering sekali dikaitkan dengan
objek – objek dengan tingkatan tertentu seperti pada tingkatan atas, menengah dan
bawah . Sehingga ada beberapa tesis yang menunjukan pada tingkatan – tingkatan
tersebut memiliki potensial yang ada.
Demokrasi dengan tingkatan “ Atas “. Demokrasi yang menurut padangan
atau paradigma seseorang adalah tingkatan yang tertinggi. Biasanya dikaitkan
dengan objek negara yaitu demokrasi yang ada dalam negara. Tentunya itu bukan
sesuatu yang asing untuk kita dengar atau kita terapkan, ada banyak hal yang
berkaitan dengan demokrasi sebagai subjek dan negara sebagai objek. Wujud-
wujud realitas yang ada dalam kehidupan berkenegaraan terkait dengan subjek
dan objek yang kita peroleh. seperti hal nya pemilihan umum raya ( Pemilu )
merupakan suatu pesta demokrasi terbesar bagi warga negara untuk menentukan
pilihan atau membuat keputusan untuk dapat memilih pemimpin agar dapat
membawa kesejahteraan bersama. Dari pernyataan berikut dapat diambil tiga
premis yaitu ; Premis pertama, bagi warga negara. Premis kedua, pilihan dan
keputusan. Premis ketiga, kesejahteraan bersama. Berdasarkan ketiga premis
tersebut tentunya akan menghasilkan suatu potensial yang masih dalam mental
dan pikiran.
Demokrasi dengan tingkatan “ menengah “. Suatu tingkat yang biasanya
dialakukan disetiap beberapa periode. Pada tingkatan ini pun subjek sudah mulai
mengenali dan memahami demokrasi melalui objek-objek yang akan dipilihnya.
Memahami siapa itu subjek, siapa itu objek, dan bagaimana kondisi demokrasi
tingkat menengah. Dengan menggunakan metode berfikir dialektika tentunya
semua itu akan saling berkaitan dengan tingkatan atas. Dari tingkatan atas di
dapatkan premis pertama warga negara, premis kedua pilihan dan keputusan, dan
premis ketiga kesejahteraan bersama. Antara tesis warga negara dan antitesis
tingkatan atas yaitu demokrasi dengan objek negara akan bersintesis dengan
warga dalam objek masyarakat. Dari mertode berfikir dialektika tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa demokrasi dengan tingkatan menengah yaitu
demokrasi dengan objek lingkungan masyarakat. Biasanya ditandai adanya
pemilihan kepala desa, ketua RT, atau ketua RW. Hal itu tentunya merupakan
manifestasi dari demokrasi dengan tingkatan menengah.
Selanjutnya merupakan demokrasi dengan tingkatan “ bawah “ atau
terendah. Suatu awalan memahami demokrasi secara rasional serta empirik. Pada
tingkatan ini subjek mulai memahami jati diri untuk bergabung dalam demokrasi.
Oleh karena itu, pada tingkatan ini demokrasi dikaitkan dengan objek sekolah.
Dari objek tersebut tentunya didapati demokrasi melui pemilihan ketua kelas. Dari
situlaah wujud realitas dari demokrasi dengan objek sekolah.
Setelah memahami tiga tingkatan demokrasi yang ada di dalam kehidupan,
tentunya kita sudah dapat meyakini adanya eksistensi dari demokrasi itu, namun
kita belum sepenuhnya menemukan kondisi yang hakikat dari demokrasi tersebut.
Sebagai pernyataan pembuka untuk dapat mengetahui kondisi yang hakikat dari
demokrasi. Menurut pendapat Abraham Lincoln yaitu “ Demokrasi adalah sistem
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat “. Pendapat ini merupakan
suatu hasil dari pengertian secara etiomologis dan penerapannya. Namun jika di
pandang dari segi filsafat untuk mencari kebenaran yang hakiki pada demokrasi
ini yaitu filosofiku adalah eksistensi demokrasiku ( My philosophy is existence
my democracy ).
Filosofiku ( My philosophy ), mencari suatu kebenaran yang hakiki pada
demokrasi tak terlepas dengan eksistensi dari wujud-wujud realitas yang hakiki,
begitu juga filosofiku adalah eksistensi demokrasiku. Merupakan suatu bentuk
kebenaran hakiki dari demokrasi tersebut. Disinilah letak tingkatan hakiki
demokrasi dalam kehidupan, yang melebihi dari tiga tingkatan demokrasi
sebelumnya.
Tingkatan hakiki demokrasi dalam kehidupan, bagaimana kita sebagai
manusia bisa mengetahui sesuatu yang hakiki, padahal hanya sang penciptalah
yang dapat mengetahui segala hal yang hakiki termasuk dalam demokrasi ini.
Memberikan suatu keyakinan bahwa manusia pun juga dapat menemukan suatu
kebenaran yang hakiki melalui teori emanasi yaitu antara pancaran setiap
pancaran pasti akan ada selalu yang memulai pancaran itu. Seperti halnya
tingkatan secara hirearkis, di mana wujud yang keluar lebih dahulu dan dekat
dengan sebab pertama dianggap lebih mulia dibandingkan wujud-wujud lain yang
baru muncul kemudian, dan begitu seterusnya ; semakin jauh dari sebab pertama
berarti makin rendah nilai dan posisinya.
Perwujudan realitas hakiki dari demokrasi ialah eksistensi demokrasiku (
Existence of my democracy ). Yaitu wujud realitas tertinggi dari demokrasi adalah
demokrasi yang ada didalam diri. Mengapa bisa wujud realitas hakiki demokrasi
bisa ada di dalam diri ? bukannya kah secara harfiah demokrasi itu berasal dari
bahasa yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan.
Namun, jika kembali dipandang dari segi filsafat, terciptanya suatu kata ialah
melalui suatu empirik. Dapat dianalogikan, ketika seorang balita yang belum bisa
mengerti arti kata atau bahkan kata tersebut, tentunya dia akan belajar mengerti
kata, dalam proses pembelajarannya tentunya akan ditunjang dengan menulis dan
berbicara agar dapat dengan mudah memahaminya. Proses penunjangan ini ialah
suatu sumber ilmu pengetahuan secara empirik. Jadi jika demokrasi hanya
diartikan sebagai kekuasaan rakyat itu belumlah mencapai eksistensi yang hakiki,
karena kekuasan dan rakyat hanya dikatakan sebagai subjek atau objek.
Memahami kembali subjek atau objek, mengutip kembali pernyataan
Abraham Licoln yang menyatakan bahwa “ demokrasi adalah sistem
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat “. Dari pernyataan
tersebut dapat dillihat bahwa rakyat itu sebagai subjek atau bahkan rakyat sebagai
objek. Oleh karena itu jika subjek dan objek kita ubah menjadi “ Diri “ akan
menjadi sistem pemerintahan dari diri, oleh diri, dan untuk diri. Inilah wujud
realitas yang hakiki dalam demokrasi. Mengapa dapat dikatakan seperti itu ?
karena ketika ingin melangkah melakukan demokrasi secara eksternal, manusia
kerap lupa demokrasi secara internalah merupakan sesuatu yang hakiki. Seperti
pada teori emanasi diatas bahwa wujud yang terlebih dahulu keluar ialah
kebenaran yang hakiki.
Demokrasi di dalam diri, tentunya akan timbul banyak pertanyaan, apakah
benar terjadinya demokrasi di dalam diri ? ketika timbulnya pertanyaan inilah
merupakan proses terjadinya demokrasi. Karena akan adanya hipotesa secara
rasio. Jika disamakan dalam demokrasi eksternal hipotesa secara rasio itu sama
saja dengan pengutaraan pendapat. Salah satu ciri demokrasi ialah kebebasan
berpendapat, dalam demokrasi secara eksternal tentunnya ada kebebasan
berpendapat demikian juga dengan demokrasi secara internal adanya kebebasan
berfikir secara rasio, itupun juga merupakan hal yang sama jika diinterpretasikan.
Selain itu, untuk membuktikan bahwa demokrasi itu ada dalam diri adalah
dengan mengetahui sumber berpendapat di dalam diri yaitu intuisi, rasio, dan
hawa nafsu. Ketiga premis ini merupakan suatu subjek untuk melakukan
demokrasi. Sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu apa itu intuisi,
rasio, dan hawa nafsu. Intuisi merupakah makrifat atau pengetahuan yang
diperoleh secara langsung dapat diqiyaskan menjadi bisikan hati nurani, rasio
merupakan suatu ilmu yang didapatkan berdasarkan penalaran dapat diqiyaskan
rasionalitas, sedangkan hawa nafsu merupakan hasil dari dialektika antara tesis
intuisi dengan antitesis rasio bersintesis menjadi hawa nafsu. Itulah merupakan
subjek demokrasi internal, dapat di samakan dengan subjek demokrasi eksternal
yaitu warga negara.
Setelah mengetahui subjek tentunya kita harus menemukan objeknya
tersebut, agar pembuktian tentang demokrasi dalam diri ialah bentuk wujud
realitas yang hakiki. Sebagai contoh ; ketika manusia dihadapkan sebuah pilihan
untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji atau berdosa. Tentunya akan
adanya saling beraspirasi antara intuisi, rasio, dan hawa nafsu. Kemungkinan
intuisi menolak aspirasi rasio dan hawa nafsu, intuisi setuju dengan aspirasi rasio
dan menolak aspirasi hawa nafsu, dll. Jika diiterpretasikan tentunya akan sama
dengan demokrasi eksternal adanya saling beraspirasi ketika memilih pemimpin.
Dari pernyataan-pernyataan ini lah dapat dengan jelas membuktikannya yaitu
sebagai objek demokrasi internal adalah perbuatan terpuji dan berdosa dan objek
dari demokrasi eksternal adalah pemimpin. Tentunya ketika sudah terjadinya
keputusan akan adanya potensial maupun itu berada pada demokrasi internal atau
demokrasi eksternal.
Dengan demikian pembuktian untuk menyelaraskan antara subjek dan
objek yaitu ; subjek demokrasi internal ialah intuisi, rasio, dan hawa nafsu dan
objek demokrasi internal ialah perbuatan tidak terpuji dan berdosa dengan subjek
demokrasi eksternal ialah warga negara yang berbeda suku dan objek demokrasi
eksternal ialah pemimpin, serta sama-sama menghasilakan potensial. Sehingga
membuktikan bahwa wujud realitas yang hakiki pada demokrasi iaalah demokrasi
dalam diri ( demokrasi internal ) atau filosofiku adalah eksistensi demokrasiku (
My philosophy is existence of my democracy ).
Nama : Iqbal Fauzan
Kelas : Manajemen Keuangan 2A
Nomor HP : 081287945532
Id Line : Iqbalsmk25

Quotes :
Jika berfilsafat itu merupakan sesuatu yang
menyesatkan, maka sesungguh kamu tidak
tahu bahwa kamu telah jatuh dalam
kesesatan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai