Anda di halaman 1dari 6

5.

Tatalaksana Sindroma metabolik

Penatalaksanaan sindroma metabolik terutama bertujuan untuk menurunkan risiko


penyakit kardiovaskular aterosklerosis dan risiko diabetes melitus tipe 2 pada pasien yang
belum diabetes. Penatalaksanaan sindroma metabolik terdiri atas 2 pilar, yaitu tatalaksana
penyebab (berat badan lebih/obesitas dan inaktifitas fisik) serta tatalaksana faktor risiko
lipid dan non lipid. Penatalaksanaan sindroma metabolik masih mengacu pada tiap
komponen, sejauh ini belum ada penatalaksanaan yang berbeda bila dibandingkan dengan
komponen secara individual.

1. Obesitas
Penurunan berat badan pada individu obesitas dan overweight mengurangi faktor
risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular. Terapi penurunan berat badan yang sukses
meliputi 4 pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik, perubahan perilaku dan obat-
obatan/bedah.
1) Terapi diet rendah kalori
Bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000 kcal/hari. Pengurangan
presentasi lemak dalam menu sehari-haru tidak dapat menyebabkan penurunan berat
badan, kecuali total kalori juga berkurang. Ketika asupan lemak dikurangi, prioritas
harus diberikan untuk mengurangi lemak jenuh. Hal tersebut bermaksud untuk
menurunkan konsentrasi kolesterol-LDL.
2) Aktivitas fisik
Untuk meningkatkan aktivitas fisik adalah mengurangi waktu santai (sedentary)
dengan cara melakukan aktivitas fisik rutin lain dengan risiko cedera rendah. Pasien
dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3
kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka
waktu 5 kali seminggu.
3) Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan
suatu strategi meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas
fisik, manajemen stres, stimulus control, pemecahan masalah, contigency
management, cognitive restructuring dan dukungan sosial.
4) Farmakoterapi/terapi bedah
a. Farmakoterapi
Sibutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan sangat
berguna pada pasien dengan indikasi obesitas. Dengan pemberian sibutramine
dapat muncul peningkatan tekanan darah dan denyut jantung . Sibutramine
sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan riwayat hipertensi, penyakit
jantung koroner, gagal jantung kongestif, aritmia atau riwayat stroke.
Cara kerjanya di sentral memberikan efek mengurangi asupan energi
melalui efek mempercepat rasa kenyang dan mempertahankan pengeluaran energi
setelah berat badan turun dapat memberikan efek tidak hanya untuk penurunan
berat badan namun juga mempertahankan berat badan yang sudah turun.
Demikian pula dengan efek metabolik, sebagai efek dari penurunan berat badan
pemberian sibutramine setelah 24 minggu yang disertai dengan diet dan aktifitas
fisik,memperbaiki konsentrasi trigliserida dan kolesterol HDL. Orlistat
menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlitas,
dibutuhkan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial.
b. Terapi bedah
Terapi bedah merupakan salah satu pilihan untuk menurunkan berat badan.
Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan
BMI > 40 atau > 35 dengan kondisi komorbid. Terapi Bedah ini harus dilakukan
sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan
menderita komplikasi obesitas yang ekstrem.

2. Dislipidemia
Langkah awal penatalaksanaan dislipidemi harus dimulai dengan penilaian jumlah
faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut (risk assesment) untuk
menentukan sasaran kolesterol-LDL yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemi
terdiri atas penatalaksanaan non-farmakologis dan penggunaan obat penurun lipid.
Dianjurkan agar pada semua pasien dislipidemi harus dimulai dengan pengobatan non-
farmakologis terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun lipid.
Pada umumnya pengobatan non-farmakologis dilakukan selama tiga bulan sebelum
memutuskan untuk menambahkan obat penurun lipid.
A. Penatalaksanaan non farmakologi
Dikenal juga dengan nama perubahan gaya hidup, meliputi terapi nutrisi
medis, aktivitas fisik, serta beberapa upaya lain seperti hentikan merokok,
menurunkan berat badan bagi mereka yang gemuk, dan mengurangi asupan alkohol.
1) Terapi Nutrisi Medis
Selalu merupakan tahap awal penatalaksanaan seseorang dengan dislipidemia.
Pada dasarnya adalah pembatasan jumlah kalori dan jumlah lemak. Pasien dengan
kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan untuk mengurangi
asupan lemak jenuh, dan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal
dan ganda (mono unsaturated fatty acid MUFA dan poly unsaturated fatty acid =
PUFA). Pada pasien dengan kadar trigliserid yang tinggi perlu dikurangi asupan
karbohidrat, alkohol dan lemak.
2) Aktivitas Fisik
Pada prinsipnya pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai
dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat,
seperti jalan kaki, naik sepeda, berenang, dll. Penting sekali agar jenis olah raga
disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar
berlangsung terus menerus.
B. Penatalaksanaan farmakologi
Apabila gagal dengan pengobatan non-farmakologis maka harus dimulai
dengan pemberian obat penurun lipid. NCEP-ATP III menganjurkan sebagai obat
pilihan pertama adalah golongan HMG-CoA reductase inhibitor, oleh karena sesuai
dengan kesepakatan kadar kolesterol- LDL merupakan sasaran utama pencegahan
penyakit arteri koroner. Pada keadaan dimana kadar trigliserid tinggi misalnya > 400
mg/dl maka perlu dimulai dengan golongan derivat asam fibrat untuk menurunkan
kadar trigliserid, oleh karena kadar trigliserid yang tinggi dapat mengakibatkan
pankreatitis akut. Apabila kadar trigliserid sudah turun dan kadar kolesterol-LDL
belum mencapai sasaran maka dapat diberikan pengobatan kombinasi dengan HMG
CoA reductase inhibitor. Kombinasi tersebut sebaiknya dipilih asam fibrat fenofibrat
jangan gemfibrozil.
Dengan dikembangkannya obat kombinasi dalam satu tablet (fixed dose
combination), maka pilihan obat mungkin akan mengalami perubahan. Sebagai
contoh kombinasi lovastatin dan asam nikotinik lepas lambat (Niaspan) dikenal
dengan nama Advicor telah dibuktikan jauh lebih efektif dibandingkan dengan
lovastatin sendiri atau asam nikotinik sendiri dalam dosis yang tinggi. Kombinasi
simvastatin dengan ezetimibe yaitu Vytorin, ternyata mempunyai efek lebih baik
dibandingkan dengan simvastatin dosis tinggi tunggal. Obat kombinasi dalam satu
tablet mungkin akan lebih banyak digunakan bagi mereka dimana kadar kolesterol-
LDL harus sangat rendah stau kadar koiesterol-HDL perlu ditingkatkan

3. Dislipidemia pada diabetes melitus tipe 2 dan sindroma metabolik

Penatalaksanaan tidak banyak berbeda dengan dislipidemi. Perbedaan utama adalah


pada semua pasien diabetes melitus kadar kolesterol-LDI harus < 100 mg/dl. Penelititian
Heart Protection Study, dan Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) telah
membuktikan bahwa dengan menurunkan kadar kolesterol - LDL sampai mencapai 70
mg/dl akan lebih bermanfaat. Oleh karena itu untuk pencegahan penyakit kardiovaskular
pada pasien diabetes melitus ada kecenderungan untuk mencapai sasaran kadar
kolesterol-LDL sampai 70 mg/ dl. Mengingat pada pasien diabetes melitus dislipidemi
disifati oleh adanya peningkatan trigliserid, menurunnya kolesterol-HDL, dan
bertambahnya subfraksi kolesterol - LDL kecil padat maka beberapa penelitian telan
membuktikan keberhasilan asam nikotinik. Walaupun demikian perlu diingat bahwa
sampai saat ini sasaran yang ingin dicapai untuk pencegahan penyakit kardiovaskular
adalah kadar kolesterol-LDL. Mungkin kombinasi golongan asam nikotinik dengan
HMG-CoA reductase inhibitor merupakan pilihan yang perlu dipertimbangka

4. Gangguan Toleransi Glukosa


Intoleransi glukosa merupakan salah satu manifestasi sindrom metabolik yang dapat
menjadi awal suatu diabetes melitus. Penelitian-penelitian yang ada menunjukkan adanya
hubungan yang kuat antara toleransi glukosa terganggu (TGT) dan risiko kardiovaskular
pada sindrom metabolik dan diabetes. Perubahan gaya hidup dan aktifitas fisik yang
teratur terbukti efektif dapat menurunkan berat badan dan TGT. Modifikasi diet secara
bermakna memperbaiki glukosa 2 jam pasca prandial dan konsentrasi insulin.
Tiazolidindion memiliki pengaruh yang ringan tetapi persisten dalam menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Tiazolidindion dan metformin, juga dapat
menurunkan konsentrasi asam lemak bebas. Pada Diabetes Prevention Program,
penggunaan metformin dapat mengurangi progresi diabetes sebesar 31% dan efektif pada
pasien muda dengan obesitas.

5. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hipertensi juga
mengakibatkan mikroalbuminuria yang dipakai sebagai indikator independen morbiditas
kardiovaskular pada pasien tanpa diabetes atau hipertensi Target tekanan darah berbeda
antara subyek dengan DM dan tanpa DM. Pada subyek dengan DM dan penyakit ginjal,
target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg sedangkan pada bukan, targetnya < 140/90
mmHg. Untuk mencapai target tekanan darah, penatalaksanaan tetap diawali dengan
pengaturan diet dan aktifitas fisik. Peningkatan tekanan darah ringan dapat diatasi dulu
dengan upaya penurunan berat badan, berolah raga, menghentikan rokok dan konsumsi
alkohol serta banyak mengkonsumsi serat. Namun apabila modifikasi gaya hidup sendiri
tidak mampu mengendalikan tekanan darah maka dibutuhkan pendekatan medikamentosa
untuk mencegah komplikasi seperti infark miokard, gagal ginjal kronik dan stroke. Dalam
suatu penelitian meta-analisis didapatkan bahwa enzim pengkonversi angiotensin dan
penghambat reseptor angiotensin mempunyai manfaat yang bermakna dalam meregresi
hipertrofi ventrikel kiri dibandingkan dengan penghambat beta adrenergik, diuretik dan
antagonis kalsium. Valsartan, suatu penghambat reseptor angiotensin, dapat mengurangi
mikroalbuminuria yang diketahui sebagai faktor risiko independen kardiovaskular.
Beberapa studi menyarankan pemakaian ACE inhibitor sebagai lini pertama pada
penyandang hipertensi dengan sindrom metabolik terutama bila ada DM.Angiotensin
receptor blocker (ARB) dapat digunakan apabila tidak toleran terhadap ACE inhibitor.
Meski pemakaian diuretik tidak dianjurkan pada subyek dengan gangguan toleransi
glukosa, namun pemakaian diuretik dosis rendah yang dikombinasi dengan regimen lain
dapat lebih bermanfaat dibandingkan efek sampingnya

6. Pre diabetes
Berbagai penelitian menyampaikan bahwa pre diabetes dapat dikurangi risikonya
dengan melakukan perubahan pola hidup yang berkaitan dengan peningkatan resistensi
insulin seperti menurunkan obesitas, mengatasi dislipidemia, meningkatkan aktivitas fisik
yang berkaitan dengan pembakaran kalori dll.
Terapi medika mentosa untuk pre diabetes sampai saat ini hanya direkomendaskan
apabila terdapat kondisi disfungsi metabolik yang menyertainya, misalnya: mengatasi
hipertensi, memperbaiki profil lipid, menurunkan proteinuria, menurunkan hiperurisemia,
mengatasi gangguan fungsi hemostasis dan agregrasi trombosit.
Pendekatan terapi di masa datang adalah: Menurunkan resistensi insulin di perifer,
meningkatkan sekresi insulin di pancreas, melakukan preservasi fungsi sel beta pancreas,
melindungi berbagai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek yang berkaitan
dengan risiko kelainan vascular, mengurangi berat badan dan obesitas sentral secara
efektif.

Daftar pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2015. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai