1. Pondasi merupakan tahap awal dalam membangun sebuah bangunan. Pondasi
berasal dari kata foundation, dalam bahasa keseharian masyarakat Indonesia pada umumnya menggukan kata fondasi atau lebih sering disebut pondasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:414) yang menyatakan bahwa pondasi merupakan dasar bangunan yang kuat dan biasanya terletak di bawah permukaan tanah tempat bangunan didirikan. suatu bangunan konstruksi mempunyai peranan penting karena berfungsi sebagai penahan atau penopang beban bangunan yang ada diatasnya untuk diteruskan ke lapisan tanah yang ada dibawahnya. Untuk menghasilkan bangunan yang kuat dan kokoh, pondasi suatu bangunan harus direncanakan dengan baik. 2. Fungsi Pondasi suatu konstruksi bangunan harus mampu menahan beban: - Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah; - Beban mati/dead load, atau berat sendiri bangunan; - Beban hidup/live load, atau beban sesuai fungsi bangunan; - Beban gempa; - Beban angin; - Gaya angkat air; - Momen dan torsi.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 1983 adalah: - Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2). - Tanah sedang (2-5 kg/cm2) - Tanah lunak (0,5-2 g/cm2) - Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2) 3. Pondasi ini dilaksanakan untuk mendukung beban titik seperti kolom praktis, tiang kayu pada rumah sederhana atau pada titik kolom struktural. Contoh pondasi setempat: - Pondasi ompak batu kali, dilaksanakan untuk rumah sederhana. - Pondasi ompak beton, dilaksanakan untuk rumah sederhana, rumah kayu pada rumah tradisional, dan lain-lain. - Pondasi plat setempat, jenis pondasi ini dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga digunakan untuk pondasi dalam. Dapat dilaksanakan pada bangunan hingga dua lantai, tentunya sesuai dengan perhitungan mekanika. 4. Cara pengerjaan pondasi trausspal 1. Persiapan alat Proses pemasangan dimulai dengan melakukan perakitan pada alat yang akan digunakan. Alat-alat yang dibutuhkan untuk membuat pondasi strauss pile di antaranya adalah pipa, mata bor, setang, dan beberapa alat lainnya. Karena pembuatan pondasi ini dilakukan dengan cara manual maka alat yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga perakitannya tidak membutuhkan waktu yang lama biasanya hanya diperlukan beberapa menit untuk menyusun alat-alat tersebut. 2. Pengeboran Proses pengeboran yang menggunakan satu set alat bore pile pada umumnya akan dikerjakan oleh dua orang. Proses ini dilakukan secara manual yaitu dengan mengebor tanah menggunakan mata bor diberi tekanan dan diputar. Hal ini dilakukan hingga mata bor dipenuhi dengan tanah. Setelah itu, mata bor diangkat untuk dikeluarkan tanahnya. Proses ini terus diulangi hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan. 3. PerakitanPerakitan tulangan besi Tulangan yang akan dimasukkan ke dalam pondasi dibuat dengan merakit besi pokok dan besi spiral. Besi pokok yang digunakan sebagai rangka biasaya akan dipotong-potong sesuai dengan panjang lubang bor dan stek yang pada proses selanjutnya akan diikatkan ke pile cap. 4. Pengecoran Proses pengecoran ini merupakan tahapan paling akhir dari pembuatan strauss pile. Jika dalam proses pengeboran, ditemukan banyak air di lokasi tanah pengeboran maka pengecoran harus dilakukan dengan bantuan pipa paralon dengan ukuran sekitar 4 inci. Pipa ini akan dimasukkan di antara rakitan tulangan besi. Hal ini karena pipa tersebut digunakan untuk mengantarkan cor. Dalam prosesnya, pipa ini nanti akan diangkat secara perlahan hingga proses pengecoran tersebut selesai. Pengecoran juga bisa dilakukan tanpa bantuan pipa apabila lubang bor dalam keadaan kering. Pada dasarnya jika proses pengecoran sudah selesai dan mengering, maka selesailah proses pembuatan pondasi. Namun, jika ingin dilakukan penambahan maka ini menjadi kewenangan dari mandor karena biasanya pengecoran adalah tahap terakhir dari pembuatan pondasi strauss pile.