A. PENGGALIAN PONDASI
Sebelum Pekerjaan galian dilakukan, seluruh areal yang akan dipakai untuk tempat
kerja harus dibersihkan dari pohon, tanggul kayu, semak, bekas-bekas bangunan,
dan benda-benda yang tidak diperlukan sebelum memulai pekerjaan. Kontraktor
harus memeriksa dengan teliti mengenai posisi bangunan untuk mengamankan
patok-patok sumbu bangunan sebelum memulai pekerjaan pondasi khususnya
penentuan patok-patok untuk galian pondasi.
B. URUGAN
1. Seluruh pengurugan dan pemadatan harus dibawah
pengawasan Konsultan Pengawas, yang harus menyetujui seluruh bahan pengisi
lebih dahulu sebelum digunakan. Kontraktor tidak diperkenankan melakukan
pengurugan tanpa seijin dari Konsultan Pengawas.
2. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas,
urugan kembali dari galian pondasi baru dapat dimulai paling cepat 48 jam
setelah pembongkaran bekisting beton pondasi selesai dilakukan.
3. Material untuk urugan kembali bekas galian pondasi
harus bermutu baik untuk bahan urugan, yang didapat dari bekas galian itu
sendiri ataupun mendatangkan dari tempat lain yang kesemuanya harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas. Urugan harus
dilakukan dengan lapis demi lapis yang dipadatkan dengan baik, dan tebal
lapisan maximum 30 cm. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan
peralatan mekanis yang disetujui Konsultan Pengawas, dengan pemadatan
minimumnya mencapai nilai 90 % standart proctor.
4. Kontraktor harus memperhatikan secara benar peil
rencana urugan sesuai dengan gambar rencana.
VII. PEMADATAN
Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang sempurna, maka perlu disediakan alat-
alat pemadatan (Stamper). Pemadatan dilakukan lapis demi lapis maximal tebal
pemadatan + 30 cm.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan pasangan batu gunung ini meliputi pekerjaan pondasi bangunan,
detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.
2. BAHAN
2.1 Batu gunung yang dipasang adalah dari mutu terbaik, produk lokal dan
disetujui Direksi Pengawas. Syarat-syarat batu gunung harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam NI-10.
2.2 Batu gunung yang digunakan harus dengan mutu terbaik, serta disetujui
Direksi Pengawas.
2.3 Semen portland yang digunakan harus dari satu merk produk, mutu I dan
memenuhi syarat-syarat dalam NI-8.
2.4 Pasir aduk harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
2.5 Air untuk adukan pasangan, harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak,
asam, base serta memenuhi PUBI-1982 pasal 9.
3. PELAKSANAAN
3.1 Bahan-bahan yang digunakan, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Pengawas.
3.2 Seluruh pondasi dari pasangan batu gunung menggunakan adukan 1pc : 4 pasir
pasang.
Pemborong harus menyediakan peralatan manual dan alat bantu lainnya yang
diperlukan untuk pekerjaan pemancangan Cerucuk ulin. Jumlah dimensi serta
jarak-jarak Cerucuk ulin yang digunakan harus disesuaikan dengan gambar kerja
(denah pondasi) dan mutu maupun kualitas bahan yang digunakan harus
disesuaikan dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Untuk pondasi bawah
dilaksanakan dengan menggunakan bahan kayu ulin, dalam hal ini kayu ulin
berukuran 10x10/2M
1. Tanggungjawab Kontraktor
Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk mengadakan tindakan pengamanan
untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul pada gedung
tetangga, jalan, drainage, saluran air minum, pipa gas, kabel-kabel listrik dan
telepon yang ada. Segala perbaikan atas kerusakan tersebut dilakukan atas
biaya kontraktor.
2. Panjang Pancang Cerucuk ulin Kayu Ulin
.1 Pelaksanaan cerucuk ulin disesuaikan dengan daya
dukung rencana yang diharapkan, dan posisi yang di tunjukkan pada gambar
denah pondasi.
.2 Pekerjaan pancang cerucuk ulin harus dibawah
pengawasan langsung dari Konsultan Pengawas.
2.3 Panjang Cerucuk ulin keseluruhan berkisar 1,33 – 2 Meter.
2.4 Kerusakan kayu ulin untuk pancang yang terjadi atau karena
pelaksanaannya sehingga menurut pertimbangan Konsultan Pengawas secara
teknis tidak dapat dipergunakan, maka kontraktor harus segera memperbaiki
atas biaya kontraktor.
3. Pelaksanaan
Kontraktor harus melaksanakan pengukuran dan level lapangan untuk
mendapatkan titik-titik pancang cerucuk ulin.
4. Hambatan-hambatan
Segala hambatan dalam pemancangan Cerucuk kayu ulin ke dalam lapisan tanah
harus sudah diperhitungkan oleh Kontraktor baik dalam teknik pelaksanaan
maupun biayanya.
5. Pembersihan Lapangan
Kontraktor harus membersihkan lapangan dari segala kotoran-kotoran, sisa
pemancangan Cerucuk ulin dan lain-lain yang tertinggal dalam pelaksanaan
pekerjaan.
6. Garansi Pelaksanaan
Penyimpangan dari ketentuan dalam spesifikasi ini tidak diperkenankan, sedang
segala akibat dari penyimpangan yang timbul akibatnya akan menjadi
tanggungjawab dari kontraktor termasuk biaya-biaya perbaikan yang diperlukan
atas keputusan Konsultan.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1.1 Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan:
- Konstruksi beton K-175 untuk pondasi, telapak, Sloef, Kolom, Ring balk.
- Beton (B0) untuk lantai rabat .
2. BAHAN
A. PERATURAN STANDARDS
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam SK-SNI T-
15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan lain oleh Konsultan
Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka
ketentuan-ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu
memberitahukan dan memintakan ijin dari Konsultan Pengawas. Adapun
ketentuan-ketentuan tadi adalah sebagai berikut:
- ASTM C 150 Portland Cement
- ASTM C 33 Concrete Agregates
- ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete
- ASTM A 615 Deformad and Plain Reinforcing Bars for Concrete Reinforcement
- ASTM A 185 Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement
B. SEMEN
1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas,
semen yang digunakan adalah semen Type I sesuai ASTM C 150, dan segala
sesuatunya harus mengikuti ketentuan SK-SNI T-15-1991-03. Semen yang
digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
2. Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari
produsen untuk setiap pengiriman semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi
telah memenuhi sesuatu test standard yang lazim digunakan untuk material itu.
3. Konsultan Pengawas berhak untuk memeriksa
semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan
dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-semen tersebut.
4. Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang
penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik sehingga semen-semen
tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang
merusak, terutama sekali lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan
berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
5. Semen dalam kantung-kantung semen tidak
boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus
disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-
penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis
sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus segera
dikeluarkan dari lapangan.
6. Kontraktor harus mengambil pengelola gudang
yang cakap, yang mengawasi gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-
catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
Tindasan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas bila
dikehendaki, yaitu jumlah semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian
kerja.
B. PERBANDINGAN ADUKAN
1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu
adukan beton yang di buatnya, dan harus merencanakan perbandingan adukan
agar didapatkan hasil sesuai yang diminta dalam spesifikasi.
2. Sedikitnya 8 minggu sebelum dimulainya
pekerjaan pengecoran beton, kontraktor mengajukan usulan komposisi adukan
yang akan digunakannya pada Konsultan Pengawas. Asal usul dan gradasi dari
agregat, komposisi adukan, metode pengadukan yang dipakai, metode
pengecoran, harus turut diberitahukan kepada Konsultan Pengawas. Setelah itu
kontraktor harus mengadakan trial test (percobaan pendahuluan), dengan
membuat suatu percobaan adukan yang hasilnya dapat diketahui sebelum
pelaksanaan pekerjaan pengecoran. Test yang diadakan harus dilakukan dengan
diawasi Konsultan Pengawas, dan menggunakan peralatan, bahan, metode yang
sesuai dengan kondisi yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3. Adukan percobaan harus dimodifikasi dan
diulangi sampai pihak Konsultan Pengawas puas dengan kenyataan bahwa
material dan prosedur yang digunakan akan menghasilkan beton dangan
kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Kekuatan dari
beton yang disyaratkan harus dibuktikan dengan mengambil kubus test untuk
ditest di laboratorium; yang kesemuanya harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam SK-SNI T-15-1991-03. Tidak satupun komposisi adukan beton yang dapat
digunakan dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus
berdasar pada hasil adukan percobaan yang telah disetujui.
4. Komposisi adukan dapat diubah dalam periode
pelaksanaan pekerjaan oleh Konsultan Pengawas dengan berdasar pada hasil
test pada agregat dan test beton yang sudah selesai dikerjakan.
5. Penggunaan material dan komposisi adukan
yang konsisten, harus diterapkan agar tercapai hal-hal sebagai berikut :
i) Kekuatan beton rencana yaitu beton K-175 (Poor Plat, Sloef, Kolom
dan Ring Balk).
ii) Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan
lingkungan.
iii) Pengaruh kembang susut yang kecil.
C. PENGADUKAN
1. Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga
dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi
adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan ke dalam alat
pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.
2. Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat
pengaduk yang mempunyai kapasitas minimum 0.2 m 3 dengan waktu tidak
kurang dari 1 ½ menit setelah semua bahan adukan beton dimasukkan dengan
segera, kecuali air yang dapat dimasukkan sebagian lebih dahulu. Konsultan
Pengawas berhak untuk memerintahkan memperpanjang proses pengadukan bila
ternyata hasil adukan yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen
seluruhnya, dan kekentalannya tidak merata. Adukan beton yang dihasilkan dari
proses pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang
merata untuk keseluruhannya.
3. Air untuk pencampur adukan beton dapat
diberikan sebelum dan sewaktu pengadukan dengan kemungkinan penambahan
sedikit air pada waktu proses pengeluaraan dari adukan yang dapat dilakukan
berangsur-angsur. Penambahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk
menjaga kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk
yang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau
diganti dengan yang baik lainnya. Pada alat pengaduk yang ditempatkan secara
sentral, atau pada mixing plants, Kontraktor harus menyediakan sarana agar
proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh
digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi kapasitasnya,
kecuali diinstruksikan Konsultan Pengawas.
4. Alat pengaduk yang digunakan harus
menunjukkan dengan jelas data-data dari pabriknya yang menunjukkan:
a. Gross volume dari ruang pengaduk.
b. Maximum kecepatan pengadukan.
c. Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-
data tentang ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
5. Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih
sebelum diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci
bersih setelah selesai mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai
adukan yang pertama pada suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah
bersih, pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton mollen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus
dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan
normal.
6. Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan,
terkecuali untuk suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan
setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengadukan dengan
manual (hand mixing) ini harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai
tepi-tepi penghalang. Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan
diaduk harus diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali
pengadukan, untuk kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang
air, dan setelah itu dilakukan pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga)
kali pengadukan sampai didapat suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam
pengadukan kembali ini kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen, serta
tidak diperkenankan melakukan pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah
yang lebih dari ½ m 3 diaduk sekaligus.
D. PENGECORAN
1. Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam
dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala
macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan
dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
2. Juga air tergenang pada
acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan harus segera dihilangkan.
Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah dengan
mengadakan drainage yang baik atau dengan metode lain yang disetujui
Konsultan Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor
menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
3. Pengecoran tidak boleh
dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicor, kondisi permukaan beton
yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian
selesai diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setelah diperiksa dan
disetujui Konsultan Pengawas, maka pekerjaan yanag dapat dilakukan hanyalah
pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton
pada daerah yang telah disetujui; terkecuali dengan seijin Konsultan Pengawas.
4. Pada tiap pengecoran,
Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga pelaksananya yang
berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana ini harus hadir,
mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran. Sedang semua
pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang terlatih,
yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran yang
dilakukan.
5. Tidak diperkenankan
melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton yang bersifat
permanen tanpa dihadiri Konsultan Pengawas atau wakil dari Konsultan
Perencana (inspector).
6. Kontraktor harus
mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar didapat suatu
rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan memadatkan adukan
beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
7. Mengencerkan adukan
beton yang sudah diangkut sama sekali tidak diperkenankan. Adukan beton yang
sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan, harus segera dibuang.
8. Seluruh pekerjaan
pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan betonnya mulai
mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap
beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
9. Dalam hal terjadi
kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan suatu
pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Kontraktor harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu dengan
kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis.
Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar
berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk
construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah
dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh pihak Konsultan Pengawas.
10. Beton yang baru selesai
dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat sinar matahari
ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah dicorkan
harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Konsultan
Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan
melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal
ini bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam
keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan bekisting.
2. BAHAN
2.1 Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua type material tadi bila digunakan
tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas dan
kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dimensi
yang direncanakan.
2.2 Bekisting yang digunakan untuk beton exposed harus benar-benar mempunyai
permukaan yang halus. Jika digunakan bekisting multipleks, sambungan
antara tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil hingga didapat
permukaan dalam bekisting yang benar-benar rata sesuai yang direncanakan.
3. PELAKSANAAN
A. UMUM
1. Kontraktor harus
menyerahkan kepada Konsultan Pengawas semua perhitungan dan gambar
rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Konsultan
Pengawas, Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun Konsultan Pengawas telah menyetujui untuk digunakannya suatu
rencana bekisting dari kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh
bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
2. Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan
beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku,
dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah
terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya
yang mungkin bekarja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian
bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan
kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan yang baik.
Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horisontal dan vertikal. Semua
bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul
atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang
besi dan murnya.
3. Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan
berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Konsultan Pengawas,
harus segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana
mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
4. Semua pekerjaan sudut-
sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus ditakik 25 mm.
C. PEMBONGKARAN BEKISTING
1. Secara umum, kecuali
dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas, semua bekisting harus disingkirkan
dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak terganggunya kemajuan
pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan, bila perlu
bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah beton mempunyai
kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting untuk bagian atas dari bidang
beton yang miring, harus segera dibongkar setelah beton mempunyai kekakuan
untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton. Bilamana diperlukan
perbaikan pada bidang atas beton yang miring, maka perbaikan tadi harus
sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah penjagaan pada
proses pengerasan beton (curing).
2. Pembukaan bekisting
tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai umur sesuai daftar
dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton mengeras untuk
menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran bekisting harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada beton.
Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting,
maka langkah perbaikannya harus sesegera mungkin dilakukan. Daftar
ketentuan diperkenankannya dibuka suatu bekisting bila dihitung sejak selesai
pengecoran.
3.
Untuk kondisi-kondisi
dimana plat dan balok yang masih ada sistim lantai diatasnya, maka pembukaan
bekisting dan penyangganya harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas,
dimana dalam hal ini segala kemungkinan beban yang akan bekerja serta umur
beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.2.1 Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan besi beton.
2. BAHAN
BAJA TULANGAN
1. Baja tulangan harus
memenuhi ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03 dengan mutu U-24 (tegangan
leleh karakteristik = 2400 kg/cm 2 ).
2. Semua baja tulangan
yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat bebas dari kotoran-kotoran,
lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak bercacat seperti retak dll.
3. Kontraktor harus
mengadakan pengujian mutu beton baja yang akan dipakai sesuai dengan
petunjuk dari Konsultan Pengawas. Batang percobaan diambil dengan disaksikan
Konsultan Pengawas sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis baik
mutu maupun pengiriman massal atau bilamana terjadi keraguan terhadap mutu
baja yang dikirim ke Kegiatan. Semua biaya-biaya percobaan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Sedangkan panjang setiap
benda uji adalah 100 cm.
3. PELAKSANAAN
3.2. PEMBERSIHAN
Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton
dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses pengecoran
beton.
3.3. PEMBENGKOKAN
Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Kontraktor
dan disetujui Konsultan Pengawas. Semua proses pembengkokan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung
pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI T-15-
1991-03. Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila
telah mendapat ijin dari Konsultan Pengawas.
3.4. PELURUSAN
Besi tulangan tidak boleh dibengkokan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau
dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.
3.5. PEMASANGAN
a. Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,
dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan
didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar
posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran. Pengikat
dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting dalam hal
beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan didudukan pada blok
beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton
rencana dan bentuknya harus menjamin didapatnya permukaan beton yang baik.
b. Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak berubah
bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian tadi.
c. Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan tidak
diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton, Kontraktor
harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus mengawasi dan
memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk karena
hal-hal yang mungkin timbul; dan hal-hal tadi harus cepat diperbaiki sebelum
pengecoran mencapai daerah tersebut.
d. Pemasangan besi beton harus mengingat syarat jarak bersih antar tulangan,
atau antar tulangan dan angkur, atau antara benda-benda metal tertanam
sebagaimana yang ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan penutup atap seperti yang
tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana. Pekerjaan ini meliputi
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan pekerjaan
pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan pekerjaan
lainnya.
2. BAHAN
2.1 Sebelum didatangkan penutup atap kelokasi pekerjaan, contoh-contoh
semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan digunakan harus
diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan konsultan perencana
dan konsultan pengawas.
- Bahan: Metal Roof
- Bahan tidak mudah pecah, tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan
terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara
hujan.
- Spesifikasi bahan:
Ukuran reng 3/4 cm dari kayu meranti dengan jarak ±37 cm atau di
sesuaikan ukuran metal dan sesuai persetujuan konsultan pengawas.
Ukuran kaso 5/7 cm dari kayu kruing dan jarak 50 cm
2.2 Warna sesuai persetujuan perencana dan konsultan pengawas, yaitu merah.
3. PELAKSANAAN
3.1 Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengawas.
3.2 Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas
terbaik dari jenisnya dan harus disetujui dari Direksi Pengawas.
3.3 Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
XIV. PEKERJAAN DINDING
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk
Direksi Pengawas.
2. BAHAN
2.1. Batu bata yang dipasang adalah dari mutu terbaik, produk lokal dan
disetujui Direksi Pengawas. Syarat-syarat batu bata harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam NI-10.
2.2. Batu bata yang digunakan dengan mutu terbaik, siku dan sama ukuran,
sama warna serta disetujui Direksi Pengawas.
2.3. Semen portland yang digunakan harus dari satu merk produk, mutu I
dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8.
2.4. Pasir aduk harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
2.5. Air untuk adukan pasangan, harus bersih, tidak mengandung lumpur,
minyak, asam, base serta memenuhi PUBI-1982 pasal 9.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan–bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plestera, sehingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik.
1.2 Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam
dan luar seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.
1.3 Setiap sudut luar dari plesteran harus dipasang metal perkuatan sudut.
2. PERSYARATAN BAHAN
2.1 Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk
seluruh pekerjaan).
2.2 Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
2.3 Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.
2.4 Penggunaan adukan plesteran:
a. Adukan 1 PC: 4 pasir dipakai untuk plesteran rapat air atau mortar
DRYMIX untuk seluruh plesteran.
b. Adukan 1 PC: 5 pasir dipakai untuk seluruh plesteran dinding
lainnya.
c. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC atau
sesuai rekomendasi produsen DRYMIX.
d. Metal perkuatan sudut dan metal kontrol joint untuk area tertentu
atas petunjuk Perencana.
3. PELAKSANAAN
3.1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana, dan
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan ini.
3.2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton
atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Perencana sesuai uraian
dan syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
3.3. Semua sudut – sudut dalam maupun luar dan juga semua kontrol joint atau
nad harus dipasang perkuatan dari bahan Zinc Alloy dengan sayap Expanded
produksi Jof Metal atau setara.
3.4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuknya.
3.5. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume,
cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata dibawah
permukaan tanah samapi ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 160 cm
dari permukaan lantai untuk kamar mandi, WC/toilet dan daerah basah lainnya
dipakai plesteran 1PC:3 pasir.
b. Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond,
dengan perbandingan 1 bagian PC:1 bagian Daily bond.
c. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1PC:5
pasir.
d. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah
plesteran berumur delapan hari (kering benar), untuk adukan plesteran
finishing harus ditambah dengan additive plamix dengan dosis 300-250 gram
plamix untuk setiap 50 kg semen.
e. Semua jenis aduk perekat tersebut diatas harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering,
diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
3.6. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa, listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
3.7. Untuk beton sebelum diplester permukaanya harus dibersihkan dari sisa –
sisa bekisting dan kemudian dikerek (scrath) terlebih dahulu dan semua
lubang–lubang bekas pengikat bekisting atau from tie harus tertutup aduk
plester.
3.8. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian diatas permukaan
plesterannya).
3.9. Untuk dinding tertanam didalam tanah diberapen dengan memakai spasi
kedap air 1 pc = 3 pasir pasangan.
3.10. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur-alur garis horizontal atau dikerek (scrath) untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali yang menerima cat.
3.11. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping – keping plywood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang.
3.12. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom
yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil- peil yang diminta gambar,
tebal plesteran maksimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi
kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya
pada bagian pekerjaan yang diizinkan Perencana.
3.13. Bila plesteran menggunakan mortal DRY MIX maka kontraktor wajib
mengikuti semua persyaratan dari mulai penanganan bahan, proses
pengerjaan, cara kerja untuk dinding bata, selkon, dan sejenisnya maupun
permukaan beton, cara perlindungan dan cara pemeliharaan dari produsen
DRY MIX tanpa terkecuali. Demikian juga untuk acian plesteran.
3.14. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm
dalamnya 1 cm, kecuali bila ada petunjuk lain digambar.
3.15. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m, Jika melebihi
Kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan
Kontraktor.
3.16. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap
kali terlihat kering, selama 7 (tujuh) hari terus menerus dan melindungi dari
terik panas matahari langsung dengan bahan–bahan penutup yang bisa
mencegah penguapan air secara cepat.
3.17. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh Perencana dengan biaya atas tanggungan Kontraktor. Setelah acian
selesai, acian harus dibasahi terus menerus sekurang – kurangnya 7 (tujuh)
hari.
3.18. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang sebelum difinish,
kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan–kerusakan
dan pengotoran bahan lain, setiap kerusakan menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan wajib diperbaiki.
3.19. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan sub lantai ini dilakukan dibawah lapisan finishing lantai pada
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
2. BAHAN
2.1 Lantai Keramik yang digunakan adalah kwalitas terbaik (KW 1) :
- Produksi: Asia Tile
- Bahan pengisi: ABA Grout / AM Grout
- Bahan perekat : AM / ABA Tle Adhesive tipe sesuai dengan rekomendasi
produsen.
- Warna : a. Ruangan Putih (Murano)
b. Teras Putih (Murano).
22 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PUPB 1970 dan PUBI 1982.
2.3 Semen Portland harus menuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam PUBB 1970 (NU-3) dan PBI 1971 (NI-2) dan
ASTM.
2.4 Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Perencana.
3. PELAKSANAAN
3.1 Sebelum dimulai pekerjaan kontraktor diwajibkan membuat shop drawing
mengenai pola keramik.
3.2 Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan
bernoda.
3.3 Adukan pasangan/pengikat dengan AM Tile Adhesive dengan type sesuai
rekomendasi produsen.
3.4 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
3.5 Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang
benar-benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan di
daerah basah dan teras.
3.6 Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail
atau sesuai petunjuk Perencana.
3.7 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-
siar), harus sama lebarnya, maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis
sejajar dan lurus yang sam lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang
berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak
lurus sesamanya.
3.8 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi yang bermutu baik, dari bahan
seperti yang telah disyaratkan di atas. Warna senada dengan keramik yang di
pasang dan atas persetujuan Perencana.
3.9 Pemotongan unit-unit keramik tiles harus mengguinakan alat
pemotong keramik khusus sesuai persyaratan dari pabrik.
3.10 Keramik yang sudah di pasang harus dibersihkan dari segala
macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih.
3.11 Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban
selama 3x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan
lain.
3.12 Untuk yang cukup luas diharuskan menggunakan Flexibilitas Joint setiap 25
m2 agar tidak terjadi keramik yang terangkat, sesuai rekomendasi produsen.
1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan alat-alat khusus yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, meliputi:
1.1 Kusen-kusen pintu dan jendela kaca
1.2 Kelengkapan dan bahan lain untuk terlaksananya pekerjaan ini.
2. BAHAN
Kayu yang di gunakan adalah kayu bangkirai dengan ukuran jadi 5 x 13
cm, harus bermutu baik dan di setujui oleh Perencana dan Pengawas
Lapangan.
3. PELAKSANAAN
3.1 Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh perusahaan aplikator yang telah
berpengalaman mengerjakan pekerjaan sejenis dengan tingkat kesulitan dan
volume yang minimal Sama dengan Kegiatan ini.
3.2 Shop drawing akan menunjukkan ukuran secara detail pertemuan dan
hubungannya dengan konstruksi secara keseluruhannya.
4. PEMASANGAN
4.1 Kontraktor harus bertanggung jawab ketepatannya baik posisi
maupun ukurannya dan sesuai dengan gambar rencana. Jika ada kesalahan
maka kontraktor harus memperbaiki dulu sebelum pekerjaan pemasangan
dilaksanakan.
4.2 Gambar kerja harus diserahkan untuk disetujui sebelum dipesan,
semua ukuran harus diteliti dan disesuaikan dengan gambar rencana.
4.3 Pemasangan oleh tenaga ahli yang disetujui pabrik dan
bertanggung jawab atas segala bahan kaca. Pengerjaan secara teliti dan
hasilnya harus dapat disetujui pengawas.
4.4 Semua bahan harus dijaga agar tetap baik, bersih tidak menjadi
cacat. Bahan yang cacat harus dikeluarkan dari tempat kerja dan diganti yang
baru.
4.5 Semua konstruksi penyangga harus dipasang sampai konstruksi
berdiri tegak dan dibersihkan sesudah selesai.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan–bahan, perlengkapan
daun pintu/daun jendela dan alat–alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
1.2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu kayu seperti yang ditunjuk/disyaratkan dalam
detail gambar.
2. BAHAN
2.1. Semua “Bahan“ yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis, bila terjadi perubahan atau
penggantian “Bahan” akibat dari pemilihan merek, kontraktor wajib
melaporkan hal tersebut kepada dan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan. Merk kunci yang digunakan adalah cavel atau setara.
2.2. Semua anak kunci harus dilangkapi dengan tanda pengenal dari aluminium
berukuran 3x6 cm dengan tebal 1 mm. Tanda pengenal ini dihubungkan
dengan cincin nikel kesetiap anak kunci.
4. PELAKSANAAN
4.1. Engsel atas dipasang + 25 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah dipasang + 25 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang ditengah–tengah antara kedua engsel tersebut.
4.2. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
4.3. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
4.4. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan di Lapangan dan disetujui oleh Perencana. Didalam shop drawing
harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produk, cara pemasangan atau detail–detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap di dalam Gambar Dokumen Kontrak, sesuai dengan Standar
Spesifikasi produsen.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan–bahan,
peralatan dan alat–alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan
ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pembuatan rangka plafond kayu meranti 5/7
untuk memasang lembaran Plafond.
2. BAHAN
2.1 Jarak dan ukuran sesuai yang ditunjuk dalam gambar tetapi tidak
kurang dari yang diperlukan agar sesuai dengan standard produsen atau
setara.
2.2 Semua rangka kayu untuk plafond Harus bermutu baik dan mendapat
persetujuan Perencana.
2.3 Bahan–bahan:
- Bahan : GRC board 4 mm
- Ukuran : disesuaikan dengan gambar rencana
- Warna : menurut persetujuan Perencana
(Putih)
- Rangka : kayu meranti 5/7.
- Paku : Paku khusus untuk GRC board.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Persiapan permukaan yang akan dicat
1.2 Pengecatatan permukaan dengan bahan–bahan yang telah ditentukan.
1.3 Pengecatan meliputi semua permukaan dan area yang disebutkan dalam
gambar atau sesuai dengan yang tertera pada gambar dan yang tidak
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan
petunjuk Perencana dan Pengawas.
2. PELAKSANAAN
2.1 Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus membuat Mock–Up pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang–bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara
pengerjaan. Bidang–bidang yang akan dipakai sebagai Mock-Up ini akan
ditentukan oleh Perencana dan Pengawas.
2.2 Jika masing–masing bidang tersebut telah disetujui oleh Perencana
dan Pengawas, bidang–bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal
keseluruhan pekerjaan pengecatan.
2.3 Installatir diwajibkan mengikuti semua persyaratan teknis aplikasi dari
produsen tanpa kecuali.
2.4. Apabila terjadi kerusakan baik yang terlihat maupun yang
tersembunyi dan tidak disebabkan oleh pemilik atau pemakai maka Kontraktor
wajib memperbaiki seluruh pekerjaan yang rusak sampai dengan disetujui
oleh Perencana dan Pengawas dengan seluruh biaya ditanggung oleh
Kontraktor.
(1) Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilaksanakan oleh Instalatur Listrik yang
telah mempunyai Surat Pengakuan (PAS) golongan C dari PLN setempat dan
SIPP kelas A dari pemerintah setempat.
(2) Gambar spesifikasi dan risalah aanwijzing merupakan suatu kesatuan yang
saling mengikat dan melengkapi. Kontraktor harus menjalin hubungan yang
baik dengan kontraktor lain dalam pekerjaan ini, sehingga secara bersama-
sama menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang
ditentukan.
(3) Pada dasarnya untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik ini, disamping
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini, berlaku :
A.V. 1941
Puil 2000
AVE/VDE.
Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas
Keselamatan Kerja Pemerintah Daerah setempat.
Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja Pemerintah Daerah setempat.
Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik dimana mesin,
peralatan dan material tersebut dibuat.
Peraturan/persyaratan lainnya yang berlaku sah di Indonesia
(4) Semua gambar-gambar kerja atau shop drawing yang dibuat oleh
Kontraktor/Instalatur listrik maka sebelum dilaksanakan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Pengawas/Direksi Lapangan.
(5) Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari penyesuaian-
penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-catatan tersebut
harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar As Built Drawing dan harus
diserahkan kepada direksi segera setelah pekerjaan selesai.
(6) Dalam perhitungan biaya penawaran, harus sudah termasuk :
Biaya perizinan dan pengetesan untuk bahan-bahan dan
peralatan-peralatan yang dipasang.
Biaya keur dan biaya tanggungan instalasi.
Pemborong harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang dipasang kepada
direksi. Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian
contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan pemborong.
(7) Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud dalam
spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan harus
dilakukan oleh tenaga ahli.
(8) Pengawas Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua pekerjaannya.
Kontraktor wajib menempatkan pengawas untuk mengawasi pekerjaannya
sendiri. Penanggung jawab pelaksana pekerjaan harus selalu berada di tempat
pekerjaan dan dapat mengambil keputusan demi kelancaran pekerjaan.
(9) Commisioning & Testing
a. Pemborong pekerjaan instalasi harus dilakukan testing dan pengukuran
yang dianggap perlu untuk memeriksa, mengetahui apakah seluruh
instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah
memenuhi persyaratan yang berlaku.
b. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut merupakan tanggung jawab pemborong. Hal ini termasuk
pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing.
XXII.PEKERJAAN SANITARY
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang
digunakan daalm pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
dan sempurna dalam pemakaian/ operasinya.
1.2 Pekerjaan pemasangan sanitair ini sesuai yang dinyatakan/ ditunjukkan
dalam detail gambar atau sesuai dengan persyaratan dari produsen.
2. BAHAN
2.1 Semua meterial harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan
dipasaran, kecuali ditentukan lain.
2.2 Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya,
sesuai dengan yang telah direkomendasikan oleh produsen untuk masing-
masing type yang dipilih.
3. PELAKSANAAN
3.1 Semua sanitary dan kelengkapannya sebelum dipasang harus ditunjukkan
kepada Perencana dan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
3.2 Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian sanitary dan
kelengkapannya, sampai dengan di setujui oleh Perencana dan Pengawas
berdasarkan contoh yang diberikan Kontraktor.
3.3 Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang
ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola,
penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail
sesuai gambar dan dikoordinasikan dengan Konsultan Pengawas.
3.4 Bila ada kelalaian dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkan kepada Perencana dan Pengawas.
3.5 Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila
ada kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelalaian tersebut
diselesaikan.
3.6 Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
3.7 kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya
Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik.
3.8 Setelah Floor drain dan clean out terpasang, semua noda- noda dibersihkan
dan tidak ada kebocoran.