Anda di halaman 1dari 22

METODE PELAKSANAAN

I. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


Sebelum memulai pekerjaan tersebut, persiapan-persiapan yang perlu dilakukan
adalah Penyediaan sarana transportasi guna penunjang pelaksanaan pekerjaan
Kegiatan.

II. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK


Setelah lokasi selesai di survey hal yang perlu dilakukan adalah mengadakan
pengukuran lapangan dan pemasangan bowplank yang di sesuaikan dengan
gambar rencana dari pihak Perencana. Bila ada ketidak sesuaian antara gambar
dan lokasi, Kontraktor Tidak berhak merubah sendiri rencana tanpa persetujuan
Perencana, dan Kontraktor wajib memberi laporan kepada pihak Perencana untuk
dicarikan Penyelesaiannya.

III. MEMBUAT SEROBONG KERJA


Untuk lebih memudahkan dalam proses pelaksanaan Kegiatan ini hal yang perlu
dipikirkan adalah penempatan material maupun Kantor sementara untuk
Pelaksana. Hak ini perlu agar bongkar muat material untuk pelaksanaan Kegiatan
dapat dilakukan dengan mudah dan sebisa mungkin tempat kerja sementara
maupun tempat penyimpanan material tidak mengganggu aktifitas kerja Kantor
yang dibangun, dan yang paling penting mempercepat kerja

IV. PENGGALIAN PONDASI & URUGAN

A. PENGGALIAN PONDASI
Sebelum Pekerjaan galian dilakukan, seluruh areal yang akan dipakai untuk tempat
kerja harus dibersihkan dari pohon, tanggul kayu, semak, bekas-bekas bangunan,
dan benda-benda yang tidak diperlukan sebelum memulai pekerjaan. Kontraktor
harus memeriksa dengan teliti mengenai posisi bangunan untuk mengamankan
patok-patok sumbu bangunan sebelum memulai pekerjaan pondasi khususnya
penentuan patok-patok untuk galian pondasi.

1. Semua penggalian pondasi dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:
Penggalian biasa
Penggalian biasa adalah penggalian pada jenis-jenis tanah seperti tanah liat,
lanau, pasir, campuran tanah dengan koral atau batu yang agak besar
(boulders), tetapi bukan tipe rock atau weathered rock.

2. Penggalian harus dilakukan dengan teliti sesuai gambar


dan syarat-syarat yang sudah ditentukan, baik mengenai kedalaman atau pun
dimensinya harus sesuai dengan gambar rencana yang disetujui Konsultan
Perencana. Lubang galian harus digali dengan kemiringan yang seperlunya
untuk keperluan stabilitas lereng galian, atau ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas.
3. Penggalian pada kedalaman dibawah muka air tanah, harus dilakukan dengan
bantuan turap-turap kayu atau besi untuk menjaga kemungkinan longsornya
dinding galian. Harga satuan untuk penggalian jenis ini harus sudah termasuk
semua material, upah, dan semua biaya untuk penurapan, pompa dll.
4. Semua ukuran-ukuran dan dasar galian harus
diselesaikan dengan teliti hingga mencapai ukuran-ukuran, ketinggian-
ketinggian, dan kemiringan-kemiringan yang direncanakan.
5. Permukaan dasar galian pondasi harus bersih dan
bebas dari material-material yang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan tanah dalam mendukung beban yang direncanakan. Kondisi dari
dasar galian ini, bila dianggap perlu harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
6. Semua perubahan volume dalam pekerjaan
penggalian pondasi yang diakibatkan modifikasi rencana pondasi, dapat
mempengaruhi jumlah nilai pekerjaan untuk pekerjaan-pekerjaan galian, beton,
bekisting, dan urugan kembali, tetap didasarkan pada harga satuan pekerjaan
yang tercantum dalam Bill of Quantities.
7. Bila kondisi tanah pada kedalaman rencana ternyata
tidak baik dari segi daya dukung tanah, Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan penggalian diteruskan atau memperbaiki kondisi tanah tadi
dengan batu pecah atau lapisan koral tebal 15 cm yang dipadatkan dengan baik.
8. Bila Kontraktor melakukan penggalian pondasi
melebihi kedalaman rencana atau ukuran lebar yang melebihi ukuran rencana,
maka terhadap dasar galian pondasi ataupun dinding galian pondasi harus
dilakukan langkah perbaikan dengan lapisan gravel seperti tersebut di atas atau
memperbesar dimensinya, dengan beban biaya Kontraktor sendiri.

B. URUGAN
1. Seluruh pengurugan dan pemadatan harus dibawah
pengawasan Konsultan Pengawas, yang harus menyetujui seluruh bahan pengisi
lebih dahulu sebelum digunakan. Kontraktor tidak diperkenankan melakukan
pengurugan tanpa seijin dari Konsultan Pengawas.
2. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas,
urugan kembali dari galian pondasi baru dapat dimulai paling cepat 48 jam
setelah pembongkaran bekisting beton pondasi selesai dilakukan.
3. Material untuk urugan kembali bekas galian pondasi
harus bermutu baik untuk bahan urugan, yang didapat dari bekas galian itu
sendiri ataupun mendatangkan dari tempat lain yang kesemuanya harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas. Urugan harus
dilakukan dengan lapis demi lapis yang dipadatkan dengan baik, dan tebal
lapisan maximum 30 cm. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan
peralatan mekanis yang disetujui Konsultan Pengawas, dengan pemadatan
minimumnya mencapai nilai 90 % standart proctor.
4. Kontraktor harus memperhatikan secara benar peil
rencana urugan sesuai dengan gambar rencana.

VII. PEMADATAN

Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang sempurna, maka perlu disediakan alat-
alat pemadatan (Stamper). Pemadatan dilakukan lapis demi lapis maximal tebal
pemadatan + 30 cm.

VIII. PONDASI BATU GUNUNG

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan pasangan batu gunung ini meliputi pekerjaan pondasi bangunan,
detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.

2. BAHAN
2.1 Batu gunung yang dipasang adalah dari mutu terbaik, produk lokal dan
disetujui Direksi Pengawas. Syarat-syarat batu gunung harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam NI-10.
2.2 Batu gunung yang digunakan harus dengan mutu terbaik, serta disetujui
Direksi Pengawas.
2.3 Semen portland yang digunakan harus dari satu merk produk, mutu I dan
memenuhi syarat-syarat dalam NI-8.
2.4 Pasir aduk harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
2.5 Air untuk adukan pasangan, harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak,
asam, base serta memenuhi PUBI-1982 pasal 9.
3. PELAKSANAAN
3.1 Bahan-bahan yang digunakan, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Pengawas.
3.2 Seluruh pondasi dari pasangan batu gunung menggunakan adukan 1pc : 4 pasir
pasang.

IX. PEKERJAAN PANCANG CERUCUK ULIN

Pemborong harus menyediakan peralatan manual dan alat bantu lainnya yang
diperlukan untuk pekerjaan pemancangan Cerucuk ulin. Jumlah dimensi serta
jarak-jarak Cerucuk ulin yang digunakan harus disesuaikan dengan gambar kerja
(denah pondasi) dan mutu maupun kualitas bahan yang digunakan harus
disesuaikan dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Untuk pondasi bawah
dilaksanakan dengan menggunakan bahan kayu ulin, dalam hal ini kayu ulin
berukuran 10x10/2M
1. Tanggungjawab Kontraktor
Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk mengadakan tindakan pengamanan
untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul pada gedung
tetangga, jalan, drainage, saluran air minum, pipa gas, kabel-kabel listrik dan
telepon yang ada. Segala perbaikan atas kerusakan tersebut dilakukan atas
biaya kontraktor.
2. Panjang Pancang Cerucuk ulin Kayu Ulin
.1 Pelaksanaan cerucuk ulin disesuaikan dengan daya
dukung rencana yang diharapkan, dan posisi yang di tunjukkan pada gambar
denah pondasi.
.2 Pekerjaan pancang cerucuk ulin harus dibawah
pengawasan langsung dari Konsultan Pengawas.
2.3 Panjang Cerucuk ulin keseluruhan berkisar 1,33 – 2 Meter.
2.4 Kerusakan kayu ulin untuk pancang yang terjadi atau karena
pelaksanaannya sehingga menurut pertimbangan Konsultan Pengawas secara
teknis tidak dapat dipergunakan, maka kontraktor harus segera memperbaiki
atas biaya kontraktor.
3. Pelaksanaan
Kontraktor harus melaksanakan pengukuran dan level lapangan untuk
mendapatkan titik-titik pancang cerucuk ulin.
4. Hambatan-hambatan
Segala hambatan dalam pemancangan Cerucuk kayu ulin ke dalam lapisan tanah
harus sudah diperhitungkan oleh Kontraktor baik dalam teknik pelaksanaan
maupun biayanya.
5. Pembersihan Lapangan
Kontraktor harus membersihkan lapangan dari segala kotoran-kotoran, sisa
pemancangan Cerucuk ulin dan lain-lain yang tertinggal dalam pelaksanaan
pekerjaan.
6. Garansi Pelaksanaan
Penyimpangan dari ketentuan dalam spesifikasi ini tidak diperkenankan, sedang
segala akibat dari penyimpangan yang timbul akibatnya akan menjadi
tanggungjawab dari kontraktor termasuk biaya-biaya perbaikan yang diperlukan
atas keputusan Konsultan.

X. PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1.1 Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan:
- Konstruksi beton K-175 untuk pondasi, telapak, Sloef, Kolom, Ring balk.
- Beton (B0) untuk lantai rabat .

2. BAHAN

A. PERATURAN STANDARDS
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam SK-SNI T-
15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan lain oleh Konsultan
Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka
ketentuan-ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu
memberitahukan dan memintakan ijin dari Konsultan Pengawas. Adapun
ketentuan-ketentuan tadi adalah sebagai berikut:
- ASTM C 150 Portland Cement
- ASTM C 33 Concrete Agregates
- ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete
- ASTM A 615 Deformad and Plain Reinforcing Bars for Concrete Reinforcement
- ASTM A 185 Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement

B. SEMEN
1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas,
semen yang digunakan adalah semen Type I sesuai ASTM C 150, dan segala
sesuatunya harus mengikuti ketentuan SK-SNI T-15-1991-03. Semen yang
digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
2. Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari
produsen untuk setiap pengiriman semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi
telah memenuhi sesuatu test standard yang lazim digunakan untuk material itu.
3. Konsultan Pengawas berhak untuk memeriksa
semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan
dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-semen tersebut.
4. Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang
penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik sehingga semen-semen
tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang
merusak, terutama sekali lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan
berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
5. Semen dalam kantung-kantung semen tidak
boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus
disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-
penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis
sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus segera
dikeluarkan dari lapangan.
6. Kontraktor harus mengambil pengelola gudang
yang cakap, yang mengawasi gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-
catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
Tindasan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas bila
dikehendaki, yaitu jumlah semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian
kerja.

C. AIR UNTUK ADUKAN


1. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton,
adukan pemasangan dan grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing
beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi
penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau),
Kadar Silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya. Kadar sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0.5
% atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum 1,5 % atau 15 gr/lt.
2. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan
air dari rawa, sumber air yang berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat
menjaga kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi.
Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0.5 meter dari permukaan atas air kesisi
tempat pengambilan tadi.

3. Apabila diadakan perbandingan test beton


antara beton yang diaduk dengan aquadest dibandingkan dengan beton yang
diaduk menggunakan air dari suatu sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi
ketidakpastian dalam mutu beton walaupun telah digunakan semen yang sama
telah disetujui; maka air dari sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil
perbandingan test tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari
10 persen. Test tadi dapat dibandingkan dari mutu kekuatan, dan juga dari
waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini, Pemborong diwajibkan
mencari sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima dan disetujui Konsultan
Pengawas.

D. AGREGAT HALUS (PASIR)


1. Di dalam spesifikasi ini dipakai bermacam-
macam jenis untuk pekerjaan bangunan yang ditetapkan sebagai berikut :
Pasir buatan : Pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu.
Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai
atau pasir alam yang didapat dari persetujuan Konsultan Pengawas.
Pasir paduan: Paduan pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan
campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butiran) yang dikehendaki.
2. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk
pekerjaan pembangunan harus disediakan oleh Kontraktor dan dapat diperoleh
dari sungai atau tempat lain sumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat
dari sumber-sumber yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai Kontraktor,
Kontraktor harus mengadakan persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan
harus membayar semua sewa atau lain-lain biaya yang bersangkutan dengan hal
tersebut.
3. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam
tidak dimaksudkan sebagai persetujuan keseluruhan untuk semua bahan yang
diambil dari alam tersebut, dan kontraktor harus bertanggung jawab untuk
kualitas satu demi satu dari bahan sejenis yang dipakai dalam pekerjaan.
4. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus
merupakan pasir alam, pasir hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk
mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus
mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang
keras, padat, tidak terselaput oleh material lain.
5. Pasir yang ditolak oleh Konsultan Pengawas,
harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam membuat adukan baik
untuk beton, plesteran ataupun grouting, pasir tidak dapat digunakan sebelum
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas mengenai mutu dan jumlahnya.
6. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-
gumpalan tanah liat, alkali, bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya
yang merusak. Berat subtansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5 %.
7. Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan
butir sesuai dengan persyaratan pada SK-SNI T-15-1991-03.

E. AGREGAT KASAR (KORAL)


1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak
porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral harus
dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehendaki,
mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7.5 atau bila diselidiki
dengan saringan standart harus sesuai dengan SK-SNI T-15-1991-03 dan
material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
2. Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung
digunakan sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas baik
mengenai mutu ataupun jumlahnya.
3. Batu untuk pasangan batu kosong (pitching) harus mempunyai berat antara 10
kg sampai 25 kg sebuah, dan dibelah paling tidak ada satu sisi serta dibuat
menurut ukuran dan bentuk sebagaimana dikehendaki Konsultan Pengawas.
3. PELAKSANAAN

A. TRANSPORTASI DAN PENIMBUNAN MATERIAL


1. Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung
dari lembab dan sinar matahari. Semen harus dikirim ke lapangan dalam jumlah
yang harus mendapat ijin dari Konsultan Pengawas terlebih dahulu, dengan
memperhatikan kemajuan pekerjaan beton.
2. Segera setelah tiba dilapangan, semen harus
disimpan dalam tempat penyimpanan yang kering, terlindung, bebas pengaruh
cuaca, mempunyai ventilasi baik. Lantai tempat penimbunan sedikitnya harus
berada 50 cm diatas tanah. Semua kelengkapan dari tempat penyimpanan
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan dengan mudah.
3. Semen dengan type dan asal yang berbeda
harus disimpan pada tempat yang berbeda pula. Semen dalam kantung-kantung
harus ditumpuk dengan tinggi tumpukan tidak lebih dari 13 kantung untuk
periode sampai dengan 30 hari, atau tinggi tumpukan maximumnya 7 untuk
periode-periode yang lebih panjang. Semen harus secepatnya digunakan segera
setelah tiba dilapangan dan pengambilannya dari tempat penyimpanannya harus
berurutan hingga dapat dihindari tersimpannya semen secara lama. Semen yang
sudah rusak atau terkena lembab harus dengan segera disingkirkan dari
lapangan.
4. Agregat yang berbeda harus disimpan secara
terpisah dengan mempertimbangkan kemungkinan terkena kotoran.
5. Agregat yang telah tercemar ataupun berubah
gradasinya akibat transportasi, harus disingkirkan dan diganti dengan material
yang lebih baik atas biaya kontraktor.
6. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa
sehingga dapat dihindarinya baja tulangan mengenai tanah. Bila baja tulangan
telah mengalami kemunduran dalam mutu akibat dari karat ataupun hal-hal lain
akibat transportasi atau penyimpanan, maka baja tadi tidak dapat digunakan.
Batang baja dengan mutu dan ukuran yang berbeda harus disimpan secara
terpisah dan diberi label tentang mutunya dari test pabrik.

B. PERBANDINGAN ADUKAN
1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu
adukan beton yang di buatnya, dan harus merencanakan perbandingan adukan
agar didapatkan hasil sesuai yang diminta dalam spesifikasi.
2. Sedikitnya 8 minggu sebelum dimulainya
pekerjaan pengecoran beton, kontraktor mengajukan usulan komposisi adukan
yang akan digunakannya pada Konsultan Pengawas. Asal usul dan gradasi dari
agregat, komposisi adukan, metode pengadukan yang dipakai, metode
pengecoran, harus turut diberitahukan kepada Konsultan Pengawas. Setelah itu
kontraktor harus mengadakan trial test (percobaan pendahuluan), dengan
membuat suatu percobaan adukan yang hasilnya dapat diketahui sebelum
pelaksanaan pekerjaan pengecoran. Test yang diadakan harus dilakukan dengan
diawasi Konsultan Pengawas, dan menggunakan peralatan, bahan, metode yang
sesuai dengan kondisi yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3. Adukan percobaan harus dimodifikasi dan
diulangi sampai pihak Konsultan Pengawas puas dengan kenyataan bahwa
material dan prosedur yang digunakan akan menghasilkan beton dangan
kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Kekuatan dari
beton yang disyaratkan harus dibuktikan dengan mengambil kubus test untuk
ditest di laboratorium; yang kesemuanya harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam SK-SNI T-15-1991-03. Tidak satupun komposisi adukan beton yang dapat
digunakan dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus
berdasar pada hasil adukan percobaan yang telah disetujui.
4. Komposisi adukan dapat diubah dalam periode
pelaksanaan pekerjaan oleh Konsultan Pengawas dengan berdasar pada hasil
test pada agregat dan test beton yang sudah selesai dikerjakan.
5. Penggunaan material dan komposisi adukan
yang konsisten, harus diterapkan agar tercapai hal-hal sebagai berikut :
i) Kekuatan beton rencana yaitu beton K-175 (Poor Plat, Sloef, Kolom
dan Ring Balk).
ii) Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan
lingkungan.
iii) Pengaruh kembang susut yang kecil.

C. PENGADUKAN
1. Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga
dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi
adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan ke dalam alat
pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.
2. Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat
pengaduk yang mempunyai kapasitas minimum 0.2 m 3 dengan waktu tidak
kurang dari 1 ½ menit setelah semua bahan adukan beton dimasukkan dengan
segera, kecuali air yang dapat dimasukkan sebagian lebih dahulu. Konsultan
Pengawas berhak untuk memerintahkan memperpanjang proses pengadukan bila
ternyata hasil adukan yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen
seluruhnya, dan kekentalannya tidak merata. Adukan beton yang dihasilkan dari
proses pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang
merata untuk keseluruhannya.
3. Air untuk pencampur adukan beton dapat
diberikan sebelum dan sewaktu pengadukan dengan kemungkinan penambahan
sedikit air pada waktu proses pengeluaraan dari adukan yang dapat dilakukan
berangsur-angsur. Penambahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk
menjaga kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk
yang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau
diganti dengan yang baik lainnya. Pada alat pengaduk yang ditempatkan secara
sentral, atau pada mixing plants, Kontraktor harus menyediakan sarana agar
proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh
digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi kapasitasnya,
kecuali diinstruksikan Konsultan Pengawas.
4. Alat pengaduk yang digunakan harus
menunjukkan dengan jelas data-data dari pabriknya yang menunjukkan:
a. Gross volume dari ruang pengaduk.
b. Maximum kecepatan pengadukan.
c. Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-
data tentang ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
5. Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih
sebelum diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci
bersih setelah selesai mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai
adukan yang pertama pada suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah
bersih, pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton mollen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus
dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan
normal.
6. Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan,
terkecuali untuk suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan
setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengadukan dengan
manual (hand mixing) ini harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai
tepi-tepi penghalang. Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan
diaduk harus diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali
pengadukan, untuk kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang
air, dan setelah itu dilakukan pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga)
kali pengadukan sampai didapat suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam
pengadukan kembali ini kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen, serta
tidak diperkenankan melakukan pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah
yang lebih dari ½ m 3 diaduk sekaligus.

D. PENGECORAN
1. Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam
dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala
macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan
dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
2. Juga air tergenang pada
acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan harus segera dihilangkan.
Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah dengan
mengadakan drainage yang baik atau dengan metode lain yang disetujui
Konsultan Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor
menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
3. Pengecoran tidak boleh
dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicor, kondisi permukaan beton
yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian
selesai diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setelah diperiksa dan
disetujui Konsultan Pengawas, maka pekerjaan yanag dapat dilakukan hanyalah
pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton
pada daerah yang telah disetujui; terkecuali dengan seijin Konsultan Pengawas.
4. Pada tiap pengecoran,
Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga pelaksananya yang
berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana ini harus hadir,
mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran. Sedang semua
pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang terlatih,
yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran yang
dilakukan.
5. Tidak diperkenankan
melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton yang bersifat
permanen tanpa dihadiri Konsultan Pengawas atau wakil dari Konsultan
Perencana (inspector).
6. Kontraktor harus
mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar didapat suatu
rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan memadatkan adukan
beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
7. Mengencerkan adukan
beton yang sudah diangkut sama sekali tidak diperkenankan. Adukan beton yang
sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan, harus segera dibuang.
8. Seluruh pekerjaan
pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan betonnya mulai
mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap
beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
9. Dalam hal terjadi
kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan suatu
pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Kontraktor harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu dengan
kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis.
Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar
berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk
construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah
dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh pihak Konsultan Pengawas.
10. Beton yang baru selesai
dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat sinar matahari
ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah dicorkan
harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Konsultan
Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan
melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal
ini bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam
keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

E. PEMADATAN DAN ADUKAN BETON


1. Adukan beton harus
dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum sehingga didapat beton
yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara celah-celah koral,
gelembung udara, dan adukan tadi harus benar-benar memenuhi ruang yang
dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya tertanam dalam beton.
Selama proses pengecoran, adukan beton harus dipadatkan dengan
menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan pengecoran yang
dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses pemadatan harus diatur
sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari rongga, pemisahan unsur-
unsur pembentuk beton.
2. Beton yang sedang
mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai pengecoran dengan sedikitnya
selama 2 (dua) hari. Pembasahan harus dilakukan dengan menutup permukaan
beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap lembab. Air yang
digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air untuk bahan
adukan beton.
F. PERBAIKAN BETON
1. Segera setelah bekisting
dibuka, kondisi beton harus diperiksa Konsultan Pengawas. Bila dianggap oleh
Konsultan Pengawas perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan atau
pembongkaran, maka langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas beban
biaya Kontraktor.
2. Langkah-langkah
perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli. Hal-hal
yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-hal yang kurang baik
pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing. Kecuali dinyatakan
lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus diselesaikan dalam waktu
24 jam semenjak pembukaan bekisting. Tonjolan di permukaan beton harus
dihilangkan.
3. Kondisi beton yang
ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan dan permukaan
cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah dibongkarnya beton tadi
untuk kemudian dilakukan pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-batas
daerah yang harus dibongkar tadi akan ditentukan oleh pihak Konsultan
Pengawas, begitu juga langkah pengecoran dan material yang akan digunakan.

XI. BEKISTING (ACUAN BETON)

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan bekisting.

2. BAHAN
2.1 Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua type material tadi bila digunakan
tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas dan
kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dimensi
yang direncanakan.
2.2 Bekisting yang digunakan untuk beton exposed harus benar-benar mempunyai
permukaan yang halus. Jika digunakan bekisting multipleks, sambungan
antara tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil hingga didapat
permukaan dalam bekisting yang benar-benar rata sesuai yang direncanakan.

3. PELAKSANAAN

A. UMUM
1. Kontraktor harus
menyerahkan kepada Konsultan Pengawas semua perhitungan dan gambar
rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Konsultan
Pengawas, Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun Konsultan Pengawas telah menyetujui untuk digunakannya suatu
rencana bekisting dari kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh
bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
2. Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan
beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku,
dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah
terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya
yang mungkin bekarja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian
bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan
kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan yang baik.
Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horisontal dan vertikal. Semua
bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul
atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang
besi dan murnya.
3. Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan
berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Konsultan Pengawas,
harus segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana
mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
4. Semua pekerjaan sudut-
sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus ditakik 25 mm.

B. PEMBASAHAN & MEMINYAKI BIDANG BEKISTING


1. Bagian dalam dari bekisting
besi dan kayu boleh dipoles dengan non-staining mineral oil dengan
sepengetahuan Konsultan Pengawas. Pelumasan tadi harus dilakukan dengan
hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga
pembesian.
2. Bekisting kayu bilamana
tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus dibasahi hingga benar-benar
basah sebelum pengecoran beton.

C. PEMBONGKARAN BEKISTING
1. Secara umum, kecuali
dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas, semua bekisting harus disingkirkan
dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak terganggunya kemajuan
pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan, bila perlu
bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah beton mempunyai
kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting untuk bagian atas dari bidang
beton yang miring, harus segera dibongkar setelah beton mempunyai kekakuan
untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton. Bilamana diperlukan
perbaikan pada bidang atas beton yang miring, maka perbaikan tadi harus
sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah penjagaan pada
proses pengerasan beton (curing).
2. Pembukaan bekisting
tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai umur sesuai daftar
dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton mengeras untuk
menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran bekisting harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada beton.
Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting,
maka langkah perbaikannya harus sesegera mungkin dilakukan. Daftar
ketentuan diperkenankannya dibuka suatu bekisting bila dihitung sejak selesai
pengecoran.
3.
Untuk kondisi-kondisi
dimana plat dan balok yang masih ada sistim lantai diatasnya, maka pembukaan
bekisting dan penyangganya harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas,
dimana dalam hal ini segala kemungkinan beban yang akan bekerja serta umur
beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.

XII. PEKERJAAN BESI BETON

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.2.1 Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan besi beton.

2. BAHAN

BAJA TULANGAN
1. Baja tulangan harus
memenuhi ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03 dengan mutu U-24 (tegangan
leleh karakteristik = 2400 kg/cm 2 ).
2. Semua baja tulangan
yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat bebas dari kotoran-kotoran,
lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak bercacat seperti retak dll.
3. Kontraktor harus
mengadakan pengujian mutu beton baja yang akan dipakai sesuai dengan
petunjuk dari Konsultan Pengawas. Batang percobaan diambil dengan disaksikan
Konsultan Pengawas sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis baik
mutu maupun pengiriman massal atau bilamana terjadi keraguan terhadap mutu
baja yang dikirim ke Kegiatan. Semua biaya-biaya percobaan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Sedangkan panjang setiap
benda uji adalah 100 cm.

3. PELAKSANAAN

3.1. PERATURAN STANDAR


Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03. Besi beton harus dipasang sebagaimana pada gambar
rencana atau seperti yang diinstruksikan Konsultan Pengawas. Terkecuali
sebagaimana yang dinyatakan pada gambar atau diinstruksikan Konsultan
Pengawas, pengukuran pada pemasangan besi tulangan harus dilakukan
terhadap as dari besi tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai
ukuran, bentuk, panjang, posisi, dan banyaknya, dan akan diperiksa setelah
kondisi terpasang.

3.2. PEMBERSIHAN
Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton
dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses pengecoran
beton.

3.3. PEMBENGKOKAN
Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Kontraktor
dan disetujui Konsultan Pengawas. Semua proses pembengkokan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung
pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI T-15-
1991-03. Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila
telah mendapat ijin dari Konsultan Pengawas.

3.4. PELURUSAN
Besi tulangan tidak boleh dibengkokan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau
dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.

3.5. PEMASANGAN
a. Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,
dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan
didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar
posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran. Pengikat
dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting dalam hal
beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan didudukan pada blok
beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton
rencana dan bentuknya harus menjamin didapatnya permukaan beton yang baik.
b. Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak berubah
bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian tadi.
c. Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan tidak
diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton, Kontraktor
harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus mengawasi dan
memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk karena
hal-hal yang mungkin timbul; dan hal-hal tadi harus cepat diperbaiki sebelum
pengecoran mencapai daerah tersebut.
d. Pemasangan besi beton harus mengingat syarat jarak bersih antar tulangan,
atau antar tulangan dan angkur, atau antara benda-benda metal tertanam
sebagaimana yang ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.

3.6. SELIMUT BETON


Besi beton harus dipasang dengan minimum selimut beton (concrete cover)
sebagaimana gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Konsultan Perencana.
Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 20 mm.

3.7. SAMBUNGAN LEWATAN (SPLICING)


a. Sambunga
n lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana instruksi Konsultan Pengawas,
atau minimal mengikuti ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
b. Bilamana
dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain dari posisi
pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh Konsultan
Pengawas. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi tegangan
yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered).
Bilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari
batang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap
memperhatikan panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam SK-
SNI T-15-1991-03 terkecuali ditentukan lain.

XIII. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan penutup atap seperti yang
tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana. Pekerjaan ini meliputi
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan pekerjaan
pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan pekerjaan
lainnya.

2. BAHAN
2.1 Sebelum didatangkan penutup atap kelokasi pekerjaan, contoh-contoh
semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan digunakan harus
diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan konsultan perencana
dan konsultan pengawas.
- Bahan: Metal Roof
- Bahan tidak mudah pecah, tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan
terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara
hujan.
- Spesifikasi bahan:
 Ukuran reng 3/4 cm dari kayu meranti dengan jarak ±37 cm atau di
sesuaikan ukuran metal dan sesuai persetujuan konsultan pengawas.
 Ukuran kaso 5/7 cm dari kayu kruing dan jarak 50 cm
2.2 Warna sesuai persetujuan perencana dan konsultan pengawas, yaitu merah.

3. PELAKSANAAN
3.1 Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengawas.
3.2 Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas
terbaik dari jenisnya dan harus disetujui dari Direksi Pengawas.
3.3 Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
XIV. PEKERJAAN DINDING

A. PEKERJAAN DINDING PASANGAN BATU BATA

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk
Direksi Pengawas.

2. BAHAN
2.1. Batu bata yang dipasang adalah dari mutu terbaik, produk lokal dan
disetujui Direksi Pengawas. Syarat-syarat batu bata harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam NI-10.
2.2. Batu bata yang digunakan dengan mutu terbaik, siku dan sama ukuran,
sama warna serta disetujui Direksi Pengawas.
2.3. Semen portland yang digunakan harus dari satu merk produk, mutu I
dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8.
2.4. Pasir aduk harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
2.5. Air untuk adukan pasangan, harus bersih, tidak mengandung lumpur,
minyak, asam, base serta memenuhi PUBI-1982 pasal 9.

3. SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN


3.1. Bahan-bahan yang digunakan, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Pengawas minimal 3 (tiga)
contoh dari hasil produk yang berlainan untuk mendapatkan persetujuannya.
3.2. Seluruh dinding dari pasangan batu bata menggunakan adukan 1pc : 4
pasir pasang, kecuali pasangan batu bata raam.
3.3. Untuk dinding semen raam/rapat air, adukan yang digunakan 1 pc:2
pasir pasang, yakni pada dinding dari atas permukaan sloof/balok sampai 50
cm diatas permukaan lantai setempat.

B. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan–bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plestera, sehingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik.
1.2 Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam
dan luar seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.
1.3 Setiap sudut luar dari plesteran harus dipasang metal perkuatan sudut.

2. PERSYARATAN BAHAN
2.1 Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk
seluruh pekerjaan).
2.2 Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
2.3 Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.
2.4 Penggunaan adukan plesteran:
a. Adukan 1 PC: 4 pasir dipakai untuk plesteran rapat air atau mortar
DRYMIX untuk seluruh plesteran.
b. Adukan 1 PC: 5 pasir dipakai untuk seluruh plesteran dinding
lainnya.
c. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC atau
sesuai rekomendasi produsen DRYMIX.
d. Metal perkuatan sudut dan metal kontrol joint untuk area tertentu
atas petunjuk Perencana.

3. PELAKSANAAN
3.1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana, dan
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan ini.
3.2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton
atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Perencana sesuai uraian
dan syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
3.3. Semua sudut – sudut dalam maupun luar dan juga semua kontrol joint atau
nad harus dipasang perkuatan dari bahan Zinc Alloy dengan sayap Expanded
produksi Jof Metal atau setara.
3.4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuknya.
3.5. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume,
cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata dibawah
permukaan tanah samapi ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 160 cm
dari permukaan lantai untuk kamar mandi, WC/toilet dan daerah basah lainnya
dipakai plesteran 1PC:3 pasir.
b. Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond,
dengan perbandingan 1 bagian PC:1 bagian Daily bond.
c. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1PC:5
pasir.
d. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah
plesteran berumur delapan hari (kering benar), untuk adukan plesteran
finishing harus ditambah dengan additive plamix dengan dosis 300-250 gram
plamix untuk setiap 50 kg semen.
e. Semua jenis aduk perekat tersebut diatas harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering,
diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
3.6. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa, listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
3.7. Untuk beton sebelum diplester permukaanya harus dibersihkan dari sisa –
sisa bekisting dan kemudian dikerek (scrath) terlebih dahulu dan semua
lubang–lubang bekas pengikat bekisting atau from tie harus tertutup aduk
plester.
3.8. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian diatas permukaan
plesterannya).
3.9. Untuk dinding tertanam didalam tanah diberapen dengan memakai spasi
kedap air 1 pc = 3 pasir pasangan.
3.10. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur-alur garis horizontal atau dikerek (scrath) untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali yang menerima cat.
3.11. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping – keping plywood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang.
3.12. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom
yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil- peil yang diminta gambar,
tebal plesteran maksimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi
kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya
pada bagian pekerjaan yang diizinkan Perencana.
3.13. Bila plesteran menggunakan mortal DRY MIX maka kontraktor wajib
mengikuti semua persyaratan dari mulai penanganan bahan, proses
pengerjaan, cara kerja untuk dinding bata, selkon, dan sejenisnya maupun
permukaan beton, cara perlindungan dan cara pemeliharaan dari produsen
DRY MIX tanpa terkecuali. Demikian juga untuk acian plesteran.
3.14. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm
dalamnya 1 cm, kecuali bila ada petunjuk lain digambar.
3.15. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m, Jika melebihi
Kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan
Kontraktor.
3.16. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap
kali terlihat kering, selama 7 (tujuh) hari terus menerus dan melindungi dari
terik panas matahari langsung dengan bahan–bahan penutup yang bisa
mencegah penguapan air secara cepat.
3.17. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh Perencana dengan biaya atas tanggungan Kontraktor. Setelah acian
selesai, acian harus dibasahi terus menerus sekurang – kurangnya 7 (tujuh)
hari.
3.18. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang sebelum difinish,
kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan–kerusakan
dan pengotoran bahan lain, setiap kerusakan menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan wajib diperbaiki.
3.19. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

XV. PEKERJAAN PELAPIS LANTAI

PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan sub lantai ini dilakukan dibawah lapisan finishing lantai pada
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

2. BAHAN
2.1 Lantai Keramik yang digunakan adalah kwalitas terbaik (KW 1) :
- Produksi: Asia Tile
- Bahan pengisi: ABA Grout / AM Grout
- Bahan perekat : AM / ABA Tle Adhesive tipe sesuai dengan rekomendasi
produsen.
- Warna : a. Ruangan Putih (Murano)
b. Teras Putih (Murano).
22 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PUPB 1970 dan PUBI 1982.
2.3 Semen Portland harus menuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam PUBB 1970 (NU-3) dan PBI 1971 (NI-2) dan
ASTM.
2.4 Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Perencana.

3. PELAKSANAAN
3.1 Sebelum dimulai pekerjaan kontraktor diwajibkan membuat shop drawing
mengenai pola keramik.
3.2 Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan
bernoda.
3.3 Adukan pasangan/pengikat dengan AM Tile Adhesive dengan type sesuai
rekomendasi produsen.
3.4 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
3.5 Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang
benar-benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan di
daerah basah dan teras.
3.6 Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail
atau sesuai petunjuk Perencana.
3.7 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-
siar), harus sama lebarnya, maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis
sejajar dan lurus yang sam lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang
berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak
lurus sesamanya.
3.8 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi yang bermutu baik, dari bahan
seperti yang telah disyaratkan di atas. Warna senada dengan keramik yang di
pasang dan atas persetujuan Perencana.
3.9 Pemotongan unit-unit keramik tiles harus mengguinakan alat
pemotong keramik khusus sesuai persyaratan dari pabrik.
3.10 Keramik yang sudah di pasang harus dibersihkan dari segala
macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih.
3.11 Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban
selama 3x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan
lain.
3.12 Untuk yang cukup luas diharuskan menggunakan Flexibilitas Joint setiap 25
m2 agar tidak terjadi keramik yang terangkat, sesuai rekomendasi produsen.

XVI. PEKERJAAN KUSEN/PINTU/JENDELA/VENTILASI

1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan alat-alat khusus yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, meliputi:
1.1 Kusen-kusen pintu dan jendela kaca
1.2 Kelengkapan dan bahan lain untuk terlaksananya pekerjaan ini.

2. BAHAN
Kayu yang di gunakan adalah kayu bangkirai dengan ukuran jadi 5 x 13
cm, harus bermutu baik dan di setujui oleh Perencana dan Pengawas
Lapangan.

3. PELAKSANAAN
3.1 Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh perusahaan aplikator yang telah
berpengalaman mengerjakan pekerjaan sejenis dengan tingkat kesulitan dan
volume yang minimal Sama dengan Kegiatan ini.
3.2 Shop drawing akan menunjukkan ukuran secara detail pertemuan dan
hubungannya dengan konstruksi secara keseluruhannya.

4. PEMASANGAN
4.1 Kontraktor harus bertanggung jawab ketepatannya baik posisi
maupun ukurannya dan sesuai dengan gambar rencana. Jika ada kesalahan
maka kontraktor harus memperbaiki dulu sebelum pekerjaan pemasangan
dilaksanakan.
4.2 Gambar kerja harus diserahkan untuk disetujui sebelum dipesan,
semua ukuran harus diteliti dan disesuaikan dengan gambar rencana.
4.3 Pemasangan oleh tenaga ahli yang disetujui pabrik dan
bertanggung jawab atas segala bahan kaca. Pengerjaan secara teliti dan
hasilnya harus dapat disetujui pengawas.
4.4 Semua bahan harus dijaga agar tetap baik, bersih tidak menjadi
cacat. Bahan yang cacat harus dikeluarkan dari tempat kerja dan diganti yang
baru.
4.5 Semua konstruksi penyangga harus dipasang sampai konstruksi
berdiri tegak dan dibersihkan sesudah selesai.

XVII.PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan–bahan, perlengkapan
daun pintu/daun jendela dan alat–alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
1.2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu kayu seperti yang ditunjuk/disyaratkan dalam
detail gambar.

2. BAHAN
2.1. Semua “Bahan“ yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis, bila terjadi perubahan atau
penggantian “Bahan” akibat dari pemilihan merek, kontraktor wajib
melaporkan hal tersebut kepada dan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan. Merk kunci yang digunakan adalah cavel atau setara.
2.2. Semua anak kunci harus dilangkapi dengan tanda pengenal dari aluminium
berukuran 3x6 cm dengan tebal 1 mm. Tanda pengenal ini dihubungkan
dengan cincin nikel kesetiap anak kunci.

3. PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA


Untuk ketentuan perincian type dan jenis perlengkapan yang digunakan antara
lain:
3.1. Pekerjaan kunci dan pegangan pintu.
1. Semua pintu menggunakan peralatan kunci sebagai berikut :
- Kunci Pintu : Cavel atau Setara
2. Semua kunci–kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun
pintu. Dipasang setinggi 105 cm dari lantai , atau sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.
3.2. Pekerjaan Engsel.
1. Untuk pintu–pintu panel pada umumnya menggunakan engsel pintu 4”,
dipasang sekurang-kurangnya tiga buah untuk setiap daun dengan
menggunakan sekrup kembang dengan warna yang sama dengan warna
engsel, jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban
berat daun pintu, tiap engsel memikul maksimal 20 kg.
2. Untuk jendela digunakan engsel 3“ merk Stanles, Hak Angin, Grendel,
Semua Berwarna Kuningan.

4. PELAKSANAAN
4.1. Engsel atas dipasang + 25 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah dipasang + 25 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang ditengah–tengah antara kedua engsel tersebut.
4.2. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
4.3. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
4.4. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan di Lapangan dan disetujui oleh Perencana. Didalam shop drawing
harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produk, cara pemasangan atau detail–detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap di dalam Gambar Dokumen Kontrak, sesuai dengan Standar
Spesifikasi produsen.

XVIII. PEKERJAAN PLAFOND

PEK. PLAFOND RANGKA KAYU LAPIS CALSI BOARD

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan–bahan,
peralatan dan alat–alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan
ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pembuatan rangka plafond kayu meranti 5/7
untuk memasang lembaran Plafond.

2. BAHAN
2.1 Jarak dan ukuran sesuai yang ditunjuk dalam gambar tetapi tidak
kurang dari yang diperlukan agar sesuai dengan standard produsen atau
setara.
2.2 Semua rangka kayu untuk plafond Harus bermutu baik dan mendapat
persetujuan Perencana.
2.3 Bahan–bahan:
- Bahan : GRC board 4 mm
- Ukuran : disesuaikan dengan gambar rencana
- Warna : menurut persetujuan Perencana
(Putih)
- Rangka : kayu meranti 5/7.
- Paku : Paku khusus untuk GRC board.

3. SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN


3.1 Cara menyusun rangka penggantung harus sesuai dengan petunjuk
produsen dengan mempertimbangkan adanya instalasi–instalasi Ducting–
ducting, lampu, dan lain–lain fixtures yang melekat pada permukaan langit–
langit.
3.2 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar–gambar yang ada dengan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang),
termasuk mempelajari bentuk, pola layout/penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detail–detail sesuai gambar.
3.3 Diwajibkan Kontraktor untuk membuat Shop Drawing sesuai
ukuran/bentuk/mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh Perencana.
3.4 Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib membuat mock-up sebelum
pekerjaan dimulai dan dipasang.
3.5 Sebelum pemasangan, penimbunan bahan/material yang lain ditempat
pekerjaan harus diletakkan pada ruang atau tempat dengan sirkulasi udara
yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
3.6 Desain dan produk dari sistem langit–langit harus mendapat persetujuan
dari Perencana.
3.7 Pemasangan langit–langit tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar
rencana untuk itu.
3.8 Urutan dan cara kerja harus mengikuti persyaratan dan ketentuan
Produsen.
3.9 Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar
dan lurus (tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari
masing–masing bahan yang digunakan).
3.10 Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut– sudut
pertemuan dengan bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar,
Kontraktor wajib menanyakan hal ini kepada Perencana.
3.11 Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap
benturan–benturan, benda–benda lain dan kerusakan akibat kelalaian
pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor
sampai pekerjaan selesai, dan diterima dengan baik.

XIX. PEKERJAAN PENGECATAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Persiapan permukaan yang akan dicat
1.2 Pengecatatan permukaan dengan bahan–bahan yang telah ditentukan.
1.3 Pengecatan meliputi semua permukaan dan area yang disebutkan dalam
gambar atau sesuai dengan yang tertera pada gambar dan yang tidak
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan
petunjuk Perencana dan Pengawas.

2. PELAKSANAAN
2.1 Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus membuat Mock–Up pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang–bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara
pengerjaan. Bidang–bidang yang akan dipakai sebagai Mock-Up ini akan
ditentukan oleh Perencana dan Pengawas.
2.2 Jika masing–masing bidang tersebut telah disetujui oleh Perencana
dan Pengawas, bidang–bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal
keseluruhan pekerjaan pengecatan.
2.3 Installatir diwajibkan mengikuti semua persyaratan teknis aplikasi dari
produsen tanpa kecuali.
2.4. Apabila terjadi kerusakan baik yang terlihat maupun yang
tersembunyi dan tidak disebabkan oleh pemilik atau pemakai maka Kontraktor
wajib memperbaiki seluruh pekerjaan yang rusak sampai dengan disetujui
oleh Perencana dan Pengawas dengan seluruh biaya ditanggung oleh
Kontraktor.

3. PEKERJAAN CAT AIR


3.1 Yang termasuk pekerjaan cat air adalah seluruh permukaan plesteran, beton
dan/atau bagian–bagian lain yang ditunjukan dalam gambar.
3.2 Untuk dinding luar Cat yang dipakai adalah Paragon atau setara, warna
dinding adalah krem.
3.3 Untuk dinding dalam Cat yang dipakai adalah Acrylic emulsion Ex Paragon
atau setara, warna dinding adalah putih.
3.4 Permukaan dinding harus kering minimal telah berusia 7-hari dan bebas dari
kotoran, debu, minyak, olie dengan pH Max 7. Apabila permukaan dinding
kadar alkalinya masih diatas pH 7 meskipun plesteran telah cukup lama maka
bidang dinding tersebut harus dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan
asam HCL dengan kadar 10 % kemudian dibilas dengan air bersih dan biarkan
dinding mengering. Selanjutnya dinding diampelas permukaan, selanjutnya
bersihkan dengan air dan biarkan dinding mengering, jika terdapatn
pengkristalan/pengapuran bidang dinding tersebut harus dicuci dengan
larutan WASHING COMPOUND Ex Mowilex kemudian bilas dengan air bersih
sampai larutan tersebut tidak tersisa dan biarkan mengering.
3.5 Aplikasikan Under Cout Tembok / alkali Resisting Primer Ex Mowilex dengan
pengecer air bersih sebanyak 10–20 %, aplikasikan 1 lapis sampai merata
dengan kuas atau rol dan biarkan mengering, apabila sampai tahap ini bidang
dinding masih timbul pengkristalan/pengapuran maka bidang dinding tersebut
harus di coating 1 lapis dengan wall Sealer Ex Mowolex dan biarkan
mengering.
3.6 Pekerjaan cat finishing dilaksanakan dengan kuas/rol minimal sebanyak 3
(tiga) kali atau sampai merata. Lapisan pertama dan kedua aplikasikan cat
dengan pengener air bersih 20–30 %, lapisan ketiga aplikasikan cat dengan
pengecer air bersih 10–20 %. Sampai merata.
3.7 Untuk warna–warna yang sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan
kaleng–kaleng dengan nomor pencampuran (batch number) yang
sama.
3.8 Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, sesuai yang diinginkan, tidak ada bagian yang belang dan bidang
dinding dijagaterhadap pengotoran– pengotoran, atau menjadi cacat akibat
pekerjaan lanjutan.

4. PEKERJAAN CAT LANGIT–LANGIT


4.1 Yang termasuk dalam pekerjaan Cat Langit-langit adalah Plapon yang
ditentukan dalam gambar.
4.2 Untuk plafond digunakan Cat Air merk Paragon atau setara.
4.3 Permukaan plafond harus kering bebas dari kotoran, debu, minyak, oli, lemak
dan kotoran–kotoran lainya.
4.4 Selanjutnya semua metode/prosedur cara aplikasi sama dengan pengecatan
dinding dalam pasal ini kecuali tidak digunakannya lapisan alkali resistance
sealer pada pengecatan langit–langit GRC Board 4 mm.
4.5 Sambungan–sambungan GRC Board 4 mm harus diberi pita kertas khusus agar
tidak terlihat sebagai retakan sesudah di finishing akhir.

5. PEKERJAAN CAT KAYU/MINYAK


5.1 Yang termasuk pekerjaan ini adalah seluruh bidang–bidang pekerjaan kayu
yang terlihat didalam bangunan termasuk kusen, panil–panil, list–plank,
interior dan, serta bagian–bagian lain yang ditentukan dalam gambar.
5.2 Semua permukaan kayu yang hendak difinish, dibersihkan dari debu, minyak,
dan kotoran yang mungkin melekat disitu.
5.3 Sesudah betul–betul bersih, digosok dengan amplas kayu no. 180 searah
dengan urat kayu agar supaya seluruh permukaan kayu rata dan licin, tidak
lagi terdapat serat kayu yang tidak rata pada permukaan kayu tersebut,
selanjutnya bersihkan dengan kain lap kering dan lembut.
5.4 Untuk cat minyak digunakan Cat Merk Avian atau setara dengan Warna
Coklat (Avian).
XX. ELEKTRIKAL

PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

(1) Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilaksanakan oleh Instalatur Listrik yang
telah mempunyai Surat Pengakuan (PAS) golongan C dari PLN setempat dan
SIPP kelas A dari pemerintah setempat.
(2) Gambar spesifikasi dan risalah aanwijzing merupakan suatu kesatuan yang
saling mengikat dan melengkapi. Kontraktor harus menjalin hubungan yang
baik dengan kontraktor lain dalam pekerjaan ini, sehingga secara bersama-
sama menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang
ditentukan.
(3) Pada dasarnya untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik ini, disamping
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini, berlaku :

 A.V. 1941
 Puil 2000
 AVE/VDE.
 Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas
Keselamatan Kerja Pemerintah Daerah setempat.
 Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja Pemerintah Daerah setempat.
 Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik dimana mesin,
peralatan dan material tersebut dibuat.
 Peraturan/persyaratan lainnya yang berlaku sah di Indonesia
(4) Semua gambar-gambar kerja atau shop drawing yang dibuat oleh
Kontraktor/Instalatur listrik maka sebelum dilaksanakan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Pengawas/Direksi Lapangan.
(5) Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari penyesuaian-
penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-catatan tersebut
harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar As Built Drawing dan harus
diserahkan kepada direksi segera setelah pekerjaan selesai.
(6) Dalam perhitungan biaya penawaran, harus sudah termasuk :
 Biaya perizinan dan pengetesan untuk bahan-bahan dan
peralatan-peralatan yang dipasang.
 Biaya keur dan biaya tanggungan instalasi.
Pemborong harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang dipasang kepada
direksi. Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian
contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan pemborong.
(7) Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud dalam
spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan harus
dilakukan oleh tenaga ahli.
(8) Pengawas Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua pekerjaannya.
Kontraktor wajib menempatkan pengawas untuk mengawasi pekerjaannya
sendiri. Penanggung jawab pelaksana pekerjaan harus selalu berada di tempat
pekerjaan dan dapat mengambil keputusan demi kelancaran pekerjaan.
(9) Commisioning & Testing
a. Pemborong pekerjaan instalasi harus dilakukan testing dan pengukuran
yang dianggap perlu untuk memeriksa, mengetahui apakah seluruh
instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah
memenuhi persyaratan yang berlaku.
b. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut merupakan tanggung jawab pemborong. Hal ini termasuk
pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing.

B.SISTEM PENERANGAN DAN STOP KONTAK


1. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur dan
lampunya.
2. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa
atau khusus
3. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, switches
4. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi
pelindung kabel serta berbagai accecoris lainnya seperti box untuk saklar,
stop kontak, junction box, flexible conduit, bends/elbows, socket, dll.
5. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi
penerangan dan stop kontak.
6. Pengadaan dan pemasangan pipa kabel, flexible harus dipasang
untuk melindungi kabel antara kotak sambung dan armature lampu.

C. INSTALASI DAN PEMASANGAN KABEL


1. Umum
Semua kabel yang digunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
persyaratan PUIL/LMK. Semua kabel/kawat harus baru,jelas ditandai
ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalan.
Konduktor yang dipakai dari type :
 Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan pipa PVC.
 Untuk kabel distribusi adalah NYY
Semua kabel harus berada dalam PVC High Impact yang disesuaikan
ukurannya, semua kabel pada rak kabel harus diklem.
2. Splice/ Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya splice baik dalam feeder maupun cabang, kecuali
pada outlet yang bisa dicapai. Sambungan kabel circuit cabang harus di buat
secara mekanis dan harus teguh secara electric. Semua sambungan kabel baik
dalam junction box, panel atau tempat lain harus mempergunakan connector
yang terbuat dari tembaga yang diisolasi porselen, bakelite atau PVC.
3. Bahan isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
asbes, gelas, tape sintetis, resin splice case, composition dan lain-lain harus
dari type yang disetujui.
4. Penyambungan kabel
 Semua penyambungan kabel dilakukan dalam kotak-kotak penyambung
yang khusus untuk itu.
 Kabel-kabel disambung sesuai warna atau nama masing-masing
dan dites tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan.
 Penyambungan tembaga dilapisi timah putih dan kuat.
 Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi untuk pipa PVC
yang khusus untuk listrik.
 Bila kabel dipasang tegak lurus di permukaan yang terbuka, harus
dilindungi GIP conduit.
5. Saluran Penghantar dalam Bangunan
 Instalasi penerangan tanpa ceiling gantung, saluran penghantar
(conduit) ditanam dalam beton.
 Instalasi penerangan dengan ceiling gantung, saluran
penghantar (conduit) dipasang di atas ceiling.
 Setiap kabel dalam bangunan digunakan pipa PVC minimum 5/8”
diameternya.
 Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box
harus dilengkapi dengan socket/ lock nut.

XXII.PEKERJAAN SANITARY

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang
digunakan daalm pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
dan sempurna dalam pemakaian/ operasinya.
1.2 Pekerjaan pemasangan sanitair ini sesuai yang dinyatakan/ ditunjukkan
dalam detail gambar atau sesuai dengan persyaratan dari produsen.

2. BAHAN
2.1 Semua meterial harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan
dipasaran, kecuali ditentukan lain.
2.2 Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya,
sesuai dengan yang telah direkomendasikan oleh produsen untuk masing-
masing type yang dipilih.

3. PELAKSANAAN
3.1 Semua sanitary dan kelengkapannya sebelum dipasang harus ditunjukkan
kepada Perencana dan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
3.2 Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian sanitary dan
kelengkapannya, sampai dengan di setujui oleh Perencana dan Pengawas
berdasarkan contoh yang diberikan Kontraktor.
3.3 Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang
ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola,
penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail
sesuai gambar dan dikoordinasikan dengan Konsultan Pengawas.
3.4 Bila ada kelalaian dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkan kepada Perencana dan Pengawas.
3.5 Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila
ada kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelalaian tersebut
diselesaikan.
3.6 Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
3.7 kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya
Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik.
3.8 Setelah Floor drain dan clean out terpasang, semua noda- noda dibersihkan
dan tidak ada kebocoran.

4. ALAT – ALAT SANITARI


4.1 Closet
Bahan dan Material yang digunakan lihat pada gambar.
a. Closet jonkok berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah Ex
American Standard. Warna closet adalah putih.
b. Closet dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
dengan baik tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya
dan telah disetujui oleh Perencana dan Pengawas.
c. Closet harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar,
waterpass, semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa
tidak boleh ada yang bocor.
4.2 Perlengkapan Toilet
Kran air, pipa PVC  4“D, PVC 3“D, PVC½ AW, Floor Draing, saringan bak.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut harus dalam keadaan baik tanpa ada
cacat-cacat, dan sudah mendapat persetujuan Perencana dan Pengawas.
Letak pemasangan disesuaikan gambar-gambar, serta cara-cara pemasangan
mengikuti petunjuk-petunjuk dan produsen seperti diterangkan dalam brosur-
brosur yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai