Pertanyaan Diskusi 9
Dear all,
Untuk mengawali diskusi kita kali ini, berikut pertanyaan saya, Strategi apa yang dilakukan dan
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang sehingga mereka bisa mengungguli para
pesaingnya terutama dari negara-negara Eropa dan Amerika?
Tks
Catatan: Apabila menggunakan sumber referensi, mohon ditulis lengkap yaitu nama penulis,
tahun, judul sumber, nama penerbit, halaman
Diskusi dinilai
Jawaban:
Strategi bisnis jepang sangat dinamis dan berkembang menyesuaikan tingkat persaingan yang
ketat dan masif dalam bisnis dunia global. Strategi bisnis Jepang telah berakar kuat dalam filsafat
manajemen kualitas total (Deming, 1986; Juran, 1988) sejak akhir Perang Dunia II. TQM
didasarkan pada filosofi pengurangan biaya terus menerus melalui penghapusan limbah dan
pengerjaan ulang. Sebuah strategi TQM (Total Quality Management) berbasis perbaikan
dilakukan terus-menerus dan pengurangan biaya secara luas dianggap bertanggung jawab untuk
pemulihan pascaperang Jepang dan transendensi menjadi lokomotif ekonomi global pada paruh
terakhir abad yang lalu (Ho, 1999). Namun Jepang saat itu sedang mengalami ekonomi yang
menyusut, gagal saham, dan meningkatnya pengangguran. 0,8% per tahun dari 2006 hingga
2010. PHK telah menyebabkan perubahan sikap kebanyakan anak muda meninggalkan harapan
dari pekerjaan seumur hidup (Wiseman, 2001). Kebangkrutan yang melonjak dan meninggalkan
tingkat rekor utang dalam negeri ("Japan Corporate Failures Up," 2001)
Selanjutnya, perkembangan gaya hidup di seluruh dunia mengalami perubahan yang cukup
pesat terutama dengan munculnya berbagai inovasi teknologi yang memberikan kemudahan bagi
setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi tersebut menuntut para pelaku industri
di berbagai belahan dunia mengubah strategi bisnisnya untuk bisa menjawab tantangan yang ada.
Perubahan strategi itu tak hanya dilakukan oleh negara berkembang. Bahkan negara besar
seperti AS dan Jepang pun perlu melakukan perubahan strategi bisnis agar tak tenggelam
dihantam persaingan industri yang semakin ketat. Jepang diakui memiliki strategi yang mumpuni
dalam menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif dengan negara-negara maju lainnya.
Selama ini diakui bahwa kultur perusahaan Jepang hanya berfokus dalam satu hal yang
dikerjakannya sehingga membuat mereka tidak mengetahui adanya kekurangan dalam bisnis
yang dijalani. Kondisi tersebut harus diubah oleh perusahaan Jepang dalam menghadapi
tantangan yang cukup besar ditengah perubahan teknologi dan gaya hidup saat ini.
Dalam bisnis elektronika melalui forum diskusi Cross-Value Innovation Forum 2018 di
Tokyo Jepang pada 30 November 2018 bertema "Restorasi Perusahaan Jepang dalam
Menghadapi Tantangan Perkembangan Industri," CEO Connected Solutions Company Panasonic
Corporation, Yasuyuki Higuchi, mengatakan perusahaan Jepang memang harus berubah dan
mulai melihat bagaimana perubahan yang terjadi di dunia dan mencari kesempatan untuk
1 |M a n a j e m e n S t r a t e j i k – E K M O 5 3 0 9 . 0 1
memperluas potensi pengembangan bisnis dengan bekerja sama dengan berbagai pihak di dalam
maupun di luar negeri.
Sementara itu, Presiden Director Panasonic Corporation, Kazuhiro Tsuga, menyampaikan
bahwa saat ini Panasonic sudah mulai melakukan perubahan baik dari struktur organisasi
maupun pengembangan teknologi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan
jaman. Mereka telah melakukan berbagai kerja sama untuk menghadirkan serangkaian inovasi
dan pembaharuan agar masyarakat dunia bisa update dengan perkembangan dengan gaya hidup
melalui teknologi yang dikembangkan oleh Panasonic. Panasonic percaya bahwa untuk
mengembangkan bisnisnya, mereka harus melakukan upaya-upaya kerja sama dengan berbagai
pihak untuk mewujudkan visi memberikan kehidupan yang lebih baik untuk menghadirkan dunia
yang lebih baik, sesuai slogan Panasonic "A Better Life, A Better World". Panasonic mulai
menjalin kerja sama dengan SoftBank Corp., salah satu penyedia layanan komunikasi dan
internet di Jepang, untuk menawarkan peralatan rumah tangga yang diintegrasikan dengan
Internet of Things (IoT) yang dapat dihubungkan ke ponsel dan web pengguna. Panasonic juga
telah bekerja sama dengan Chiba Institute of Technology dalam pengembangan produk vacuum
cleaner yang dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI), autonomus driving, serta
teknologi robotik terbaru. Dalam rangka melakukan penetrasi ke pasar China, Panasonic juga
mulai melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan dari negeri tirai bambu tersebut.
Selain bekerja sama melalui pengembangan teknologi, Panasonic Corporation juga mulai
memasarkan solusi perumahan melalui kerja sama dengan berbagai perusahaan lokal di berbagai
Negara seperti Indonesia, Taiwan, dan Malaysia. Panasonic juga mulai menjajaki pasar Vietnam
dan Thailand serta beberapa Negara lain dalam bidang solusi perumahan. Terbaru, Panasonic
meluncurkan sebuah platform bernama Home-X yang mampu mengintegrasikan pengoprasian
seluruh peralatan rumah tangga dalam rangka memberikan pengalaman baru kepada penghuni
setiap harinya. Teknologi ini diterapkan di perumahan Casart Urban di Jepang. Perwakilan
Panasonic mengatakan teknologi Home-X ini akan dipasarkan ke seluruh penjuru dunia jika ada
produsen lokal yang tertarik untuk bekerja sama dengan Panasonic.
Indonesia yang memiliki potensi yang besar akan menjadi partner yang cukup menjanjikan
untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan Jepang karena Jepang membutuhkan
sumber daya manusia untuk mengembangkan industrinya. Indonesia memiliki potensi besar
untuk menjalin kerja sama dan melakukan transfer pengetahuan dengan Jepang. Hal ini
disebabkan karena di Jepang angkatan kerjanya sudah berkurang. Dengan adanya pertukaran
ilmu atau pengetahuan, kualitas sumber daya manusia di Indonesia bisa terus meningkat.
Produsen perangkat elektronik asal Jepang seperti Sharp, Sony, Panasonic pernah mencapai
tingkat tertinggi di pasar global. Kondisi sekarang berbeda, kini mereka menghadapi persaingan
ketat dari Korea Selatan dan China di berbagai sektor dari televisi hingga ponsel.
Akan tetapi, perusahaan Jepang tetap berusaha untuk bertahan di tengah persaingan ketat.
Hal itu terlihat dari restrukturisasi drastis dalam industri beberapa tahun terakhir. Perusahaan
Jepang menjual divisi merugi, dan fokus pada produk high-end. Hasilnya pun bervariasi.
Akan tetapi, salah satu satu strategi menjanjikan bergeser menjadi B to B. Hal itu membuat
penyediaan suku cadang dan perangkat pelanggan bisnis bukan konsumen umum. Strategi itu
pun terbayarkan. Langkah perusahaan Jepang pun cukup cerdas. Dengan langkah perubahan
bisnis ada yang membuat produsen elektronik itu tetap bertahan malah mencatatkan laba kuat
seperti Panasonic dan Sony. Akan tetapi juga sisi lain ada juga masih merugi hingga semester I
2015 seperti Sharp dan Toshiba.
2 |M a n a j e m e n S t r a t e j i k – E K M O 5 3 0 9 . 0 1
Perusahaan Jepang memang tak pernah menyerah, dan terus berinovasi. Akan tetapi,
perusahaan juga harus merespons cepat perubahan kebutuhan konsumen pada saat yang sama.
Produsen elektronik Jepang masih di ujung tombak di berbagai bidang. Akan tetapi sejumlah
pengamat menilai, kalau perusahaan-perusahaan ini terlalu lambat untuk menyingkirkan unit
divisi bisnis yang merugi
Persaingan di bidang otomotif juga sangat menarik, dimana perusahaan-perusahaan jepang
melakukan banyak inovasi untuk tetap memiliki daya saing yang tinggi. Direktur Pemasaran
PT Toyota Astra Motor (TAM), Rahmat Samulo mengatakan pabrikan mobil Jepang mempunyai
strategi sendiri menghadapi mobil China. Salah satunya adalah dengan terus berinovasi dan
mengeluarkan mobil teranyar. Pabrikan Jepang katanya akan meluncurkan mobil dengan
teknologi tinggi. Pabrikan Jepang akan melakukan inovasi baru secara pasti seperti mobil ramah
lingkungan dan teknologi tinggi.
Namun demikian pabrikan mobil Jepang juga bakal tetap mengedepankan kenyamanan
pengendara. Meski demikian, Rahmat enggan membandingkan inovasi produsen mobil Jepang
dengan China. Dia hanya mengatakan, dengan hadirnya mobil China di Indonesia akan membuat
sektor otomotif Indonesia bergairah. untuk saat ini pabrikan mobil Jepang yang ada di Indonesia
lebih memprioritaskan mobil ramah lingkungan seperti LCGC. Pasalnya, jenis mobil tersebut
sangat cocok digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Catatan penting dalam sejarah perjalanan Jepang di kancah bisnis dunia global, dimulai
dengan adanya resesi panjang telah menelan korban dalam sistem ekonomi mereka. Hal ini
menyebabkan, perusahaan-perusahaan Jepang telah mulai mencari cara baru untuk keluar dari
komitmen panjang mereka dengan sistem manajemen tradisional Jepang dan telah menemukan
(1980, 1985) strategi generik Porter sebagai dorongan yang bisa membawa perubahan dan
pembaharuan.
Dalam artikel terobosan dan kontroversial mereka "Fixing what Ails Japan," Porter dan
Takeuchi (1999) berpendapat bahwa itu bukan pengawasan pemerintah terhadap industri yang
menyebabkan keberhasilan global perusahaan Jepang tetapi Operational effectiveness dan
strategi. Mereka percaya periode panjang saat stagnasi ekonomi Jepang adalah karena kurangnya
strategi bisnis yang jelas. Hipotesis mereka dibangun di atas Porter's position paper (Porter,
1996) in which he argues that if Japanese companies are to escape the mutually destructive
battles now ravaging their performance, they will have to learn strategy, and to do so they have
to overcome strong cultural barriers.
Dalam implementasinya, perusahaan-perusahaan di Jepang mungkin harus mengatasi
hambatan budaya yang kuat. Namun demikian, Jepang terkenal berorientasi konsensus, dan
perusahaan memiliki kecenderungan kuat untuk menengahi perbedaan antara individu-individu
daripada menonjolkan mereka. Strategi, di sisi lain, membutuhkan pilihan sulit. Orang Jepang
juga memiliki tradisi layanan mendarah daging yang predisposisi mereka untuk berusaha keras
untuk memenuhi setiap kebutuhan permintaan pelanggan. Perusahaan yang bersaing dengan cara
itu yang akhirnya mengaburkan posisi mereka yang berbeda, Segalanya mengutamakan
keigninan pelanggan.
Daftar Pustaka
Gunarto, Muji. (2019). Diktat Kuliah - Manajemen Stratejik. Diunduh 29 Oktober 2019, dari
situs World Wide Web: https://elearning.ut.ac.id/
Maulana, Agus. (2019). Manajemen Strategik Cetakan Keempat. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.
3 |M a n a j e m e n S t r a t e j i k – E K M O 5 3 0 9 . 0 1
Deming, WE (1986). Out of the crisis. Cambridge, MA: Massachusetts Institute of Technology
Press.
Ho, S. (1999). TQM and strategic change. Strategic Change, 8(2), 73.
Japan Corporate. (2001, November 14). Failures Up 11. Pct in October. Jiji Press English News
Service, Tokyo, 1-2.
Porter, ME, and Takeuchi, H. (1999). Fixing what really ails Japan. Foreign Affairs, 66-81.
Wiseman, P. (2001, Monday, September 10). Japan enters danger zone. USA Today, 3B.
https://www.merdeka.com/uang/bocoran-strategi-perusahaan-otomotif-jepang-hadapi-ancaman-
china.html
https://channel.panasonic.com/special/panasonic100th/
4 |M a n a j e m e n S t r a t e j i k – E K M O 5 3 0 9 . 0 1