Anda di halaman 1dari 15

1

Skenario 2

Keluar Darah dari Jalan Lahir

Seorang perempuan berusia 27 tahun G2P0A0 usia kehamilan 38 minggu


di rujuk ke Unit Gawat Darurat RS oleh bidan dengan keluhan darah dari jalan
lahir sejak 2 jam yang lalu. Keluhan disertai perut terasa kencang sejak 6 jam
yang lalu yang dirasakan semakin sakit dan sering. Pada pemeriksaan Leopold
diketahui janin tunggal, punggung kanan, kepala di bawah, sudah masuk pintu
panggul. Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan pembukaan cervix 3 cm, selaput
amnion masih utuh dan cervix sudah menipis. Dokter mengisi lembar partogram
untuk mengobservasi kemajuan persalinan.
STEP 1
1. Pemeriksaan Leopold = pemeriksaan pada ibu hamil untuk mengetahui
janin dengan cara perabaan
2. G2P0A0 = Gestasi/jumlah kehamilan, Partus/persalinan, Abortus
3. Partogram = alat pemantauan persalinan normal dan juga sebagai alat
pengambilan keputusan klinis
STEP 2
1. Mengapa dapat terjadi keluarnya darah dari jalan lahir dan perut terasa
kencang?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan?
3. Apa saja tanda-tanda dari persalinan?
4. Bagaimana tahapan pemeriksaan leopold dan interpretasinya?
5. Bagaimana pemeriksaan obstetrik dan interpretasinya?
6. Bagaimana dokter tersebut mengobservasi kemajuan persalianan melalui
lembar patogram?
STEP 3
1. Keluarnya darah dari jaalan lahir dan perut terasa kencang dapat terjadi
karena:
Sebelum persalinan terjadi, estrogen dan progesteron mengalami
penurunan dan mengakibatkan penurunan aliran darah. Prostaglandin dany
oksitosin mengikat PGE2 dan reseptor EP1, GP3, PG. Selain itu
2

prostaglandin dan oksitosin mengaktifkan reseptor 1P3, CA 2+, DAG


sehingga menyebabkan peningkatan kalsium sitosol divertikulo plasma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan:
a. Power (ditentukan dari His dan daya mengejan ibu)
b. Passanger
c. Passage (jalan lahir yang dibedakan menjadi jalan lahir keras dan
lunak)
2. Tanda-tanda persalinan :
a. Lighting (kepala janin turun dan masuk ke PAP)
b. Perut lebih besar dan melebar
c. Poliuri
3. Tahapan pemeriksaan leopold dan interpretasinya:
a. Leopold I = fundus janin
b. Leopold II = kanan kiri ibu
c. Leopold III = presentasi bawahnya
d. Leopold IV = flexi kepala janin
4. Pemeriksaan obstetrik dan interpretasinya :
a. Kala I = terjadi pembukaan serta pembukaan laten dan aktif
b. Kala II = lahirnya janin
c. Kala III = pelepasan plasenta
d. Kala IV = perawatan plasenta post partum dan observasi
5. Observasi kemajuan persalianan melalui lembar patogram:
Tujuan :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal
c. Melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan partus
STEP 4
1. Keluarnya darah dari jaalan lahir dan perut terasa kencang dapat terjadi
karena :
a. Diendrometrium menyeksresi lendir sehingga menyumbat leher
rahim dan membesar. Setelah itu akan terjadi kontraksi yang
3

membuka leher rahim dan lendir akan keluar bercampur dengan


darah
b. Prostaglandin menyebabkan kontraksi di miometrium
4. Tahapan pemeriksaan leopold dan interpretasinya:
a. Leopold I = fundus janin
b. Leopold II = kanan kiri ibu
c. Leopold III = presentasi bawahnya
d. Leopold IV = flexi kepala janin
5. Pemeriksaan obstetrik dan interpretasinya :
a. Kala I = terjadi pembukaan serta pembukaan laten dan aktif
b. Kala II = lahirnya janin
c. Kala III = pelepasan plasenta
d. Kala IV = perawatan plasenta post partum dan observasi
6. Observasi kemajuan persalianan melalui lembar patogram:
Tujuan :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal
c. Melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan partus
Isi :
a. Informasi ibu
b. Waktu pecah ketuban
c. Kondisi janin, DJJ
d. Kemajuan persalinan
e. Waktu dan jam (mulainya fase aktif)
4

STEP 5
1. Proses persalinan mulai dari kala I hingga kala IV
2. Fisiologi hormon-hormon pada saat proses persalinan
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Proses persalinan

Sebelum suatu persalinan yang sebenarnya terjadi, terdapat beberapa


fenomena yang menunjukkan bahwa tidak lama lagi true labor akan segera
terjadi. Fenomena-fenomena tersebut adalah : 1
A. Kala I
Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai
dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebakan
perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Kala 1
terdiri dari : 1

Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam dengan


pembukaan 1 cm per jam, pada multigravida 8 jam dengan
pembukaan 2 cm per jam. Komplikasi yang dapat timbul pada kala I
yaitu : ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstrupsi plasenta,
gawat janin, inersia uteri. 1

Pada kala I ini penolong harus memberikan perhatian penuh


(empathy) pada parturient. Selain kondisi pasien, juga harus
dievaluasi his setiap 2 jam dan DJJ. Pada KPD pemeriksaan dalam
dilakukan tiap 4 jam (tergantung penilaian penolong). Secara klinis,
suatu proses partus dikatakan telah mulai apabila telah timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lender yang bersemu darah (bloody
show). Lender yang bersemu darah ini

berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks sudah mulai


membuka atau mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh
5

kapiler yang ada di dinding serviks yang pecah akibat pembukaan


serviks. 1

B. Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap tampak
bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin
meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perinium
terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka, peningkatan
pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. 1
Mekanisme Persalinan dengan Presentasi Oksiput Anterior
Pada sebagian besar kasus, verteks memasuki pelvis dengan sutura
sagitalis terletak di diameter transversal pelvis. Janin memasuki pelvis
dalam posisi oksiput transversal kiri (left occiput transverse-LOT) pada 40
persen persalinan dan dalam posisi oksiput transversal kanan (right
occiput transverse-ROT) pada 20 persen. Pada posisi oksiput anterior-
LOA atau ROA-kepala memasuki pelvis baik melalui rotasi oksiput
sebanyak 45 derajat anterior dari posisi transversal, atau baru melakukan
rotasi sesudahnya. Mekanisme persalinan pada semua presentasi ini
biasanya sama. 3
a) Engagement
Mekanisme ketika diameter biparietal-diameter transversal
terbesar pada presentasi oksiput-melewati apertura pelvis superior
disebut engagement. Kepala janin dapat mengalami engage selama
beberapa minggu terakhir kehamilan atau tidak mengalami engage
hingga setelah permulaan persalinan. Pada banyak perempuan
multipara dan beberapa perempuan sutura sagitalis yang mengarah
ke anteroposterior. Namun, kepala janin biasanya memasuki
apertura pelvis superior baik secara transversal atau oblik. 3
Asinklitismus. Meskipun kepala janin cenderung beDesensus

Gerakan ini merupakan persyaratan pertama pelahiran


neonatus. Pada nulipara, engagement dapat berlangsung sebelum
6

awitan persalinan, dan proses desensus selanjutnya dapat tidak


terjadi hingga awitan kala dua. Pada perempuan multipara,
desensus biasanya dimulai dengan proses engagement. Desensus
ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari empat kekuatan: (1)
tekanan cairan amnion, (2) tekanan langsung fundus pada bokong
saat kontraksi, (3) tekanan ke bawah otot-otot abdomen maternal,
dan (4) ekstensi dan pelurusan tubuh janin. 3
b) Ekstensi
Setelah rotasi internal, kepala yang berada pada posisi fleksi
maksimal mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Jika kepala
yang mengalami fleksi maksimal, saat mencapai dasar pelvis, tidak
mengalami ekstensi tetapi melanjutkan berjalan turun, dapat
merusak bagian posterior perineum dan akhirnya tertahan oleh
jaringan perineum. Namun ketika kepala menekan dasar pelvis,
terdapat dua kekuatan. Kekuatan pertama, ditimbulkan oleh uterus,
bekerja lebih ke arah posterior, dan kekuatan kedua, ditimbulkan
oleh daya resistensi dasar pelvis dan simflsis, bekerja lebih ke arah
anterior. Vektor resultan terarah pada pembukaan Vulva, sehingga
menimbulkan ekstensi kepala. Keadaan ini menyebabkan dasar
Oksiput berkontak langsung dengan batas inferior simfrsis pubis.
Dengan distensi progresif perineum dan pembukaan Vagina, bagian
Oksiput perlahan-lahan akan semakin terlihat Kepala lahir dengan
urutan Oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu
melewati tepi anterior perineum. Segera setelah lahir, kepala
menghadap ke bawah sehingga dagu terletak di atas anus maternal.
3

c) Rotasi eksternal
Setelah kepala lahir, dilakukan restitusi. Jika pada awalnya
terarah ke kiri, Oksiput berotasi menuju tuber iskiadikum kiri. Jika
awalnya terarah ke kanan, Oksiput berotasi ke kanan. Restitusi
kepala ke posisi oblik diikuti dengan penyelesaian rotasi eksternal
ke posisi transversal. Gerakan ini sesuai dengan rotasi tubuh janin
7

dan membuat diameter bisakrominal berkorelasi dengan diameter


anteroposterior apertura pelvis inferior. Sehingga, salah satu bahu
terletak anterior di belakang simfisis pubis, sedangkan bahu lainnya
terletak di posterior. Gerakan ini tampaknya ditimbulkan oleh
faktor pelvis yang sama dengan terjadinya rotasi internal kepala. 3
d) Ekspulsi
Hampir segera setelah rotasi eksternal, bahu anterior
terlihat di bawah simfisis pubis, dan perioneum segera terdistensi
oleh bahu posterior. Setelah pelahiran bahu, bagian tubuh lainnya
lahir dengan cepat. 3

Penatalaksanaan Kala II
a) Kekuatan pada kala II adalah his dan hejan perut. Pasien disuruh
mengejan kalau hanya ada his supaya lebih efisien dan tidak
kelelahan.
b) Bila kepala sudah membuka pintu, pengeluaran jangan terlalu cepat.
Bila oksiput janin sudah keluar di bawah symphisis, ekstensi kepala di
atur dengan perasat Ridgen agar tidak terlalu cepat karena bila terlalu
cepat dapat merobek perineum. Tangan kanan operator memegang
perineum dengan bantalan kain steril, jari-jari di belakang anus ibu.
Ekstensi kepala diatur dengan menekan muka bayi ke arah simphisis,
sedangkan tangan yang lain mengontrol kecepatan lahirnya kepala.
C. Kala III
Segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitudo yang kira-kira
sama tingginya, hanya frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan
mengecil sehingga perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan
terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus ini dapat dimulai dari (1)
tengah (sentral menurut Schultze); (2) pinggir (marginal Mathew -
Duncan); (3) kombinasi 1 dan 2.Yang terbanyak ialah yang menurut
8

Schultze. Umumnya kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit.


Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat. 1
Perdarahan kala III
Jumlah darah yang keluar setelah janin lahir rata-rata berkisar 200-
400 ml. bila lebih dari 500 ml dapat dianggap perdarahan patologis dan
dikenakan dengan perdarahan postpartum. Sebab terbanyak timbulnya
perdarahan postpartum adalah atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa-
sisa plasenta. Kelainan pembekuan darah juga bisa sebagai kausa tetapi
jarang. Penderita dengan atonia uteri disebut dengan potential bleeders
yang meliputi: partus lama grandemultipara, hidramnion, kehamilan
ganda, anemia, hamil dengan mioma uteri, persalinan dengan pacuan dan
lain-lain. Pada keadaan-keadaan ini perlu diberikan uterotonika profilaksi
berupa 2,5 unit oksitosin pada saat kepala membuka pintu dan 0,2 mg
metal ergonovin segera setelah plasenta lahir. Lebih bagus lagi bila pasien
sudah dalam keadaan diinfus dan tersedia persediaan darah bila sewaktu-
waktu dibutuhkan. 2
D. Kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 2 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi
yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-
tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
terjadinya pendarahan. 2
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai dua
jam pertama setelah melahirkan. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat
dilakukan dengan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah
lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa dalam uterus serta benar-benar
dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut. 2
Jalan lahir (Passage)
Jalan lahir memang peranan penting di dalam proses persalinan.
Kondisi jalan lahir juga menentukan tindakan yang harus diambil oleh dokter
9

atau bidan penolong persalinan. Apabila jalan lahir tidak memungkinkan untuk
dilewati bayi,maka operasi caesar menjadi pilihan yang dapat diambil untuk
menyelamatkan jiwa si ibu dan janin. 2
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir keras berupa pelvis atau panggul dan
jalan lahir lunak berupa serviks uteri, vagina, introitus vagina dan vulva.
Variasi bentuk pelvis harus benar-benar dimengerti oleh dokter penolong
persalinan. Menurut Caldwell dan Molley, ada 4 tipe pelvis manusia yaitu :
android, Ginekoid, antropoid, dan platipelloid. 2
a. Android
Pelvis android berbentuk hampir segitiga, panjang diameter
anteroposterior hampir sama dengan diameter transversal. Akan tetapi
diameter ini agak mendekati sakrum sehingga bagian belakang akan
pendek dan gepeng, sedangkan depannya menyempit ke muka. Tipe pelvis
ini banyak terdapat pada laki-laki. 2
b. Ginekoid
Bentuk pelvis hampir bulat, panjang diameter AP hampir sama
dengan diameter transversal. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling
umum pada wanita sesuai perannya untuk melahirkan anak. 2
c. Antropoid
Panjang diameter AP lebih panjang daripada diameter transversal.
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. 2
d. Platipelloid
Tipe ini bisa untuk jalan lahir pervagina. Segmen dorsal panggul
lebih luas sehingga janin selalu berada di belakang dan tidak bisa ke arah
depan (persisten pada posisi oksitoposterior). Secara fungsional, pelvis
dibagi menjadi pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah pelvis
yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga sebagai false pelvis.
Sedangkan dalam ilmu kebidanan yang dimaksud dengan pelvis adalah
pelvis minor, yaitu pelvis yang terletakdi bawah linea terminalis. Pelvis
minor terdiri atas pintu atas panggul PAP (inlet), pintu tengah panggul
PTP (midpelvis) dan pintu bawah panggul PBP (outlet). 2
a) Pintu atas panggul : pintu atas panggul merupakan bidang yang
10

o
terletak miring membentuk sudut 55 dengan bidang horizontal. Sudut
ini disebut inklinasi pelvis,semakin kecil inklinasi pelvis prognosis
persalinan makin jelek. 2

Beberapa ukuran yang secara klinik dianggap penting yaitu :


1) Konjugata vera : jarak antara promontorium dengan margo superior
symphisis pubis
2) Konjugata obstetrika : jarak antara promontorium dengan margo
medial symphisis pubis
3) Konjugata diagonalis : jarak antara promontorium dengan margo
inferior symphisis pubis 2
b) Pintu tengah panggul : merupakan bagian panggul yang paling
sempit karena terdapat spina ishiadica, apalagi kalau menonjol. PTP
dibatasi oleh tepi bawah simphisis pubis (batas depan), spina ishiadica
(batas lateral) dan sekrum setinggi S3-4 (batas belakang). Ukuran

yang penting pada PTP adalah diameter interspinosum (jarak antara


kedua spina ischiadika) sebesar 10,5 cm dan diameter anteroposterior
12 cm. 2
c) Pintu bawah panggul : pintu bawahpanggul dibatasi oleh tepi bawah
symphisis pubis (batas depan), tuber isciadicum (batas lateral) dan
artikulasiosakrokoksigea (batas belakang). Ukuran yang paling dalam
PBP adalah diameter anteroposterior (11,5-12 cm) dan diameter
intertuberosum (10,5-11cm). 2
d) Panggul sempit : suatu panggul dikatakan sempit apabila berada
dibawah ukuran-ukuran berikut: 2
1) PAP : diameter transversal < 11 cm,
2) Diameter AP< 10 cm,
3) Konjugata diagnalis < 11,5 cm.
4) DIT + Diameter sagital posterior < 15 cm.
Pelvis yang berada dibatas nilai di atas disebut sebagai borderline
pelvic contraction. Akan tetapi parameter yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah suatu persalinan dapat dilakukan pervagina atau
11

tidak bukan hanya ukuran-ukuran panggul tersebut, melainkan juga


imbangan atau proporsi antara kepala janin dengan panggul. Ketidak
seimbangan proporsi antara kepala janin dengan panggul ibu ini disebut
sebagai disproporsi kepala panggul. 2
e) Pengukuran panggul. Pengukuran panggul dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu klinik obstetrik dan rontgenologik. Secara klinik dapat
dilakukan dengan periksa dalam (toucher). Hal yang penting dalam
periksa dalam ini adalah menentukan imbangan atau proporsi antara
kepala janin dengan ukuran panggul.2
Faktor yang mempengaruhi persalinan :
a. Presentation
Janin dengan presentasi belakang kepala (presbelkep) paling
sesuai dalam proses persalinan normal. Hal ini sangat berbeda
dengan janin presentasi:
1) Puncak kepala, petunjuk ubun-ubun besar (UUB)
2) Dahi, petunjuk glabella
3) Muka, petunjuk dagu
4) Belakang, petunjuk sakrum 2
b. Powers
Kekuatan dalam proses persalinan normal adalah his (pada
kala I, sampai awal kala II) dan dilanjutkan dengan hejan (ngeden-
Jawa red) perut ibu. His dan hejan perut : tenaga pendorong His.
Pada saat mendekati true labor akan terjadi kontraksi uterus yang
makin lama semakin sering dan semakin kuat. 2,6
His adalah kontraksi uterus sedangkan hejan perut adalah
usaha untuk mengeluarkan bayi dengan cara mengejan. Dalam
bahasa inggris, hejan perut disebut dengan istilah bearing down
effort, voluntery effort atau pushing down effort. Selama dalam
masa kehamilan, persalinan dan nifas, uterus mengadakan
kontraksi tetapi frekuensi dan intensinya berbeda-beda. Kontraksi
uterus ini disebut dengan his. Dalam arti khusus,his berarti
kontraksi uterus pada saat persalinan. Tonus miometrium pada saat
12

istirahat 5-10 mm Hg. Pada awal kala I, kekuatan tonus his kira-
kira 20-30 mm Hg dengan jumlah kontraksi 1 kali dalam 10 menit.
Pada akhir kala I atau pada kala II, jumlah kontraksi 3-4 kali dalam
10 menit dengan kekuatan 50-60Tidak mm Hg. Hasil perkalian
antara frekuensi dengan kekuatan his ini disebut Unit Montevideo.
Pada akhir kehamilan biasanya terjadi kontraksi uterus yang belum
teratur, juga spasme dinding abdomen, usus dan kandung kencing,
yang semuanya menimbulkan sensasi sakit. Gejala-gejala ini
disebut dengan fals labor. 3
Sifat-sifat his yang baik adalah sebagai berikut : teratur,
makin lama makin sering, makin kuat dan makin lama durasinya,
ada dominasi fundus dan menghasilkan pembukaan serviks dan
atau penurunan kepala. Dengan adanya his maka terjadilah
perubahan-perubahan pada serviks berupa pendataran dan
pembukaan. Selama kehamilan, isthmus uteri berfungsi sebagai
segmen bawah rahim – SBR (lower) bagian yang aktif. dalam
keadaan normal, OUL anatomikum menjadi cincin retraksi yang
sifatnya fisiologis. Dalam keadaan tertentu, cincin ini dapat terus
meninggi sampai sekitar atau di atas pusat. Keadaan ini disebut
sebagai cincin retraksi patologis (cincin Bandl), dan uterus dalam
keadaan iminen untuk ruptur. Pengawasan his yang baik dengan
menggunakan CTG. Karena selain dapat merekam juga dapat
memonitor DJJ. 3
Hejan perut adalah tenaga mengejan yang didasari oleh si
ibu. Hejan perut berfungsi pada kala II untuk mengeluarkan
janin.mengejan ini sangat bagus bila dilakukan bersamaan dengan
his, dengan mulut tertutup setelah mengambil nafas dalam-dalam,
tidak terputus-putus dan dilakukan seperti orang kesulitan defekasi.
Setelah pembukaan serviks lengkap, tenaga yang paling pnting
untuk mendorong keluarnya janin adalah kekuatan yang berasal
dari kontraksi otot-otot perut(tenaga intraabdominal/hejan perut)
walaupun kekuatan mengejan ini sangat penting dalam persalinan,
13

tetapi justru tidak bermanfaat bila dilakukan pada saat serviks


belum membuka sempurna. Tenaga mengejan ini diperlukan pada
saat kala II. Bila mengejan sudah dilakukan mulai kala I justru
akan mengakibatkan kelelahan ibu dan edema serviks. Akibatnya
pada saat kala II si ibu sudah kehabisan tenaga untuk
mengeluarkan janin, sehingga dapat terjadi kemacetan pengeluaran
janin 3
c. Passenger
Di depan telah disebutkan bahwa ukuran kepala janin
sangat menentukan ukuran tubuh janin. Tulang-tulang kepala janin
pada waktu melewati jalan lahir keras bisa memperkecil ukurannya
dengan molding. Selain itu sutura sangitalis bisa mengadakan
sinclitisme atau asinclitisme, maksudnya adalah agar kepala janin
bisa menyesuaikan dengan sumbu panjang panggul. 3
d. Psyche
Kesiapan untuk ibu hamil memasuki persalinan sangat
dibutuhkan. Ketenangan dan percaya diri sangat mmbantu
lancar/tidaknya proses persalinan. dalam obstetri sampai saat ini
dikenal : Tensmind > Tenscervix > Tenslabo. 3

2. Hormon-Hormon persalinan
Fase fase dalam persalinan
a) Fase 1
Fase ini normalnya membentuk 95% kehamilan dan ditandai oleh
ketenangan otot polos uterus dan dipertahankannya integrasi struktur
seviks. Kecenderungan inheren miometrium untuk berkontraksi ditunda,
dan otot uterus dibuat tidak peka terhadap rangsangan normal. 3
b) Fase 2
Untuk mepersiapkan persalinan ketenangan miometrium selama
fase 1 partus ini harus dihentikan melalui pengaktifan uterus. Proses ini
membentuk fase 2 dan mencerminkan perkembangan uterus selama 6
sampai minggu terakhir kehamilan. Proses-proses yang menyebabkan
14

pergeseran pada fase 2 ini menyebabkan persalinan kurang bulan akan


tertunda.3
c) Fase 3
Fase 3 sinonim persalinan aktif, yaitu kontraksi uterus yang
menyebabkan dilatasi progresif serviks dan pelahiran. Secara klinis, fase 3
ini biasanya dibagi menjadi 3 stadium (kala) persalinan.3
d) Fase 4
Selama awal fase ini akan terbentuk pola perilaku tipe ibu dan dimulaila
ikatan batin ibu dan anak (maternal neonatal bonding). Permulaan
laktogenesis dan milk let-down dikelenjar mamaria, penekanan pembuluh
darah uterus dan munculnya pola perilaku tipe ibu diperantarai oleh
oksitosin.3
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2014.
2. Anwar, M. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2017.
3. Cunningham, et.al. Obstetri Williams. Edisi 23 Vol.1. Jakarta: EGC; 2018.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta : EGC :
2014.
5. Smith R. Netter’s Obstetrics & Gynecology. 2 nd edition. Philaadelphia :
Elsevier ; 2008
6. Edmons, D. Keith. Dewhurst Textbook of Obstetrics & Gynecology. 7 th
edition. UK: Blackwell Publishing; 2007.
7. Norwitz e, Schorge JO. Obstetric and Gynecology at a Glance. London:
Blackwell; 2010.

Anda mungkin juga menyukai