Anda di halaman 1dari 23

MANUAL BOOK AQUACULTURE DEVELOPMENT TRAINING 2019

DITULIS :
- BOBI NOVALIANDO
- KIKI N. AZZAM KHOLIL
- IVAN ALFIANSYAH F
EDITOR :
-

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah, karunia serta ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan modul untuk kegiatan Aquaculture Development

Training 3.0. Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam kegiatan

pembenihan dan menjadi pegangan pendamping selama rangkaian kegiatan

Aquaculture Development Training. Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada

seluruh pihak yang membantu dalam proses pembuatan modul ini.

Malang, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

1. PRA PEMIJAHAN...................................................................................................4
1.1 Persiapan Alat Dan Bahan..........................................................................4
1.2 Pengadaan Calon Induk...............................................................................4
1.3 Pemeliharaan Calon Induk..........................................................................5
1.4 Seleksi Induk..................................................................................................6
1.5 Kultur Pakan Alami.......................................................................................9
2. PROSES PEMIJAHAN.........................................................................................13
2.1 Macam – Macam Pemijahan......................................................................13
2.2. Manajemen Pemeliharaan Telur...............................................................15
3. PASCA PEMIJAHAN...........................................................................................17
3.1 Manajemen Pakan Larva............................................................................17
3.2 Manajemen Kualitas Air.............................................................................17
3.3 Manajemen Kesehatan Larva...................................................................18
3.4 Pemanenan dan Distribusi Ikan...............................................................18
4. STRATEGI PEMASARAN...................................................................................19
4.1 Analisa Usaha...............................................................................................19
4.2 Strategi Produksi dan Pemasaran...........................................................20
4.3 Monitoring dan Evaluasi............................................................................20

3
1. PRA PEMIJAHAN

1.1 Persiapan Alat Dan Bahan

Alat merupakan benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Alat-alat

yang digunakan meliputi, akuarium pemijahan, undergravel, substrat, aerator set,

heater, dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan ikan masing-masing. Pada

Ikan koki dibutuhkan akuarium dengan ukuran minimal 70x40x40 cm atau lebih

baik lagi dikolam serta substrat sebagai media penempelan telur. Pada ikan

rainbow dibutuhkan akuarium dengan ukuran minimal 40 x 30 x 30 cm, substrat

yang digunakan untuk media penempelan telur. Pada ikan wader cakul

dibutuhkan ukuran akuarium 40 x 30 x 30 cm, serta undergravel atau waring

untuk pemisah induk ikan zebra dan telur serta substrat media perangsang induk

ikan wader cakul.

Bahan – bahan yang perlu dipersiapkan untuk proses pemijahan ikan

meliputi egg stimulant yang berfungsi untuk membantu proses pembentukan dan

pematangan telur, hormon ovaprim yang membantu proses pengeluaran telur,

pakan yang memiliki kandungan vitamin E, vitamin C dan protein untuk

membantu proses pertumbuhan dan pematangan gonad baik dalam bentuk

pakan alami maupun pakan buatan (pelet), air sebagai media hidup ikan yang

telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan saat ikan akan memijah.

1.2 Pengadaan Calon Induk

Calon induk adalah ikan – ikan yang belum matang gonad dan siap untuk

dipijahkan. Dalam pemilihan induk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Keterlacakan atau traceability merupakan sistem yang digunakan untuk

mengidentifikasi histori dan asal lokasi dari indukan ikan yang akan digunakan.

Induk – induk yang berasal dari luar negeri haruslah memiliki Sertificate of Origin

untuk mengetahui asal induk ikan. Induk ikan yang berasal dari luar daerah juga

4
harus memiliki sertifikat yang menandakan induk ikan telah lolos pemeriksaan

dari Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM). Induk ikan yang

berasal dari alam perlu dilakukan karantina untuk mencegah penyebaran

penyakit dan mematikan jamur serta parasit yang melekat pada ikan. Induk yang

akan digunakan untuk proses pemijahan perlu diperhatikan ciri – cirinya baik

secara morfologi maupun secara fisiologinya. Induk diusahakan berada pada

kondisi yang sehat dan tidak cacat.

1.3 Pemeliharaan Calon Induk

Pemeliharaan calon induk merupakan tahapan yang sangat penting

dalam proses pembenihan dan sebelum proses pemjahan. Pada proses ini

pemeliharaan induk ditekankan pada proses manajemen pakan. Pakan pada

ikan umumnya akan digunakan pada proses pemeliharaan tubuh, pematangan

gonad, dan pertumbuhan. Pakan yang diberikan pada calon induk umumnya

berbeda dengan pakan yang diberikan ke ikan pada umumnya, dimana

kandungan protein dan vitamin menjadi faktor penting dalam proses pematangan

gonad ikan (pematangan sperma pada jantan dan pembentukan telur pada

betina) pada calon induk.

Waktu pemberian pakan disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan. Ikan

memiliki beberapa sifat makan, yakni diurnal (pagi hari) dan nokturnal (malam

hari). Waktu pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara teratur dan terjadwal

agar timbul kebiasaan pada ikan. Jenis pakan yang diberikan juga perlu

menyesuaikan kebiasaan makan ikan. Beberapa jenis ikan memiliki sifat makan

dengan pakan terapung atau pakan tenggelam, sehingga pemberian pakan

sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan agar tidak terjadi

pembuangan energi secara berlebihan. Pada ikan wader cakul, ikan koki dan

ikan rainbow memiliki sifat makan memakan pakan terapung.

5
Manajemen kualitas air pada media pemeliharaan induk ikan merupakan

salah satu aspek penting dalam proses pemijahan ikan yang meliputi suhu, pH,

dan oksigen terlarut. Suhu merupakan faktor terpenting dimana perlu adanya

penyesuaian suhu pada media hidup dengan suhu hidup ikan di lingkungan

aslinya. Suhu yang baik bagi ikan wader cakul berkisar 26 - 30°C, ikan koki 24-

28°C, dan ikan rainbow 23-26°C. Nilai pH pada media pemeliharaan akan

berpengaruh pada aktivasi enzim pada tubuh ikan yang dipelihara, nilai pH yang

baik pada ikan cupang 7.4 – 7.9, ikan koki 7 – 7.5, dan ikan rainbow 6.5 – 7.5.

Nilai oksigen terlarut merupakan salah satu aspek penting karena berperan

sebagai perombak energi pada proses metabolisme, nilai oksigen terlarut yang

baik pada ikan wader cakul, ikan koki, dan ikan rainbow berkisar antara 6 – 8,5

ppm.

1.4 Seleksi Induk

Pemilihan calon induk diawali dengan pemilihan induk betina dan induk

jantan, langkah selanjutnya memilih calon indukan yang telah matang gonad.

Induk yang telah matang gonad dapat diamati melalui ciri fisik (morfologi)

maupun ciri fisiologis. Perbedaan Induk Wader dapat dilihat pada Gambar 1. Ciri-

ciri ikan wader betina meliputi warna tubuh yang pudar, postur tubuh lebih besar

dan gendut, memiliki 3 lubang urogenital. Ciri – ciri ikan wader betina yang telah

siap untuk dipijahkan adalah telah mencapai usia minimal 6 bulan, bentuk badan

membulat, gerakannya menjadi lambat dan ketika diurut lubang kelaminnya akan

mengeluarkan telur. Ciri – ciri ikan wader jantan meliputi warna yang terang dan

cerah, postur tubuhnya lebih ramping dan memiliki 2 lubang urogenital. Ciri – ciri

ikan wader jantan yang telah siap untuk dipijahkan telah berusia minimal 6 bulan,

dan ketika diurut lubang kelaminnya akan mengeluarkan sperma (cairan

berwarna putih).

6
Gambar 1. Ikan Wader Betina (kiri) dan Ikan Wader Jantan (kanan)

Induk ikan rainbow dapat dilihat pada Gambar 2. Ciri – ciri ikan rainbow

jantan dapat dilihat pada dari bentuk tubuh yang lebar dan lebih panjang dari

betina, warna lebih kontras dan tajam, bentuk alat genital lonjong dan sirip

punggung berdekatan atau sampai pada pangkal ekor dan tingkah laku lebih

lincah (agresif). Ciri – ciri ikan rainbow betina dapat dilihat dari bentuk tubuh yang

ramping dan relatif lebih kecil daripada jantan, warna yang lebih pudar,

pergerakan kurang agresif, bentuk alat genital membulat dan sirip punggung

tidak sampai pada pangkal ekor. Ikan rainbow yang matang gonad dicirikan

dengan kedua ikan jantan dan betina akan saling kejar-kejaran. Pada ikan

rainbow jantan yang sudah matang gonad dicirikan pada warna tubuh yang

semakin cerah. Pada ikan rainbow betina yang sudah matang gonad dicirikan

pada perut yang berukuran lebih besar.

Gambar 2. Ikan Rainbow Betina (kiri) dan Ikan Rainbow Jantan (kanan)

7
Induk ikan koki dapat dilihat pada Gambar 3. Induk jantan dan induk

betina yang dipijahkan adalah yang mempunyai tubuh yang tidak cacat dan

sudah matang gonad. Pemilihan induk dipilih harus secara selektif agar dapat

menghasilkan benih yang berkualitas. Apabila telah didapat indukan yang akan

dipijahkan selanjutnya diukur panjang total dan berat tubuh induk. Terdapat

beberapa ciri-ciri untuk mengetahui perbedaan induk jantan dan betina. Induk

jantan pada sirip dadanya terdapat bintik bulat yang menonjol, apabila diraba

terasa kasar sedangkan induk betina tidak terdapat bintik kasar pada siripnya.

Tubuh jantan lebih ramping dibanding betina karena betina cenderung besar

pada bagian perut. Pergerakan induk jantan juga lebih gesit dari pada induk

betina. Induk jantan yang telah matang gonad perutnya bila diurut akan

mengeluarkan sperma sedangkan betina jika dipegang terasa lembek dan

apabila diurut juga akan mengeluarkan telur. Cara melihat induk ikan mas koki

siap pijah yaitu pergerakan induk betina lebih lambat atau tidak lincah seperti

induk jantan.

8
Gambar 3. Induk Ikan Koki Jantan dan betina

1.5 Kultur Pakan Alami

Pakan alami merupakan pakan yang berbentuk makhluk hidup mikroskopis

yang meliputi fitoplankton, zooplankton, dan benthos. Pakan alami dari jenis

fitoplankton meliputi chlorella (Gambar 5) dan spirullina (Gambar 6). Pakan alami

dari jenis zooplankton meliputi daphnia (Gambar 7), moina (Gambar 8), dan

artemia (Gambar 9). Pakan alami dari jenis benthos meliputi cacing sutra

(Gambar 10), cacing dara (Gambar 11) dan microworm (Gambar 12 dan Gambar

13). Pakan alami umumnya diberikan pada ikan fase larva hingga juvenil. Pakan

alami memiliki kandungan karbohidrat, lemak, protein, asam amino serta mineral

yang sesuai dengan kebutuhan larva ikan. Pakan alami sangat penting dalam

kegiatan pembenihan. Hal ini dikarenakan pada kegiatan pembenihan, benih

ikan membutuhkan kandungan nutrisi yang tinggi dan memiliki ukuran yang

sesuai dengan bukaan mulut ikan.

Gambar 5. Chlorella

9
Gambar 6. Spirulina
Gambar 7. Daphnia (Kutu Air Raksasa)

Gambar 8. Moina (Kutu Air)

10
Gambar 9. Artemia

Gambar 10. Cacing Sutra

Gambar 11. Cacing Dara

11
12
Gambar 13. Microworm (perbesaran)

Gambar 14. Microworm (Hasil Kultur)

13
2. PROSES PEMIJAHAN

2.1 Macam – Macam Pemijahan

Pemijahan merupakan proses pencampuran sperma dan telur ikan.

Pemijahan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara alami, semi alami, dan

buatan. Pemijahan alami merupakan teknik pemijahan yang dilakukan dengan

cara tidak diberikan rangsangan apapun kepada induk ikan. Pemijahan semi

buatan adalah pemijahan yang sebagian prosesnya menggunakan campur

tangan manusia yang menambahkan suntikan hormon dan tidak dilanjutkan

dengan proses stripping. Pemijahan buatan merupakan proses pemijahan yang

melibatkan campur tangan manusia baik berupa penambahan hormon dan juga

proses stripping. Pada ikan hias, umumnya kegiatan pemijahan dilakukan secara

alami. Namun, pada proses pematangan gonadnya biasanya dilakukan proses

penyesuaian lingkungan dan pemberian pakan secara intensif untuk proses

pematangan gonad.

Sifat Pemijahan pada ikan umumnya terdiri dari sistem pemijahan massal

dan tunggal. Pemijahan massal adalah jenis pemijahan yang dilakukan dengan

memasukan lebih dari satu pasangan ikan ke dalam satu wadah pemijahan.

Pemijahan tunggal adalah sistem pemijahan yang dilakukan dengan

menggunakan 1 induk betina dan 1 induk jantan di dalam satu wadah pemijahan.

Pada ikan wader cakul, sistem pemijahan yang dapat diterapkan adalah sistem

pemijahan massal. Pada ikan koki dan ikan rainbow, sistem pemijahan yang

dilakukan adalah sistem pemijahan tunggal. Waktu Pemijahan biasanya terjadi

pada sore hingga dini hari. Pada ikan wader cakul, ikan koki dan ikan rainbow,

waktu pemjahan terjadi pada malam hari.

Beberapa jenis ikan membutuhkan perlakuan tambahan dalam proses

pemijahannya. Ikan wader cakul umumnya membutuhkan air mengalir karena

14
habitat aslinya di perairan yang mengalir deras dan substrat berupa ijuk untuk

memicul ikan wader cakul untuk memijah dan undergravel atau waring untuk

memisahkan antara induk ikan wader cakul dengan telur agar induk wader cakul

tidak memakan telurnya. Pada ikan koki dibutuhkan substrat berupa ijuk atau

eceng gondok untuk memicu ikan koki untuk memijah dan sebagai media

menempelnya telur ikan koki. Pada proses pemijahan ikan rainbow, dibutuhkan

substrat berupa tali rafia untuk memicu ikan rainbow memijah dan sebagai media

menempelnya telur ikan.

Kualitas air sangat menentukan dalam proses pemijahan. Kualitas air yang

diharapkan pada media pemijahan harus sesuai dengan kualitas air pada habitat

asli ikan. Parameter kualitas air yang umumnya perlu diperhatikan adalah suhu,

pH, dan oksigen terlarut. Suhu berpengaruh pada proses pemijahan karena

berkaitan dengan proses metabolisme ikan, kisaran suhu yang tepat untuk

proses pemijahan pada ikan wader cakul adalah 26-30oC pada ikan koki adalah

24-28oC, dan pada ikan rainbow adalah 23-26oC Nilai pH juga sangat

menentukan proses aktivasi enzim dalam tubuh ikan, nilai pH optimum untuk

pemijahan ikan wader cakul adalah 7,4 - 7,9, ikan koki adalah 7-7,5, dan pada

ikan rainbow adalah 6,5-7,5. Nilai oksigen terlarut penting dalam proses

pembenihan ikan karena menyangkut transfer energi pada tubuh ikan, nilai

oksigen terlarut pada ikan wader cakul adalah 4 - 6 ppm, pada ikan koki adalah

3,5 - 5,8 ppm, dan pada ikan rainbow adalah 6 - 8 ppm.

15
2.2. Manajemen Pemeliharaan Telur

ikan wader yang diketahui telah memijah,kemudian induk yang ada dalam

aquarium diambil. Setelah induk terambil semua, aquarium dialiri air supaya sisa

sperma yang ada dalam aquarium hanyut. Hal ini bertujuan untuk menghindari

tumbuhnya jamur. Setelah itu perkembangan telurnya diamati yang ada dalam

kolam dan lamanya telur akan menetas diamati. Kualitas air meliputi suhu, pH,

DO dan tinggi air diamati untuk mengetahui kondisi yang sesuai untuk penetasan

telur ikan wader tersebut sampai telur menjadi larva. Setelah menjadi larva,

diamati apakah masih terdapat kantong telur. Apabila kuning telur sudah habis

(kurang lebih 7 hari) larva diberi rebusan kuning telur yang dihaluskan, sebagai

makanan awal. Dipilih kuning telur yang sudah dihaluskan ukurannya sesuai

dengan bukaan mulut larva ikan wader .Pemakaian kuning telur bertujuan agar

pertumbuhan ikan wader dараt optimal.

Penetasan telur pada Ikan Rainbouw menggunakan wadah penetasan

telur. Wadah yang digunakan berupa container plastic dan Waskom volume 5–10

L. Telur yang menetas setelah waktu sekitar 6–7 hari, untuk daya tetas telur

mencapai 90–95% dengan jumlah larva sebanyak 45–95 ekor/pasang dalam

setiap hhar. Larva dipelihara dalam aquarium, dan untuk jenis pakan yang

diberikan berupa infusoria, rotifer dan kutu air (moina sp). Pemeliharaan larva

kemudian ditempatkan kedalam kolam tanah yang telah diberi pupuk dengan

dosis 20kg/meter persegi. Larva umur 3 hari dapat ditebarkan dalam hapa

dengan kepadatan 400 ekor/meter persegi. Larva diperlihara selama 1 bulan

dengan sintasan sebesar 50–70%.

Proses penetasan telur ikan mas koki sangat dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan sekitar. Apabila suhu terlalu dingin maka dapat memperlambat waktu

penetasan tersebut. Apabila suhu sangat dingin maka telur-telur tersebut akan

16
mati dan membusuk. Penetasan telur tidak terjadi secara sekaligus tetapi

berangsur angsur. Telur ikan mas koki akan menetas 2-3 hari setelah induk ikan

mas koki dipindahkan dari dalam hapa. Setelah menetas larva ikan mas koki

terlihat bergerombol di tepi kakaban dan hapa. Larva terlihat bergerak dan masih

mempunyai kantung kuning telur pada bagian bawah perut.Telur ikan mas koki

agar dapat menetas dengan baik, telur harus selalu dalam keadaan tenggelam

sehingga diperlukan penambahan beban pada bagian atas kakaban. Beban yang

digunakan bisa berupa batu ataupun asbes yang telah dibasahi terlebih dahulu.

Selama proses penetasan, tinggi air harus dipertahankan dan tidak boleh

berkurang karena dapat membuat telur yang menempel pada hapa tidak

terendam air sehingga telur tidak dapat menetas.

17
3. PASCA PEMIJAHAN

3.1 Manajemen Pakan Larva

Pada umumnya larva diberi makan sebanyak 5 – 8 kali sehari dengan

rentang waktu 2-3 jam sekali. Pemberian pakan umumnya dilakukan pada pagi-

sore hari atau sesuai dengan kebiasaan makan ikan. Larva ikan diberi pakan

pada jam 07.30, 10.00, 12.30, 14.30 dan 17.30 dengan dosis 10% dari bobot

populasi larva hal ini disebabkan karena kebutuhan energi larva diperuntukan

untuk pertumbuhan tubuh dan perkembangan organ larva. Pemberian pakan

juga perlu disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Larva berusia 1-2 hari tidak

perlu diberi pakan karena masih memiliki simpanan kuning telur pada tubuhnya.

Larva yang simpanan kuning telurnya sudah mulai habis kemudia diberi pakan

sesuai dengan bukaan mulut larva. Larva berusia 3-7 hari dapat diberi pakan

berupa chlorella atau artemia. Larva yang mulai terlihat cukup besar atau berusia

diatas satu minggu dapat diberi pakan berupa moina, anakan daphnia, atau

cacing sutra yang dicacah. Setelah berusia lebih dari 14 hari, larva dapat diberi

pakan berupa daphnia atau cacing sutra dan bisa juga dilatih untuk pakan pelet.

Cara pemberian pakan pada larva dapat dilakukan dengan cara adlibitum atau

pemberian pakan secara sedikit-sedikit hingga ikan merasa kenyang

3.2 Manajemen Kualitas Air

Secara umum kualitas air pada larva lebih perlu diperhatikan karena larva

memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah pada perubahan kualitas air

dibandingnkan dengan ikan dewasa. Penyiponan dilakukan setiap dua hari sekali

atau ketika media pemeliharaan dirasa sudah mulai kotor. Langkah selanjutnya

dilakukan pergantian air sebanyak 30 % atau sekitar 1/3 media pemeliharaan.

18
3.3 Manajemen Kesehatan Larva

Ikan yang sakit umumnya memiliki gejala cenderung sering untuk naik ke

permukaan, memiliki kecepatan berenang yang lamban, cenderung memisahkan

diri dari ikan-ikan lain, memiliki nafsu makan yang rendah serta sering

menggosok-gosokan tubuh ke dinding media pemeliharaan. Secara umum,

gejala klinis yang diperlihatkan oleh ikan yang sakit meliputi warna tubuh yang

abnormal, sisi terkelupas, mata sedikit menonjol, tubuh berbentuk kasap,

terdapat borok di permukaan tubuh, rusaknya ingsang dan sirip teriritasi.

Pencegahan terjadinya persebaran penyakit adalah dengan melakukan

pergantian air secara rutin, memisahkan ikan yang di diagnosis terserang

penyakit, pemberian garam grasak atau metilen biru. Fase kritis pada

pembenihan biasanya terjadi pada saat kuning telur pada larva sudah habis. Hal

ini karena larva sudah tidak memiliki persedian energi didalam tubuhnya, untuk

mengatasi hal ini biasanya pembudidaya sudah menyiapan pakan alami terlebih

dahulu di hari ke 2 setalah larva menetas.

3.4 Pemanenan dan Distribusi Ikan

Penyortiran atau grading merupakan proses pemisahan ikan berdasarkan

ukuran atau kualitas ikan. Penyortiran ikan dilakukan saat ikan-ikan yang

dipelihara menunjukan adanya perbedaan ukuran yang mencolok, beberapa

minggu sekali atau ketika akan dilakukan penjualan. Penyortiran sendiri

umumnya juga dilakukan untuk mencegah sifat kanibalisme pada beberapa jenis

ikan. Pemanenan dilakukan pada saat ukuran ikan sudah memasuki ukuran

pasar. Pada ikan hias umunya ikan dijual berdasarkan ukuran. Pemanenan pada

ikan hias umumnya dilakukan secara parsial atau sebagian. Ikan yang telah

dipanen kemudia didistribusikan dengan menggunakan plastik Polietilen (PE)

dengan perbandingan air dengan oksigen 1:3.

19
20
4. STRATEGI PEMASARAN

4.1 Analisa Usaha

Analisa usaha adalah upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan untuk

dikerjakan dari suatu jenis usaha, dengan melihat beberapa kriteria tertentu.

Analisa usaha dalam bisnis merupakan kegiatan yang sangat penting, dari

analisis usaha tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha tersebut.

Analisis usaha diperlukan agar biaya-biaya yang tidak penting dapat dihindari

dan untuk memperkirakan besar modal.

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat membuat

suatu usaha. Barang-barang yang termasuk ke dalam biaya investasi harus

memiliki umur teknis >1 tahun.Biaya tetap merupakan biaya yang

penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Jumlah biaya ini tidak

mengalami perubahan secara totalitas meskipun volume produksi bertambah.

Biaya variabel adalah biaya yang habis dalam satu kali produksi. Biaya total

merupakan gabungan dari biaya tetap dan biaya variable dalam satu kali

produksi. Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari kegiatan

produksi.Keuntungan dapat dihitung dengan cara nilai pendapatan dikurangi

biaya total. Analisis Break Event Point (BEP) merupakam suatu analisis yang

digunakan olej managemen sebagai acuan pemberian keputusan terhadap

perancangan keuangan, khususnya pada tingkat laba yang ingin dicapai seta

berhubungan dengan tingkat penjualannya. Analisis Jangka Panjang ( Payback

Period) dilakukan untuk melihat investasi dengan cara membandingkan investasi

dengan keutungan selama satu tahun.

21
4.2 Strategi Produksi dan Pemasaran

Strategi Produksi adalah strategi yang digunakan untuk mengatur jalannya

kegiatan produksi. Strategi produksi dapat berupa flowshop yang merupakan

proses penentuan urutan pekerjaan yang berada pada dalam satu jalur produksi

yang sama. Batch production merupakan strategi produksi yang dilakukan secara

terbatas atau tidak kontinu. Job shop merupakan strategi produksi yang

menghasilkan jumlah produk dalam jumlah rendah pada tiap-tiap jenis barang

yang diproduksi. Make To Stock adalah strategi produksi yang mertujuan untuk

disimpan untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Make to Order merupakan

strategi produksi yang dilakukan berdasarkan jumlah pesanan konsumen.

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang

untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-

barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar serta tujuan.

Pada usaha ikan hias kita harus memperhatikan strategi produksi dan

pemasaran. Kita harus bisa melihat peluang pasar ikan hias di daerah kita. Ikan

hias merupakan ikan yang hanya disukai oleh beberapa kalangan masyarakat.

Dalam menentukan jenis ikan hias yang akan kita budidayakan kita harus

memahami dulu ikan apa yang disukai di daerah tersebut.

4.3 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring adalah pengawasan kita terhadap usaha yang kita miliki.

Monitoring dalam budidaya ikan dapat berupa kualitas air budidaya, Kualitas

Indukan dan permintaan pasar. Kualitas air harus kita perhatikan karena kualitas

air ini yang menentukan keberhasilan proses budiaya. Indukan yang berkualitas

dapat menghasilkan benih yang berkualitas, dengan adanya monitoring induk

kita dapat mengetahui apakah induk ini masih bagus dalam proses pembenihan

atau tidak. Permintaan pasar harus diperhatikan juga karena akan menentukan

22
harga jual pada produk kita. Kita permintaan pasar besar maka kita harus

mempersiapkan cara untuk memenuhi permintaan pasar tersebut.

Evaluasi Usaha adalah Suatu aktivitas untuk melakukan analisis kinerja

suatu usaha bisnis. Evaluasi usaha prinsip dasar utamanya adalah

membandingkan rencana usaha yang telah dibuat sebelum kegiatan dimulai

dengan apa yang telah dicapai pada akhir masa produksi. Tujuan evaluasi

kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh mana

tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek, apakah proyek tersebut berjalan

sesuai rencana dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Pada usaha kegiatan pembenihan Evaluasi usaha ini sangat penting

dimana dengan mengetahui evaluasi usaha ini sudah sampai mana usaha kita.

Kita dapat menentukan apakah usaha kita layak dilanjutkan apa tidak. Kita juga

dapat mengerti kekurangan pada usaha kita dan diperbaiki dalam proses

produksi selanjutnya.

23

Anda mungkin juga menyukai