Anda di halaman 1dari 7

Ibadah Bulan

Bulan . . .
Malamku yang sunyi merindukanmu mengaji
Membacakan ayat-ayat suci
Menerangi bumiku ini
Suara adzanmu membuat lubang di dada kami
Tertutup kembali dari benci dan dendam yang bergoyang
Menghantam karang dan lautan diri.

Bulan . . .
Langitku yang sepi bergemuruh
Mendengarmu melantunkan sholawat nabi
Degub jantungku tak bosan mencari
Zikirmu menggema menggetarkan jagat raya
Memancarkan cahaya menghapus gelap
Ke dalam jiwa.

Bulan . . .
Hujanku yang kecil tak bosan memanggil
Mengucap salam dalam alunan tasbih
Hapus dosaku Tuhan yang berlebih
Doamu teguh tak tersentuh keluh
Walau seribu bayang ketakutan
Ingin berlabuh.

Bulan . . .
Petirku yang nakal gemetar mendengar
Suci janjimu kepada bintang dan kehidupan
Ibadahmu, ibadah atas nama Tuhan
Ibadah penyerahan jiwa dan badan.
Bulan . . .
Engkau, kekasih Tuhan
Yang tak pernah lupa sembahyang
Sholatmu dan ibadahmu
Hidupmu dan matimu
Hanyalah kepada Allah
Tuhan sekalian alam.

Bulan . . .
Jika pagi datang dan Engkau menghilang
Aku, akan tetap mengenangmu,
menunggumu
sepanjang malam
hingga daun-daun
ditubuhku gugur berserakan
di pangkuan Tuhan.
Anjing Penghujung Tahun

Anjing-anjing turun gunung di penghujung tahun yang becek


Mereka kehabisan cerita untuk menidurkan senja
Sebab, orang-orang akan pergi ke balai kota
Atau ke tempat perayaan
Di mana maut tak bisa datang
Karena malaikat sedang sibuk berpesta
Menyaksikan riuh terompet dan kembang api di surga
Bersama bayi-bayimu yang mati di Gaza
Sedang kita tertawa, bahagia
Menghitung detik-detik pergantian tahun
Ketika doa tak kunjung rampung disusun
Hingga pagi itu kita bangun
Dengan tubuh yang begitu ringan
Dengan langkah yang teramat pelan
Anjing-anjing itu menyalak
Di atas makam?
Minggu Pagi

Minggu pagi, Tuhan akan jalan-jalan lewat rumahku


Bersama orang-orang mumet yang senang
Bermain hujan di jalanan macet
Hujannya cantik
Wajahnya lucu seperti rinduku
Yang sedang menetes diatas batu
Mencumbu banjir dikota kelahiranmu

Ia tengok ke kiri
Ada sepasang sepi sedang sembahyang
Dengan khusyuk sekali
Di sebelah kanan
Ia saksikan anak kesedihan sedang merangkai doa
Buat Ibunya yang ada di surga

Lalu langit menjadi jingga seperti membangun tangga


Di minggu pagi, ketika Tuhan mampir ke rumahmu
Mengetuk pintu pelan-pelan hatimu
Barangkali masih adakah sisa dengkurmu
Yang berkicau merdu dalam kepalaku
Kerokan 2

Sajak-sajakku kembali demam, Tuhan


Ia rindu kerokan
Tapi, ibuku belum pulang
Terjebak macet dan banjir
Juga kesepian
Di rumah kenangan
mata malam berkali-kali meneteskan hujan
Dan Bulan khusyuk berdoa di atas kuburan?
Jika Aku Hujan

Jika cintaku datang ke rumahmu sebagai hujan


Dan engkau sedang kusyuk sembahyang
Akankah rembesan pada atap langit-langit itu
Mampu sampaikan pesan rinduku yang tak terbahasakan?
Budi Setiawan petani kata tinggal di temanggung jawa tengah, alumni universitas
muhammadiyah magelang jurusan ekonomi manajemen, bergiat di komunitas seni
turonggo setro

No. rekening : BRI Temanggung 0102-01-002288-53-3  a/n Andrayani

Email ; budi199207@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai