Anda di halaman 1dari 16

Latar Belakang

Semua orang tua pasti ingin anaknya sehat, tidak sakit, proses tumbuh kembang tak
terhambat dan pintar. Untuk mencapai itu semua orang tua haruslah memberikan ASI yang
cukup, kebersihan lingkungan yang baik, makanan cukup dan seimbang pada anaknya. Namun
tapi itu tak cukup untuk mencegah anak jatuh sakit.

Anggota Satgas Imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Sujatmiko mengatakan ini
karena jumlah kuman begitu banyak dan ganas sehingga mesti gizi cukup dan lingkungan bersih
anak tetap masih bisa terkena penyakit. Penyakit yang paling berbahaya dan kerap menimbulkan
kecacatan pada anak adalah penyakit yang menimbulkan infeksi saluran nafas. ”Jadi pnumonia
yang menimbulkan batuk, panas, sesak nafas dan kalau tidak diobati dengan baik bisa
meninggal,” kata dr Sujatmiko.  Penyakit lain yang berbahaya bagi bayi dan anak adalah diare
dan penyakit yang mengenai susunan saraf pusat.

Penyakit ini penyebabnya bisa macam-macam. Bisa kuman pertussis, kuman TBC, kuman difteri dan
bisa kuman campak. Nah yang bisa menyebabkan kecacatan pada anak adalah virus polio. ”Karena itu
campak dan polio ini berbahaya dan masih banyak orang tua yang lupa imunisasi lengkap, pemerintah
bermaksud membantu keluarga indonesia untuk meningkatkan imunisasinya,” jelas dr. Sujatmiko
tentang alasan program imunisasi Campak dan Polio yang tengah digelar pemerintah. Tujuan program
imuniasi yang digelar di 17 propinsi adalah membuat anak-anak di Indonesia kebal dan tahan terhadap
penyakit-penyakit berbahaya tersebut. ”Pemerintah menggalakkan program imunisasi tambahan
campak dan polio, sepanjang 18 Oktober-18 November 2011” tegas dr. Sujatmiko

B. Tujuan

1.      Tujuan umum


Setelah mengikuti kuliah system integumen mahasiswa diharapkan mampu mengetahui
tentang askep klien dengan penyakit kulit campak.
2.      Tujuan khusus
Setelah mempelajari askep campak mahasiswa diharapkan:
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari campak
2.      Mahasiswa dapat mengetahui apa gejala dari campak
3.      Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari campak
4.      Mahasiswa dapat mengetahui dan membuat asuhan keperawatan pada campak
3.      Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:

a.       Untuk mahasiswa

b.      Untuk pasien

c.       Untuk masyarakat

1.      Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penatalaksaan penanganan campak

2.      Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu keperawatan, khususnya
keperawatan pada kasus camapak

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.   DEFINISI

Penyakit Campak adalah satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola,  Campak 9 hari) atau
dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Kerumut (dalam bahasa Banjar).
Dalam istilah medisnya disebut juga dengan Morbili, Measles.  (Aru: 2006: 1447)

Morbili adalah : Penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, Yaitu stadium
prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan
demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. Fkui ).

Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala prodormal panas,
batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah makulopapurer yang
menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan mengelupas. (Fanani. 2009: 61-62)

B.   ETIOLOGI

Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet)
dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili/campak. Artinya, seseorang dapat
tertular Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau di mana
saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit
dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun,
terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada
seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).

Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:

         bayi berumur lebih dari 1 tahun

         bayi yang tidak mendapatkan imunisasi

         remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua

A. MANIFESTASI KLINIS

Inkubasi

Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.

 Prodromal

Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus meningkat
hingga mencapai puncaknya suhu 39,40– 40,60C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu pada saat ruam
muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis,
dan konjungtivitis.

Bercak koplik

           berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema hampir selalu didapatkan
pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini muncul pada 1-2 hari sebelum muncul rash
(hari ke-3 – 4) dan menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan
dengan molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak teratur pada mukosa
bukal yang lain.

 Erupsi (Rash)
Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini muncul
pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian menyebar dengan
cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama.
Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan
paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent.
Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5
°C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun
mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah
sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan
anoreksia. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan
muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada
kulit. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher
belakang. Dapat pula terjadi sedikit splenomegali.

          Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka.
Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul.

kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan menghilang setelah 1-2
minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari (referensi lain menyebutkan sekitar 10-20 hari)
setelah terinfeksi, yaitu berupa: - nyeri tenggorokan - hidung meler - batuk - nyeri otot - demam -
mata merah - fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). Namun, gejala ini tidak semuanya terjadi
pada tiap penderita tergantung dari stamina masing-masing.

Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni:

Stadium awal (prodromal)

Pada stadium awal campak berlangsung sekitar 4-5 hari, ditandai dengan: panas, lemas
(malaise), nyeri otot, batuk, pilek, konjungtivitits, fotofobia (takut cahaya), diare karena adanya
peradangan saluran pernapasan dan pencernaan.
Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa ke arah Morbili dapat dibuat bila
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).di dinding
pipi bagian dalam (mukosa bukalis) dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam
2 minggu terakhir.
Stadium timbulnya bercak (erupsi)

            Pada stadium dua ini dapat ditemukan ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal,
muncul sekitar 2-5 hari setelah stadium awal. Ditandai dengan: demam meningkat, bercak merah
menyebar ke seluruh tubuh, disertai rasa gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya
ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping.
Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di
wajah mulai memudar. Selanjutnya gejala tersebut akan menghilang sekitar hari ketiga. Kadang
disertai diare dan muntah.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan
ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti
dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari
hingga 7 hari.

Stadium masa penyembuhan (konvalesen)

            Pada stadium ini, gejala-gejala di atas berangsur menghilang. Suhu tubuh menjadi
normal, kecuali ada komplikasi.

B. PATOFISIOLOGI

Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke
system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal
tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan
disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk
berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme
imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.

1.      PEMERIKSAAN PENUNJANG


a.   Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.

b. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel
yang khas.

c.   Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

C.
D. KOMPLIKASI

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi
dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak:

1)      Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah

2)      Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita mudah memar
dan mudah mengalami perdarahan

3)      Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

4)      Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)

5)      Otitis Media (infeksi telinga)

6)      Laringitis (infeksi laring)

7)      Diare

8)      Kejang Demam (step)

D.    PENATALAKSANAAN TERAPI

Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal berikut
berdasarkan fase-fasenya:

- Masa Inkubasi

Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena
gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak
mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak
merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.

Yang perlu dilakukan:

Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya
dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak
benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.

         Fase Prodormal

Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam.
Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat
dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami
diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase
kedua bercak merah belum muncul.

Yang perlu dilakukan:

Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam mulai muncul.
Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak butuh pertolongan
secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.

         Fase Makulopapuler

Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-
40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang
kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya
warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga
tidak terlalu kecil.

Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal
ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya
tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak
yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga
menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.

Yang perlu dilakukan:


Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter akan mengusahakan
agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur
tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala
komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat atau tidak.

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak semakin
bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya dituntut
untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak
cukup dirawat di rumah.

        Fase Penyembuhan

Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya
bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada
akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya,
dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.

Yang perlu dilakukan:

Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi
seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau bercak merah sudah
berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu
melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh

ASUHAN KEPERAWATAN KULIT DENGAN CAMPAK

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu

diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan

arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada

tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a.      Pengumpulan Data

1)          Anamnesa

a)       Identitas Klien


Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b)        Keluhan Utama

   Pada umumnya keluhan utama pada kasus campak adalah demam, batuk, sakit kepala, dan
konjungtivitis.  Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap pada klien campak.

a)       Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari campak, yang nantinya

membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh

mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya campak bisa diketahui

penyakit kulit yang lain.  (Ignatavicius, Donna D, 1995).

b)       Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab campak dan memberi petunjuk

berapa lama penyakit campak tersebut berlangsung.

c)       Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit camapak  merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya campak, pneumonia, batuk, demam, konjungtivitis. (Ignatavicius, Donna

D, 1995).

d)      Riwayat Psikososial,

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam

keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

c)       Pola-Pola Fungsi Kesehatan

(1)   Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat


Pada kasus campak akan timbul demam, batuk, sakit kepala, dan konjungtivitis. Dan harus

menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan kulitnya. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang

dapat mengganggu kesehatan kulit (Ignatavicius, Donna D,1995).

(2)   Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien campak harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti

kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit c, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan kulit.

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah kulit Pola

Eliminasi

Untuk kasus campak  gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji

frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola

eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga

dikaji ada kesulitan atau tidak.

 Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada

lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur.  (Doengos. Marilynn E, 2002).

(3)   Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi

berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji

adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan

beresiko untuk terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna

D, 1995).
(4)   Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. (Ignatavicius, Donna D,

1995).

(5)   Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan tidak efektif, saluran cerna

trganggu, konjungtivtis,  rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara

optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

(6)   Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien camapak daya rabanya meningkat terutama pada bagian kulit yang terkena,

sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak

mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat camapak (Ignatavicius, Donna D,

1995).

10)    Pola Penanggulangan Stress

Pada klien camapak timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. Mekanisme koping yang

ditempuh klien bisa tidak efektif.

11)     Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama

frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

a. Pemeriksaan fisik :

Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia

Kepala : Sakit kepala

Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi ).
Mulut & bibir :Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka,
lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).

Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

1.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

b.      Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.

c.       Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan,
pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.

d.      Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.

e.       Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.

2.      INTERVENSI / IMPLEMENTASI

a.       Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Kriteria – standart:

         Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.

         Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang tepat.

Intervensi Keperawatan:

1.      Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).

Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan

2.      Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan
susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.


3.      Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai
gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.

Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.

4.      Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.

b.   Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.

Criteria – standart:

- Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.

- Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.

Intervensi keperawatan:

1.      Memberikan kompres dingin / hangat.

Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhu tubuh pada pasien.

2.      Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.

Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.

3.      Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu tubuh agar
tetap normal.

c.  Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing,
mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.

Kriteria – standart:

- Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.

- Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.

Intervensi keperawatan:

1.       Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep dokter.

Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.

2.      Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan membuat tidak nyaman.
Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan menambah rasa tidak nyaman.

3.      Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering dibedaki.

Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa pasien.

4.      Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan PK atau air hangat atau
dapat juga dengan bethadine.

Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.

d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.

Criteria – standart:

-  Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.

- Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah terserang panyakit.

Intervensi keperawatan:

1.      Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan
kepalanya.

Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan sirkulasi udara dalam paru.

2.      Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.

Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.

3.      Menghindarkan membaringkan pasien di depan jendela atau membawanya keluar selama masih
demam.

Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah suhu tubuh.

e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.

Kriteria – standart:

- Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit.

- Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi agar tidak mudah timbul
komplikasi yang berat.

Intervensi keperawatan:
1.      Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi anak, terutama balita agar tidak
mudah mendapat infeksi.

Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.

2.      Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan pencegahan dengan vaksinasi
campak dan peningkatan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.

Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pencegahan penyakit anaknya.

4.    EVALUASI

a. Suhu tubuh normal / turun (36,7oC – 37,6oC).

b. Cairan dan nutrisi dalam tubuh seimbang.

c. Tubuh tidak merasa gatal.

d. Orang tua/keluarga mengerti mengenai penyakit morbili dan pencegahannya.

PENUTUP
Kesimpulan
Campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak yang sangat menular pada
umumnya menyerang anak-anak. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus
diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik, dengan
pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada
campak dengan penyulit, pasien harus dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di
bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki
kebutuhan cairan, diet yang memadai

Saran
          Bagi orang tua sebaiknya mengawasi anaknya pada saat terkena campak, agar menjaga
kebersihan diri anak tersebut dan tida berdampak negatif atau terdapat komplikasi lain setelah
sembuh dari campak.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Fanani, Ahmad. (2009). Kammus kesehatan. Citra Pustaka: Jakarta

 IkatanDokterAnak Indonesia. (2004). StandarPelayananMedikKesehatanAnak.    IDAI: Jakarta.


Mansjoer, A. dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga. Media   Aesculapius: Jakarta.
Rani, A. dkk. 2008. Panduan Pelayanan Medik. PAPDI: Jakarata.
sylvia A. Price, dkk. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.       EGC:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai