Anda di halaman 1dari 30

Klimaterium dan menopause

Pengertian dan Gejala-gejala Klimakterium dan Menopause

A.      Klimakterium
Klimakterium merupakan suatu proses fisiologis dalam siklus kehidupan wanita.
Klimakterium bukan merupakan suatu keadaaan patologis dimana merupakan masa wanita
menyesuaikan diri dengan menurunnya produksi hormon-hormon ovarium yang membuat wanita
tidak dapat memproduksi ovum, biasanya terjadi selama 7-10 tahun.
Klimakterium terdiri dari 3 fase, yaitu:
a.       Premenopause, yaitu masa klimakterium yang terjadi sebelum menopause. Pada masa ini siklus
menstruasi cenderung mulai tidak teratur. Wanita mengalami hot flush atau semburan panas di
wajah dan menjalar ke seluruh tubuh. Kurun waktunya 4-5 tahun sebelum menopause.
b.      Menopause, yaitu masa berhentinya menstruasi secara permanent yang diikuti gejala-gejala yang
terkadang membuat wanita merasa cemas.
c.       Pascamenopause, yaitu masa setelah menstruasi terakhir sampai gejala hilang, atau sampai akhir
kehidupan. Kurun waktunya 3-5 tahun setelah menopause.
Keluhan-keluhan atau gejala yang terjadi pada masa tersebut dinamakan sindrom
klimakterium.
B.      Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu mens dan pause. Mens yang berarti siklus
menstruasi dan pause yang berarti berhenti. Menopause berarti masa berhentinya menstruasi
yang merupakan bagian universal dan ireversibel dari keseluruhan proses penuaan yang
melibatkan sistem reproduksi. Menopause terjadi beberapa hari pada kehidupan seorang wanita,
sehingga dalam pandangan luas, menopause merupakan suatu masa perubahan pada diri wanita,
yang meliputi perubahan social, sosiologis dan psikologis yang terjadi beberapa bulan sampai 1
tahun.
Saat ini, terutama di negara maju, angka harapan hidup sudah semakin tinggi, akibatnya
makin banyak wanita yang mengalami menopause. Meski banyak wanita yang berusia lebih dari
75 tahun, usia rata-rata menopause ialah 50-51 tahun. Beberapa faktor juga dapat mempercepat
terjadinya menopause, diantaranya merokok, histerektomi, carrier fragile X, kelainan autoimun
dan sebagainya.
Menopause terjadi secara fisiologis.Menopause menyebabkan berkurang atau bahkan
hilangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung
dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia
ketika siklus reproduksi wanita berlangsung. Selain itu, folikel juga mengalami penurunan
kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche.Itu sebabnya
pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang irregular.Selain itu, irreguleritas
menstruasi juga terjadi akibat fase folikulerpada fase siklus menstruasi yang juga memendek.
C.      Tanda-tanda Awal dari Klimakterium dan Menopause
Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetative, gangguan
psikis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid. Perubahan kejiwaan seperti semburan panas
(hot flush), mudah marah, susah tidur, rasa gelisah, takut, kurang percaya diri, pusing,
berkeringat banyak dan dada berdebar-debar merupakan gejala-gejala yang dapat timbul saat
wanita memasuki masa menopause. Penurunan gairah seks dapat terjadi disertai rasa nyeri saat
berhubungan dengan suami dikarenakan lubrikasi pada vagina berkurang sehingga terkadang
merasa takut bahwa suami akan berpaling bahkan merasa dirinya tidak berguna.
Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada seorang wanita menjelang menopause adalah
perubahan pada kulit.Lemak bawah kulit menghilang sehingga kulit mengendor dan
lembek.Kulit mudah terbakar sinar matahari sehingga menimbulkan pigmentasi dan menjadi
hitam.Pada kulit timbul bintik hitam dan kelenjar kulit berkurang sehingga kulit menjadi kering
dan keriput.
D.      Perubahan Masa Klimakterium dan Menopause
1.       Perubahan Kulit
Perubahan kulit yang terjadi pada masa klimakterium dan menopause adalah:
a.       Kulit mudah rusak akibat photo aging (terbakar matahari), sehingga timbul pigmentasi dan
bintik hitam
b.      Lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit mengendor
c.       Fungsi kelenjar bawah kulit berkurang sehingga kulit berkeriput, kasar dan kering. Kulit kering
disertai pruritus merupakan maslaha yang mungkin terjadi
d.      Perubahan pada rambut antara lain uban dan kebotakan
e.      Kuku mengalami kerapuhan sebagai akibat dari penggembungan longitudinal, pemisahan lapisan
kuku, dan menurunnya kandungan air dalam lapisan kuku
2.       Perubahan pada Fungsi Alat Reproduksi
Perubahan yang terjadi pada alat genetalia wanita masa klimakterium dan menopause adalah:
a.       Lemak vulva menurun sehingga vulva atropi
b.      Vagina mengering, sehingga menimbulkan keluhan dispareuni (sakit saat berhubungan seksual)
c.       Lapisan sel liang senggama menipis. Kondisi ini bisa meningkatkan infeksi kandung kmih dan
liang senggama.
d.      Waktu yang dibutuhkan untuk merangsang daerah sensitive lebih lama seiring dengan proses
penuaan.
3.       Perubahan pada Tulang
Perubahan yang terjadi pada tulang wanita masa klimakterium dan menopause adalah:
a.       Hormone partatiroid berkurang
b.      Tulang mengalami pengapuran, zat kalsium menurun, sehingga tulang keropos. Tulang mudah
patah terutama pada persendian paha dan osteoporosis.
E.       Ganggguan Klimakterium dan Menopause
Wanita pada masa klimakterium dan menopause dapat mengalami berbagai gangguan,
seperti gangguan endokrin.Kelenjar endokrin bertanggungjawab untuk mengontrol fungsi
internal tubuh.Kelenjar endokrin memproduksi banyak hormone, yaitu pituitary, hipotalamus,
tiroid, dan adrenal.Keadaan tersebut mempunyai dampak yang signifikan pada seksual wanita.
Pada dasarnya, fase-fase kehidupan seorang wanita berhubungandengan fungsi organ
reproduksinya. Wanita akan mengalami perubahan besar dalam tubuhnya,sejak sebelum haid,
saat haid dan berhentinya haid. Hal ini akan mempengaruhi fisik maupun psikis seorang wanita
secara keseluruhan.
Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya sel telur dalam ovarium, maka hormone
esterogen dan progesterone mengalami peningkatan dan penurunan. Demikian seterusnya kerja
ovarium mempengaruhi kerja organ reproduksi lainnya, termasuk hormone tubuh daalm siklus
bulanan seorang wanita sampai berakhirnya mas reproduksi, yaitu menopause.
1.       Gangguan pada Klimakterium
a.       Gangguan neurovegetatif/ gangguan vasomotorik
Muncul berupa gejolk panas (hot flush), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, dada
berdebar-debar, susah bernapas, jari-jari atrofi, dan gangguan usus atau pencernaan.
b.      Gangguan Psikis
Berupa depresi, kelelahan, mudah tersinggung, gairah berkurang, dan susah tidur.
c.       Gangguan Somatik
Selain berupa gangguan haid atau amenorea, mencakup pula gangguan kolpitis atrofikans,
ektropium ekstropion, osteoporosis, atritis, aterosklerosis, sclerosis coroner, dan adipositas.
2.       Gangguan Menopause
a.       Menopause premature/ menopause precock
Menopause premature adalah gangguan jadwal menopause premature bila:
1.       Haid berhenti pada umur 40 tahun
2.       Terjadi gejala premenopause berupa hot flush dan kenaikan gonadotropin
b.      Menopause terlambat
Gangguan jadwal menopause berupa menopause terlambat bila:
1.       Haid berhenti setelah berumur 55 tahun
2.       Mncul gejala menopause di umur tersebut
F.       Kelainan Organik pada Masa Menopause
Kelainan organic terjadi karena stimulant kerja yang tidak seimbang antara estrogen
progesterone. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya kondisi patoogis organ dalam bentuk:
a.       Peningkatan perdarahan disfungsional
b.      Bisa terjadi perubahan alat genetalia menjadi tumor jinak mioma uteri, polip endometrial, dan
polip servikal
c.       Karsinoma korpus uteri
d.      Keganasan payudara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE
I.            Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian klimakterium

Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium

dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.


  Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium)

yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad,

2003, hal 1)

  Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. (Baziad, 2003, hal

1)

  Klimakterium adalah fase terakhir dalam kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir.

(Kasdu, 2002, hal 2 )

  Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke

periode non reproduktif. (Kasdu, 2002, hal 2 )

  Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium

dan terjadi pada wanita berumur 40 – 65 tahun.

(www.dkk-bpp.com)

Masa-masa klimakterium :

1.      Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause.

2.      Menopause adalah henti haid seorang wanita.

3.      Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause.

2.      Etiologi

Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan

penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel

dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada

hipofise.

3.      Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab

rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise.

Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum . Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium

menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini

meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling

mencolok peningkatannya adalah FSH

4.      Manifestasi Klinik

1.      Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan hipermenore.

2.      Gangguan nerovegetatif : gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit

kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus

( meteorismus ).

3.      Gangguan psikis : mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah tidur.

4.      Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosi, afipositas,

kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi,

virilasi dan gangguan libido.

5.      Diagnosis

1.      Umur dan gejala-gejala yang timbul.

2.      FSH dan LH ( FSH = 10-12 x, LH 5-10 x / estrogen rendah ).

3.      Kalsium, kolesterol.

4.      Foto tulang lumbal I.

5.      Sitologi ( Pap Smear ).

6.      Biopsi endometrium.


6.      Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tahunan terhadap wanita yang sedang berada pada masa klimakterium harus

mencakup hal-hal yang penting seperti :

1.      Tinggi badan, wanita mungkin akan kehilangan tinggi badan sebanyak 2,5 cm atau lebih.

Sewaktu mengukur tinggi badan merupakan kesempatan untuk mendiskusikan postur,

pergerakan tubuh, latihan dan osteoporosis.

2.      Kulit, evaluasi terhadap integritas, luka dan perubahan pada tahi lalat.

3.      Mulut, gigi dan gusi.

4.      Pemeriksaan panggul, dengan perhatian terhadap perubahan yang menyertai proses penuaan ;

spekulum Pederson mungkin optimal untuk wanita paska menopause.

5.      Rektum : periksa adanya keanehan pada darah, adanya massa dan fisura-fisura.

7.      Penatalaksanaan

1.      Sedatif, psikofarma.

2.      Psikoterapi.

3.      Balneoterapi ( diet ).

4.      Hormonal. Sindrom klimakterium terjadi akibat kekurangan estrogen maka pengobatan yang

tepat adalah pemberian estrogen.

Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :

1.      Tekanan darah tidak boleh tinggi.

2.      Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.

3.      Besar uretus normal ( tidak ada mioma uerus ).

4.      Tidak ada varises di ekstremitas bawah.


5.      Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.

6.      Kelenjar tiroid normal.

7.      Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.

8.      Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu

ke spesialis penyakit dalam.

Kontra Indikasi Pemberian Estrogen

1.      Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis.

2.      Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi.

3.      Riwayat ikterus dalam kehamilan.

4.      Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia berat.

5.      Varises berat, tromboflebitis.

6.      Penyakit ginjal

Persyaratan dalam Pemberian Estrogen

1.      Mulailah dengan menggunakan estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis rendah yang efektif.

2.      Pemberian secara siklik.

3.      Diusahakan kombinasi degan progesteron ( bila digunakan estrogen lain seperti etinil estradiol

maupun estrogen konjugasi ).

4.      Perlu pengawasan ketat ( setiap 6-12 bulan ).

5.      Bila terjadi perdarahan atipik perlu dilakukan kuretase.

6.      Keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetesmelitus, terlebih dahulu konsul ke

bagian penyakit dalam.

Yang perlu diketahui


1.      Tidak semua keluhan dapat dihilangkan dengan pemberian estrogen.

2.      Pelajari faktor-faktor yang menimbulkan keluhan ( faktor psikis, sosial budaya, atau hanya

memang terdapat kekurangan estrogen ).

3.      Atasi keluhan emosi dan faktor penyebab.

Efek samping pemberian estrogen :

1.      Perdarahan bercak.

2.      Perdarahan banyak ( atipik ).

3.      Mual.

4.      Sakit kepala.

5.      Pruritus berat.

8.      Faktor Resiko

Adipositas, diabetesmelitus, hipertensi, anovulasi, infertilitas, perokok, alkoholisme,

hiperlipidemia. Faktor yang mempengaruhi gejala perimenopause adalah :

1.      Genetik, usia menarche mempengaruhi cepat lambatnya terjadi menopause.

2.      Nutrisi ( kolesterol, kalsium, fosfat , vitamin ).

3.      Kadar hormon estrogen.

4.      Kebiasaan hidup ( olahraga, minum teh, kopi, minum alkohol, perokok ).

5.      Tingkat pendidikan dan status ekonomi.

6.      Pengangkatan kedua ovarium

9.      Pencegahan Terhadap Sindrom Klimakterium

1.      Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin A, C, D, E dan cukup serat ).
2.      Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen : a. Isiflavon, terdapat pada kacang-

kacangan, b. Lignan; terdapat pada padi, sereal dan sayur-sayuran, c. Caumestran ; terdapat pada

daun semanggi. Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula rendah dan tidak berlebihan.

3.      Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D.

4.      Kontrol rutin 1 tahun sekali ( Pap Smear ).

II.       Askep Menopause

1.      Pengertian

  Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara”.

(Wirakusumah,Emma.S, 2004)

  Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang perempuan mendapatkan haid atau datang

bulan atau menstruasi terakhir secara alami dan tidak lagi haid selama 12 bulan berturut – turut

(Departemen Kesehatan RI, 2005).

  Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada perempuan berusia sekitar 45 – 55 tahun

(Departemen Kesehatan RI, 2005).

2.      Etiologi

1.      Alami : semakin tua, folikel wanita makin resisten terhadap stimulasi hormon gonadotropin dan

reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Akibatnya FSH dan LH di darah akan naik dan

berakibat stimulasi stromal terhadap ovarium. Kadar estrogen dan progesteron pun menurun.

Akhirnya terjadi feedback negatif dengan peningkatan FSH dari kalenjar hipofise. Tubuh pun

bereaksi dengan menopause.

2.      Buatan : Akibat tindakan bedah (surgical menopause) atau pengobatan kanker (medical

menopause). Sehingga perlu dilakukan operasi pengangkatan indung telur/ ovarium.

3.      Stadium Menopause


  Menopause prematur (menopause dini)

Kegagalan ovarium prematur adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun.

Penyebabnya tidak diketahui namun mungkin berkaitan dengan penyakit autoimun atau faktor

keturunan. Selain itu, menopause dini dapat terjadi karena obat-obatan atau operasi. Operasi

pengangkatan indung telur (oophorectomy) akan mengakibatkan menopause dini. Apabila

dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi) tanpa pengangkatan indung telur maka

gejala menopause dini tidak akan terjadi karena indung telur masih mampu menghasilkan

hormon. Selain itu, terapi radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan menopause bila

diberikan pada wanita yang masih berovulasi (mengeluarkan sel telur). Wanita yang mengalami

menopause dini memiliki gejala yang sama dengan menopause pada umumnya seperti hot

flashes (perasaan hangat di seluruh tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan

emosi, kekeringan pada vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan seksual. Wanita yang

mengalami menopause dini memiliki kejadian keropos tulang lebih besar dari mereka yang

mengalami menopause lebih lama. Kejadian ini meningkatkan angka kejadian osteoporosis dan

patah tulang. Menopause dini adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun.

Kemungkinan penyebabnya adalah faktor keturunan, penyakit autoimun dan rokok

  Menopause buatan

Terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya atau berhentinya

pelepasan hormon oleh Ovarium. Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk mengangkat

ovarium atau untuk mengurangi aliran darah ke ovarium serta kemoterapi atau terapi penyinaran

pada panggul untuk mengobati kanker. Histerektomi (pengangkatan rahim) menyebabkan

berakhirnya siklus menstruasi, tetapi selama ovarium tetap ada hal tersebut tidak akan

mempengaruhi kadar hormon dan tidak menyebabkan menopause.


4.      Patofisiologi Menopause

Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi

folikel yang cukup, produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir

dengan terjadi menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, hal

ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause.

Pendarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan

wanita tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Kita tidak pernah tahu kapan wanita

tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi

harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.

Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol bervariasi (tinggi atau rendah),

maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40

mlU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian wanita,

sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini

terjadi akibat proses aromatisasi androgen menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis

menopause merupakan diagnosis retropektif , bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan,

dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan

wantia tersebut telah mengalami menopause (Baziad, 2003).

Apr
18

askep klikmaterium dan menopause


ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE
I.            Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian klimakterium

Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium

dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.

  Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium)

yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad,

2003, hal 1)

  Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. (Baziad, 2003, hal

1)

  Klimakterium adalah fase terakhir dalam kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir.

(Kasdu, 2002, hal 2 )

  Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke

periode non reproduktif. (Kasdu, 2002, hal 2 )

  Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium

dan terjadi pada wanita berumur 40 – 65 tahun.

(www.dkk-bpp.com)

Masa-masa klimakterium :

1.      Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause.

2.      Menopause adalah henti haid seorang wanita.

3.      Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause.

2.      Etiologi

Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan

penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel
dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada

hipofise.

3.      Patofisiologi

Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab

rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise.

Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum . Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium

menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini

meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling

mencolok peningkatannya adalah FSH.


Patofisiologi Klimakterium
M’ Fungsi Ovarium
 

M’ kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin


 
Terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise
 
Kegagalan fungsi luteum
 
Turunnya fungsi steroid ovarium

Berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus


 
P’ produksi FSH
 
Hiperseksi folikel
 
M’ Jumlah folikel
 
Sedikitnya sel telur yang dilepaskan

Keluaran estrogen dan progesteron M’

Lapisan rahim berhenti menebal

Perdarahan menstruasi berhenti

Rahim & ovarium mengerut

Klimakterium
 
4.      Manifestasi Klinik

1.      Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan hipermenore.

2.      Gangguan nerovegetatif : gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit

kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus

( meteorismus ).

3.      Gangguan psikis : mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah tidur.

4.      Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosi, afipositas,

kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi,

virilasi dan gangguan libido.

5.      Diagnosis

1.      Umur dan gejala-gejala yang timbul.

2.      FSH dan LH ( FSH = 10-12 x, LH 5-10 x / estrogen rendah ).

3.      Kalsium, kolesterol.

4.      Foto tulang lumbal I.

5.      Sitologi ( Pap Smear ).

6.      Biopsi endometrium.

6.      Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tahunan terhadap wanita yang sedang berada pada masa klimakterium harus

mencakup hal-hal yang penting seperti :


1.      Tinggi badan, wanita mungkin akan kehilangan tinggi badan sebanyak 2,5 cm atau lebih.

Sewaktu mengukur tinggi badan merupakan kesempatan untuk mendiskusikan postur,

pergerakan tubuh, latihan dan osteoporosis.

2.      Kulit, evaluasi terhadap integritas, luka dan perubahan pada tahi lalat.

3.      Mulut, gigi dan gusi.

4.      Pemeriksaan panggul, dengan perhatian terhadap perubahan yang menyertai proses penuaan ;

spekulum Pederson mungkin optimal untuk wanita paska menopause.

5.      Rektum : periksa adanya keanehan pada darah, adanya massa dan fisura-fisura.

7.      Penatalaksanaan

1.      Sedatif, psikofarma.

2.      Psikoterapi.

3.      Balneoterapi ( diet ).

4.      Hormonal. Sindrom klimakterium terjadi akibat kekurangan estrogen maka pengobatan yang

tepat adalah pemberian estrogen.

Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :

1.      Tekanan darah tidak boleh tinggi.

2.      Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.

3.      Besar uretus normal ( tidak ada mioma uerus ).

4.      Tidak ada varises di ekstremitas bawah.

5.      Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.

6.      Kelenjar tiroid normal.

7.      Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.
8.      Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu

ke spesialis penyakit dalam.

Kontra Indikasi Pemberian Estrogen

1.      Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis.

2.      Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi.

3.      Riwayat ikterus dalam kehamilan.

4.      Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia berat.

5.      Varises berat, tromboflebitis.

6.      Penyakit ginjal.

Persyaratan dalam Pemberian Estrogen

1.      Mulailah dengan menggunakan estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis rendah yang efektif.

2.      Pemberian secara siklik.

3.      Diusahakan kombinasi degan progesteron ( bila digunakan estrogen lain seperti etinil estradiol

maupun estrogen konjugasi ).

4.      Perlu pengawasan ketat ( setiap 6-12 bulan ).

5.      Bila terjadi perdarahan atipik perlu dilakukan kuretase.

6.      Keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetesmelitus, terlebih dahulu konsul ke

bagian penyakit dalam.

Yang perlu diketahui

1.      Tidak semua keluhan dapat dihilangkan dengan pemberian estrogen.


2.      Pelajari faktor-faktor yang menimbulkan keluhan ( faktor psikis, sosial budaya, atau hanya

memang terdapat kekurangan estrogen ).

3.      Atasi keluhan emosi dan faktor penyebab.

Efek samping pemberian estrogen :

1.      Perdarahan bercak.

2.      Perdarahan banyak ( atipik ).

3.      Mual.

4.      Sakit kepala.

5.      Pruritus berat.

8.      Faktor Resiko

Adipositas, diabetesmelitus, hipertensi, anovulasi, infertilitas, perokok, alkoholisme,

hiperlipidemia. Faktor yang mempengaruhi gejala perimenopause adalah :

1.      Genetik, usia menarche mempengaruhi cepat lambatnya terjadi menopause.

2.      Nutrisi ( kolesterol, kalsium, fosfat , vitamin ).

3.      Kadar hormon estrogen.

4.      Kebiasaan hidup ( olahraga, minum teh, kopi, minum alkohol, perokok ).

5.      Tingkat pendidikan dan status ekonomi.

6.      Pengangkatan kedua ovarium

9.      Pencegahan Terhadap Sindrom Klimakterium

1.      Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin A, C, D, E dan cukup serat ).
2.      Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen : a. Isiflavon, terdapat pada kacang-

kacangan, b. Lignan; terdapat pada padi, sereal dan sayur-sayuran, c. Caumestran ; terdapat pada

daun semanggi. Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula rendah dan tidak berlebihan.

3.      Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D.

4.      Kontrol rutin 1 tahun sekali ( Pap Smear ).

  II.       Askep Menopause

1.      Pengertian

  Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara”.

(Wirakusumah,Emma.S, 2004)

  Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang perempuan mendapatkan haid atau datang

bulan atau menstruasi terakhir secara alami dan tidak lagi haid selama 12 bulan berturut – turut

(Departemen Kesehatan RI, 2005).

  Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada perempuan berusia sekitar 45 – 55 tahun

(Departemen Kesehatan RI, 2005).

2.      Etiologi

1.      Alami : semakin tua, folikel wanita makin resisten terhadap stimulasi hormon gonadotropin dan

reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Akibatnya FSH dan LH di darah akan naik dan

berakibat stimulasi stromal terhadap ovarium. Kadar estrogen dan progesteron pun menurun.

Akhirnya terjadi feedback negatif dengan peningkatan FSH dari kalenjar hipofise. Tubuh pun

bereaksi dengan menopause.

2.      Buatan : Akibat tindakan bedah (surgical menopause) atau pengobatan kanker (medical

menopause). Sehingga perlu dilakukan operasi pengangkatan indung telur/ ovarium.

3.      Stadium Menopause


  Menopause prematur (menopause dini)

Kegagalan ovarium prematur adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun.

Penyebabnya tidak diketahui namun mungkin berkaitan dengan penyakit autoimun atau faktor

keturunan. Selain itu, menopause dini dapat terjadi karena obat-obatan atau operasi. Operasi

pengangkatan indung telur (oophorectomy) akan mengakibatkan menopause dini. Apabila

dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi) tanpa pengangkatan indung telur maka

gejala menopause dini tidak akan terjadi karena indung telur masih mampu menghasilkan

hormon. Selain itu, terapi radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan menopause bila

diberikan pada wanita yang masih berovulasi (mengeluarkan sel telur). Wanita yang mengalami

menopause dini memiliki gejala yang sama dengan menopause pada umumnya seperti hot

flashes (perasaan hangat di seluruh tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan

emosi, kekeringan pada vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan seksual. Wanita yang

mengalami menopause dini memiliki kejadian keropos tulang lebih besar dari mereka yang

mengalami menopause lebih lama. Kejadian ini meningkatkan angka kejadian osteoporosis dan

patah tulang. Menopause dini adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun.

Kemungkinan penyebabnya adalah faktor keturunan, penyakit autoimun dan rokok.

  Menopause buatan

Terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya atau berhentinya

pelepasan hormon oleh Ovarium. Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk mengangkat

ovarium atau untuk mengurangi aliran darah ke ovarium serta kemoterapi atau terapi penyinaran

pada panggul untuk mengobati kanker. Histerektomi (pengangkatan rahim) menyebabkan

berakhirnya siklus menstruasi, tetapi selama ovarium tetap ada hal tersebut tidak akan

mempengaruhi kadar hormon dan tidak menyebabkan menopause.


4.      Patofisiologi Menopause

Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi

folikel yang cukup, produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir

dengan terjadi menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, hal

ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause.

Pendarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan

wanita tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Kita tidak pernah tahu kapan wanita

tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi

harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.

Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol bervariasi (tinggi atau rendah),

maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40

mlU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian wanita,

sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini

terjadi akibat proses aromatisasi androgen menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis

menopause merupakan diagnosis retropektif , bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan,

dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan

wantia tersebut telah mengalami menopause (Baziad, 2003).

Ovarium tidak merespon FSH dan LH

Penurunan jumlah folikel

Penurunan sel telur yang dilepaskan

Keluaran estrogen dan progeteron menurun

Lapisan rahim berhenti menebal

Proses menstruasi berhenti


Rahim dan ovarium mengkerut

Menopause
 

5.      Klasifikasi Menopause

a.      Menopause premature

Menopause premature terjadi pada usia dibawah 40 tahun. Diagnosa menopause premature yaitu

apabila ada penghentian haid sebelum waktunya disertai dengan hot flushes serta peningkatan

kadar hormone gonadotropin. Apabila kedua gejala yang terkhir tidak ada, perlu dilakukan

penyelidikan terhadap sebab-sebab lain dari terganggunya fungsi ovarium. Factor- factor yang

dapat menyebabkan menopause premature adalah heriditer, gangguan gizi yang cukup berat,

penyakit menahun dan penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Menopause premature

tidak memerlukan terapi, kecuali pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan.

(Anonim, 2010)

b.      Menopause terlambat

Batas terjadinya menopause umumnya adalah 52 tahun. Apabila seorang wanita masih mendapat

haid diatas 52 tahun, maka hal itu merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebab-

sebab yang dapat dihubungkan dengan menopause terlambat ialah : konstitusional, fibromioma

uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Wanita dengan karsinoma endometrium

sering dalam anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat. (Anonim, 2010)

6.      Gejala – gejala Menopause

c.       Gejala jangka pendek


Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distress dan menyebabkan banyak wanita yang

sebelumnya sehat mencari anjuran medis. Gejala-gejala sering salah diagnosis. Pada beberapa

wanita, gejala-gejala menopause mungkin sangat mengganggu kualitas hidup mereka dan

sebaiknya tidak diabaikan dalam setiap pembahasan mengenai resiko dan manfaat FSH.

1.      Gejala vasomotor

a.       Kulit memerah dan panas tiba-tiba

b.      Palpitasi

c.       Pening

d.      Rasa lemah dan ingin pingsan.

Kulit memerah dan panas secara tiba-tiba adalah gejala menopause tersering yang mengenai 80%
wanita. Gejala ini dimulai sebelum menstruasi berhenti, menetap selama 2 sampai 5 tahun, dan secara
universal dianggap sebagai gejala yang tidak menyenangkan dan memalukan. Kulit memerah itu
dirasakan sebagai sensasi panas yang mengenai dada bagian atas, leher dan wajah, berlangsung hanya
beberapa detik atau menetap selama beberapa menit.
Dapat timbul kemerahan pada wajah dan panas yang intens sering diikuti oleh berkeringat walaupun
sebagian wanita berkeringat tanpa didahului oleh rasa panas. Keringat malam disertai gangguan pola
tidur normal sering sangat mengganggu, menyebabkan kurang tidur yang kronik baik bagi wanita itu
sendiri maupun pasangannya. Sering kemudian timbul letargi dan iritabilitas.
Rasa panas dapat dipicu oleh stres, cuaca panas, alcohol dan makanan berbumbu tajam walaupun
sebagian besar timbul tanpa faktor pemicu apapun.
Etiologi dan mekanisme fisiologis pasti yang mendasari masih belum jelas. Sebagai respon terhadap
penurunan fluktuatif konsentrasi estradiol, pusat termogulasi di dalam hipotalamus memicu vasodilatasi
kulit dan berkeringat disertai meningkatnya suhu kulit sampai sebanyak 5°C

2.      Gejala psikologis

Gangguan-gangguan tersebut adalah :

a)      Mood murung

b)      Ansietas

c)      Iritabilitas dan mood berubah-ubah

d)     Labilitas emosi


e)      Merasa tidak berdaya

f)       Gangguan daya ingat

g)      Konsentrasi berkurang

h)      Sulit mengambil keputusan

i)        Merasa tidak bahagia

3.      Gejala jangka menengah

1.      Atrofi urogenital

Jaringan di saluran urogenital sangat bergantung pada estrogen dan mengalami atrofi akibat

defisiensi estrogen.

-          Kekeringan vagina menyebabkan dispareunia, yang kemudian akan menurunkan libido.

-          pH vagina meningkat dan vagina rentan mengalami infeksi oleh bakteri, karena terjadi

penurunan kolonisasi oleh laktobasil.

-          Insidensi disuria, frekuensi, urgensi, dan inkotinensia meningkat sering bertambahnga usia, dan

terjadi karena atrofi dan berkurangnya jaringan kolagen di sekitar leher kandung kemih

2.      Perubahan kulit

1)      Pada pascamenopause terjadi penyusutan generalisata kolagen dari lapisan dermis kulit.

2)      Wanita sering mengeluh kulit yang tipis, dan kering disertai kerontokan rambut dan kerapuhan

kuku.

3)      Sering terjadi keluhan nyeri sendi dan otot yang generalisata dan hal ini juga disebabkan oleh

berkurangnya kolagen.

4.      Gejala jangka panjang

1.      Osteoporosis

Pada wanita kepadatan tulang mencapai puncak pada usia pertengahan 30-an setelah itu menurun
secara perlahan sampai terjadi akselerasi pesat penurunan massa tulang setelah menopause.

Apakah seorang wanita mengalami osteoporosis, ditentukan oleh massa tulang puncak dan laju

pengurangan tulang . wanita secara alami dikaruniai tulang kurang padat dibandingkan pria dan

resiko fraktur osteoporosis seumur hidup lebih dari dua kali dibandingkan pria.

2.      Penyakit kardiovaskuler

Setelah menopause dan pada wanita yang mengalami menopause premature, terjadi peningkatan

mencolok dalam insedensi penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung koroner. Hilangnya

fungsi ovarium pada menopause berkaitan dengan penyimpangan pada metabolisme lemak,

glukosa, dan insulin, distribusi lemak tubuh, koagulasi, dan fungsi arteri (Glasier,2006)

7.      Upaya dalam mengatasi gejala – gejala menopause

1)      Terapi nonhormonal

a.       Arus panas (hot flush)

Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B kompleks untuk menekan stress dengan

menormalkan sistem saraf tubuh. Meningkatkan konsumsi makanan tinggi fitoestrogen seperti

kacang – kacangan terutama kedelai dan olahannya (tahu, tempe, susu kedelai), dan papaya.

Makan sumber vitamin E yang tidak saja dapat memperlancar oksigen tapi juga mencegah

pengendapan kolesterol di arteri sehingga peredaran darah menjadi lancar.

b.      Kulit kering dan keriput

Makanlah makanan alami bersifat membangun dan tidak merusak, terutama buah – buahan dan

sayuran.Tingkatkan asupan vitamin E yang terdapat di biji – bijian terutama biji – bijian yang

sudah berkecambah. Vitamin E diyakini dapat menyerap dan menghancurkan pigmen tanda –

tanda ketuaan yang timbul pada kulit. Perbanyak minum air putih dan hindari merokok

c.       Pening atau sakit kepala.


Cobalah untuk bersantai, beristirahat atau melakukan meditasi . Hindari hal – hal yang

menyebabkan ketegangan, depresi atau stress. Hindari alkohol dan kopi.

d.      Pengerutan vagina.

Menggunakan krim estrogen atau gel khusus vagina, melakukan hubungan seks secara teratur.

e.       Infeksi saluran kemih.

Banyak mengkonsumsi air putih. Jika kantung kemih dalam keadaan penuh, pembilasan akan

sering terjadi sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci bersih alat kelamin setelah buang

air kecil untuk mencegah masuknya bakteri.

f.       Insomnia (sulit tidur).

Menjalani gaya hidup yang positif dan hilangkan pikiran negative. Melakukan aktivitas fisik di

siang hari. Aktivitas fisik secara teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak. Jangan membiarkan

perut dalam kondisi kelaparan.

g.      Gangguan psikis dan emosi

Memperbanyak makanan sumber fitoestrogen dan vitamin B6, misalnya kedelai dan produknya

seperti tempe, tahu, dan susu kedelai. Vitamin B6 penting untuk memperlancar kerja sistem saraf

dan menurunkan tingkat stress. Meningkatkan asupan kalsium menurut Gay Gaer Luce dapat

mengurangi kesedihan dengan mempengaruhi fungsi sistem saraf. Perasaan marah dan depresi

bisa diakibatkan oleh ketidakseimbangan natrium dan kalium dalam cairan tubuh. Oleh karena

itu kurangi garam dan tingkatkan asupan kalium, misalnya jeruk atau pisang. Menghargai dan

mencintai diri sendiri dengan cara menerima apa adanya.

h.     Oesteoporosis

Meningkatkan asupan kalsium bisa dari susu atau ikan, misalnya ikan teri. Meningkatkan asupan
vitamin D dari susu dan paparan sinar matahari pagi (jam 08.00 – 09.00). Meningkatkan asupan

estrogen alami (fitoestrogen) dengan banyak mengkonsumsi produk kedelai seperti susu kedelai,

tempe dan tahu. Meningkatkan aktifitas fisik (Wirakusumah. Emma. S, 2004).

2)      Terapi hormonal

Gejala – gejala menopause dan osteoporosis bisa dibantu dengan menggunakan terapi

penyulihan atau penggantian hormone (HRT = Hormone Replacement Therapy) yang dilakukan

dengan memasukkan hormon – hormon seksual didalam tablet atau beberapa bentuk lainnya.

HRT tidak sesuai bagi setiap perempuan dan adanya beberapa kondisi medis, seperti kanker

payudara . HRT perlu waktu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu.

Salah satu kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT menyebabkan sedikit

pendarahan bulanan pada perempuan yang secara normal sudah berhenti menstruasi tetapi

persiapan HRT sekarang tersedia bagi perempuan tua dimana tidak ada pendarahan bulanan yang

dialaminya (Nash Barbara,2006)

8.      Pengobatan menopause

1.      Penatalaksanaan umum Merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah

klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya pemberian estrogen saja. Tujuan

pengobatan dengan estrogen bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan

memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi yang

baik, saling percaya antara suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan memberikan

harapan yang besar akan kesembuhan. Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara pengobatan

yang terbaik. Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga sering sekali menolong

2.      Pengobatan hormonal Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis dari keadaan defisiensi

estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya terjadi akibat kekurangan estrogen, sehingga dengan
sendirinya pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen, meski bukan tanpa risiko. Pada masa

lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi

sehingga gejolak panas sirna. Konsep ini tidak berlaku lagi. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala

menopause telah mengidap defisiensi estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya. Defisiensi

estrogen jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya osteoporosis, penyakit jantung

aterosklerotik, dan mungkin perwujudan psikogenik. Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-

pengganti yang dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan terbaik, karena

tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya untuk meredakan gejala-gejala vasomotor

melainkan juga untuk mencegah akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis. Pengobatan

terpilih untuk vaginitis atrofikans adalah estrogen lokal dalam bentuk krim vaginal (misalnya Ovestin),

yang diserap dengan baik ke dalam mukosa vagina. Pemakaian harian perlu diberikan untuk 1-2 minggu,

kemudian 3 kali seminggu lazimnya cukup untuk dosis pemeliharaan. Pengobatan sistemik secara oral

atau secara lain biasanya dimulai serentak. Pengobatan vaginal lokal terkadang dapat dihentikan setelah

beberapa bulan, atau pengobatan krim vaginal mungkin dibutuhkan selain estrogen sistemik. Gejala

iritatif cepat mereda dengan krim vaginal tetapi pemulihan aliran darah vaginal yang normal

membutuhkan waktu hingga satu tahun. Lebih jauh, epitel vulva juga menjadi tipis dan dapat teriritasi

atau mudah terinfeksi. Keadaan ini umumnya menunjukkan respons terhadap pemakaian krim estrogen

vaginal, tetapi krim testosteron 1-2% mungkin diperlukan untuk kraurosis vulva atau kondisi vulva

atrofik atau leukoplakik lain. Gatal (pruritus) vulva terkadang membutuhkan krim hidrokortison 1% atau

krim kortikosteroid lain untuk memulihkan sebagai tambahan bagi krim estrogen atau testosteron.

Keutuhan mukosa traktus urinarius bawah bergantung pada estrogen. Oleh karena itu defisiensi

estrogen dapat menghasilkan gejala-gejala iritatif, seperti: nyeri berkemih (disuria), rasa terbakar ketika

berkemih, radang kandung kemih (sistitis), karunkula uretra, dan uretritis nir-gonokokus. Keadaan ini
berespons paling baik terhadap pemakaian lokal krim estrogen vaginal serentak dengan pemulaan

pengobatan estrogen oral.

Anda mungkin juga menyukai