Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DENGAN

PENDEKATAN SAINTIFIK

Yogia Friska Mulyani1, Henry Praherdhiono2, Yerry Soepriyanto3


Jurusan Teknologi Pendidikan FIP UM1,2,3
E-mail: yogia1993@gmail.com1

ABSTRAK

Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk multimedia dengan pendekatan saintifik yang
valid sebagai sumber belajar yang efektif dalam mata pelajaran IPA materi sifat cahaya. Penelitian
ini menggunakan model pengembangan William W. Lee dan Diana L. Owens, langkah-langkah
pengembangannya yaitu, analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan hasil
validasi kepada ahli media dan ahli materi serta uji coba lapangan, multimedia dengan pendekatan
saintifik ini dinyatakan valid dan efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Kata kunci: Multimedia pembelajaran, Pendekatan Saintifik, IPA, Sifat Cahaya.

PENDAHULUAN menghafalkan fakta, prinsip atau teori


IPA adalah suatu kumpulan teori yang saja. Proses pembelajaran IPA seyogyanya
sistematis, penerapannya secara umum lebih menekankan kepada pendekatan
terbatas pada gejala-gelaja alam, laHir ilmiah (scientific approach) yang dapat
dan berkembang melaluai metode ilmiah melibatkan siswa secara aktif dalam
seperti observasi dan eksperimen serta kegiatan pembelajaran untuk menemukan
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin atau merangkai sendiri ide-idenya.
tahu, terbuka, dan jujur (Trianto, 2013:136). Pendekatan saintifik (scientific
Secara umum IPA dipahami sebagai approach) dimaksudkan untuk
ilmu yang lahir dan berkembang lewat memberikan pemahaman kepada siswa
langkah-langkah observasi, perumusan dalam mengenal, memahami berbagai
masalah, penyusunan hipotesis, pengujian materi menggunakan pendekatan ilmiah,
hipotesis melalui eksperimen, penarikan bahwa informasi bisa berasal dari mana
kesimpulan, serta penemuan teori dan saja, kapan saja tidak bergantung pada guru
konsep (Trianto, 2013:141). IPA merupakan (Majid, 2014:193). Majid juga menegaskan
konsep pembelajaran alam dan mempunyai bahwa pembelajaran berbasis pendekatan
hubungan yang sangat luas terkait dengan scientific lebih efektif dibandingkan dengan
kehidupan manusia, untuk itu pembelajaran pembelajaran tradisional. Dimana hasil
IPA diarahkan untuk mengajak siswa penelitian membuktikan bahwa retensi
mencari tahu dan membantunya memperoleh informasi menggunakan pendekatan
pemahaman yang lebih mendalam dan scientific sebesar 90% setelah dua hari dan
konkret mengenai alam sekitarnya. perolehan pemahaman kontekstual sebesar
IPA merupakan mata pelajaran penting 50-70%. Tahapan dalam pendekatan
dalam pendidikan Indonesia. IPA telah scientific sebagaimana yang dimaksud
diajarkan sejak taman kanak-kanak meliputi mengamati, menanya, mencoba,
hingga sekolah menengah atas. Proses mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
pembelajaran yang ada selama ini hanya dan mencipta untuk semua mata pelajaran.

Pengembangan Multimedia. . . . - Yogia, dkk - || 155


Berdasarkan hasil wawancara dengan saja, perpaduan teks dan suara ataupun
beberapa siswa kelas VIII-E diperoleh ilustrasi saja. Vernom (Ariani, 2010:35)
informasi bahwa pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran dengan
didominasi oleh kegiatan mencatat mengunakan teknologi audiovisual
dan mendengarkan penjelasan guru. dijamin mampu meningkatkan
Sedangkan sumber belajar yang digunakan kemampuan belajar siswa sebesar 50%
hanya buku teks yang telah disediakan daripada yang tidak menggunakan media.
pemerintah. Buku teks tersebut memiliki Dengan kata lain, materi yang sifatnya
kelemahan seperti belum mampu abstrak dan sulit diimajinasikan dapat
memberikan visualisasi yang jelas kepada diilustrasikan dengan penggunaan media
siswa mengenai materi apa yang dibahas. sebagai perantara dalam menyampaikan
Sehingga dalam pembelajaran siswa pesan kepada siswa.
merasa kesulitan untuk memahami materi Sejalan dengan perkembangan
yang sifatnya berproses. teknologi dan informasi media dapat
Informasi lain yang diperoleh dari hasil disajikan dengan cara yang praktis
observasi pengembang pada saat proses dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat
kegiatan berlangsung yakni sebagian dari hadirnya multimedia yang saat
siswa kurang memperhatikan apa yang ini telah dimanfaatkan dalam kegiatan
disampaikan guru. Hal tersebut dapat pembelajaran. Menurut Robbin dan Linda
terlihat dari tidak kondusifnya keadaan (Ariani 2010:11) multimedia merupakan
kelas seperti ada yang berbicara sendiri alat yang dapat menciptakan presentasi
saat pelajaran berlangsung, ada juga yang yang dinamis dan interaktif yang
asyik dengan bermain bulpen dan ada pula mengkombinasikan teks, grafik, animasi,
beberapa siswa yang berpura-pura untuk audio, dan video. Menurut Darmawan
ijin ke kamar mandi hanya sekedar untuk (2013:36) multimedia cukup efektif untuk
jalan-jalan. Oleh karena itu diperlukan mengajarkan materi yang sifatnya aplikatif,
suatu solusi praktis dan efektif yang dapat berproses, sulit terjangkau, bahaya apabila
membuat materi menjadi lebih menarik langsung diperanaktifkan, dan memiliki
dalam penyajiannya, salah satunya yakni tingkat keakurasian tinggi. Berdasarkan
dengan pemanfaatan media yang mampu observasi yang dilakukan di SMPN 10
meningkatkan minat dan perhatian siswa Malang mengenai sarana prasarana yang
dalam belajar. tersedia di sekolah yakni tersedianya
Paivio dengan teorinya Dual Coding LCD Projector di setiap kelas dan satu
Theory yang menegaskan bahwa semua laboratorium komputer. Namun sarana-
informasi diproses melalui chanel verbal prasarana yang memadai tersebut belum
seperti teks dan suara dan chanel visual mampu dimanfaatkan secara maksimal
seperti gambar dan animasi (Ariani, dalam menunjang kegiatan pembelajaran.
2010:55). Maksudnya semua informasi Berdasarkan uraian tersebut di
yang menggunakan kata-kata (verbal) atas diperlukan suatu inovasi untuk
dan ilustrasi visual yang relevan memiliki mengembangkan sebuah media yang dapat
kecenderungan lebih mudah dipelajari mempermudah siswa memahami materi dan
dan dipahami dari pada informasi menatik perhatian menggunakan teknologi
yang menggunakan teks saja, suara komputer. Multimedia diharapan dapat

156 || Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017


menjadi alternatif untuk membantu siswa situasi untuk , analisis tugas, analisis
belajar IPA menjadu lebih menyenangkan. isue, analisis tujuan, analisis media untuk
Berdasarkan pemaparan di atas, maka jenis media yang akan dikembangkan ,
pengembang berupaya mengembangkan analisis data untuk menentukan isi materi
sebuah multimedia dengan pendekatan yang akan diterapkan dalam aplikasi, dan
saintifik mata pelajaran IPA untuk siswa analisis biaya.
kelas VIII SMP.
Desain (Design)
METODE Tahap desain merupakan tahap
Model Pengembangan yang dilakukan perancangan meliputi material collecting
dalam penelitian ini adalah model (mengumpulkanbahan-bahanyangdiperukan
pengembangan multimedia dari William untuk mengembangkan media), pembuatan
W. Lee dan Diana L. Owens (2004). storyboard, dan pembuatan flowchart.
Model pengembangan Lee dan Owens Tahap desain dimulai dari menentukan
memiliki beberapa tahapan yaitu analisis, jadwal pengembangan, menentukan tim
desain, pengembangan, implementasi, dan pengembangan, menentukan sepsifikasi
evaluasi yang dapat dilihat dalam bagan media, menentukan struktur konten yang
dibawah ini: terapat dalam multimedia, dan yang terakhir
Multimedia Interaktif dengan adalah memperisapkan konfigurasi kontrol.
Pendekatan Saintifik dikempangkan
dengan tahap-tahap sebagai berikut: Pengembangan & Implementasi
(Development and Impelmentation)
Analisis (Analysis) Tahap pengembangan merupakan tahap
Tahap analisis dibagi menjadi 2 dilakukannya pengembangan multimedia
bagian yaitu need assesement dan sesuai dengsn desain yang telah
front-end analysis. Need assesement dirancang. (1) membuat dan menyusun
merupakan langkah sistematis untuk kerangka multimedia (storyboard), (2)
menentukan kesenjangan anatara keadaan mengembangkan elemen-elemen yang
yang sebenarnya dengan keadaan yang dibutuhkan dalam pembuatan multimedia
diinginkan. Need Assesement dilakukan seperti materi, teks, gambar, audio, animasi,
dengan wawancara dan observasi. Front- video, memasukkan elemen-elemen
end analysis merupakan kumpulan tersebut kedalam multimedia menjadi
cara yang dapat digunakan untuk sebuah program aplikasi berekstensi
menjembatani antara kesenjangan yang .ppsm dan kemudian dipaketkan kedalam
ada antara kenyataan dengan harapan bentuk Compact Disc, (3) mereview
untuk menyelesaikan masalah tersebut. produk apakah media berjalan sesuai
Dalam penelitian ini tahap front-end harapan pengembang, dan (4) produk
analysis dada beberapa kegiatan yaitu siap untuk divalidasikan kepada ahli
analisis audiens untuk menentukan media dan ahli materi untuk mengetahui
sasaran yang akan menggunakan media, tingkat kevalidan multimedia dari segi
analisis teknologi untuk jenis teknologi tampilan program dan isi materi yang
(hardware dan software) yang dibutuhkan terdapat dalam multimedia. Sedangkan
untuk mengembangakan media, analisis tahap implementasi merupakan tahap uji

Pengembangan Multimedia. . . . - Yogia, dkk - || 157


coba kepada siswa. Subyek penelitian 20 petanyaan masing-masing angket (ahli
ini adalah siswa kelas VIII-E SMPN 10 media, ahli materi dan audiens).
Malang yang berjumlah 33 siswa. Tahap
ini dilakukan untuk mengukur bagaimana Skala Skor Angket
tanggapan dan penilaian dari siswa setelah No. Jawaban Skor
menggunakan multimedia.
1. A 4
Evaluasi (Evaluation)
2. B 3
Tahap penilaian dilakukan dengan
mengolah hasil dari validasi ahli media , 3. C 2
ahli materi dan uji coba kepada audiens.
Hal ini dilakukan untuk mengetahi tingkat 4. D 1
kevalidan multimedia dengan pendekatan
saintifik yang dikembangkan serta tang­ Perhitungan persentase kevalidan
gapan dan penilaian dari audiens. menggunakan rumus sebagai berikut:

Teknik Analisis Data


Data yang perlu dianalisis adalah data
kuantitatif dari skor angket dan tes hasil Setelah didapatkan persentase kevalidan
belajar. Angket yang dibuat berbentuk pil- kemudian dicocokan dengan tabel kriteria
ihan ganda a, b, c, dan d yang berjumlah kevalidan berikut ini:

Kriteria Kevalidan (Arikunto:35)


Kriteria Pencapaian
No. Kategori Validitas Keterangan
Nilai
1. 81% - 100% Valid Dapat digunakan tanpa perbaikan
2. 61% - 80% CukupValid Dapat digunakan namun perlu perbaikan kecil
3. 41% – 60% Kurang Valid Dapat digunakan namun perlu perbaikan besar
4. ≤40% Tidak Valid Tidak bisa digunakan

Analisis Tes Hasil Belajar Siswa


Cara menghitung tes hasil belajar siswa dengan membandingkannya dengan acuan
Standar Ketuntasan Minimum (KKM) pelajaran IPA kelas VIII. KKM pelajaran IPA di
SMPN adalah 75. Adapun cara pengolahan datanya sebagai berikut (Arikunto,2001:236):

158 || Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017


Pengembangan multimedia pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik materi
sifat cahaya ini dikatakan efektif apabila sebagian besar atau minimal 80% dari jumlah
siswa mencapai hasil belajar tuntas (KKM=75).

Kriteria Tingkat Keberhasilan Tes Hasil Belajar (Arikunto, 2010:35)


Rentangan
Kategori Kualifikasi
Persentase
A 81 – 100 Efektif

B 61 – 80 Cukup Efektif

C 41 – 60 Kurang Efektif

D <40 Tidak Efektif

HASIL DAN PEMBAHASAN KKM dan 4 siswa atau 12,12% belum


Berdasarkan hasil penyebaran angket memenuhi KKM.
kepada seorang ahli media, seorang ahli
materi dan uji coba lapangan sebanyak 33 SIMPULAN
siswa, maka didapatkan tingkat kevalidan Pengembangan multimedia dengan
dari multimedia pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk siswa sekolah
pendekatan saintifik yang dikembangkan menengah pertama kelas VIII ini dilakukan
sebagai berikut: melalui lima tahap yaitu analisis, desain,
Tingkat kevalidan yang diperoleh dari pengembangan, implementasi, dan
ahli media sebesar 90% dan termasuk evaluasi.
kedalam kategori valid, dari ahli materi Berdasarkan hasil penilaian dalam
sebesar 91,25% dan termasuk kedalam penelitian didapatkan persentasi kevalidan
kategori valid, dan dari uji lapangan yang dari ahli media sebesar 90%, persentase
dilakukan kepada siswa kelas 8E SMPN dari ahli materi 91,25% yak keduanya
10 Malang diperoleh tingkat kevalidan termasuk dalam kategori Valid. Hasil
sebesar 94,12% dan termasuk kedalam penilaian dari siswa diperoleh persentase
kategori valid dan dapat digunakan sebagai kevalidan sebesar 94,12% yang termasuk
media pembelajaran dikelas. kategori Valid. Berdasarkan tes hasil belajar
Setelah siswa menggunakan yang dilakukan kepada 33 siswa, sebanyak
multimedia, kemudian siswa diberikan 29 siswa atau 87,87% memenuhi KKM
tes untuk mengetahui tingkat keefektifan dan 4 siswa atau 12,12% belum memenuhi
penggunaan multimedia dengan KKM. Berasarkan data tersebut dapat
pendekatan saintifik. Multimedia dengan disimpulkan bahwa multimedia dengan
pendekatan saintifik ini dinyatakan efektif, pendekatan saintifik ini valid dan efektif
hal ini terbukti dari hasil pengolahan nilai untuk digunakan dalam pembelajaran.
hasil belajar bahwa sebagian besar siswa Demi kelancaran proses kegiatan
dapat memenuhi KKM (>75). Dari 33 pembelajaran sebaiknya guru telah
siswa yang mengikuti tes hasil belajar, mempersiapkan multimedia dengan
diperoleh 29 siswa atau 87,87% memenuhi menyiapkan komputer/laptop yang

Pengembangan Multimedia. . . . - Yogia, dkk - || 159


memiliki fasilitas CD-ROM dan Arikunto, S. & Safruddin, Cepi. Evaluasi
menyiapakan LCD Proyektor, serta Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
membaca buku petunjuk pemanfaatan Aksara.
dengat cermar agar tidak menemui Darmawan. 2013. Teknologi Pembelajaran.
kesulitan dan kendala dalam menggunkan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
multimedia. Sedangkan bagi siswa, Lee & Owens. 2004. Multimedia Based
diharapkan memiliki keterampilan dasar Instructional Design. San Francisco:
dalam mengoperasikan komputer agar Pfeiffer.
dapat mengoperasikan multimedia ini Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran
dengan baik dan benar. Tematik Terpadu. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA Trianto. 2013. Model Pembelajaran
Ariani, N. & Haryanto, D. 2010. Terpadu: Konsep, Startegi, dan
Pembelajaran Multimedia di Implementasinya dalam Kurikulum
sekolah. Jakarta: PT. Prestasi Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Pustakarya. Bumi Aksara.

160 || Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai