Abstrak
Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan terus
meningkat. Contohnya, kejadian infeksi nosokomial berkisar dari terendah sebanyak 1% di beberapa
Negara Eropa dan Amerika hingga 40% di beberapa tempat Asia, Amerika Latin dan Sub-Sahara
Afrika.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling (sampling
peluang) atau pengambilan sampel bebas yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi hingga yang
menjadi sampel yaitu 3 ruangan yang masing-masing tiga ruangan tersebut terdapat dua sampel dan
menghasilkan 6 sampel.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus pada
sprei di tiga tempat tidur yatu ruang I sampel 1.1, 1.2 dan ruang III sampel 3.2 menunjukkan hasil
positif, dan ada tiga yang negative yatu ruang II sampel 2.1 dengan jenis bakteri Staphylococcus
lentus, sampel 2.2 jenis bakteri Staphylococcus hominis, dan Ruang III sampel 3.1 jenis bakteri
Micrococcus sp.
Diharapkan agar pihak Rumah Sakit agar selalu memperhatikan kebersihan ruangan dengan
melakukan pembersihan secara rutin menggunakan cairan disinfektan yang ramah lingkungan untuk
menekan jumlah bakteri atau dengan meyediakan cairan antiseptik di setiap pintu laboratorium
khususnya bagi perawat yang terkontaminasi oleh pasien begitupun sebaliknya.
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan tempat maupun dari pengunjung yang berstatus karier.
pengobatan, rawat inap, rawat jalan dan Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berbagaiaktivitas lainnya sebagai pelayanan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti
kesehatan dan merupakan tempat bekerjanya udara, air, lantai, makanan dan benda-benda
paratenaga kerja baik medis maupun non peralatan medis maupuu non medis. Jadi
medis yang mempunyai potensi bahaya infeksi yang mengenai seseorang dan infeksi
yangsangat berisiko.Pekerja medis di rumah tersebut diakibatkan pengaruh dari lingkungan
sakit seperti dokter, suster/perawat, Rumah sakit disebut infeksi nosokomial
apoteker,dan lain lain.Sedangkan pekerja non (Ratna Nugraheni, dkk, 2012).
medis di rumah sakit seperti pekerja Infeksi nosokomial merupakan suatu
administrasi, pekerjaoffice boy/girl, pekerja masalah yang nyata di seluruh dunia dan terus
laundry dan lain-lain (Mentari,dkk, 2016). meningkat. Contohnya, kejadian infeksi
Rumah sakit selain untuk rnencari nosokomial berkisar dari terendah sebanyak
kesembuhan juga merupakan sumber dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika
berbagai penyakit, yang berasal dari penderita hingga 40% di beberapa tempat Asia, Amerika
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),
9-10 April 2018 272
Prosiding Seminar Nasional 2018
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN:2622-0520
Latin dan Sub-Sahara Afrika. Pada tahun makanan.Bakteri jenis ini dapat diisolasi dari
1987, suatu survei prevalensi meliputi 55 material klinik, carriers, makanan, dan
rumah sakit di 14 negara berkembang empat lingkungan (kuswiyanto, 2016).
wilayah WHO (Eropa, Mediterania Timur, Peningkatan mutu pelayanan dapat
Asia Tenggara, dan Pasifik Barat) menemukan dilaksanakan melalui pengembangan sarana
rata-rata 8,7% dari seluruh pasien rumah sakit dan prasarana rumah sakit, pengadaan
menderita infeksi nosokomial. Jadi pada setiap peralatan, dan ketenagaan serta
saat, terdapat 1,4 juta pasien di seluruh dunia perangkatlainnya, termasuk pengelolaan
terkena komplikasi infeksi yang didapat di kebutuhan dan persediaan linen di ruang rawat
rumah sakit. inap rumahsakit.Rumah sakit sebagai suatu
Prevalensi infeksi nosokomial di sistem terpadu terdiri dari berbagai subsistem
Indonesia sebesar 7,1%. Pasien bedah yangpaling terkait. Subsistem yang
merupakan pasien yang mempunyai risiko bertanggung jawab terhadap pengelolaan linen
tinggi untuk mendapatkan infeksi nosokomial. adalahbagian laundry, mulai dari perencanaan,
Angka pencemaran tertinggi terdapat pada pencucian linen kotor menjadi linen bersih
ruang penyakit dalam dengan nilai yangdapat membuat pasien nyaman dan
pencemaran sebesar 19–300 CFU/15'. Ruang mencegah penyebaran infeksi (Mentari
rawat inap penyakit dalam dan pasien pasca Mungesti, dkk, 2016).
bedah Rumah Sakit X Kota Semarang Hal ini dipertegas dengan Keputusan
memiliki 2 kelas yaitu kelas II dan kelas III. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan Nomor1204/Menkes/Sk/X/2004 tentang
kuman total udara antara kelas II dan kelas III persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
serta mengidentifikasi Staphylococcus aureus bahwadalam perlakuan terhadap linen
dalam ruang rawat inap. dilakukan pengumpulan (pemilahan,
Penelitian yang dilakukan di RSUP pemberian labelberdasarkan jenisnya),
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan dan
menemukan kuman penyebab utama infeksi pendistribusian.
nosokomial didalam ruang perawatan bedah Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
terutama yaitu Staphylococcus aureus yang Republik Indonesia Nomor
berasal dari saluran pernapasan bagian atas, 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman
hidung dan tenggorokan perawat yang dapat manajemen dan keselamatan kerja di Rumah
berperan sebagai sumber penularan (Abdullah Sakitbagian III Sistem Manajemen Kesehatan
dan Hakim, 2011). Dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakitsub
Staphylococcus berasal dari kata bagian “B”, bagian laundry merupakan bagian
staphylo yang berarti kelompok buah anggur dari rumah sakit yang mempunyaibahaya
dan coccus yang berarti bulat dan tergolong potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
bakteri gram positif.Di bawah mikroskop, psikososial pada pekerjanya. Bahayapotensial
bakteri ini berbentuk bulat serta bergerombol fisik seperti kebisingan, lalu bahaya potensial
seperti sekelompok buah anggur.Genus kimia seperti penggunaan deterjenatau bahan
staphylococcus mencakup 31 spesies yang kimia lainnya untuk mencuci, kemudian
kebanyakan tidak berbahaya, menetap dikulit bahaya potensial biologi sepertiinfeksi dari
dan selaput lendir (membrane mukosa) baju yang telah digunakan oleh pasien
manusia serta organism lainnya.Bakteri ini penderita penyakit infeksi selanjutnyabahaya
juga mecakup mikroba tanah dan dapat ergonomi seperti pekerjaan yang dilakukan
ditemui di seluruh dunia (Kuswiyanto, 2016). dengan postur yang salah dalammelakukan
Bakteri jenis ini sering di ditemukan pekerjaannya dan yang terakhir bahaya
sebagai kuman flora normal pada kulit dan psikososial seperti beban kerja yang
selaput lendir manusia.Akan tetapi, bakteri ini berlebihan (Mentari Mungesti, dkk, 2016).
juga dapat menjadi penyebab infeksi, baik Linen kotor merupakan sumber
pada manusia maupun hewan.Beberapa jenis kontaminasi penting di rumah sakit. Meskipun
bakteri ini dapat menghasilkan enterotoksin linen tidak digunakan secara langsung dalam
yang dapat menyebabkan keracunan proses pengobatan namun dapat dilihat
Tabel 5.1 HasiL Pemeriksaan Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus pada sprei Tempat
Tidur Ruang Perawatan Pasca Bedah di RSUD Labuang Baji
Hasil Identifikasi Bakteri
NO Ruang Sampel Jenis bakteri Ket
Staphylococcus aureus
1 RI 1.1 Positif - TMS
1.2 Positif - TMS
2 R II 2.1 Negatif Staphylococcus lentus TMS
2.2 Negatif Staphylococcus hominis TMS
3 R III 3.1 Negatif Micrococcus sp TMS
3.2 Positif - TMS
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa negative yatu ruang II sampel 2.1 dengan jenis
Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus bakteri Staphylococcus lentus, sampel 2.2 jenis
pada sprei di tiga tempat tidur yatu ruang I bakteri Staphylococcus hominis, dan Ruang III
sampel 1.1, 1.2 dan ruang III sampel 3.2 sampel 3.1 jenis bakteri Micrococcus sp.
menunjukkan hasil positif, dan ada tiga yang
Suhu Standar
No Ruangan Ket
Ketetapan
1 Ruang I 30,6ºC TMS
2 Ruang II 30,4ºC TMS
18-30ºC
3 Ruang III 31ºC TMS
Rata-rata 30,7ºC TMS
Sumber : Data Primer 2017