Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

INDIKATOR MUTU RAWAT JALAN

BULAN JULI-SEPTEMBER 2019

RSU DHARMA YADNYA

JL. WR. SUPRATMAN NO. 256 DENPASAR

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, sehingga terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Agar
tujuan tersebut bisa dicapai, maka pemerintah perlu memperluas dan
mendekatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat,
sehingga mudah dijangkau. Di sisi lain, dengan semakin meningkatnya
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi masyarakat, maka nilai-nilai dan
orientasi masyarakatpun mulai berubah. Mereka cenderung menuntut
pelayanan umum termasuk pelayanan kesehatanyang lebih bermutu dan lebih
ramah,

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan yang


paripurna, memberikan pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap.
Di Indonesia rumah sakit terus berkembang, baik jumlah, jenis pelayanan,
kelas maupun status kepemilikannya, sesuai dengan kondisi atau masalah
kesehatan masyarakat, letak geografis, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, peraturan serta kebijakan yang ada.

Pengukuran atas mutu pelayanan rumah sakit sudah berjalan cukup lama,
diawali dengan penilaian akreditasi rumah sakit yang mengukur dan
memecahkan masalah pada pada tingkat input dan proses. Rumah sakit harus
menyusun berbagai kebijakan, laporan/panduan dan standar prosedur sesuai
aturan yang berlaku. Rumah sakit dipacu untuk dapat menilai diri (self
assessment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur mutu layanan rumah sakit,
diperlukan alat ukur yaitu indikator mutu yang merupakan instrumen mutu
pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil
(output). Tanpa mengukur hasil kerja, rumah sakit tidak dapat mengetahui
apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.

2
Berbagai pengukurantelah dilakukan oleh institusi,seperti Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan dan SPM rumah sakit oleh
Kementerian Kesehatan, Indeks kepuasan masyarakat di fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
(PAN), indeks kualitas fasilitas pelayanan kesehatan oleh Badan Pengelola
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, laporan akreditasi rumah sakit dengan
indikator mutu area klinis, manajemen dan keselamatan pasien oleh Komite
Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Agar dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka perlu
diterbitkan Laporan Pengukuran dan Evaluasi Mutu Pelayanan di Rumah Sakit
sebagai acuan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud penyusunan laporan adalah agar tersedianya laporan atau
panduan bagi Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi
dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan mutu pelayanan
Rumah Sakit.

Laporan ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan di rumah sakit secara efektif, efisien dan berkesinambungan serta
tersusunnya sistim monitoring pelayanan rumah sakit melalui indikator mutu
pelayanan.

3
BAB II

MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Mutu pelayanan rumah sakit merupakan derajat kesempurnaan pelayanan


pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan.
Termasuk didalamnya penggunaan sumber daya di rumah sakit secara wajar,
efisien, efektif dan aman, sesuai norma, etika, hukum dan sosiobudaya, dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah serta konsumen.

Mutu pelayanan suatu rumah sakit merupakan produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit
sebagai suatu sistem. Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan
kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel:
1. Input (struktur), adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan seperti: tenaga, dana, obat, fasilitas,
peralatan, teknologi, organisasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang
bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.
2. Proses,adalah interaksi profesional antara pemberi pelayanan (dokter dan
tenaga profesi lain) dengan konsumen (pasien), kegiatan inimeliputi:
evaluasi, diagnosis, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan,
penatalaksanaan jika terjadi penyulit, dan follow up. Pendekatan proses
adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu asuhan.
3. Outcome,adalah hasil pelayanan kesehatan, berupa perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien), termasuk kepuasan konsumen terhadap
pelayanan. Baik buruknya outcome sangat dipengaruhi oleh kondisi mutu
input/struktur dan interaksi pemanfaatan sumber daya rumah sakit yang
digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu, sehingga menghasilkan
jasa/pelayanan. Berhasil tidaknya peningkatan mutu sangat tergantung dari

4
monitoring faktor-faktor dalam butir 1 dan 2 di atas, dan juga umpan balik
dari hasil-hasil pelayanan untuk perbaikan lebih lanjut.

BAB III

PENGUKURAN MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Mengukur mutu pelayanan kesehatan baik di fasyankes tingkat primer maupun


tingkat lanjut seperti rumah sakit tentunya memerlukan indikator mutu yang jelas.
Menurut WHO, indikator adalah variable untuk mengukur perubahan. Indikator
yang sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur.
Indikator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu:
1. Sahih (valid), artinya benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek
yang akan dinilai.
2. Terpercaya (reliable), artinya mampu menunjukkan hasil yang sama pada
saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Sensitif, artinya peka untuk digunakan sebagai bahan pengukuran.
4. Spesifik, artinya mampu memberikan gambaran perubahan ukuran yang
jelas, tidak tumpang tindih.

A. Pengertian
1. Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu
keadaan dan dimungkinkan untuk dilakukan pengukuran baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan standar penilaian yang
telah ditentukan sebelumnya.

2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

3. Mutu Pelayanan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan


pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada
setiap pasien sesuaidengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta

5
dipihak lain dalam pelaksanaanpelayanannya harus sesuai dengan standar
operasional yang telah ditetapkan.

4. Kategori Indikator merupakan kelompok besar dari kumpulan beberapa


indikator yang mempunyai kategori yang sama.

5. Perspektif merupakan suatu sudut pandang terhadap sesuatu hal atau


masalah tertentu dalam hal ini perpektif mengenai indikator-indikator yang
akan dinilai.

6. Sasaran Strategis adalah sasaran yang didefinisikan secara luas yang harus
dicapai agar sebuah strategi berhasil.

7. Dimensi Mutu suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap


jenis dan mutu pelayanan diihat dari akses, efektifitas, efisiensi,
keselamatan, keamanan, kenyamanan, kesinambungan pelayanan,
kompetensi teknis dan hubungan antar manusia berdasarkan standar.

8. Tujuan adalah sesuatu objek yang akan dicapai dengan melakukan


penilaian terhadap indikator terkait.

9. Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau
barang kepada pelanggan.

10. Definisi Operasional adalah penjelasan mengenai pengertian indikator


yang akan dilakukan penilaian sehingga mempunyai batasan yang jelas
dan terukur.

11. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi waktu yang ditentukan


untuk mengambildata dari sumber data untuk setiap indikator.

12. Numerator (pembilang) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam


rumus indikator.

13. Denominator (penyebut) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam


rumus indikator.

14. Inklusi adalah batasan yang termasuk dalam cakupan pengukuran


indikator.

6
15. Ekslusi adalah batasan yang tidak termasuk dalam cakupan pengukuran
indikator.

16. Formula adalah rumus untuk menghasilkan nilai dari indikator merupakan
Jabaran perhitungan numerator dibagi denominator dikalikan 100%.

17. Sumber data adalah sumber atau tempat dimana sampel atau keseluruhan
data yang akan digunakan untuk melakukan pengukuran.

18. Standar merupakan nilai yang telah disepakati dan ditetapkan berkaitan
dengan keadaan yang akan dilakukan penilaian.

19. Kriteria Penilaian adalah penentuan skor berdasarkan hasil yang didapat
sesuai dengan definisi operasional.

20. PIC (Person In Charge) adalah petugas atau bagian yang bertanggung
jawab terhadap data yang berkaitan dengan indikator yang akan dinilai.

21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang kesehatan.

22. Periode Analisis

23. Cara Pengumpulan Data

24. Sampel

25. Rencana Analisis

26. Instrumen Pengambilan Data

B. Penetapan Indikator Terpilih

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, perlu


disusun suatu indikator yang akan mengukur kualitas pelayanan di rumah sakit.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan 12 indikator terpilih Mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit yang ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut :

1. Menggambarkan 6 Dimensi Mutu WHO.

7
2. Dipilih dari indikator yang high Problem, high cost, high volume dan
problem prone.
3. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama antara Rumah sakit dan
Kementerian Kesehatan.
4. Sederhana, Indikator yang terpilih disusun dengan kalimat yang mudah
dimengerti dan dipahami.
5. Terukur, Indikator yang terpilih dapat diukur dengan metode yang sama
antar rumah sakit.
6. Terbuka, indikator yang terpilih dapat diakses oleh seluruh rumah sakit.
7. Terjangkau, indikator yang terpilih dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya dan dana yang tersedia dirumah sakit.
8. Akuntabel, indikator terpilih dapat dipertanggunggugatkan kepada
publik.
9. Bertahap, indikator terpilih dapat ditambah atau direvisi sesuai
perkembangan kebutuhan, kemampuan keuangan, kelembagaan dan
personil dalam pencapaian indikator.

Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan di rumah sakit akan menjadi indikator


Wajib bagi seluruh rumah sakit baik itu rumah sakit umum maupun khusus dan
diharapkan diterapkan disemua rumah sakit kelas A, B, C, D dan D Pratama.

8
C. Jenis Indikator Mutu Pelayanan di Rumah Sakit

Adapun Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit adalah sebagai


berikut:

1. Kepatuhan Identifikasi Pasien;

2. Emergency Respon Time (EMT);

3. Waktu Tunggu Rawat Jalan;

4. Penundaan Operasi Elektif;

5. Ketepatan Jam, Visite Dokter Spesialis;

6. Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium;

7. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional (FORNAS);

8. Kepatuhan Cuci Tangan;

9. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh

10. Kepatuhan terhadap Clinical Pathway;

11. Kepuasan Pasien dan Keluarga;

12. Kecepatan Respon Terhadap Komplain

Berdasarkan hal tersebut diatas, masing – masing Indikator akan


dijabarkan dalam bentuk profil/kamus indikator dengan memuat hal – hal
sebagai berikut: judul indikator, dasar pemikiran, dimensi mutu, tujuan,
defenisi operasional, jenis indikator, numerator, denominator, target
pencapaian, kriteria (inklusi dan eksklusi) formula, sumber data, frekwensi
pengumpulan data, periode analisis, cara pengumpulan data, sampel, rencana
analisis, instrumen pengambiulan data dan penanggung jawab.

9
BAB IV

LAPORAN PELAYANAN MUTU RAWAT JALAN

1. Pelayanan Rawat Jalan

Jumlah pasien yang berkunjung ke poliklinik dan memperoleh pelayanan


rawat jalan di bulan Juli2458 orang, dimana kepatuhan identifikasi pasien yang
telah dilakukan oleh petugas kesehatan sebanyak 2458 orang, dan waktu tunggu
mendapatkan pelayanan kesehatan rata-rata mencapai kurang dari 30 menit
sebanyak 2133 orang. Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat pasien
jatuh pasien rawat jalan sebanyak 2458 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pada
bulan Juli, kepatuhan identifikasi pasien dan kepatuhan upaya resiko jatuh
sebanyak 100% sedangkan waktu tunggu <30 menit mencapai 86,77%.

Jumlah pasien yang berkunjung ke poliklinik dan memperoleh pelayanan


rawat jalan di bulan Agustus2573 orang, dimana kepatuhan identifikasi pasien
yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan sebanyak 2573 orang, dan waktu
tunggu mendapatkan pelayanan kesehatan rata-rata mencapai kurang dari 30
menit sebanyak 2190 orang. Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat
pasien jatuh pasien rawat jalan sebanyak 2573orang. Hal ini menunjukkan bahwa
pada bulan Agustus, kepatuhan identifikasi pasien dan upaya pencegahan resiko
jatuh mencapai 100% sedangkan waktu tunggu <30 menit mencapai 85,11%.

Pasien yang berkunjung ke poliklinik umum dan memperoleh pelayanan


rawat jalan di bulan September2817 orang, dimana kepatuhan identifikasi pasien
yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan sebanyak 2817orang, dan waktu
tunggu mendapatkan pelayanan kesehatan rata-rata mencapai kurang dari 30
menit sebanyak 2452 orang. Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat
pasien jatuh pasien rawat jalan sebanyak 2817orang. Hal ini menunjukkan bahwa
pada bulan September, kepatuhan identifikasi pasien dan upaya pencegahan
pasien jatuh mencapai 100% sedangkan waktu tunggu< 30 menit mencapai
87,04%.

10
Berdasarkan data tersebut, selama 3 bulan terakhir jumlah pasien yang
berkunjung ke poliklinik dan memperoleh pelayanan rawat jalan di bulan Juli,
Agustus, September sebanyak 7848 orang, dimana kepatuhan indentifikasi pasien
yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan sebanyak 7848 orang (100%), dan
waktu tunggu mendapatkan pelayanan kesehatan rata-rata mencapai kurang dari
30 menit sebanyak 6755 orang (86,3%). Kepatuhan upaya pencegahan resiko
cedera akibat pasien jatuh pasien rawat jalan sebanyak 7848 (100%). Tidak
tercapainya target 100% dalam waktu periksa pasien dikarenakan jam mulai
pelayanan yang seringkali tidak tepat waktu dan waktu periksa pasien yang
terkadang memanjang. Berikut merupakan data laporan mutu rawat jalan selama
bulan Juli sampai September 2019.

Tabel. Laporan Mutu Rawat Jalan Poliklinik

Kepatuhan upaya
pencegahan resiko
Jumlah cedera akibat pasien Waktu tunggu <30
Bulan
Pasien jatuh (%) menit (%)

Juli 2458 2458 (100%) 2133 (86,77%)


Agustus 2573 2573 (100%) 2190(85,11%)
September 2817 2817(100%) 2452(87,04%)
Total 7848 7848(100%) 6755(86,30%)

Tabel. Laporan Kepatuhan Cuci Tangan

Bulan Jumlah Petugas Total kebersihan Peluang kebersihan


tangan yang dilakukan tangan

Juli 38 Tidak dilakukan audit Tidak dilakukan audit

Agustus 38 Tidak dilakukan audit Tidak dilakukan audit

September 38 37 (97%) 190 x

11
Grafik 4.1 Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat pasien jatuh
Juli-September 2019

Kepatuhan pencegahan resiko cedera


100%
90%
80%
70%
60% Kepatuhan pencegahan
resiko cedera
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Juli Agustus September

Grafik 4.2Kepatuhan Cuci Tangan Bulan Juli-September 2019

Kepatuhan cuci tangan (%)


120
100 97

80
Kepatuhan cuci tangan (%)
60
40

20
0 0
0
Juli Agustus September

12
Grafik 4.3 Waktu Tunggu <30 menit Bulan Juli-September 2019

100 Waktu < 30 menit (%)


Column1
90
86.77 85.11 87.04
80

70

60

50

40

30

20

10

0
Juli Agustus September

13
BAB V.
PENUTUP

Laporan ini merupakan langkah awal sebagai pedoman bagi rumah sakit
untuk melakukan pengukuran, evaluasi dan tindak lanjut terhadap indikator rumah
sakit. Laporan ini diharapkan dapat diterapkan oleh rumah sakit dan menjadi
pedoman bersama dalam mengukur indikator mutu rumah sakit.

Hasil pengukuran indikator rumah sakit diharapkan dapat diakses dan


dipublikasikan, sebagai bentuk pernyataan akuntabilitas rumah sakit kepada
publik. Disamping itu, juga menjadi acuan untuk perbaikan internal rumah sakit.

14

Anda mungkin juga menyukai