Anda di halaman 1dari 10

.

Teori Dasar
Tiga jenis material yang sering digunakan di dalam kebanyakan struktur adalah ka
yu, baja, dan beton. Bahan-bahan yang ringan seperti aluminium dan plastik juga
sudah semakin umum dipakai pada suatu pembangunan. Penggunaan beton bertulang ya
ng berisikan dua jenis material (bahan), baja sebagai tulangan dan beton sebagai
campuaran antara semen, air, agregat (kasar dan halus), dipakai secara bersamaa
n sehingga prinsip-prinsip perencanaan struktur dari beton bertulang harus dilak
ukan dengan benar.
Pada dasarnya, kebanyakan pelaksanaan konstruksi beton dilakukan dilapangan, kec
uali untuk beton pracetak (precast concrete). Beton yang dilaksanakan di lapanga
n tidak akan mencapai mutu yang sama dengan hasil pembuatan benda uji di laborat
orium yang berdasarkan perencanaan campuran (mix design), apabila pelaksanaannya
tidak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Pekerjaan beton harus dila
ksanakan sedemikian rupa sehingga mutu yang dicapai seoptimal mungkin dan dapat
mendekati mutu yang diuji di laboratorium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelak
sanaan dapat berupa mutu bahan pembantu seperti mutu cetakan (form work), dan ca
ra pembetonan yaitu pencampuran (mixing), penulangan (casting), pemadatan (compa
cting) dan perawatan (curing).
Besi tulangan berfungsi untuk memberikan kekuatan tarik pada struktur beton
bertulang sehingga tegangan tarik dipikul sepenuhnya oleh baja tulangan. Besi
37
beton yang digunakan biasanya berbentuk penampang bulat dengan 2 jenis permukaan
yang berbeda, yaitu besi berpermukaan polos yang juga disebut dengan besi polos
(plain bar) dan besi dengan permukaan berulir yang disebut dengan besi ulir (de
formed bar). Peraturan Beton Indonesia 1971 menyatakan bahwa pada umumnya baja t
ulangan yang terdapat di Indonesia dapat dibagi dalam mutu-mutu yang tercantum d
alam Tabel berikut.
Tabel 1. Jenis Baja Tulangan
Mutu
Sebutan
Tegangan
leleh
karakteristik
W¶au (kg/cm2)
Tegangan tarik atau tekan ijin
a
'
W
Pembebanan
tetap
Pembebanan
sementara
U ± 22
Baja lunak
2200
1250
1800
U ± 24
Baja lunak
2400
1400
2000
U ± 32 Baja sedang
3200
1850
2650
U ± 39
Baja keras
3900
2250
3200
U ± 48
Baja keras
4800
2750
4000
Umum
W¶au
0.58W¶au
0.83W¶au
Dalam pekerjaan penulangan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Betondecki ng untuk menjaga selimut beton harus sesuai dengan perencanaan yan
g memenuhi persyaratan. Ukuran terbesar dari butiran agregat dalam campuran beto
n harus lebih kecil dari tebal betonde c k i ng
38
atau selimut beton, sehingga selimut beton betul-betul merupakan adukan
beton bukan mortar.
2. Ukuran terbesar dari butiran agregat yang dipakai harus lebih kecil dari jara
k bersih terkecil dari pembesian, agar agregat dapat lolos di antara pembesian k
etika dipadatkan.
3. Besi tulangan harus bebas karat dan minyak, karena hal ini akan
mengurangi daya lekat(bond strength) antara besi dengan beton.
Dalam perakitan tulangan ada terdapat beberapa ketentuan dalam pembengkokan tula
ngan yang berdasarkan atas diameter besi tulangan dan sudut pembengkokan, didala
m PBI 1971 pasal 8 ketentuan-ketentuan tentang kait dan pembengkokan tulangan di
tunjukkan pada gambar dibawah
Gambar 44. Pembengkokan tulangan menurut PBI 1971
45°
>2.5dp
>2.5dp
dp
>6d
> 5cm
d
39
Pada pelaksaaan pekerjaan pembangunan Gedung Analisa tulangan baja yang digunaka
n untuk tulangan ulir fy 400MPa dan pembengkokan tulangan melebihi 6 d (> 5cm) y
aitu 12 cm sehingga ketentuan diatas sudah memenuhi dalam pelaksaaan pekerjaan p
embangunan Gedung Analisa.
Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pemasangan Bekisting
Menurut SNI - 03 - 2847 - 2002 pemasangan bekisting yang memenuhi
yaitu:
a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan di
mensi komponen struktur seperti yang disyaratkan pada gambar rencana dan spesifi
kasi
b. Cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar.
c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan
posisi dan bentuknya.
d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak
merusak struktur yang dipasang sebelumnya.
e. Perencanaan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor
berikut:
yKecepatan dan metode pengecoran beton.
y Beban selama konstruksi, termasuk beban-beban vertikal, horisontal,
dan tumbukan.
40
yPersyaratan-persyaratan cetakan khusus untuk konstruksi cangkang,
pelat lipat, kubah, beton arsitektural, atau elemen-elemen sejenis.
f. Cetakan untuk elemen struktur beton prategang harus dirancang dan dibuat sede
mikian hingga elemen struktur dapat bergerak tanpa menimbulkan kerusakan pada sa
at gaya prategang diaplikasikan.
Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan Gedung Analisa pekerjaan bekisting dilaks
anakan oleh tukang (pekerja). Pekerjaan bekisting sudah memenuhi seperti yang te
rtera pada SNI - 03 - 2847 ± 2002, ketelitian dalam perakitan bekisting sangat tin
ggi dan jarang sekali terjadi kesalahan karena bekisting yang digunakan melalui
proses pabrikasi menggunakan kayu yang beli dari toko/panglon yang telah memenuh
i standar.
2. Persiapan pengecoran
Menurut SNI - 03 - 2847 - 2002 prosedur persiapan adalah sebagai berikut:
a) Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus
bersih.
b) Semua sampah atau kotoran harus dihilangkan dari cetakan yang akan
diisi beton.
c) Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah
dibongkar.
d) Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton segar
harus dalam kondisi basah.
e) Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.
41
f) Sebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran kecuali
bila digunakan tremie.
g) Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang
kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoran lanjutan
dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.
Beberapa syarat tersebut diatas tidak terlaksana sepenuhnya dilapangan karena ad
a beberapa aturan yang kurang diperhatikan oleh pekerja (tukang) dalam pelaksana
an, misalnya beberapa peralatan yang masih dalam kondisi kotor dan beberapa tula
ngan yang sudah mengalami korosi.
Pekerjaan pembersihan pada setiap kolom, balok dan pelat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
a) Pekerjaan pembersihan dilakukan setelah pekerjaan pembesian dan pekerjaan pem
asangan bekisting selesai dan disetujui oleh pengawas lapangan.
b) Bekisting dibersihkan dari kotoran debu, sisa potongan besi dan kayu
dengan menggunakan alat compressor.
c)Kemudian diperiksa kerapatan dari bekisting agar tidak terjadi kebocoran
pada saat pengecoran dan memeriksa beton decking terhadap selimut
beton.
d) Apabila pekerjaan pembersihan telah dilakukan maka bekisting tersebut
telah siap untuk dicor.
42
3. Pelaksanaan Pengecoran
a. Pencampuran dan Pengadukan Beton
Pada pelaksanaan pekerjaan biasanya lebih mudah menggunakan beton ready mix dari
pada membuat campuran di lapangan, tetapi terdapat banyak proyek yang perlu mem
pertimbangkan dengan teliti tentang pemilihan apakah akan digunakan beton ready
mix atau beton yang dicampur dilapangan karena mengacu pada permasalahan biaya y
ang akan dikeluarkan dan harus mempertimbangkan hal-hal seperti pengadaan agrega
t, jalanan ke proyek, penyediaan ruangan di proyek, produksi beton yang diharapk
an, cara pencampuran beton dilapangan. Suatu perbandingan biaya nyata antara bet
on dicampur dilapangan dan beton ready mix, hanya dapat diadakan dengan memperti
mbangkan seluruh mata rantai kejadian sampai ke pusat pengecoran, dengan mengamb
il jumlah pengecoran setiap waktu tertentu sebagai dasar perbandingan (Murdock-b
rook , 1999).
Menurut SNI - 03 - 2847 - 2002 syarat- syarat pencampuran beton adalah
sebagai berikut :
1. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus
dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi kembali.
2. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan
SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai atau ´Spesifikasi
untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan pencampuran
menerus´ (ASTM C 685).
43
3. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai
berikut:
a. Pencampuran harus dilakukan dengan menggunakan jenis
pencampur yang telah disetujui.
b.Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan
oleh pabrik pembuat.
c. Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama
sekurang-kurangnya 1½ menit setelah semua bahan berada dalam
wadah pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu
yang lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman
campuran SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
d. Pengolahan, penakaran, dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan yang berla
ku pada SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
e. Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:
yjumlah adukan yang dihasilkan;
yproporsi bahan yang digunakan;
yperkiraan lokasi pengecoran pada struktur;
ytanggal dan waktu pencampuran dan pengecoran.
b. Proses pengecoran
Proses pengecoran sesuai dengan SK SNI 03 ± 40 ± 2002 yaitu :
1. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terj
adinya segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.
44
2. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga beton sel
ama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengi
si ruang di antara tulangan.
3. Beton yang telah mengeras sebagian atau beton yang telah terkontaminasi oleh
bahan lain tidak boleh digunakan untuk pengecoran.
4. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang
setelah pengikatan awal tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui
oleh pengawas lapangan.
5. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus dilakukan secar
a menerus hingga mengisi secara penuh panel atau penampang sampai batasnya, atau
sambungan yang ditetapkan sebagaimana yang diizinkan.
6. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
7. Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat sesua.
8. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan peralatan y
ang sesuai selama pengecoran dan harus diupayakan mengisi sekeliling tulangan da
n seluruh celah dan masuk ke semua sudut cetakan.
Pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Analisa menggunakan beton
ready mix. Pemilihan menggunakan beton ready mix bertujuan untuk
mendapatkan mutu beton dalam waktu yang lebih efisien (cepat) sesuai
yang direncanakan dan juga memperhatiakan area pengecoran yang
45
cukup luas. Pencampuran agregat dilakukan di mobile mix yang merupakan alat untu
k membuat beton ready mix. Pada mobile mix sudah tersimpan semen sehingga materi
al yang dimasukkan ke dalammobil e
mix hanya agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan loader,
lalu pengadukan dilakukan di dalam mixer truck berkapasitas 6m3, lalu ditambahka
n air dengan kapasitas air yang dikontrol dari control room yang terdapat pada a
lat mobile mix.
c. Pengujian Nilai Slump
Sebelum dilakukan pengecoran maka pengujian slump test harus dilakukan terlebih
dahulu, seperti yang tertera dalam SNI - 03 - 4433 - 1997 pasal 2.7 yang menyebu
tkan bahwa contoh untuk mengukur slump beton siap pakai, harus diambil dari beto
n yang dikeluarkan pada saat 15% sampai 85% dari seluruh isi truk, ditampung ke
dalam ember atau alat yang tidak menyerap air. Diambil contoh kurang lebih 20 kg
, diaduk lagi agar merata di atas alas dari baja yang datar, lalu diukur slump d
engan cara sesuai SNI 03-1972-1990 tentangMetode Pengujian Slump Beton. Pada pel
aksanaan pembangunan Gedung Analisa pengambilan sampel untuk uji slump diambil d
ari salah satu mixer truck sekitar1 5 % dengan menggunakan lori, lalu dilaksanak
an pengujian slump, tetapi terkadang uji slump tidak dilaksanakan sebaliknya unt
uk melihat kelecakan adukan beton hanya digunakan dengan cara visual. Dalam pela
ksanaan pekerjaan pembangunan Gedung Analisa nilai slump yang diijinkan untuk ko
lom adalah 160 mm, pelat dan balok 120 mm.
46
d. Pengambilan Sampel untuk benda uji Silinder
Pada Pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Analisa adukan benda uji silinder dia
mbil setelah pengadukan agregat untuk pengecoran dilaksanakan dan dimasukkan ke
dalam cetakan silinder dengan ukuran tinggi 30 cm dan diamter 15 cm. Yang dipada
tkan dengan cara penusukan sebanyak 25 kali.
Gambar 45. Pembuatan benda uji.
Setelah benda uji mengering maka dilakukan pembongkaran cetakan lalu
direndam dalam bak air dengan suhu 25ÛC.
47
Gambar 46. perawatan benda uji.
Setel dil
perendaman selama 28 hari maka dilakukan pengujian kuat tekan denganCM (Compress
ion Testing M chine) yang dilakukan di Laboratorium Politeknik dan Teknik Uniers
itas Sumatra Utara (USU). Pada saat pengujian dihadiri oleh pengawas dari pihak
owner (Analisa) dan pihak kontraktorlapangan (PT.N RC) dan pihak yang bertanggun
gjawab dalam adukan beton.
Menurut SNI 03-4810-1998 ³Metode Pembuatan Dan PerawatanBenda
Uji Beton Di Lapangan´ prosedur pembuatan benda uji adalah:
Untuk uji kuat tekan benda uji berupa silinder yang dietak dalam posisi
tegak ukuran standar 150 mm x 300 mm atau 152 mm x 305 mm bila
ukuran maksimum agregat kadartidak melebihi 50 mm.
a. Penuangan adukan beton ke dalam cetakan haruslapis demi lapis
sesuai Tabel 1 dan pada penuangan akhir kelebihant inggi tidak boleh
lebih dari 6 mm;
b. Pemadatan sebagai berikut :
1. Untuk slump,lebih besar 75 mm, dengan penusukan;
48
2. Untuk slump antara 25 mm-75 mm, dengan penusukan dan
penggetaran;
3. Untuk slump kurang dari 25 mm, dengan penggetaran;
4. Selama proses pemadatan, penggetar tidak boleh menyentuh
dasar atau sisi cetakan.
Tabel2. Pembuatan Benda Uji
No
.
Jenis dan
Tinggi Benda
Uji (mm)
Cara
Pemadatan
Jumlah
Lapisan
Perkiraan Tebal
Lapisan (mm)
Silinder :
1
300
Penusukan
3
100
2
Lebih dari
300
Penusukan
Disesuaikan
100
3
300 sampai
460
Penggetaran
2
Setengah tinggi benda
uji
4
Lebih dari
460
Penggetaran
3 atau lebih
200 sedekat mungkin
dengan yang dapat
dilakukan
Balok :
1
150 sampai
300
Penusukan
2
Setengah tinggi benda
uji
2
Lebih dari
200
Penusukan
3 atau lebih
100
3
150 sampai
300
Penggetaran
1
Setebal spesimen
4
Lebih dari
200
Penggetaran
2 atau lebih
Mendekati 200
49
c. Penusukan sebagai berikut :
1. Untuk benda uji silinder, sesuai Tabel 2 :
Tabel2 Jumlah Penusukan untuk Benda Uji Silinder
Diameter Silinder
(mm)
Jumlah Penusukan Tiap
Lapis
150
25
200
50
250
75
2. Untuk benda uji balok untuk tiap 13 cm2 luas permukaan atas benda
uji adalah satu kali;
d. Distribusi penusukan harus seragam, penusuk harus dibiarkan menembus kira-kir
a 12 mm ke lapis dibawahnya bila ketebalan lapisan kurang dari 100 mm, dan kira-
kira 25 mm bila ketebalan 100 mm atau lebih;
e. Setelah masing-masing dipadatkan permukaan harus diratakan dengan alat roskam
sampai rata dengan sisi atas cetakan dan tidak terjadi penyimpangan lebih dari
3,2 mm;
f. Penambahan adukan beton pada lapisan akhir setelah proses
perataan tidak boleh melebihi 3 mm dan harus diratakan kembali.
g. Perawatan Benda Uji
Perawatan benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
y Penutupan setelah penyelesaian, yaitu benda uji ditutup dengan
50
bahan yang tidak mudah menyerap air, tidak reaktif dan dapat
menjaga kelembaban sampai saat benda uji dilepas dari cetakan;
y Perawatan untuk pemeriksaan proporsi campuran untuk kekuatan
atau sebagai dasar
y untuk penerimaan atau pengendalian mutu
a. Perawatan awal sesudah pencetakan :
1. Benda uji harus disimpan dalam suhu antara 16 sampai 27ÛC dan dalam lingkungan
yang lembab selama 48 jam, harus terlindungi dari sinar matahari langsung atau a
lat yang memancarkan panas;
2. Benda uji dilepas dari cetakan dan diberi perawatan standar;
3. Jika benda uji tidak akan diangkut selama 48 jam, cetakan
harus dilepas dalam waktu 24 jam
8 jam dan diberi
perawatan standar sampai tiba waktu pengangkutan.
b. Perawatan standar sebagai berikut :
y Benda uji silinder :
1. Dalam waktu 30 menit sesudah dilepas dari cetakan, harus
disimpan dalam keadaan lembab pada suhu 23ÛC1, 7ÛC;
2. Tidak lebih dari 3 jam sebelum pengujian pada suhu antara
20ÛC sampai 30ÛC;
3. Benda uji tidak boleh terkena tetesan atau aliran air;
4. Penyimpangan dalam keadaan basah, yaitu dengan
perendaman dalam air kapur jenuh atau dengan ditutupi
51
kain basah;
y Benda uji balok harus dirawat sama seperti benda uji silinder
kecuali sekurang-kurangnya 20 jam sebelum pengujian, balok
harus disimpan dalam air kapur jenuh pada suhu 23ÛC1, 7ÛC.
c. Perawatan untuk menentukan saat pelepasan cetakan atau
saat struktur boleh
menerima beban :
y Silinder disimpan pada atau sedekat mungkin dengan struktur
yang dan suhu serta kelembabannya harus sama;
y Balok uji dan struktur yang diwakilinya harus memperoleh
perawatan yang sama.
y Balok uji dilepas dari cetakan setelah 48 jam 4 jam;
y Balok uji harus disimpan dalam air kapur pada suhu 23ÛC
1,7ÛC selama 24 Jam4 jam sebelum pengujian.
d. Lama pengangkutan ke laboratorium, maksimal 4 jam dan harus
dilindungi dari kerusakan serta dijaga kelembabannya
e. Pengangkutan adukan ke lokasi pengecoran
Pengangkutan beton dari lokasi pencampuran ke lokasi pengadukan harus sedemiakia
n cepat, sehingga beton tidak kering sehingga mempengaruhi pada saat pelaksanaan
pengecorannya (workabilitas). Pada saat pengangkutan juga perlu diperhatikan se
gregasi agar terhindar dari beton yang tak seragam. Pada pelaksanaan proyek Hote
l Novotel Bandar Lampung pengangkutan dari lokasi pengadukan menggunakan
52
mixer truck, dan dipindahkan ke bucket untuk mencapai daerah yang sulit untuk di
jangkau, pada bucket disambung dengan selang tremie untuk menghindari tinggi jat
uh yang berlebihan (> 1,5 m) sehingga tidak terjadi segregasi.Menurut SNI - 03 -
2847 - 2002 pengangkutan adukan meliputi:
a. Beton harus diantarkan dari tempat pencampuran ke lokasi pengecoran dengan ca
ra yang dapat mencegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau hilangnya bahan.
b. Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ke tempat pengecoran tanpa
pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat mengakibatan hilangnya plastisitas ca
mpuran.
Dari pelaksanaan pengangkutan pada proyek Hotel Novotel Bandar Lampung sudah mem
enuhi persyaratan yang disebutkan dalam SNI - 03 - 2847 ± 2002.
f. Pemadatan (compacting)
Untuk menghilangkan udara yang terdapat antara dinding dan spesi beton juga di d
alam campuran beton itu sendiri dilakukan pemadatan.Karena kalau tidak dilakukan
maka udara akan membentuk ruang kosong dalam beton.Ruang kosong itu sangat meru
gikan bagi kualitas beton, selain kekuatannya berkurang hasil cornya akan buruk
dan berongga. Langkah- langkah pemadatan beton adalah sebagia berikut :
53
1. Segera setelah pengecoran, dilakukan pemadatan dengan alat
penggetar (vibrator).
2. Alat penggetar harus dari jenis penggerak elektris atau atau tekanan (pneumat
ic), tipe imers, 7000 rpm untuk kepala penggetar kurang dari 180 mmm atau 6000 r
pm untuk kepala penggetar 180 mm atau lebih, semua dengan amplitude yang cukup d
an untuk menghasilkan pemadatan konsolidasi yang memadai.
3. Penggunaan penggetar harus sesuai dengan persyaratan ACI-304.
4. Peralatan dan suku cadang alat penggetar harus senantiasa dirawat dan disimpa
n/ diletakkan dekat dengan lokasi pengecoran.Keterlambatan akibat belum/ tidak d
isetujuinya penggunaan alat penggetar, metoda kerja yang diajukanKontraktor sepe
nuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Pada saat dilakukan pengecoran,vibrator ditempatkan secara vertikal ke dalam adu
kan beton untuk memadatkan beton, sehingga bagian-bagian yang sulit dijangkau ol
eh beton dapat diisi dengan padat dan tidak menyebabkan keropos.
g. Perawatan Beton (Curing)
Reaksi kimia yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton
tergantung pada pengadaan airnya.Meskipun pada keadaan normal, air yang tersedia
dalam jumlah yang memadai untuk hidrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya
jaminan bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjut
an reaksi kimia itu. Penguapan
54
dapat menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan
terjadinya proses hidrasi, dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan
(Murdock-brook , 1999).
Mempersingkat waktuc uring untuk mendapatkan kekuatan umur normal
beton 28 hari mempunyai beberapa keuntungan:
1. Pembangunan dapat dipercepat.
2. Penggunaan cetakan atau bekisting dapat digunakan secara berulang.
3. Dapat mengurangi gudang penyimpanan beton yang telah mengeras,
terutama pada produksi beton pracetak.
4.Mempercepat produksi beton dan mempercepat pengantaran ke
lapangan
Perawatan yang dilakukan untuk pelat dan balok dengan menyiram pemukaan pelat da
n balok dengan air pada saat terjadi penyinaran matahari yang terlalu tinggi. Se
dangkan, perawatan untuk kolom digunakan kawat ayam dengan me pada permukaan bet
on penggungan kuas roller.
55
Gambar 48. Curing pada pelat dan bal
Sedangkan perawatan yangtertulis pada SSNI 03 ± 2847 ± 2002 adalah
sebagai berikut :
a.Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10 °C dan
dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
b.Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 °C dan dalam kondisi l
embab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama.
c. Perawatan dipercepat
(1)Perawatan dengan uap bertekanantinggi, penguapan padatekanan
atmosfir, panas danlembab, atau proseslainnya yang dapat diterima, dapat dilakuk
an untuk mempercepat peningkatan kekuatan dan mengurangi waktu perawatan.
56
(2) Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton
pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama
dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.
(3) Proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan
mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang
dihasilkan oleh metode perawatan
d. Bila diperlukan oleh pengawas lapangan, maka dapat dilakukan penambahan uji k
uat tekan beton sesuai dengan ´Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tek
an rata-rata dari dua contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton yang sa
ma dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk pe
nentuanf ¶ c´ untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi pe
rsyaratan.

Anda mungkin juga menyukai