Bab 2
Bab 2
Pada dasarnya ragam hias yang ada pada Arsitektur Tradisional Bali diambil
dari bentuk-bentuk yang ada pada alam sekitar yang mengandung makna dan artinya
masing-masing sehingga tidak sembarang dapat meletakan hiasan tersebut pada
bangunan. Ragam hias pada Arsitektur Tradisional Bali menggambil dari bentuk flora
dan fauna.
2.3.1 Flora
A. Keketusan
B. Kekarangan
Menampilkan suatu bentuk hiasan dengan suatu karangan atau rancangan yang
berusaha mendekati bentuk-bentuk flora yang ada dengan penekanan pada bagian-
bagian keindahan. Berikut adalah beberapa jenis-jenis kekarangan yang ada:
1. Karang simbar
Suatu hiasan rancangan yang mendekati atau serupa dengan tumbuh-tumbuhan
lekar dengan daun terurai ke bawah yang namanya simbar manjangan. Karang simbar
dipakai untuk hiasan-hiasan sudut bebaturan di bagian atas pada pasangan batu atau
tatahan kertas pada bangunan pada bangunan bade wadah, bukur atau hiasan-hiasan
sementara lainnya.
2. Karang bunga
Suatu hiasan rancangan yang berbentuk bunga dengan kelopak dan seberkas
daun yang juga digunakan untuk hiasan sudut-sudut bebaturan atau hiasan penjolan
bidang - bidang.
3. Karang suring
Suatu hiasan yang menyerupai serumpun perdu dalam bentuk kubus yang
difungsikan untuk sendi alas tiang tugeh yang dalam bentuk lain dipakai bersayap
garuda. Karangan suring yang diukir dalam-dalam, memungkinkankan karena tiang
tugeh bebas beban. Bentuk-bentuk karangan yang lain mengambil bentuk-bentuk
binatang atau jenis fauna yang dikarang keindahannya.
C. Pepatraan
6. Patra Samblung
Pohon jalar dengan daun-daun lebar dipolakan dalam bentuk patern yang disebut
Patra Samblung. Ujung-ujung pohon jalar melengkung dengan kelopak daun dan
daun-daun dihias lengkung - lengkung harmonis.
Serupa dengan Patra Samblung ada patra Olanda, Patra Cina, Patra Bali masing-
masing dengan nama kemungkinan Negara asalnya. Ada pula patra Banci yang
bervariasi dari gabungan patra yang dirangkai dalam satu kesatuan serasi dengan
mewujudkan identitas baru.
2.3.2 Fauna
A. Kekarangan
Gambar 2.4 Contoh Kekarangan yang Mengambil Bentuk Fauna
Sumber: Google.com
B. Patung
Gambar 2.5 Contoh Patung Naga
Sumber: Google.com
Patung-patung dari jenis-jenis fauna yang dijadikan hiasan atau sebagai elemen
bangunan umumnya merupakan patung - patung expresionis yang dilengkapi dengan
elemen-elemen hiasan dari jenis-jenis pepateraan. Patung-patung dari jenis raksasa
untuk elemen-elemen hiasan yang seakan yang seakan berfungsi untuk menertibkan.
Patung-patung modern ada pula yang kembali ke bentuk-bentuk primitip untuk
elemen penghias atau taman atau ruang. Penempatannya pada bangunan sebagai sendi
alas tiang tugeh yang menyangga konstruksi puncak atap. Sesungguhnya tiang tugeh
bebas beban sehingga memungkinkan ukiran patung Garuda sebagai alas
penyenggahnya. Untuk fungsinya sebagai penyanggah tiang tugeh bahannya dari
kayu yang diselesaikan
1. Patung Singa
Wujudnya singa bersayap yang juga disebut Singa Ambara Raja. Dalam keadaan
sebenarnya tidak bersayap. Patung Singa bersayap untuk keagungan keadaan
sebenarnya tidak bersayap. Patung singa difungsikan juga untuk sendi alas tugeh
seperti patung Garuda. Bahannya dari kayu jenis kuat, keras dan awet. Patung singa
digunakan pula untuk sendi alas tiang pada tiang-tiang struktur atau tiang-tiang jajar
dengan bahan dari batu padas keras, atau batu karang laut yang putih masif dan keras.
Patung-patung singa bersayap ada pula yangdisakralkan untuk Pratima sebagai
simbol-simbol pemujaan.
2. Patung Naga
Perwujudan Ular Naga dengan mahkota kebesaran hiasan gelung kepala,
bebadong leher anting-anting telingan rambut terurai, rahang terbuka taring gigi
runcing lidah api bercabang. Patung Naga sikap tegak bertumpu pada dada, ekor
menjulang ke atas gelang dan permata di ujung ekor. Patung naga sebagai penghias
bangunan ditempatkan sebagai pengapit tangga menghadap ke depan lekuk-lekuk
ekor mengikuti tingkat-tingkat tangga ke arah atas. Pemakaian patung Naga. Dalam
fungsinya sebagai hiasan dan stabilitas losofis, Patung Naga yang membelit
Bedawang kura-kura raksasa ditempatkan pada dasar Padmasana. Naga juga sebagai
dasar Meru seperti tumpang 11 di Pura Kehen Bangli. Untuk bale wadah pada
upacara Ngaben bagi satria tinggi juga memakai Bedawang Naga sebagai dasar Bade
wadah yang disebut Naga Badha. Untuk fungsi ritual Patung Naga bersayap juga
digunakan untuk pratima sebagai simbol pemujaan yang disakralkan.
3. Patung Kura-Kura
Perwujudan melukiskan Kura-kura raksasa yang disebut Bedawang, sebagai
simbol kehidupan dinamis yang abadi. Keempat kakinya berjari lima kuku runcing
menerkam tanah. Kepalanya berambut api hidung mancung, gigi kokoh datar
bertaring runcing mata bulat. Wajah angker memandang ke arah atas depan
berpandangan dengan Naga yang membelitnya. Kepala Naga di atas kepala bedawang
dalam posisi berpandangan galak dinamis. Pemakaian Bedawang tidak berdiri sendiri,
selalu merupakan kesatuan berbelit dengan Naga atau Bedawang Naga sebagai
pijakan Garuda yang dikendarai awataran Wisnu. Garuda dan Bedawang merupakan
kesatuan dalam mitologi yang membawakan filosofi kehidupan ritual.
4. Patung Kera
Perwujudannya merupakan kera-kera yang diekspresikan dilukiskan dalam
ceritera ramayana. Patung - patung anoman (gb. 207/atas), Subali, Sugriwa
merupakan patung-patung kera yang banyak dipakai hiasan sebagai bagian dari
bangunan seperti pemegang alas tiang jajar bangunan pelinggih. Untuk hiasan
terlepas pada bangunan juga banyak digunakan patung kera dalam bentuk realis
dengan bahan kayu atau sabut kelapa untuk dibuat benda - benda souvenir