Anda di halaman 1dari 60

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diantara gangguan pada darah, anemia merupakan kejadian yang

paling banyak, terutama terjadi pada negara-negara berkembang dan negara

miskin, hal ini sangat berkaitan dengan tingkat komsumsi gizi

masyarakatnya. Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah

merah (eritrosit) dalam sirkulasi d arah atau massa hemoglobin sehingga

tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawah oksigen keseluruh

jaringan. Anemia secara laboratorik yaitu keadaan apabila terjadi penurunan

di bawah normal kadar hemoglobin,hitung eritrosit dan hemotokrit

(packedredcell). Anemia pada ibu hamil disebabkan dimana asupan gizi

sangat kurang, juga dapat disebabkan karena ketimpangan gender dan

adanya ketidaktahuan tentang pola makanan yang benar. (Tarwoto dan

Wasnidar, 2013).

Menurut Word Health Education (WHO) anemia merupakan suatu

kedaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Untuk laki-laki hb

< 13 g/dl untuk wanita dewasa 12 g/dl dan ibu hamil 11 g/dl. Kejadian

anemia hamil berkisar antara 20%-89%. Angka anemia kehamilan di

indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Pada trimester pertama

angka anemia sebesar 3,8% dan pada trimester kedua 13,6% dan pada

1
trimester ketiga menunjukan 24,8% dan untuk anemia kurang gizi sebesar

70% ibu hamil di indonesia..

Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 dilakukan badan badan

penelitian 33 provinsi dan 497 kabupaten atau kota. Terkait dengan

kesehatan ibu hamil hasil Riskesdes 2013 menunjukkan cakupan pelayanan

kesehata ibu hamil semakin meningkat hal ini memeperlihatkan semakin

baiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil

terkhususnya yang menderita anemia pada masa kehamilan, cakupan

pelayanan pada ibu hamil yang menderita anemia menurun dari 95,7% pada

tahun 2010 menjadi 90,2% pada tahun 2013 trimester pertama kehamilan

begitu pula pada kehamilan selanjutnya yaitu dari 83,3% pada tahun 2010

menjadi 75,3% pada tahun 2013 (Profil Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 2012

prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5-71,2% dan

pada tahun 2013 meningkat menjadi 76,17%. Data yang mengalami anemia

sebanyak 2.220 orang dengan klasifikasi sebagai berikut : anemia ringan

1.755 orang ( 79,1%) anemia sedang 367 oarang (16,5%), anemia berat 98

orang (4,4%) (Profil kesehatan sul-sel 2014)

Berdasarkan data awal yang di dapatkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Pertiwi Makassar pada pasien ibu hamil pada tahun 2013 adalah 368 orang

untuk ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 38,2% dan yang tidak

mengalami anemia sebesar 23,1 %. Pada tahun 2014 adalah 354 orang dan

2
yang mengalami anemia sebesar 42,5% dan yang tidak mengalami anemia

sebsar 34,2%. Pada tahun 2015 adalah 489 orang dan yang mengalami

anemia sebanyak 54,3% dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 32,5%.

Dan pada tahun 2016 ibu yang mengalami anemia adalah 103 dan yang

tidak mengalami anemia sebanyak 56 orang, maka data yang di peroleh dari

tiga tahun adalah 1370 orang , jumlah pasien yang menderita anemia pada

ibu hamil paling banyak terjadi pada tahun 2015 dengan jumlah 489 orang

(Laporan Tahunan RSIA Pertiwi Makassar, 2014-2016).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diperoleh

peneliti adalah “Faktor mempengaruhi Pengetahuan Gizi Ibu Hamil

Terhadap Anemia di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada faktor yang mempengaruhi pengetahuan

gizi ibu hamil terhadap kejadian anemia di Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Pertiwi Makassar

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu hamil di Rumah

Sakit Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar.

b. Untuk mengetahui kejadian anemia di Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Pertiwi Makassar.

3
D. Manfaat penelitian

1. Mafaat ilmiah

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi

keperawatan, seni pemecahan masalah, pengembangan institusi,

profesi keperawatan, dan kesehatan pasien.

2. Bagi institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber

informasi bagi penelitian secara rutin dan berkala bagi perawat tentang

asuhan keperawatan

3. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan,

wawasan, serta cakrawala berpikir dalam mengembangkan bakat dan

potensi yang dimilikinya dalam memahami faktor yang mempengaruhi

terjadinya anemia pada ibu hamil di RSIA Pertiwi Makassar.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Anemia

1. Pengetian

Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan

kadar hemoglobin kurang dari 11gr/dl selama masa kehamilan pada

trimester pertama dan ke-tiga dan kurang dari 10 gr/dl selama masa

post partum dan trimester kedua darah akan bertambah banyak dalam

kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan

tetapi bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.

Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah

18% dan Haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan

sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.

Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan danmpak yang

membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat

meningkatkan resiko terjadinya perdarahan post partum. Bila anemia

terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya

persalinan prematur (Proverawati Atika dan Siti Asfuah, 2011)

5
a. Kriteria Anemia

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia,

jenis kelamin dan tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO

adalah laki-laki hemoglobin < 13g/dl, wanita dewasa tidak

hamil hemoglobin < 12/dl, wanita hamil hemoglobin < 11g/dl,

anak umur 6-14 tahun hemoglobin < 12g/dl, anak umur 6 bulan-

6 tahun hemoglobin < 11g/dl. Secara klinis kriteria anemia di

indonesia umumnya adalah :

1) Hemoglobin < 10 g/dl

2) Hemotokrit < 30 %

3) Eritrosit < 2.8 juta /mm3

b. Derajat Anemia

Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO :

1) Ringan sekali : Hb 10 g/dl - Batas normal

2) Ringan : Hb 8 g/dl - 9.9 g/dl

3) Sedang : Hb 6 g/dl - 7.9 g/dl

4) Berat : Hb < 6 g/dl

c. Departemen kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai

berikut

1) Ringan sekali : Hb 11g/dl

2) Normal :hb 12g/dl-13g/dl

3) Ringan : Hb 8 g/dl-<11 g/dl

6
4) Sedang : Hb 5 g/dl -<8 g/dl

5) Berat : Hb < 5 g/dl

2. Etiologi

Anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada

wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita

usia reproduktif dapat menjadi penyulit dalam kehamilan

penyebabnya antara lain :

a. Makanan yang kurang bergizi

b. Gangguan pencernaan dan malabsorpsi

c. Kurangnya zat besi dalam makanan (kurang zat besi dalam diit)

d. Kebutuhan zat besi yang meningkat

e. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan

lain-lain

f. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus,

malaria dan lain-lain

Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia

adalah status gizi buruk dengan devisiensi multi vitamin, dimana

hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk

di Indonesia. (Proverawati Atika dan Siti Asfuah, 2011)

3. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya dapat di

kelompokan menjadi tiga kategori yaitu:

7
a. Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat

perdarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan,

perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan

hidung, perdarahan akibat operasi.

b. Anemia karena menurunya produksi sel darah merah, dapat

disebabkan karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah

(asam folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan fungsi sum-

sum tulang (adanya tumor, pengobatan, toksin) tidak

adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropoitin.

c. Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah

merah, dapat terjadi karena overaktifnya Reticu loendothelial

system (RES).

Meningkatnya destruksi sel darah merah dan tidak adekuatnya

produksi sel darah merah biasanya karena faktor-faktor :

1) Kemampuan respon sum-sum tulang terhadap penurunan sel

darah merah kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit

dalam sirkulasi darah.

2) Meningkatnya sel sel darah merah yang masih muda dalam

sum-sum tulang dibandingkan yang mature/matang.

3) Ada atau tidaknya hasil destruksi sel darah merah dalam

sirkulasi (seperti meningkatnya kadar bilirubin).

8
4. Tanda dan Gejala Anemia

Tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah keluhan

lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas

normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalam mal nutrisi,

cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah

luka, nafsu makan menurun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas

pendek( pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat

pada hamil muda. (Proverawati Atika dan Siti Asfuah, 2011)

5. Akibat Anemia Dalam Kehamilan

Akibat yang akan terjadi pada anemia dalam kehamilan adalah

a. Hamil muda (trimester pertama) : abortus, missed abortus,dan

kelainan congenital.

b. Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum,

gangaguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphixia intra

uterin sampai kematian, berat badan lahir rendah (BBLR),

gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah, dekompensasio

kordis kematian ibu.

c. Saat inpartu : gangguan hisprimer dan sekunder janin

lahirdengan anemia, persalinan dengan tindakan tinggi, ibu

cepat lelah, gannguan perjalanan persalinan perlu tindakan

operative.

9
Pasca partus : ormon uteri menyebabkan perdarahan, retensio

hormone (plasenta adesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta

perkreta), perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris, peurperalis,

gangguan infolusi uteri, kematian ibu tinggi (perdarahan, infeksi

peurperalis, gestosis). (Proverawati Atika dan Siti Asfuah, 2011)

6. Pencegahan Anemia Kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah

terjadinya anemia jika sedang hamil atau mencoba menjadi hamil.

Makanan makana yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran

berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) dapat

membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang di

perlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk

memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat.

Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari.

Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat di obati

dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil

dicek pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan

anemia (Proverawati Atika, 2011)

10
B. Tinjauan umum tentang pengetahuan Gizi Ibu Hamil

3. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(notoatmojo, 2003) dalam buku wawan dan dewi, 2011).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent

behavior). Daripengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang

disadari oleh pengetahuan yang cukup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : (notoadmodjo, 2003,

dalam buku wawan dan dewi, 2011).

1) Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya, termasu ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

11
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui

dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakann materi yang telah dipelajari pada situasi

ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hikum – hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

12
4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menanyakan

materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen

tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan

bagian – bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemmpuan untuk

menyusun formulasi baru dan formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu

criteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria

– kriteria yang telah ada (wawan dan dewi, 2011).

b. Cara Memporoleh Pengetahuan

Cara memporoleh pengetahuan yang dikutip dari

Notoadmojo,2003:11 adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno memporoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (trial and error)

13
Cara ini telah di pakai orang sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara

coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinana dalam memecahkan masalah dan

apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.

Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,

ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai

prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenaranya baik berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai

upaya memporoleh pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi masalalu.

14
2) Cara moderen dalam memporoleh penegetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

populer atau disebut metodologi penelitian. Cara ini

mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-

1626, kemudian dikembangkan oleh Deobold Van daven.

Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian

yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhaap perkembangan orang lain menuju

kearah cita – cita tertentu yang menentukan manusia

untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi misalnya hal – hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YP Mantra yang dikutip oleh

notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang terdalam msuk juga perilaku seseoang akan

pola hidup terutama memotivasi untuk sikap berperan

serta dalam pembangunan ebih banyak (Nursalam,

15
2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang maka makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama kekuatan untuk menunjang kehidupan dan

kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukan sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara cari

nafkah yang membosankan, tetapi lebih banyak

tantangan. Sedangkan pekerjaan umum merupakan

bagian yang menyita waktu. Pekerjaan bagi ibu – ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup

umur, tingkat kematian dan kekuatan akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang akan lebih dewasa

dipercaya dari seseorang yang belum tinggi

16
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman

dan kematangan jiwa (Wawan dan Dewi, 2011).

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan nerupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruh yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok (Wawan dan Dewi, 2011).

b) Faktor sosial

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

memengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

(Wawan dan Dewi, 2011).

2. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internsional,

kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

17
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana

trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke – 13 hingga ke – 27), dan trimester ketiga

13 (minggu ke – 28 hingga ke – 40) (Sarwono P, 2012).

b. Tanda bahaya kehamilan

Tanda bahaya kehamilan menurut Jannah Nurul, 2012) yaitu:

1) Perdarahan pervagina

2) Sakit kepela yang berkepanjangan

3) Nyeri perut yang hebat

4) Mual muntah berlebihan

5) Demam tinggi

6) Oedema

7) Kejang

8) Pergerakan janin tidak terasa

9) Penglihatan kabur

10) KPD (Ketuban Pecah Dini)

3. Gizi

a. Pengertian gizi

1) Gizi kata ini sering di ucapkan oleh tenaga kesehatan (dokter

maupun kebidanan) kepada pasien atau orang umum dalam

berbagai kesempatan. Secara etimologi.

18
2) Gizi adalah elemen yang terdapat di dalam makanan serta

dapat di manfaatkan secara langsung oleh tubuh, seperti

halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

3) Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik makro

dan mikro) yang di butuhkan seorang ibu yang sedang hamil

pada trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga

dan harus cukup jumlah dan mutunya dan harus dipenuhi dari

kebutuhan makan sehari-hari sehingga janin yang

dikandungnya dapat tumbuh dengan baik serta tidak

mengalami gangguan dan masalah (Rizema sitiatava putra,

2013)

b. Status gizi ibu hamil

Status gizi merupakan hal yang paling penting diperhatikan

pada masa kehamilan, karna faktor gizi sangat berpengaruh

terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna

pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi

ibu hamil dan kesjahteraan janin merupakan hal yang paling

penting untuk diperhatikan. Keterbatasan gizi selama hamil

sering berhubungan denagan faktor ekonomi, pendidikan, sosial

atau keadaan lain yang meningkatakan kebutuhan gizi ibu seperti

ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu termaksud pula

persiapan fisik persalinan.

19
1) Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

2) Pengaruh gizi terhadap kehamilan sangat penting, berat

badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur

kehamilan dalam (Romauli suryati, 2011).

c. Prinsip gizi ibu hamil

Ketika proses kehamilan berlangsung, akan terjadi

perubahan fisik dan mental yang bersifat alami. Pada trimester

pertama, pertumbuhan janin masih lambat, sehingga kebutuhan

gizi untuk pertumbuhan janin belum begitu besar karena adanya

perubahan pada sistem ormonal tubuh, sering kali muncul

masalah ngidam dan muntah, sehingga kebutuhan gizi perlu

diperhatikan. Pada trimester kedua dan ketiga pertumbuhan janin

berlangsung lebih cepat dari trimester sebelumnya sehingga

perlu diperhatikan kebutuhan gizi pula. Selama mengandung ibu

hamil memerlukan energi sekitar 2700 kkal atau 100 kkal/hari.

Kebutuhan protein tergantung pada kecepatan pertumbuhan

janinnya, sekitar 6-10gr/hari. Sedangkan kebutuhan akan vitamin

dan mineral tidak melebihi 100% kecuali untuk Fe. Makanan

yang harus dihindari oleh ibu hamil adalah makanan yan

mengandung pewarna dan pengawet, penyedap masakan dan

inuman alkohol serta kavein oleh karena dapat berpengaruh

20
terhdap janin yang dikandungnya (Proverawati atika dan Erna

wati kusuma, 2011)

d. Gizi seimbang bagi ibu hamil

Agar proses kehamilan berjalan normal maka ibu hamil

harus menjaga kesehatanya dengan memperhatikan pola makan

gaya hidup dan aktifitas fisiknya. Gizi yang baik dibutuhkan oleh

ibu hamil untuk mendukung proses pertumbuhan organ

pendukung proses kehamilan, proses metabolisme zat gizi dan

mendukung kondisi fetus dana meonatus. Ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi akan berakibat pada janin yang

dikandungnya juga akan mengalami kekurangan gizi, bayi yang

dilahirkan berat badannya rendah atau prematur, perdarahan post

partum, produksi ASI berkurang bahkan berakhir dengan

kematian serta gangguan kekuatan rahim (Proverawati atika dan

Erna wati kusuma, 2011)

e. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kebutuhan zat gizi ibu hamil secara garis besar sebagai berikut:

1) Asam folat

Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada

masa per dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan

otak, kelainan neural, spina bifida dan anencepalus, baik

pada ibu ibu hamil yang normal maupun beresiko. Asam

21
folat juga berguna untuk membantu produksi sel darah

merah, sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta.

Minimal pemberian suplemen asam folat dimulai dari dua

bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga tiga bulan

pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk

preventif adalah 500 mikrogram atau 0,5 – 0,8 mg,

sedangkan untuk kelompok dengan factor resiko adalah

4mg/hari.

2) Energy

Kebutuhan energy ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses

tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

3) Protein

Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu

dibutuhkan protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir

kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari

untuk ibu hamil.

4) Zat besi (Fe)

Pemeberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi rutin

adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah

merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet besi

mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90

tablet selama hamil. Dasar pemberian zat besi adalah adanya

22
perubahan volume darah atau hydranemia (peningkatan sel

darah merah 20 – 30% sedangkan peningkatan plasma darah

50%). Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama the atau

kopi karena mengandung tannin atau pitat yang menghambat

penyerapan zat besi.

5) Kalsium

Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan

kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.

6) Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok

beresiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara musim dingin

yang panjang.

7) Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme.

8) Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc,

magnesium, dan minyak ikan selama hamil (Pantiawati Ika

dan Saryono, 2012).

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil adalah

sebagai berikut :

1) Status Ekonomi dan Sosial

2) Kebiasaan dan Pandangan Wanita terhadap Makanan

3) Usia

23
4) Pendidikan

5) Status Kesehatan

6) Aktivitas/Pekerjaan

7) Pendapatan

8) Pengetahuan Tentang Gizi

9) Berat Badan

g. Cara menilai status gizi ibu hamil

Status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan cara

memeriksakan keadaan ibu hamil, untuk pemantauan status gizi

pada ibu hamil, dilakukan dengan pemeriksaan Ante Natal Care

(ANC) rutin pada ibu hamil, dengan menimbang berat badan,

lingkar tangan lengan atas, serta memeriksa kadar hemoglobin

(Hb). Untuk menentukan apakah kebutuhan zat gizi ibu hamil

terpenuhi gizinya atau tidak dilakukan pengukuran lingkar

lengan atas dengan nilai normal 23,5 cm. (Mitayani & Sartika

Wiwi, 2011)

h. Macam-macam Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu :

1. Secara klinis

Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai

langka pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk.

Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran

24
masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral.

2. Secara biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan

specimen yang diuji secara labiratoris yang dilakukan pada

barbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain : darah , urin, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seprti hati dan otot. Salah satu ukuran yang

sangat sederhanadan sering digunakan adalah pemeriksaan

hemoglobin sebagai indeks dari anemia.

3. Secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik

dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi.

Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah,

tegangang otot dan bagian tubuh lainnya.

4. Secara antropometri

Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur

dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat

25
keitdakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa,

2011).

Adapun pengukuran antropometri dapat dilihat dengan cara

berikut:

a. Lila

Lila adalah lingkar lengan atas pada bagian trisep. Lila

digunakan untuk perkiraan tebal lemak-bawah-kulit.

Lila adalah cara untuk mengetahui gizi kurang pada

wanita usia subur 15-45 tahun yang terdiri dari remaja,

ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur

(PUSH). Pengukuran lila tidak dapat digunakan untuk

memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Penugukuran lila cukup representatif, dimana ukuran

lila ibu hamil diikuti pula dengan semakin tinggi IMT

ibu, penggunaan lila telah telah diguanakan dibanyak

negara sedang berkembang termasuk indonesia

(Properawati Atika & Kusuma Wati Erna, 2011)

Cara mengukur lila

Adapun cara mengukur lila yaitu :

1) Lengan kiri diistirahatkan dengan telapak tangan

menghadap kepala (sikap tegap).

26
2) Cara pertengahan lengan atas dengan

memposisikan siku membentuk sudut 90°.

Kemudian ujung skala cliper (pita ukur) yang

dituliskan angka 0 diletakkan ditulang yang

menonjol dibagian bahu atau acrominion dan

ujung lain pada siku menonjol olecranon.

3) Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol,

lengan kemudian di luruskan dengan posisi

telapak tangan menghadap ke paha.

4) Cliper di lingkaran (tidak dilingkaran terlalu erat

dan tidak longgar) pada bagian tengah dan bagian

trisep lengan dengan memasukkan ujung pita ke

dalam ujung yang lain;angka yang tertera pada

caliper (beberpa pita ukuran bertanda panah)

menunjukkan ukuran lila. (Powerawati Atika &

Kusuma Wati Erna,2011)

b. Cara pengukuran IMT (Indeks massa tubuh)

IMT merupakan indikator sederhana dari kolerasi

antara tinggi dan berat badan. Penambahan berat

badan ibu hamil dapat ditentukan berdasarkan status

gizi ibu sebelum hamil. Status gizi dapat ditentukan

dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Nilai

27
IMT ini mencerminkan lemak tubuh secara

keseluruhan (total body fat).

Rumus menghitung IMT secara manual adalah :

Berat Badan(kg)
IMT= ²¿
Tinggi Badan( cm)/100 ¿

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu

Hamil

1. Pendidikan

a. Pengertian

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan

menurut UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan atau latihan bagi peran di masa yang akan datang

dalam BAB UU tersebut menyebutkan tentang jalur, jenjang dan

jenis pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

28
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dasar merupakan

jenjang pendidikan yang melandasi menengah.

b. Tingkat Pendidikan

Ditinjau dari sudut tingkatan, jalur pendidikan sekolah dibagi

menjadi:

1) Pendidikan Dasar

Berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah, Ibtida’ iyyah

(MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawijayah (MTS)

atau berbentuk lain yang sederajat.

2) Pendidikan Menengah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

menengah merupakan lanjutan pendidikan-pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah

umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan

menengah berbentuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

dan Madrasa Aliyah Keagamaan (MAK) atau bentuk lain

yang sederajat.

3) Pendidikan Tinggi

29
Berdasarkan Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan tinggi merupakan

jenjang, setelah jenjang pendidikan menengah yang

mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doctor yang diselenggararkan oleh perguruan

tinggi. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi,

politeknik, sekolah tinggi, institusi atau universitas.

Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupanya untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang di milikinya,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

diperkenalkannya (Priyoto, 2014).

c. Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia

Sasaran pendidikan kesehatan adalah klien keluarga/ ibu

hamil dengan anemia baik yang dirawat di Rumah Sakit atau di

pelayanan kesehatan lainnya. Masalah umum pada ibu hamil

30
dengan anemia karena tingkat pendidikan yang rendah

mengakibatkan adanya ketidaktahuan, ketidakmauan dan

ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kesehatannya.

Keberhasilan dalam melakukan pendidikan kesehatan sangat

bergantung pada :

1) Kesiapan dan kecakapan pemberi pendidikan kesehatan

dalam memberikan materi.

2) Kesiapan psikologis pemberi pendidikan kesehatan misalnya

rasa percaya diri dan menganggap dirinya lebih dulu tahu

dari klien sehingga tingkat kecemasan dapat ditekan.

3) Gaya bicara. Penekanan hal-hal yang penting, bicara tidak

terlalu cepat atau lambat.

4) Bahasa lebih sederhana dan bersifat umum, hindari istilah-

istilah asing dan yang sulit dimengerti.

5) Penguasaan materi.

Syangnya pemberi materi secara menyeluruh menguasai

materi yang diberikan sehingga setiap pertanyaan klien dapat

dijawab secara memuaskan.

6) Keadaan pasien.

31
Identifikasi keadaan pasien sangat penting, misalnya dalam

keadaan nyeri, sesak napas, perhatikan apakah perhatian atau

penerimaan pasien dapat secara optimal.Klien yang dapat

dilakukan pendidikan kesehatan adalah bagi mereka yang

tingkat kesadarannya baik dan kooperatif.

7) Keadaan emosional pasien atau peserta.

Sedapat mungkin pemberian pendidikan kesehatan dilakukan

pada klien dengan tingkat emosional yang stabil, lebih

tenang dan pasien siap menerima pendidikan kesehatan.

8) Seting tempat.

Lingkungan yang ideal untuk melakukan pendidikan

kesehatan berada dalam ruangan khusus sehingga tidak

terganggu oleh aktovitas petugas kesehatan. Lingkungan

yang bising akan mengganggu konsentrasi klien atau

keluarga.

9) Penerangan dan fasilitas pendidikan kesehatan yang

memadai.

Media pembelajaran yang tersedia dan menarik akan sangat

mendukung dala pendidikan kesehatan. Peran media sangat

32
penting dalam pendidikan kesehatan karena dapat sebagai

sarana mempercepat tujuan yang akan disampaikan. Keadaan

ruangan yang terang memungkinkan media dapat terlihat

dengan jelas.

2. Pekerjaan

a. Pengertian

Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah

kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit,

istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang

menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang

bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan

dianggap sama dengan profesi.

Pekerjaan dan gerakan seseorang berbeda-beda.

Seorang dengan gerak yang aktif otomatis memerlukan energi

yang lebih besar daripada mereka yang hanya duduk diam saja.

Setiap pekerjaan memerlukan energi, maka apabila semakin

banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga

semakin banyak. Menurut analisis profesional bahwa maksud

pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil bukan hanya pekerjaan ke

luar rumah atau instuisi tertentu, tetapi juga pekerjaan atau

aktivitas sebagai ibu rumah tangga di dalam rumah termasuk

pekerjaan sehari-hari di rumah mengasuh anak. Sering ada

33
rekomendasi untuk mengurangi aktivitas pada ibu hamil dengan

riwayat melahirkan BBLR, namun hal ini terbukti efektif. Tidak

ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan dimana ibu hamil

sama sekali tidak boleh melakukan aktivitas pekerjaan rumah

ataupun bekerja diluar rumah, yang penting diperhatikan adalah

keseimbangan dan toleran dalam pekerjaan. Karena pada

kenyataannya pekerjaan selain berhubungan dengan

pemeliharaan kesehatan juga berhubungan dengan penghasilan

keluarga dan kesejahteraan.

Aktivitas yang berisiko bagi ibu hamil adalah:

1. Aktivitas yang meningkatkan stres


2. Berdiri lama sepanjang hari
3. Mengangkat sesuatu yang berat
4. Paparan terhadap suhu atau kelembapan yang ekstrim tinggi
atau rendah
5. Pekerjaan dengan paparan radiasi.

34
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Dasar Pemikiran Variable Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu, misalnya umur, pendidikan,pekerjaan,

perkawinan, jenis kelamin, penyakit dan sebagainya, selanjutnya konsep

ini dapat diubah menjadi variable dengan cara memusatkan pada aspek

35
tertentu. Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu varibel independen

pengetahuan gizi ibu hamil dan dependen ibu hamil.

B. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini

juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam

mempengaruhi variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti

preditor, resiko, atau kuasa. Variabel independen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu dan gizi ibu hamil dan

pendidikan (A.Aziz, 2014).

b. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat variabel bebas terhadap buatan. Variabel ini bergantung pada

variabel terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel

efek, hasil, outcome, atau event. Variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah anemia (A.Aziz, 2014).

C. Hubungan Antar Variable

Independen dependen

Pengetahuan Gizi Ibu


Hamil
36
Kejadian
Anemia
Pendidikan

Pekerjaan

Keterangan :

: variabel independen

: variable depemden

: penghubung variabel

D. Definisi Oprasional Dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan Gizi Ibu Hamil

Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik makro dan

mikro) yang di butuhkan seorang ibu yang sedang hamil pada trimester

pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga dan harus cukup jumlah

dan mutunya dan harus dipenuhi dari kebutuhan makan sehari-hari

sehingga janin yang dikandungnya dapat tumbuh dengan baik serta

tidak mengalami gangguan dan masalah.

= (skor tertinggi x jmlah pertanyaan) + (skor terendah x jmlah pertanyaan)

37
2

= (2x14) + (1x14)
2
= 28+14
2
=21

Kriteria Objektif

Baik : Bila total skor jawaban responden ≥ 21

Kurang : Bila total skor jawaban responden < 21

2. Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud peniliti adalah pendidikan terakhir ibu

hamil yang mengalami anemia.

Kriteria Objektif :

Tinggi : Bila pendidikan terakhir ibu ≥ SLTA

Rendah : Bila pendidikan ibu ˂ SLTA

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang ibu lakukan baik didalam maupun

diluar rumah untuk menanbah pendapatan keluarga. Adapun kriteria

objektifnya pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah :

Bekerja : pegawai, wiraswasta, petani

38
Tidak bekerja : IRT

4. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah

merah (eritrosit) dan / atau jumlah haemoglobin yang ditemukan dalam

sel – sel darah merah menurun dibawah normal.

kriteria objektif

Ringan : Jika Hb 11 gr%

Sedang : Jika Hb 7-10 gr%

Penelitian ini mengguanakan skala gutman merupakan skala yang

bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas

seperti jawaban dan pertanyaan / pertanyaan ya dan tidak (Alimul

A,2014).

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara, mungkin

benar mungkin salah. Meskipun hipotesis adalah suatu dugaan, namun

hipotesis tidaklah asal membuat dugaan tersebut berdasarkan atas teori-

teori yang terdapat di dalam berbagai buku atau hasil-hasil penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan. (machfoedz ircham, 2014)

1. Hipotesis alternativ (Ha)

39
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi

terhadap anemia di RSIA Pertiwi Makassar.

2. Hipootesis nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi

terhadap anemia di RSIA Pertiwi Makassar.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitik yang artinya survey atau penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Penedekatan

40
waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dimana

penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan ( sekali waktu) antara variabel independen dan variabel

depende (Agus Riyanto, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah RSIA Pertiwi

Makassar

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada saat proposal penelitian ini

selesai diseminarkan, yaitu pada bulan April sampai dengan Mei 2016

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan kareteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (putri

ayu, 2014). populasi dalam penelitian ini adalah semua jumlah ibu

hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di bulan Januari –

Maret 2016 adalah 113 orang. Rata-rata perbulannya yaitu 37 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi pengambilan sampel (putri ayu,2014).

41
Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan.jenis

a. accidental sampling adalah teknik penentuan berdasarkan

kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila di pandang orang

tersebut cocok sebagai sumber data. Besar sampel dalam

penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus slovin

n= N

1+N(d)2

b. Sampling jenuh adalah dengan mengambil semua anggota

populasi menjadi sampel. Cara ini diilakukan jika populasinya

kecil, sepeerti bila sampelnya kurang dari tiga puluh maka

anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan

sampel penelitian.

D. Kriteria inklusi dan ekslusi

1. Kriteria inklusi

a. Ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di RSIA Pertiwi

Makassar

b. Ibu hamil yang bisa membaca dan menulis di RSIA Pertiwi

Makassar

42
c. Ibu hamil yang bisa diajak untuk berkemunikasi. Di RSIA Pertiwi

Makassar.

2. Kriteria ekslusi

a. Ibu hamil yang mempunyai komplikasi lain di RSIA pertiwi

makassar.

b. Ibu hamil dengan usia kandungan dibawah umur 3 bulan di

RSIA pertiwi makassar.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Pada pengamat dan pengukuran obsevasi, harus diperhatikan

beberapa hal yang secara prinsip sangat penting, yaitu validitas,

reabilitas, dan ketepatan fakta/kenyataan hidup (data) yang

dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun

kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada

pengamatan/pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam,2016).

2. Jenis Data

a. Data primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan

alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada subjek

sebagai sumber informasi yang dicari. Kelebihan data primer

43
adalah akurasinya lebih tinggi. Sedangkan kelemahannya berupa

ketidakefesienan, untuk memperolehnya memerlukan sumber

daya yang lebih besar (Saryono,2011).

b. Data sekunder

Disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data

yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh

peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono,2011)

c. Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh dan

mendapatkan data dilakukan dengan pendekatan interview

berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya serta

melakukan observasi langsung terhadap pasangan kehamilan

diusia muda

F. Langkah Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Setelah data dari tiap responden terkumpul, maka data akan

diolah secara komputerisasi menggunakan program SPSS. Adapun

tahap-tahap dalam pengumpulan data antara lain sebagai berikut :

a. Editing

44
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau di kumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Aziz

Alimul,2014).

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis

data mengunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode

dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book)

untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode

dari suatu variabel (Azizi Alimul,2014).

c. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel dan database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa jga

dengan membuat tabel kontigensi (Aziz Alimul,2014).

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data

penelitian akan mengunakan ilmu statistik terapan yang

disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianlisis. Apabila

penelitiannya dekskriptif, maka akan mengunakan statistik

45
deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan mengunakan statistik

inferensial. Statistika deskriptif (mengambarkan) adalah

statistika yang membahas cara-cara meringkas, dan

mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar muda dimengerti

dan lebih mempunyai makna. Statistika inferensial (menarik

kesimpulan) adalah statistika yang di gunakan untuk

menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik

(sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan

inferensial (Aziz Alimul,2014).

G. Etika penelitian

Sebelum penelitian yang akan dilaksanakan di ajukan ke komisi etik

Stikes Nani Hasanuddin Makassar untuk memperoleh rekomendasi,

setelah itu mendapat persetujuan kemudian melakukan penelitian.

1. Lembar persetujuan (informend concent)

Lembar persetujuan antara peneliti dengan responden (informed

concent) tersebeut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

2. Tanpa nama (anatomy)

46
Menjelaskan alat ukur dengan tidak mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasian informasi responden dijamin peneliti, dan hanya kelompok

data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, terletak di Jl. Jend.

Sudirman No. 14 Sawerigading Kota Makassar Propvinsi Sulawesi Selatan.

47
Pengambilan data ini dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi

Makassar dari tanggal 22 Juni 2016 sampai dengan tanggal 22 Juli 2016.

Besarnya sampel sebanyak 37 sampel. Pengambilan sampel menggunakan

metode purposive sampling dengan mengambil sampel dari data Rumah sakit Ibu

dan Anak Pertiwi Makassar. Setelah mengetahui jumlah responden yang akan

diteliti maka peneliti mendatangi Rumah sakit dan membagikan daftar kuesioner

dan dijelaskan cara untuk menjawabnya.

Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan

kemudian data diolah, maka berikut ini peneliti akan menyajikan analisa data

univariat terhadap setiap variabel dengan menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentasi serta analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh dari variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-

Square dengan menggunakan komputerisasi pada program SPSS for windows

Versi 16.

1. Karakteristik responden

Pengertian frekuensi adalah angka atau bilangan yang menunjukkan seberapa

kali suatu variable yang di lambangkan dengan angka berulang dalam deretan

angka tersebut.

a. Umur

Tabel 5.1

48
Distribusi frekuensi responden menurut umur responden di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar

Umur Frekuensi (n) Presentase (%)


18-24 tahun 6 16,2
25-31 tahun 13 35,1
32-38 tahun 18 48,6
Total 37 100,0
Sumber Data Primer Juni 2016

Bedasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 37 responden, ibu

hamil dengan umur 18-24 sebanyak 6 responden (16,2%), umur 25-31

sebanyak 13 responden (35,1%), umur 32-38 sebanyak 18 responden

(48,6%)

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel-variabel penelitian.

Pada analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap variabel-

variabel yang berhubungan. Adapun variabel yang dimaksud adalah :

a. Pengetahuan Gizi Ibu Hamil

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden menurut Pengetahuan gizi ibu hamil
responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar

Pengetahuan Gizi Frekuensi (n) Presentase (%)


Ibu Hamil
Baik 19 51.4
kurang 18 48.6
Total 37 100
Sumber Data Primer Juni 2016

49
Berdasarkan tabel 5.2 dari 37 responden dapat diketahui tingkat

pengetahuan gizi ibu hamil responden yang menjawab baik sebanyak 19

responden (51.4%), dan yang menjawab kurang sebanyak 18 responden

(48.6%).

b. Pendidikan

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan responden
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Pertiwi Makassar

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)


Tinggi 21 56.8
Rendah 16 43.2
Total 37 100
Sumber Data Primer Juni 2016

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dari 37 responden dapat di ketahui kelompok

responden yang memiliki pendidikan tinggi yaitu sebanyak 21 responden

(56.8%), dan responden yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 16

responden (43.2%)

c. Pekerjaan

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden menurut Pekerjaan responden
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar

Pekerjaan Frekuensi (n) Presentase (%)


Bekerja 16 43.2
Tidak bekerja 21 56.8
Total 37 100
Sumber Data Primer Juni 2016

50
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari 37 responden dapat di ketahui kelompok

responden yang bekerja sebanyak 16 responden (43.2%) dan kelompok

responden yang tidak bekerja sebanyak 21 responden (56.8%).

d. Anemia

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden menurut Anemia
Responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar

Anemia Frekuensi (n) Presentase (%)


Ringan 22 59.5
Sedang 15 40.5
Total 37 100
Sumber Data Primer Juni 2016

Berdasarkan tabel 5.5 dari 37 responden dapat di ketahui anemia ringan

sebanyak 22 responden (59.5%) dan anemia sedang sebanyak 15 responden

(40.5%).

3. Analisis Bivariat

51
Analisis bivariat dilakukan terhadap tiga variabel, yang diduga

berpengaruh, dalam hal ini variabel independen (pengetahuan dan nutrisi),

dengan variabel dependen (anemia). Adapun hasil analisis bivariat dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-square

dengan kepercayaan 95 % (α= 0,05) dapat dilihat dalam uraian dibawah ini :

Tabel 5.6
Pengaruh antara pengetahuan gizi ibu hamil dengan Anemia
pada ibu hamil Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar

Pengetahuan Anemia Total


gizi ibu hamil Ringan Sedang
n % n % n %
Baik 15 40.5 4 10.8 19 51.4 p=028
Kurang 8 21.6 10 27.0 18 48.6 α=0.05
Total 23 62.2 14 37.8 37 100
Sumber Data Primer Juni 2016

Berdasarkan tabel 5.6 di ketahui bahwa dari 37 responden

(100%) menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan gizi

ibu hamil yang baik mengalami anemia ringan sebanyak sebanyak 15

orang (40.5%) dan ibu hamil yang mengalami anemia sedang sebanyak

4 orang(10.8%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan gizi

52
ibu hamil kurang mengalami anemia ringan sebanyak 8 orang (21.6%)

dan yang mengalami anemia sedang sebanyak 10 orang (27.0%).

Berdassarkan uji statistik Chi Square di poroleh nilai p=0.028

hal ini menunjukkan bahwa nilai p>α (0.05). Maka diketahui bahwa

tidak ada pengaruh antara pengetahuan gizi ibu hamil terhadap kejadian

anemia pada ibu hamil di RSIA Pertiwi Makassar.

Tabel 5.7
Pengaruh antara pendidikan dengan Anemia pada ibu hamil Di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar

Pendidikan Anemia Total


Ringan Sedang
n % n % n %
Rendah 17 45.9 4 10.8 21 56.8 p = 008
Tinggi 6 16.2 10 27.0 16 43.2 α=0.05
Total 23 62.2 14 37.8 37 100
Sumber Data Primer Juni 2016

Berdasarkan tabel 5.7 di ketahui bahwa dari 37 responden (100%)

menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan yang rendah

resiko mengalami anemia ringan sebanyak 17 orang (45.9%) dan yang

mengalami anemia sedang sebanyak 4 orang(10.8%). Sedangkan

responden yang memiliki pendidikan yang tinggi resiko anemia ringan

53
sebanyak 6 orang (16.2%) dan yang memiliki anemia sedang sebanyak 16

orang (43.2%).

Berdassarkan uji statistik Chi Square di poroleh nilai p=0.08.

hal ini menunjukkan nilai p>α (0.05). Maka diketahui bahwa tidak ada

hubungan pengaruh antara pendidikan terhadap kejadian anemia pada

ibu hamil di RSIA Pertiwi Makassar.

Tabel 5.8
Pengaruh antara pekerjaan dengan Anemia pada ibu hamil Di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar

Pekerjaan Anemia Total


Ringan Sedang
n % n % n %
Bekerja 14 37.8 2 5.4 16 43.2 p = 006
Tidak bekerja 9 24.3 12 32.4 21 56.8 α=0.05
Total 23 62.2 14 37.8 37 100
Sumber Data Primer Juni 2016

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 37 responden

(100%) menunjukkan bahwa responden yang bekerja mengalami anemia

ringan sebanyak 14 orang(37.8%) dan ibu hamil yang mengalami

anemia sedang sebanyak 2 orang (5.4%). Sedangkan responden yang

tidak bekerja yang mengalami anemia ringan sebanyak 9 orang (24.3%)

54
sedangkan ibu hamil yang mengalami anemia sedang sebanyak 14 orang

(37.8%).

Berdsarkan hasil uji statistik Chi Square di poroleh nilai

p=006. hal ini menunjukkan nilai p>α (0.05). Maka diketahui bahwa

tidak ada pengaruh antara pekerjaan terhadap kejadian anemia pada ibu

hamil di RSIA Pertiwi Makassar.

B. Pembahasan

1.) Pengetahuan Gizi Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan gizi ibu hamil yang baik mengalami

anemia ringan sebanyak 15 orang (40.5%) dan ibu hamil yang mengalami

anemia sedang sebanyak 4 orang(10.8%). Dimana Ibu hamil yg memiliki

penegetahuan yang baik masih bisa mengalami anemia akibat kurangnya

perhatian terhadap resiko anemia pada Sedangkan responden yang memiliki

pengetahuan gizi ibu hamil kurang mengalami anemia ringan sebanyak 8 orang

(21.6%) dan yang mengalami anemia sedang sebanyak 10 orang (27.0%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Salmarianti (2012) mengatakan

hubungan status gizi (lila) dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai

55
uji statistik terbukti tidak signifikan, (95%CI antara kejadian 0.63-1.2, dengAn

p=0.64) artinya tidak ada hubungan antara status gizi denagankejadian anemia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitti Asyirah (2012) mengatakan

pada penelitiannya, status gizi ibu hamil di lihat dari hasil pengukuran lila

(lingkar lengan atas) meskipun proporsi ibu hamil dengan status gizi kurang

kurang ada 57 (57.0%) yang mengalami anemia tetapi hasil uji statistik dengan

chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

status gizi dengan anemia pada ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa status

gizi yang baik atau kurang ternyata tidak berhubungan langsung dengan anemia

pada ibu hamil.Sehingga dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa

pengetahuan gizi ibu hamil terhadap kejadian anemia tidak memiliki pengaruh

yang signifikan. Melalui hasil uji statistik Chi Square di poroleh nilai p=028.

hal ini menunjukkan nilai p>α (0.05). Maka diketahui bahwa tidak ada

pengaruh antara pekerjaan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di RSIA

Pertiwi Makassar

2.) Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa

responden yang memiliki pendidikan yang rendah resiko mengalami anemia

ringan sebanyak 17 orang (45.9%) dan yang mengalami anemia sedang

sebanyak 4 orang(10.8%) di karenakan kurangnya perhatian terhadap resiko

terjadinya anemia. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan yang tinggi

56
resiko anemia sedang sebanyak 6 orang (16.2%) dan yang memiliki anemia

sedang sebanyak 16 orang (43.2%)

Penelitian ini di dukung oleh penelitian Elsy Noverstiti(2012) yang di

peroleh tidak adanya hubugan antara pendidikan dengan kejadian anemia. Di

ketahui bahwa responden yang mengalami anemia lebih banyak terjadi pada

tingkat pendidikan rendah. Berdasarkan hasil uji menggunakan continuity

Correction di dapatkan nilai p=0.101 (p>0.05) yang menunjukkan tidak ada

hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian anemia pada

ibu hamil. Tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian

anemia berkemungkinan di sebabkan oleh faktor lain seperti sikap dan tindakan

ibu yang kurang baik dalam mengatasi kejadian anemia selama kehamilan.

Berdasarkan uji statistik Chi Square di poroleh nilai p=008. hal ini

menunjukkan nilai p>α (0.05). Maka diketahui bahwa tidak ada pengaruh

antara pendidikan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil walaupun tingkat

pendidikan pada ibu hamil tinggi semua terganting dari individu masing-masing

bagaimana cara merawat diri agar terhindar dari penyakit anemia di RSIA

Pertiwi Makassar

3.) Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa

responden yang bekerja mengalami anemia ringan sebanyak 14 orang(37.8%)

dan ibu hamil yang mengalami anemia sedang sebanyak 2 orang (5.4%).

Dimana Ibu hamil yang bekerja kerasa cenderung kurang memperhatikan

57
kondisinya pada saat bekerja sehingga mudah untuk mengalami anemia.

Sedangkan responden yang tidak bekerja yang mengalami anemia ringan

sebanyak 9 orang (24.3%) sedangkan ibu hamil yang mengalami anemia sedang

sebanyak 14 orang (37.8%) dimna bekerja merupakan gerakan yang aktif atau

otomatis memerlukan energi yang lebih besar daripada mereka yang hanya

duduk diam saja. Setiap pekerjaan memerlukan energi, maka apabila semakin

banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak

sehingga seorang ibu yang hamil tidak di anjurkan untuk bekerja secara

berlebihan. Berdsarkan hasil uji statistik Chi Square di poroleh nilai p=006. hal

ini menunjukkan nilai p>α (0.05). Maka diketahui bahwa ada pengaruh antara

pekerjaan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di RSIA Pertiwi Makassar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Umi Fikriana (2013) yang

menunjukkan tdak adanya hubungan yang berdasarkan uji chi-square di

dapatkan nilai p=0.0777 lebih besar dari α=0.05 yang artinya tidak terdapat

hubungan pekerjaan dengan kejadian anemia di puskesmas kasihan II bantul

tahun 2013. Penelitian yang dilakukan mulyawati (2003) yang melaporkan

bahwa dari 72 pekerja perempuan ditemukan sebanyak 56 orang (77,7%)

penderita anemia dan pekerjaan dengan kategori ringan berpeluang anemia 3,2

kali di bandingkan pekerjaan dengan kategori sedang.

58
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan penelitian yang telah di

lakukan tentang faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil terhadap

kejadian anemia d RSIA pertiwi makassar, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Tidak terdapat pengaruh antara pengetahuan gizi ibu hamil terhadap

kejadian anemia

2. Tidak terdapat pengaruh antara pendidikan terhadap kejadian anemia

3. Tidak terdapat pengaruh antara pekerjaan terhdap kejadian anemia

59
B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan manfaat penelitian, maka peneliti

memberikan beberapa saran antara lain sebagai berikut :

1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya pengetahuan gizi ibu

hamil , pendidikan dan pekerjaan terhadap kejadian anemia.

2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan metode

yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak lagi sehingga

diperoleh hasil yang lebih optimal.

60

Anda mungkin juga menyukai