Anda di halaman 1dari 15

ENTOMOLOGI DAN MIKROBIOLOGI KESEHATAN

“Bakteri Mycobacterium Tuberculosis”


DOSEN : Prof. Dr.Ir. Odi R. Pinontoan, MS
Dr. Oksfriani J. Sumampouw, Spi, M.Kes

KESEHATAN LINGKUNGAN
SEMESTER 5

DI SUSUN OLEH :
MARINDA V. LALANDOS 17111101122

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

MANADO

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat dan karunia-Nya makalah Entomologi dan Mikrobiologi bisa
saya susun dengan baik. Saya berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya agar mudah di mengerti oleh pembaca.
Dalam proses pembuatan makalah ini kami berterima kasih atas bantuan
dan kerjasama dari beberapa aspek dan berbagai sumber. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Mohon maaf bila terdapat kesalahan atau kekurangan. Kritik dan
saran dari pembaca kami harapkan dalam kesempurnaan makalah ini.

Manado, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I KARAKTERISTIK VIRUS..................................................................................1
BAB II MENGIDENTIFIKASI VIRUS..........................................................................2
BAB III DAMPAK VIRUS BAGI KESEHATAN..........................................................3
BAB IV RANTAI PENULARAN VIRUS........................................................................4
BAB V PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN..............................................................6
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

ii
BAB I
Karakteristik Bakteri

Taksonomi mycobacterium tuberculosis


Kingdom : Plant
Phylum : Scizophyta
Klas : Scizomycetes
Ordo : Actinomycetales
Family : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit tuberculosis.
Bakteri ini pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 maret 1882 oleh Robert
Koch. Bakteri ini sering disebut juga Abasilus Koch. Bentuk dan sifat-sifat
mycobacterium tuberculosis adalah sebagai berikut (sholeh, 2013) :
1. Bentuk mycobacterium tuberculosis
M. tuberculosis berbentuk mempunyai ukuran 0,2 - 0,4 x 1 – 4 cm dengan
bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, tidak mempunyai selubung,
tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk mengidentifikasi
bakteri tahan asam.
2. Sifat-sifat mycobacterium tuberculosis
a. M. tuberculosis tidak tahan panas, akan mati pada suhu 6 0 C selama 15-20
menit.
b. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama ditempat yang lembab
dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar
matahari.

1
c. Biarkan dapat mati dibawah sinar matahari jika terkena sinar matahari
langsung selama 2 jam
d. Dalam dahak, bakteri ini dapat bertahan selama 20-30 jam
e. Bakteri dapat bertahan terhadap berbagai khemikalia dan desinfektan,
antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3%, dan NaOH 4%.
f. Bakteri ini dapat dihancurkan oleh jodium tinetur dalam waktu 5 menit,
sementara alcohol 80% akan hancur dala, 2-10 menit kemudian.

2
BAB II
Mengidentifikasi Bakteri
Identifikasi Mycobacterium dimulai dengan menilai waktu pertumbuhan, warna
pigmen, morfologi koloni dan hasil pewarnaan BTA. Identifikasi yang lebih rinci
dilakukan dengan berbagai uji biokimia yaitu antara lain uji niasin, uji reduksi
nitrat, dan uji katalase. Langkah awal untuk identifikasi Mycobacterium adalah
(Yunita Nurul, 2011):
1. Seleksi koloni
a. Amati jumlah dan jenis koloni. Deskripsikan apakah kasar, halus cumbung,
halus menyebar, halus dengan tepi berkeriput, kasar transparan, kasar keruh
dan sebagainya.
b. Amati pigmen pasca inkubasi ditempat gelap
c. Jika terdapat lebih dari satu jenis koloni, dilakukan subkultur untuk tiap
jenis koloni.
2. Pewarnaan BTA dengan Ziehl-Neelsen
Bakteri M. tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Hasil
pemeriksaan warnanya jika positif terdapat bakteri akan berwarna merah.
3. Kecepatan tumbuh. Rapid grower akan tumbuh dalam 7 hari atau kurang,
sedangkan slow grower akan tumbuh setelah itu.
4. Pencahayaan. Mycobacterium yang termasuk photokromogen akan
menghasilkan pigmen jika dipaparkan cahaya. Namun pigmen hanya optimal
jika koloni kuman terpisah, jika pertumbuhannya sangat padat pigmen tidak
akan muncul

3
BAB III
Dampak Bakteri Bagi Kesehatan
Dampak mycobacterium tuberculosis bagi kesehatan yaitu menyebabkan
penyakit Tuberculosis. Penyakit ini dapat merusak paru-paru manusia atau bagiam
tubuh lain dan dapat mengakibatkan sakit parah. Penyakit Tuberculosis tersebar
melalui udara bila orang yang mengidap penyakit Tuberculosis batuk, bersin, atau
berbicara sehingga bakteri dapat dikirimkan melalui udara (dr. Widoyono. 2011).
Kuman yang terhirup akan masuk ke dalam tubuh dan bisa terinfeksi. Penyakit
Tuberculosis dapat menyerang bagian tubuh apapun, tetapi yang paling sering
terserang yaitu paru-paru. Gejala yang timbul adalah sebagai berikut (nsw health,
2005) :
 Batuk yang berlangsung lebih dari 3 mingu
 Demam
 Berat nadan turun tanpa sebab
 Keringat malam
 Senantiasa lelah
 Nafsu makan berkurang
 Dahak berbecak darah
 Sakit dan bengkak di bagian yang terinfeksi
Bakteri M.tuberculosis bisa menyerang organ vital seperti otak,tulang, usus,
serta ginjal. Bakteri ini akan mengendap diparu-paru lalu terjadi komplikasi.
Bakteri masuk ke organ vital melalui aliran darah dari paru-paru. Bakteri TBC
akan berkembang biak bila kondisi tubuh sedang lemah dan saat itu kekebalan
tubuh menurun sehingga bakteri dapat cepat bereaksi. Pada bagian tulang bakteri
akan menyebabkan kerusakan sendi panggul sehingga membuat penderita tidak
bisa berjalan normal. Pada usus bakteri bisa menyebabkan gangguan seperti
penyumbatan, penyempitan, bahkan membusuknya usus. Pada otak bakteri akan
menyebabkan penyempitan sel-sel saraf pada otak lalu sel-sel saraf akan rusak
sehingga penderita tidak bisa kembali ke kondisi normal. Pada ginjal bakteri
mengakibatkan proses pembuangan racun tubuh akan terganggu sehingga akan
menyebabkan gagal ginjal (Hudiutomo, 1990).

4
BAB IV
Rantai Penularan

Percikan batuk atau bersin


penderita yang terinfeksi
bakteri TB

Saluran Pernafasan
Terinfeksi Bakteri

Kelenjar getah
bening (limfa)

Penyebaran bakteri TBC dimulai melalui udara yang tercemar bakteri


mycobacterium tuberculosis (TBC) yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk atau bersin. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TBC dewasa. Bakteri M. tuberculosis masuk dan terkumpul di
dalam paru-paru dan berkembang biak yang banyak terutama pada orang
dengan daya tubuh yang rendah, dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Organ tubuh yang paling sering terkena infeksi
adalah paru-paru (Hudiutomo, 1990).
Saat M.tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka akan segera
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologi bakteri M.tuberculosis ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding sel disekeliling bakteri oleh sel-sel
dalam paru-paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi domant
(beristirahat) (Hudiutomo, 1990).
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
domant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang denganpj system
kekebalan tubuh yang rendah, bakteri ini akan mengalami perkembang biakan
sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk

5
sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum (dahak) (Hudiutomo, 1990).
Terjadinya Tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu (Hudiutomo,
1990):
1. Infeksi Primer
Infeksi primer adalah infeksi yang terjadi saat seseorang terpapar pertama
kali dengan bakteri TBC. Droplet yang terhirup sangat secil ukuranya,
sehingga,dapat melewati system pertahanan mukosillier bronkus dan terus
berjalan hingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai
saat bakteri TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri
di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di paru-paru, saluran limfe
akan membawa bakteri ini ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini
disebut sebagai kompleks primer. Waktu terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya
reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
bakteri M. tuberculosis atau biasa disebut bakteri TBC.
2. Tahap Pasca Primer (Post Primary TBC)
Tahap pasca primer adalah infeksi yang biasanya terjadi setelah beberapa
bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya than tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari
tuberculosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.

6
BAB V
Pencegahan Dan Pengobatan
Pencegahan

Health Promotion
a. Kapan harus dilakukan promosi kesehatan?
Promosi kesehatan sebenarnya tidak hanya untuk mencegah penyakit TBC,
tetapi lebih luas dari itu, adalah untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan, pendidikan kesehatan dan
contoh PHBS agar masyarakat terhindar dari sakit, terutama terhindar dari
penyakit menular. Promosi kesehatan bisa dilakukan sedini mungkin dan bisa
dilakukan dengan cara membiasakannya diaktivitas kehidupan sehari hari,
misalnya cuci tangan pakai sabun, mencuci tangan sebelum dan setelah
makan, mencuci tangan setelah dari toilet, BAB & BAK di toilet/jamban,
meminum air yang dimasak, memakai masker saat berkendara di jalan
berdebu dan sebagainya.
b. Siapa yang menjadi pelaksana promosi kesehatan?
Promosi kesehatan ini adalah tanggung jawab setiap orang/masyarakat. Tetapi
dalam tatanan formal, tentu saja adalah menjadi kewajiban dari pemerintah
untuk melakukan sosialisasi tentang promosi kesehatan ini melalui
lembaganya yang bernama Puskesmas, Posyandu serta petugas kesehatan dan
kader.
c. Data apa saja yang dibutuhkan?
Sebelum melakukan promosi kesehatan, dibutuhkan data demi menunjang
keberhasilan program ini antara lain data demografi, meliputi jumlah
penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan sebagainya.
d. Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya
pengetahuan masyarakat tentang PHBS, mampu menyediakan sarana dan
prasarana PHBS serta indikator pamungkas yang diharapkan adalah perubahan
perilaku masyarakat kearah perilaku hidup bersih dan sehat.

7
Health Prevention & Specific Protection
a. Kapan harus dilakukan?
Health prevention dilakukan bila ditemukan kasus TBC disuatu daerah atau
ditempat lain yang memungkinkan menyebar atau bisa terjadi di daerah
tersebut.
b. Siapa yang menjadi pelaksana?
Pelaksana dalam program ini adalah pemerintah melalui lembaga Puskesmas,
Posyandu,  BP4, Petugas Kesehatan dan didukung oleh seluruh masyarakat.
c. Data apa saja yang dibutuhkan?
Hampir sama seperti promosi kesehatan, data yang dibutuhkan dalam health
prevention diantaranya data demografi, meliputi jumlah penduduk, distribusi
penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Ditambah data kunjungan TBC di Puskesmas atau instansi kesehatan lain
sebagai penguat dalam memberikan kampanye health prevention. Serta jauh
lebih penting adalah pemberian imunisasi BCG bagi balita yang
diselenggarakan melalui program Posyandu.
d. Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan program bisa diukur dari bertambahnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit TBC seperti tidak meludah sembarangan,
menggunakan masker, serta mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk
mencegah menyebarnya penyakit TBC, serta indikator pamungkas yang
diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup
bersih dan sehat demi menghindari terjangkitnya penyakit TBC.

Medical Curative (early diagnose + prompt treatment)


a. Kapan harus dilakukan?
Pengobatan (deteksi dini + pengobatan cepat & tepat) segera dilakukan begitu
ada warga yang mengeluhkan gejala TBC, serta hasil Mantoux test dan
pemeriksaan sputum (BTA) yang positif dalam pemeriksaan 2 kali berturut-
turut. Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif, 2
bulan) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur

8
sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali
pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan
pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir
pengobatan dan pada akhir pengobatan.
b. Siapa yang menjadi pelaksana?
Pengobatan dan deteksi dini dapat dilakukan di Puskesmas, Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta. Di
Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan TBC secara cuma-cuma
(GRATIS).
c. Data apa saja yang dibutuhkan?
Data yang dibutuhkan dalam program pengobatan ini adalah data jumlah,
nama dan alamat kunjungan pasien dengan keluhan mirip TBC serta pasien
yang positif TBC. Dari data yang didapat, bisa kita tentukanjumlah obat yang
dibutuhkan serta ditunjuk PMO (pengawas minum obat) dari keluarga atau
orang terdekat pasien.
d. Indikator keberhasilan program?
Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah kepatuhan minum obat yang
baik, tidak meludah sembarangan, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi,
menggunakan masker, serta yang paling penting adalah menurunnya atau
absent-nya jumlah penderita TBC di area tersebut.

Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan. Pengobatan Tuberculosis dilakukan dengan pemberia obat
anti tuberkulosis (OAT). Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase
lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang
selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Sebagian besar
penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun
sebagian kecil dapat mengalami efek samping, Oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama

9
pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan (http://klikpdpi.com).

10
BAB VI
Kesimpulan
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang menyebar diudara yang
dapat menginfeksi mahluk hidup. Bakteri ini tidak tahan terhadap panas tetapi
dapat hidup lama ditempat yang lembab dan gelap. Pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri M. tuberculosis
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak yang banyak
terutama pada orang dengan daya tubuh yang rendah, dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Organ tubuh yang paling sering
terkena infeksi adalah paru-paru.

Saran
Melalui makalah ini penulis memberi saran agar pembaca boleh membaca dengan
seksama dan pemahan sehingga dapat menambah wawasn bagi pembaca.

11
Daftar Pustaka
Sholeh S. Naga. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta.
Diva Press
dr. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis (edisi kedua). Jakarta. Erlangga.
NSW health. 2005. Infectious Tuberculosis. Indonesia (online)
https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/tuberculosis/Documents/Langua
ge/factsheet-ind.pdf [ di akses pada 4 oktober 2019]
Depkes RI. 2017. Tuberculosis (TB). Kemenkes RI (online)
http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-
17042500005 [di akses pada 5 oktober 2019]
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberculosis di Indonesia. PEDOMAN
PENATALAKSANAAN TB (KONSENSUS TB). (online)
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf [di akses pada 5 oktober 2019]
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi dasar jilid 1. Jakarta. Erlangga
Yunita Nurul. 2011. NUCLEIC ACID AMPLIFICATION OF THE rpoB REGION
OF Mycobacterium tuberculosis IN PULMONARY TUBERCULOSIS
DIAGNOSIS. Folia Medical Indonesiana Vol. 47 (online)
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/06%2011026%20YuditaE2%20_format
%20FMI_.pdf [di akses pada 5 oktober 2019]

12

Anda mungkin juga menyukai