Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Budaya dan masyarakat islam

(Disusun untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam)

Dosen Pengampu:Nikmah Dalimunthe S.ag , M.Hum

Disusun

Oleh

Nama:

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
pendidikan agama islam yang berjudul “KEKUASAAN ALLAH TERHADAP ALAM”.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan,
serta bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan hormat
penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuNikmah Dalimunthe S.ag , M.Humyang telah
membantu dan membimbing kami dalam penyusunan dapenulisanmakalah.

Di dalam makalah ini juga penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan untuk membuat makalah yang sempurna, oleh karena itu penulis meminta saran
dan kritik yang membangun agar makalah ini menjadi makalah yang lebih baik. Penulis
harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan , April 2020

Intan Purnama Sari Siregar


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dari berbagai sudut pandang tentang definisi kebudayaan, menunjukkan bahwa
kebudayaan itu merupakan sesuatu persoalan yang sangat luas. Namun, esensinya adalah
bahwa kebudayaan melekat dengan diri manusia. Artinya, manusialah sebagai pencipta
kebudayaan. Kebudayaan lahir bersamaan dengan kelahiran manusia itu sendiri. Al-Qur’an
memandang kebudayaan merupakan suatu proses, dan meletakkannya sebagai eksistensi
hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi
kegiatan akal, hati, dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Karena itu, secara umum
kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olahan akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya
manusia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana budaya dalam islam ?


2. Bagaimana cara mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera ?
3. Bagaimana konsep masyarakat madani ?
4. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani ?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Mengetahui budaya dalam islam.
2. Mengetahui cara mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera.
3. Mengetahui konsep masyarakat madani.
4. Mengetahui peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani.
BAB II
Pembahasan

A. Budaya dalam Islam


1. Pengertian

Kebudayaan lahir bersamaan dengan kelahiran manusia itu sendiri. Yang mana bahwa
kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan sebagai “proses” dan kebudayaan
sebagai “suatu produk”. Alquran memandang kebudayaan merupakan suatu proses, dan
meletakkannya sebagai eksistansi hidup manusia. Kebudayaan itu sendiri merupakan suatu
totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati, dan tubuh yang menyatu dalam
suatu perbuatan. Dan secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi,
cipta rasa, karsa, dan karya manusia dan tidak lepas dari nilai-nilai kemanusiaan.

Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia
yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk
keberkiprahan dan berkembangnya, lalu hasil olah akal, budi, cipta rasa, dan karsa yang telah
terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah
peradaban. Dalam perkembangannya, budaya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan
yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi, nafsu hewani, yang akan merugikan diri
sendiri. Disinilah agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal
budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam.

Kebudayaan itu akan terus berkembang, tidak akan pernah berhenti selama masih ada
kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas manusia,
baik dalam konteks hubungan dengan sesamanya, maupun dengan alam lingkungannya, akan
selalu terkait dengan kebudayaan orang lain. Dan disini manusia sebagai makhluk budaya
dan makhluk sosial yang tidak akan pernah berhenti dari aktivitasnya dan tidak akan pernah
bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Kebudaan baru akan berhenti apabila manusia sudah
tidak sanggup lagi menggunakan akal budinya.
Allah swt mengutus para rasul karena akan menjadi sasaran dakwahnya adalah umat
manusia, oleh sebab itu misi utama Nabi Muhammad saw, adalah untuk memberikan
bimbingan pada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaannya tidak
melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan, sebagaimana sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus
Allah untuk menyempurnakan akhlak”. Dengan mengawali tugasnya Nabi Muhammad saw
meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam yang berkembang menjadi peradaban Islam. Dan
selanjutnya kebudayaan itu berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya
secara universal.

2. Etos Kerja Dalam Islam

Telah disebutkan terdahulu hakikat manusia terletak pada eksistensinya. “Eksistensinya”


berarti berpikir untuk mencipta yang menghasilkan produk atau ciptaan. Dengan kata lain
hakikat manusia adalah kerja. Konsekuensi logisnya adalah berhenti bekerja hilang
hakikatnya sebagai manusia. Telah disebutkan pula bahwa Islam lebih mementingkan amal
dari pada gagasan atau terminal terakhir adalah amal. Amal identik dengan kerja dan sekali
lagi hakikat manusia adalah kerja. Alquran sendiri memandang amal itu begitu penting. Kata
amal dan berbagai kata yang seakar kata dengannya seperti ya’malun, ta’malun, ‘amila,
i’malu dan yang sejenisnya disebut dalam Al-Quran sebanyak 192 kali. Kata amal shalih
yang dirangkai dengan kata iman sebanyak 46 kali. Ini berarti hakikat manusia atas dasar
pendekatan kebudayaan maupun agama adalah sama yaitu terletak pada kerja atau amal.
Kesimpulan ini didukung oleh pepatah:
‫ا لعلم بال عمل كا لنخل بال عسل‬
(ilmu tanpa amal bagaikan lebah tanpa madu) atau
‫ا لعلم بال عمل كا لشجر بال ثمر‬
(ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah).
Dengan demikian manusia yang tidak beramal atau tidak bekerja hakikat
kemanusiaannya tidak utuh, atau bahkan hilang hakikat kemanusiaannya.
Supaya manusia tidak hilang hakikat kemanusiaannya, Rasulullah mengajarkan kepada
umatnya supaya terjauh dari sifat pemalas. Demikian doa Rasul:
)‫للهم ا نى اعو ذ بك من الكسل والعجز والبخل (روا ه التر مذى عن زيد بن ارقم‬
Ya Allah sesungguhnya aku mohon perlindungan Engakau dari kemalasan, kelemahan, dan
kebakhilan. H.R at-Turmuzi dari ibn Arqam (at-Turmuzi, V:226)).
Enam Etos Kerja Menurut Islam (6 prinsip kerja seorang muslim)
Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah. QS.Saba’,34 : 13
“Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang
bersyukur”.
Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS. Al-baqarah,2 : 202
“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan”.
Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity (jujur, amanah). Perpaduan
emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-Qashash, 28 : 26 “ Sesungguhnya oarng yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras pantang menyerah. Pekerja keras tidak mengenal
kata gagal.
Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara tepat
(pengetahuan), terampil dan terencana, akurat.
Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu dihayati, bukan sekedar membayar
kewajiban atau tanggung jawab (kesalehan individual dan komunal, fastabiqul khairat).
☆Janji Allah Bagi Etos Kerja Yang Baik
Allah hamparkan jalan untuk menuju sukses QS.Ath-Tholaq, 65 : 3
‫ْث اَل يَحْ تَ ِسبُ ۚ َو َمن يَتَ َو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ فَه َُو َح ْسبُ ٓۥهُ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ ٰبَلِ ُغ أَ ْم ِرِۦه ۚ قَ ْد َج َع َل ٱهَّلل ُ لِ ُكلِّ َش ْى ٍء قَ ْدرًا‬
ُ ‫َويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
Artinya : “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.

Allah jamin kehidupan yang sehat sejahtera QS. Al-‘Araf, 7 : 95-96


َ‫خَذ ٰنَهُم بَ ْغتَةً َوهُ ْم اَل يَ ْش ُعرُون‬
ْ َ ‫ضرَّٓا ُء َوٱل َّسرَّٓا ُء فَأ‬ ۟ ُ‫وا َّوقَال‬
َّ ‫وا قَ ْد َمسَّ َءابَٓا َءنَا ٱل‬ ۟ َ‫ثُ َّم بَ َّد ْلنَا م َكانَ ٱل َّسيِّئَ ِة ْٱل َح َسنَةَ َحتَّ ٰى َعف‬
َ
Artinya : Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan
dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang
kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas
mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
۟ ‫ت ِّمنَ ٱل َّسمٓا ِء َوٱأْل َرْ ض َو ٰلَ ِكن َك َّذب‬
۟ ُ‫ُوا فَأَخ َْذ ٰنَهُم بما َكان‬ ٍ ‫وا َوٱتَّقَوْ ۟ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َر ٰ َك‬
۟ ُ‫ى َءامن‬
َ‫وا يَ ْك ِسبُون‬ َِ ِ َ َ ٓ ٰ ‫َولَوْ أَ َّن أَ ْه َل ْٱلقُ َر‬
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Allah beri balasan untuk dunia dan akhirat

☆Sikap Terbuka Dalam Islam


Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting di dalam
Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara lain adalah
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin, di satu sisi, kita
(bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di dunia, dan di sisi lain sebagai
bangsa amat korup. Dengan demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu
menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-olah yang haq bercampur
dengan yang bathil. Tampilan praktisnya, salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang
salah. Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan terhadap
ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini, ajaran berbunyi :
َ‫صلَ ٰوةَ تَ ْنهَ ٰى ع َِن ْٱلفَحْ َشٓا ِء َو ْٱل ُمن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر ٱهَّلل ِ أَ ْكبَ ُر ۗ َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُون‬ ِ َ‫ك ِمنَ ْٱل ِك ٰت‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِم ٱل‬
َّ ‫صلَ ٰوةَ ۖ إِ َّن ٱل‬ َ ‫ٱ ْت ُل َمٓا أُو ِح َى إِلَ ْي‬

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia
mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan salat mencegah
diri untuk berbuat keji dan munkar. Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan
ajaran adalah jika terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan memohon ampunan
kepada siapa ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika berbuat salah kepada Allah segera
ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
َ ُ‫ ُّذن‬£‫ ُر ال‬£ِ‫ظلَ ُموا أَ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هَّللا َ فَا ْستَ ْغفَرُوا لِ ُذنُوبِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغف‬
ِ ‫وب إِاَّل هَّللا ُ َولَ ْم ي‬
‫وا‬££ُ‫ا فَ َعل‬££‫رُّ وا َعلَ ٰى َم‬£‫ُص‬ َ ْ‫َوالَّ ِذينَ إِ َذا فَ َعلُوا فَا ِح َشةً أَو‬
َ‫َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون‬
Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak usah
menunggu lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah maupun kepada selain-Nya
ini merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur dan terbuka termasuk baik.
Nabi bersabda:
‫ذ ب‬££‫ وا ن ا لك‬.‫ا‬££‫د يق‬££‫د هللا ص‬££‫ن ا لصد ق يهدى ا لى ا لبر وا ن ا لبر يهدى ا لى ا لجنة وا ن ا لرجل يصد ق حتى يكتب عن‬
‫ وا‬.‫ وا ن الرجل ليكذ ب حتى يكتب عند هلل كذا با( متفق عليه) لفجور‬.‫يهد ا لى ا ن ا لفجور يهدى ا لنا ر‬

Artinya: (Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan itu
mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai orang
yang jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu menggiring ke
neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat bohong itu akan ditetapkan sebagai
pembohong. Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).

☆Adil Dalam Islam


Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang
kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Dari masing-masing arti dapat
dicontohkan sebagai berikut: (1) Cinta kasih seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak berat
sebelah. (2) Dalam memutuskan perkara, seorang hakim tidak memihak kepada salah satu
yang bersengketa.(3) Di dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu
berpegang kepada kebenaran. (4) Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani
oleh murid.(5) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-wenang
terhadap yang dipimpin. Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan bahwa sikap adil
amat positif secara moral.
Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh banyak orang. Dalam contoh-
contoh di atas, sikap adil bersikap positif atau menguntungkan orang lain. Adil juga dapat
dartikan tingkah laku dan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk mengendalikan
amarah dan syahwat dan menyalurkannya ke tujuan yang baik. Dalam definisi ini dapat
dipahami bahwa adil adalah kondisi batiniah seseorang yang berbentuk energi. Energi ini
mendesak keluar untuk mengendalikan amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga
perbuatan yang keluar menjadi baik. Yang mestinya orang itu menuruti hawa nafsu, karena
kendali sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak merugikan diri sendiri dan orng lain.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata adil dan
berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu, ‘adlun, dan ta’dili diulang sebanyak 28 kali di
dalam Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita supaya berlaku adil dalam semua
hal. Allah berfirman:
۟ £ُ‫و ٰى ۖ َوٱتَّق‬£
‫وا‬£ َ £‫ربُ لِلتَّ ْق‬£ َ £‫وا هُ َو أَ ْق‬ ۟ ُ‫وا ۚ ٱ ْع ِدل‬
۟ ُ‫انُ قَوْ ٍم َعلَ ٰ ٓى أَاَّل تَ ْع ِدل‬£َٔ‫ْط ۖ َواَل يَجْ رمنَّ ُك ْم َشنَٔـ‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا ُكون‬
ِ ‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَٓا َء بِ ْٱلقِس‬
َ َِ َ
ُ ۢ ‫هَّلل‬
َ‫ٱ َ ۚ إِ َّن ٱ َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملون‬ ‫هَّلل‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Maidah: 8).

Kata adil sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya, umpama:
iqshitu, al-muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran. Kadang-
kadang kata adil dan kata al-qisht disebut secara besama-sama dan satu sama lain berarti
sama. Contohnya adalah yang artinya : “dan kalau ada dua golongan dari mereka yang
beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara
keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang Berlaku adil “. ( QS. Al Hujurat : 9 ).
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah baik dan
positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar dunia dan di saat
yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang tidak baik seperti KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah citra buruk itu salah satu cara strategis
adalah membudayakan sikap adil dalam semua lapangan kehidupan.
Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus secara berkesinambungan,
yang bererti pembiasaan berlaku adil. “Mulai sekarang, mulai yang sederhana, dan mulai dari
diri sendiri”,Inilah komitmen untuk mulai pembiasaan berlaku adil. Jika langkah awal ini
dapat dilalui dengan baik, tentu mudah menjalar kepada orang lain, apalagi kalau yang
memulai komitmen itu adalah orang yang memiliki pengaruh di masyarakat di mana ia
berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola. Jika idola tidak bersikap adil,
tentu para fansnya akan meniru tidak adil pula.
Dalam Islam orang yang paling pantas untuk di dudukkan sebagai idola untuk ditiru
dan diteladani adalah Rasulullah SAW. Allah berfirman :
۟ ‫ُول ٱهَّلل ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّمن َكانَ يَرْ ج‬
‫ُوا ٱهَّلل َ َو ْٱليَوْ َم ٱلْ َءا ِخ َر َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكثِيرًا‬ ِ ‫لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِى َرس‬
َ
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah “. ( QS. Al Ahzab : 21 ).

B. Masyarakat Beradap dan Sejahtera

Didalam literatur islam kontemporen, masyarakat beradap sering disemaknakan


dengan masyarakat amdani. Kendatipun, substansi masyarakat itu ada sejak Nabi SAW
membangun kota Madinah, namun gagasan untuk kembali membangun masyarakat ala
madani baru belakangan populer di Indonesia. Oleh karena itu terma ini agak “asing” bagi
sebagian masyarakat. Secara konseptual, konsep ini mulai berkembang di Barat dan tentunya
memiliki hubungan dengan peradaban masyarakat Barat. Ia muncul setelah sekian lama
terlupakan dalam perdebatan wacana ilmu sosial modern, kemudian mengalami revitalisasi
terutama ketika Eropa Timur dilanda gelombang reformasi di tahun-tahun pertengkaran 80-an
hingga awal 90-an.
Selanjutnya wacana ini oleh banyak bangsa dan masyarakat di negara berkembang,
termasuk Indonesia, secara antusias ikut mengkaji dan mengembangkan sebagaimana realitas
empiris yang dihadapi.

1. Konsep Masyarakat Madani


Istilah masyarakat madani sebenarnya hanya salah satu di antara beberapa istilah yang
sering digunakan ketika menerjemahkan civil siciety ke dalam bahasa Indonesia. Padanan
katanya adalah masyarakat warga atau masyarakat kewargaan, masyarakat sipil,
masyarakat beradap ata masyarakat berbudaya.
Lawan masyarakat madani adalah "masyarakat liar" (savage society). Namun, ini
memberikan makna simplistis, agar orang cepat menarik di mana kata yang pertama kali
disetujui di masyarakat yang saling menghargai nilai-sosial-termasuk (termasuk dalam
masyarakat politik), sedangkan kata yang kedua dapat diberikan sesuai permintaan menurut
Thomas Hobes, bermakna identik dengan masyarakat tahap "keadaan alami" (state of nature)
yang tanpa hukum sebelum lahirnya negara, yaitu setiap manusia merupakan serigala bagi
sesamanya (homo homini hupus). Eksistensi masyarakat sipil sebagai abstraksi sosial
dihadapkan oleh kontradiktif dengan masvarakat alami (natural society).
Untuk kasus Indonesia, istilah yang paling populer dan banyak digandrungi adalah
masyarakat madani. Istilah kata "madani" menggantikan Madinah, sebuah kota yang
sebelumnya bernama Yatsrib di wilayah Arab, di mana masyarakat Islam di bawah
kepemimpinan yang dilihat Nabi Muhammad. pernah membangun peradaban yang tinggi.
Menurut Nurcholis Madjid, kata "madinah" berasal dari bahasa Arab "madaniyah", yang
berarti peradaban. Karena itu masyarakat madani berasosiasi pada makna "masyarakat
beradab".
Dalam masyarakat madani, nilai-nilai peradaban menjadi ciri utama. Karena itu dalam
sejarah filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga terkenal istilah madinah
atau polis, yang berarti kota. Yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban. Masyarakat
madani menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat. Di dalam Alquran
Allah memberikan gambaran masyarakat ideal sebagai gambaran dari masyarakat madani
dengan firman-Nya.
َ ٌ‫ق َربِّ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لَهُ ۚ بَ ْل َدة‬
‫طيِّبَةٌ َو َربٌّ َغفُو ٌر‬ ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لِ َسبَإ ٍ فِي َم ْس َكنِ ِه ْم آيَةٌ ۖ َجنَّتَا ِن ع َْن يَ ِمي ٍن َو ِش َما ٍل ۖ ُكلُوا ِم ْن ِر ْز‬
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah
Tuhan Yang Maha Pengampun" (QS. Saba’:15).

Masyarakat madani sebagai masyarakat ideal yang memiliki karakteristik sebagai


berikut: (1) bertuhan, (2) damai, (3) tolong menolong, (4) toleran), (5) keseimbangan antara
hak dan kebutuhan sosial. Pada masyarakat madinah, karakter ini dapat dilihat dengan jelas
pada konsep zakat, infak, sadaqah dan hibah untuk umat Islam serta jiz'ah dan kharaj bagi
Non-Muslim, merupakan salah satu wujud dari keseimbangan yang sesuai dengan masalah
tersebut, (6) berperadaban tinggi, (7) berakhlak mulia.

2. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakar Madani

Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat Islam harus berperan
aktif dalam mewujudkan Masyarakat Madani. “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(Q.S.Ali Imron:110).

Oleh karena itu maka Umat Islam harus menunjukan perannya dalam mewujudkan
MasyarakatMadani yaitu antara lain;

1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus kemiskinan.


2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.

3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.

4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang adil.

5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan


pendidikanrakyat.

6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-hak dan
kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh, TKI, TKW
yang digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa bahkan di bunuh oleh majikannya dan lain-
lain).

7. Sebagai kontrol terhadap negara .

8. Menjadi kelompok kepentingan(interest group) atau kelompok penekan (pressure group)


dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia berusaha untuk mewujudkan Masyarakat Madani yang pada dasarnya
adalah masyarakat sipil yang demokratis dan agamis/religius.Dalam kaitannya pembentukan
Masyarakat Madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk
menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtaq, kritis
argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan,
menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab,
memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif,
berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis, berani dan mampu menjadi saksi,
memiliki wawasan yang luas, memiliki semangat toleransi mengerti cita-cita nasional bangsa
Indonesia yang demokratis, aman, adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Zakat dan Wakaf Sebagai Instrumen Kesejahteraan Umat

Dalam ajaran islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu
hubungan manusia dengan allah dan hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyrakat. Kedua hubungan itu harus sejalan. Dengan melaksanakan kedua hubungan itu
hidup manusia akan sejahtera baik dunia maupun akhirat. Untuk mencapai kesejahteraan
tersebut , selain dari kewajiban zakat, masih masih syari’atkan untuk bersedekah, infaq,
hibah, dan wajaf kepada pihak-pihak yang memelukan.

Dalam Al-Qur’an menyetujui, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan menyucikan mereka”(QS.At-Taubah[9]:103).

Manajemen Zakat
Kata zakat merupakan kata dasar atau mashdar yang berasal dari zaka, yazki,
tazkiyah, yang artinya bertambah(al- ziyadah), tumbuh dan berkembang, bersih dan suci.
Menurut istilah, sejumlah harta terterntu yang diwajibkan allah untuk diberikan kepada orang
yang berhak menerimanya. Zakat adalah rukun islam yang keempat, meurut jumhur ulama,
zakat ditetapkan pada tahun kedua hijriah. Namun, menurut sebagian ulama, seperti ath-
Thabary, ibadah ini telah ditetapkan ketika nabi saw masih berada di Mekkah.

Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur sosial umat islam. Zakat
bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Terlaksanya lembaga zakat
dengan baik dan benar diharapkan kesulitan dan penderitaan fakir miskin dapat berkurang.

Ayat-ayat yang menjelaskan tentang zakat antar lain :

Surat Al-Baqarah 110

Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan apa-apa yang kamu kerjakan dari
kebaikan untuk dirimu. Pasti kamu akan mendapat pahalanya disisi Allah. Sesungguhnya
Allah maka melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Surat Al-Hajj : 78

Artinya : Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menajdikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutlah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) da,am (Al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali allah. Dia adalah
Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, ada baiknya zakat dikeluarkan pada waktu yang
tepat. Dijelaskan dalam hadist (HR.Tarmidzi.613)

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami (Muslim Bin Amru Bin Muslim Abu Amru Al
Khaddza’Al Madani) telah menceriitakan kepada ku (Abdullah Bin Nafi’As sha ‘Igh) dari
(ibnu Abu Zannad) dari (Musa Bin Uqbah) dari (Nafi’) dari (Ibnu Umar) Bahwasannya
Rasulullah Shallallahhu’Alaihi Wasallam memerintahkan untuk membayar zakat fitrah
sebelum berangkat (ke tempat shalat) pada Hari Raya Idul Fitri. Abu ‘Isa berkata, ini
merupakan hadist Hasan Shahih Gharib, atas dasar ini para ulama lebih menganjurkan untuk
membayar zakat fitrah sebelum berangkat shalat.”(HR.Tirmidzi.613)

Syarat-syarat wajib zakat antara lain:

Islam

Berakal dan baligh

Dimilki secara sempurna

Mencapai nisab

Manfaat ketika seseorang menjalankan kewajiban zakat ialah:

Mereka yang membayarkan zkat senantiasa merasakan kebahagiaan di dunia maupun di


akhirat

Seseorang yang menunaikan zakat dapat mendekatkan diri kepada allah swt dan bisa
meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada allah swt

Mendapatkan pahala yang besar

Allah akan menghapus segala dosa yang dimiliki oleh seseorang yang membayarkan zakat

Seseorang yang menunaikan zakat senantiasa diberi petunjuk dan hidayah dalam segala
urusan

Harta yang dimiliki menjadi berkah

Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah Islam dibagi menjadi 8 golongan.
Golongan-golongan tersebut adalah:

Fakir

Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.

Miskin
Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan dasar
untuk hidupnya.

Amil

Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

Mu'alaf

Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Hamba Sahaya

Orang yang ingin memerdekakan dirinya.

Gharimin

Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan bahwa kebutuhan
tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk membayar utangnya.

Fisabilillah

Orang yang berjuang di jalan Allah.

Ibnus Sabil

Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada Allah.

Golongan haram yang menerima zakat:

Orang kafir atau atheis

Orang kaya

Keluarga bani hasyim dan bani mutalib(ahlulbait)

Orang menjadi tanggung jawab para wajib zakat(muzakki)

Zakat ada dua macam yaitu zakat mal (harta) dan zakat fitrah.

Zakat mal adalah sebagian harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib
diberikan kepada orang-orang tertentu telah mencapai jumlah minimal dan setelah pula.
Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil pertambangan,
hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing
jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.

Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan pada akhir puasa ramadhan. Hukumnya wajib
atas setiap orang muslim, kecil atau dewasa, laki-laiki maupun perempuan, budak atau
merdeka. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari
raya Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5
liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan pokok di
Indonesia adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras.

Cara menghitung zakat

Zakat Maal

Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung nisab zakat
maal = 85 x harga emas pasaran per gram.

Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total harta yang
dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.

Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x Rp 600 ribu
= Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat maal
sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.

Zakat fitrah

Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang biasa
kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang
sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x harga
beras per kg.

Dijelaskan dalam Hadist (HR.Bukhari No.25;Muslim N0.22)

Artinya:
“Dari Ibnu Umar Radhiallahuanhuma sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada
tuhan selain allah dan bahwa muhammad utusan allah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali
dengan hak islam dan perhitungan mereka ada pada allah subhanahu wata’ala.”(HR.Bukhari
No.25;Muslim N0.22)

Zakat adalah salah satu bentuk distrubusi kekayaan di kalangan umat islam sendiri,
dari golongan kaya kepada golongan miskin. Hikmahnya adalah agar tidak terjadi jurang
pemisahan antara golongan kaya dan golongan miskin serta untuk menghindari penumpukan
kekayaan pada golongan kaya dan golongan tertentu saja. Untuk melaksanakan lembaga
zakat dengan baik dan sesuai fungsi dan tujuannya tentu harus ada aturan-aturan yang
dilakukan dalam pengelolaannya.

Pengeloaan zakat berdasarkan pada prinsip-prinsip yang baik dan jelas akan lebih
meningkatkan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang (UU)
tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998, pengertian zakat maal adalah bagian dari
harta yang disisihkan oleh seorang Muslim atau badan yang dimiliki orang Muslim sesuai
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.

Berhasilnya pengeloaan zakat tidak hanya bergantung pada banyaknya zakat yang
terkumpul, tetapi sangat tergantung pada dampak dari pengelolaan zakat tersebut dalam
masyarakat. Zakat baru dikatakan berhasil dalam pengelolaannya apabila zakat tersebut
benar-benar dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.
Keadaan yang demikian sangat tergantung pada manajemen yang diterapkan oleh amil zakat
dan political will dari pemerintah.

2. Manajemen Wakaf

Kata “wakaf” berasal dari bahasa arab waff, yang berarti “menghentikan”. Artinya,
seseorang menghentikan hak miliknya atas suatu harta dan menahan diri dari penggunaannya
dengan cara menyerahkan harta itu kepada pengelola untuk digunakan bagi kepentingan
umum. Barang yang diwakafkan adalah barang yang bermanfaat dan tidak cepat habis karena
dipakai, baik harta yang tidak bergerak, seperti tanah, maupun harta bergerak seperti buku-
buku.

Sebagai salah satu lembaga social Islam wakaf erat kaitannya dengan social ekonomo
masyarakat. Walaupun wakaf merupakanlembaga Islam yang hukumnya Sunnah namun
lembaga ini dapat berkembang dengan baik dibeberapa Negara, seperti Mesir, Yordania,
Saudi Arabia, Bangladesh dan lain-lain. Hl ini karena lembaga wakaf dikelola dengan
manajemn yang baik sehingga manfaatnya sangat dirasakan bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.

Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk
suatu usaha yang hasilnya sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan termasuk
fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi social khususnya untuk kepentingan
keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan
ekonomi masyarakat. Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal diatas tanpa
diimbangi dengan wakaf yang dapat dikelola secara produktif, maka wakaf sebagai salah satu
sarana untuk mewujudkan kesejahteraan social ekonomi masyarakat, tidak akan terealisasi
secara optimal.

Agar wakaf di Indonesia dapat memberdayakan ekonomi umat, maka di Indonesia


perlu dilakukan paradigma baru dalam pengelolaan wakaf. Wakaf yang selama ini hanya
dikelola secara konsumtif dan tradisional, sudah saatnya dikelola secara produktif dan
berkesinambungan.

Dibeberapa Negara seperti, Mesir, Yordania, Saudi, Arabia Saudi, Turki, Bangladesh,
wakaf selain berupa sarana, prasarana ibadah dan pendidikan jua berupa tanah pertanian,
perkebunan, flat, uang, saham, real estate, dan lain-lain juga dikelola secara produktif.
Dengan demikian hasilnya benar-benardapat dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan
umat.

Wakaf prouktif penting sekali untuk dikembangkan di Indonesia pada saat kondisi
perekonomian yang tidak stabil. Contoh sukses pelaksanaan sertifikat wakaf tunai di
Bangladesh dapat dijadikan teladan bagi umat islam di Indonesia. Kalu umat islam mapu
melaksanakan dalamskala besar, maka akan terlihat implikasi positif dari kegiatan wakaf
tunai tersebut. Wakaf tunai mempunyai peluang yang unik bagi terciptanya investasi di
bidang keagamaan pendidikan dan pelayanan social.
BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kebudayaan islam adalah hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia
yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk
keberkiprahan dan berkembangnya. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang telah terseleksi
oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.

Dalam masyarakat madani, nilai-nilai peradaban menjadi ciri utama. Karena itu dalam
sejarah filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga terkenal istilah madinah
atau polis, yang berarti kota. Yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban. Masyarakat
madani menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.

Masyarakat madani sebagai masyarakat ideal yang memiliki karakteristik sebagai


berikut: (1) bertuhan, (2) damai, (3) tolong menolong, (4) toleran), (5) keseimbangan antara
hak dan kebutuhan sosial. Pada masyarakat madinah, karakter ini dapat dilihat dengan jelas
pada konsep zakat, infak, sadaqah dan hibah untuk umat Islam serta jiz'ah dan kharaj bagi
Non-Muslim, merupakan salah satu wujud dari keseimbangan yang sesuai dengan masalah
tersebut, (6) berperadaban tinggi, (7) berakhlak mulia.Dalam menghadapi perkembangan dan
perubahan zaman, maka umat Islam harus berperan aktif dalam mewujudkan Masyarakat
Madani.

4.2 SARAN
Demikian makalah ini kami susun dengan harapan bisa bermanfaat bagi semua.Dalam
penulisan makalah ini, penulis merasa masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
http://fisikaituunique.blogspot.com/2014/10/contoh-makalah-budaya-akademik-etos.html
http://alifviarahma.blogspot.com/2015/06/budaya-akademik-etos-kerja-sikap.html

Anda mungkin juga menyukai