Anda di halaman 1dari 6

8.

Implemantasi Hukum di Indonesia sebagai Negara Hukum


Gustav Radbruch,seorang ahli filsafat Jeman (Sudikni Mertokususmo, 1986:
130), menyatakan bahwa untuk mengangkat hukum ada tiga unsur yang selalu harus
diperhatikan yaitu: (1) Gerechtigheit, atau unsur keadilan; (2) Zeckmaissigkeit, atau
unsur kemanfaatan; dan (3) Sicherheit, atau unsur kepastian.

1) Keadilan
Keadilan merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum.
Artinya bahwa dalam pelaksanaan hukum para aparat penegak hukum harus bersikaf
adil. Pelaksanaan hukum yang tidak adil akan mengakibatkan keresahan masyarakat,
sehingga wibawa hukum dan aparatnya akan luntur di mayarakat. Apabila masyarakat
tidak peduli terhadap hukum, makan ketetiban dan ketenteraman masyarakat akan
terancam yang pada akibatnya akan menggangu stabilitas nasional.

2) Kemantfaatan
Selain unsur keadilan, para aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya
harus memepertimbangkan agar proses penegakan hukum dan pengambilan keputusan
memiliki manfaat bagi masyarakat. Hukum harus bermanfaat bagi manusia. Oleh
karena itu, pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau
kegunaan bagi manusia.

3) Kepastian hukum
Unsur ketiga dari penegakan hukum adalah kepastian huku, artinya penegakan
hukum pada hakikatnya adalah perlindungan hukum tehapaptindakan sewenang-
wenang. Adanya kepastian hukum memungkinkan seseorang akan dapat memperoleh
sesuatu yang di harapkan (Nurwardani et al, 2016: 190).

Agar negara dapat melaksanakan tugas dalam bidang ketetiban, perlindungan


warga negara, keadilan, dan kepastian hukum, maka disusunlah peraturan-peraturan
yang disebut peraturan hukum. Peraturan hukum mengatur hubungan antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya, di samping mengatur hubungan manusia atau
warga negara dengan negara, serta mengatur organ-organ negara dalam mejalankan
pemerintahan hegara. Ada dua pembagian besar hukum, yaitu:

1) Hukum Private
Hukum yang mengatur hubungan antarmanusia (individu) yang menyangkut
“kepentingan pribadi” (misalnya masalh jual beli, sewa-menyewa, pembagian
warisan).

2) Hukum Publik
Hukum yang mengatur hunungan antara negara dengan organ negara atau
hunungan negara dengan perseorangan yang menyangkut kepentingan umum.
Misalnya, masalah perampokan, pencurian, pembunuhan, penganiyayaan, dan
tindakan kriminal lainnya (Nurwandani et al, 2016: 188)

Dalam rangka menegakkan hukum, aparatur negara harus menunaikan tugas


sesuai degan sumber yang ada dalam hukum. Sumber hukum digolongkan mejadi 2
(dua) yaitu:
1) Hukum Material
Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur keepntingan-
kepentingan dan hubungan-hubungan yang berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan.

2) Hukum Formal atau disebut juga Hukum Acara


Peraturan hukum yang mengatur tentang cara bagaimana mempertahankan dan
menjalankan peraturan hukum material.
Dalam upaya mewujudkan sistem hukum nasional yang bersumber pada
Pancasila dan UUD RI 1945, bukan hanya diperlukan pembaharuan materi hukum,
tetapi yang lebih penting adalah pembinaan aparatur hukumnya sebagai pelaksana dan
penegak hukum. Dinegara Indonesia, pemerintah bukan hanay harus tunduk dan
menjalankan hukum, tetapi juga harus aktif memberikan penyuluhan hukum kepada
segenap masyarakat , agar masyarakat semakin sadar hukum. Dengan cara demikian,
akan terbentuk perilaku warga negara yang mejunjung tinggi hukum serta taat pada
hukum (Nurwardani et al, 2016: 192).
Untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya, maka dibetuk beberapa
lembaga hukum, yaitu:
1. Kepolisian yang berfungsi utama sebagai lembaga penyidik
2. Kejaksaan yang berfungsi utama sebagai lemabag penuntut, dan
3. Kehakiman yang berfungsi sebagai lembaga pemutus/pengadilan.

Hubungan Negara Hukum dengan HAM

1. Negara Hukum
Dalam berbagai kepustakaan ditemukan secara jelas pengertian negara hukum yang
diberikan oleh para sarjana, antara lain; Wiryono Projodikoro (1971:10), memberikan
pengertian negara hukum sebagai negara dimana para penguasa atau pemerintah sebagai
penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan terikat pada peraturan hukum
yang berlaku Inti dari pengertian negara hukum yang dikemukakan oleh para sarjana
indonesia yang cukup terkemuka itu menekankan tentang tunduknya penguasa terhadap
hukum sebagai esensi negara hukum. Esensi negara hukum yang demikian itu
menitikberatkan pada tunduknya pemegang kekuasaan negara pada aturan hukum.
Pada masa Yunani kuno pemikiran tentang negara hukum cukup mendapat perhatian
dari kalangan intelektual dan para pemikir, terutama pemikiran-pemikiran tentang negara dan
hukum yang dikembangkan oleh para filsuf besar seperti Sokrates , Plaro, Aristoteles dan
lain-lain.

2. Hak Asasi Manusia


Pengertian hak asasi manusia sering dipahami sebagai hak kodrati yang dibawa oleh
manusia sejak manusia lahir ke dunia. Pemahaman terhadap hak asasi yang demikian ini
merupakan pemahaman yang sangat umum dengan tanpa membedakan secara akademik hak-
hak yang dimaksud serta tanpa mempersoalkan asal-usul atau sumber diperolehnya hak
tersebut.
Dari peristilahan diatas, perlu dibedakan pegertian antara hak-hak asasi dengan hak-hak
dasar. Perbedaan pokok antara kedua istilah tersebut adalah bahwa; hak asasi menunjuk pada
hak-hak yang memperoleh pengakuan secara internasional sedang hak dasar diakui melalui
hukum nasional. Konotasi hak asasi manusia terkait erat dengan asas-asas idea dan politis
sedangkan hak dasar merupakan bagian dari hukum dasar. Selanjutnya hak-hak asasi dimuat
dalam dokumen politik sehingga sifatnya lebih dinamis dibandingkan dengan hak-hak dasar
yang dituangkan dalam dokumen yuridis seperti UUD (konstitusi) dan dalam konfensi
internasional.
Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi menekankan pada segi-segi
tertentu dari HAM. Berikut beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa definisi Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah sebagai berikut:
a) UU Nomor 39 Tahun 1999
Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
b) John Locke
Hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari
hakikatnya, sehingga sifatnya suci.
c) David Beetham dan Kevin Boyle
Hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental adalah hak-hak individual yang
berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.

3. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia


Pertanyaan mendasar yang dikemukakan pada bagian ini adalah; apa hubungan negara
hukum dengan hak asasi manusia?. Jawaban atasa pertanyaan ini sudah barang tentu, tidak
begitu sulit mengkajinya dari sudut ilmu hukum, sebab antara negara hukum dan hak asasi
manusia, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argumentasi hukum yang dapat diajukan
tentang hal ini, ditunjukan dengan cirri negara hukum itu sendiri, bahwa salah satu diantranya
adalah perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dalam negara hukum hak asasi manusia
terlindungi, jika dalam suatu negara hak asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan
negara hukum akan tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang sangat otoriter.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk
penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya
penegakannya melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka artinya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam
undang-undang. Konstitusi melarang campur tangan pihak eksekutif atatupun legislative
terhadap kekuasaan kehakiman, bahkan pihak atasan langsung dari hakim yang
bersangkutanpun, tidak mempunyai kewenangan untuk mepengaruhi atau mendiktekan
kehendaknya kepada hakim bawahan. Pada hakekatnya, kebebasan peradilan ini merupakan
sifat bawaan dari setiap peradilan hanya saja batas dan isi kebebasannya dipengaruhi oleh
sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Asas perlindungan dalam negara hukum tampak antara lain dalam Declaration of
Independent, deklarasi tersebut mengandung asas bahwa orang yang hidup di dunia ini,
sebenarnya telah diciptakan merdeka oleh Tuhan, dengan dikaruniai beberapa hak yang tidak
dirampas atau dimusnahkan, hak tersebut mendapat perlindungan secara tegas dalam negara
hukum. Peradilan tidak semata-mata melindungi hak asasi perorangan, melainkan fungsinya
adalah untuk mengayomi masyarakat sebagai totalitas agar supaya cita-cita luhur bangsa
tercapai dan terpelihara.
Mengenai asas perlindungan , dalam setiap konstitusi dimuat ketentuan yang menjamin hak-
hak asasi manusia. Ketentuan tersebut antara lain:
a. Kebebasan berserikat dan berkumpul;
b. Kebebasan mengeluarkan pikiran baik lisan dan tulisan;
c. Hak bekerja dan penghidupan yang layak;
d. Kebebasan beragama;
e. Hak untuk ikut mempertahankan negara;
f. Hak lain-lain dalam pasal-pasal tentang hak asasi manusia.
Setiap orang dapat menuntut atau mengajukan gugatan kepada negara, bila negara
melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigadaad), bahwa seorang dapat
melakukan gugatan terhadap penguasa, jika putusan pejabat yang berwenang dirasa tidak adil.
Banyak peraturan-peraturan yang member jaminan kepada para warga negara, untuk
menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-tuntutan di muka pengadilan, bila hak-hak
dasarnya atau kebebasannya dilanggar.
Sebagaimana telah dirumuskan dalam naskah perubahan kedua UUD Tahun 1945, ketentuan
mengenai hak-hak asasi manusia telah mendapatkan jaminan konstitusional yang sangat kuat
dalam Undang-Undang Dasar. Sebagian besar materi UUD ini sebenarnya berasal dari
rumusan Undang-Undang yang telah disahkan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu menjiwai
keseluruhan sistem hukum dan konstitusi indonesia, oleh karena itu perlu diadopsikan
kedalam rumusan Undang-Undang Dasar atas pengertian-pengertian dasar yang
dikembangkan sendiri oleh bangsa indonesia. Sehingga dengan demikian perumusannya
dalam Undang-Undang Dasar ini mencakup warisan-warisan pemikiran yang masih terus
akan berkembang dimasa-masa yang akan datang.
Dari uraian diatas terlihat jelas hubungan antara negara hukum dan hak asasi manusia,
hubungan mana bukan hanya dalam bentuk formal semata-mata, dalam arti bahwa
perlindungan hak asasi manusia merupakan cirri utama konsep negara hukum, tapi juga
hubungan tersebut dilihat secara materil. Hubungan secara materil ini dilukiskan atau
digambarkan dengan setiap sikap tindak penyelenggara negara harus bertumpuh pada aturan
hukum sebagai asas legalitas. Konstruksi yang demikian ini menunjukan pada hakekatnya
semua kebijakan dan sikap tindak penguasa bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia.
Pada sisi lain, kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka, tanpa dipengaruhi oleh
kekuasaan manapun, merupakan wujud perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia dalam negara hukum.

Prinsip Negara Hukum dalam Kehidupan Sehari-hari

Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung mengarah


pada konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukum dalam arti
sempit. Dalam Prinsip ini negara hukum diposisikan ke dalam ruang gerak dan peran
yang kecil atau sempit.Seperti dalam uraian terdahulu negara hukum dikonsepsikan
sebagai sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan
atas hukum. Pemerintah dan unsur-unsur lembaganya dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan
pasif. Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan
negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah
terkait dengan tuntutan dan dinamika perkembangan jaman. Prinsip Negara Hukum
material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri yang
melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :
1. HAM terjamin oleh undang-undang.
2. Supremasi hukum.
3. Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum.
4. Kesamaan kedudukan di depan hukum.
5. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
6. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.
7. Pemilihan umum yang bebas.
8. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

Anda mungkin juga menyukai