Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DIAGNOSA AKTIVITAS DI RUANG NUSA INDAH RSUD

dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Antoni Fandefitson

NIM : 2017.C.09a.0875

PRODI : S 1 KEPERAWATAN

TINGKAT/SEMESTER : DUA (II) / EMPAT (IV)

YAYASAN EKAHARAPPALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “AKTIVITAS” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Palangkaraya, 24 Juni 2019

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
AKTIVITAS

1.1 KONSEP PENYAKIT


1.1.1 Definisi
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan,
dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, sistem pernapasan dan
sirkualsi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal.
Kemampuan aktifitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem pernafasan
dan musculoskeletal. Aktifitas fisik yang kurang memadai dafat menyebabkan
berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi
kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan organ internal lainnya. ( Alimul, 2006 )

1.1.2 Tujuan Aktivitas

1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia


2. Untuk mencegah terjadinya trauma
3. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
4. Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari
5. Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

1.1.3 Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal


Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal
yang berarti tulang.

1
2

1. Otot ( Muskulus / Muscle )


Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk
menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakantulang.Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.
a. Fungsi Sistem Otot
1) Pergerakan
2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur
3) Produksi panas
b. Jenis-Jenis Otot
1) Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:
a. Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah dari otak),
dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot paha, otot betis, otot
dada.Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
b. Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja secara tak
sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih
dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,
reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan lamban.
c. Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur yang sama
dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung.Bekerja terus-menerus setiap
saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali
berdenyut.
3
2) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
a. Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak
belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.
b. Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling
mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya pronator
teres dan pronator kuadrus.
c. Mekanisme Kontraksi Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi
sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut
model Sliding Filamens. Model ini menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan
adanya dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan
miosin.
Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu
sama lain, sehingga sarkomer pun juga memendek.
Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut
asetilkolin.Otot yang terangsang menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen
yang merangsang pembentukan aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi
sehingga otot yang melekat pada tulang bergerak.
2. Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang
rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi
tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang.
a. Fungsi Rangka
1) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot,
jaringan lunak dan organ.
2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
3) Produksi sel darah (red marrow)
4) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak.
4
5) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak
karena adanya persendian.
b. Jenis Tulang
1. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
1) Tulang Rawan (kartilago)
a) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa.
b) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl.
Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.
c) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan
faring.
2. Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem
rangka.Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis
tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke
dalam kanalikuli tulang kompak.
2. Berdasarkan matriksnya, yaitu:
a. Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
b. Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
3. Berdasarkan bentuknya, yaitu:
a. Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran panjangnya
terbesar. Contohnya oshumerus dan os femur.
b. Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek.
Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan
ruas-ruas tulang belakang.
c. Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar. Contohnya os
scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
d. Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk yang tak
tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
e. Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla.
5

c. Organisasi Sistem Rangka


Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu kerangka
tubuh.Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai berikut.
1) Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan
melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada.
a. Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8 tulang kranial
dan 14 tulang fasial.
b. Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah
c. Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara laring
dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot mulut dan lidah 1
buah
d. Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan
memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan,
misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah
e. Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang
dada membentuk perisai pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di
dada, seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan
tulang belakang, berjumlah 12 ruas
2) Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-tulang bahu,
tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah terdiri atas 126 tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak, tangan dan kaki.Tulang
rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian yaitu ekstrimitas atas dan ekstrimitas
bawah.

1.1.4 Etiologi
Penyebab utama Aktivitas adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama
kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan
6
gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi.Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan system saraf pusat
4. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot

1.1.5 Patofisiologi
Aktivitas atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.Tujuan mobilisasi adalah
memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal.Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko
mengalami keterbatasan gerak fisik.Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu
rentang.Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi
aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk
mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring akan
kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe
kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan
otot menyebabkan otot memendek.Kontraksiisometrik menyebabkan peningkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,
7
misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.Gerakan volunter adalah
kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energy meningkat.Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi
irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang
dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.Tonus otot adalah suatu
keadaan tegangan otot yang seimbang.Ketegangan dapat dipertahankan dengan
adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot.Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke
jantung.Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi
dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan
kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa
yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan
menghubungkan tulang dan kartilago. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna
putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang.Kartilago adalah jaringan
penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di sendi
dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh
tertentu dan aktifitas otot.Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh
secara berkesinambungan.Misalnyaproprioseptor pada telapak kaki berkontribusi
untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan.Saat berdiri, ada
penekanan pada telapak kaki secara terus menerus.Proprioseptor memonitor tekanan,
melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
Patway 8

Mobilisasi

Tidak Mampu beraktivitas

Tirah Baring yang lama

Kehilangan daya Gangguan Jaringan kulit Jantung Ginjal Gastro


tahan otot fungsi paru- yang tertekan mengalami intestinal
paru vasokontriksi

Penurunan otot Penumpukan Perubahan Penyumbatan Ketidakmamp Gangguan


(atrofi) sekret sistem uandiblader katabolisme
intragumen kulit

Perubahan sistem Sulit batuk Kontriksipemb Suplai aliran Retensi Anoreksia


muskulus ulih darah terganggu
skeletal
Nitrogen
Gangguan jalan tidak
napas Sel kulit
seimbang
menjadi mati

Kelemahan otot
Dekubitus kemunduran
infekdefekasi

Stress terjadi

Konstipasi
Peningkatan asam lambung

Napsu Makan Menurun


9

1.1.6 Manifestasi Klinis


1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium
b. kardiovaskuler seperti hipotensiortostatik, peningkatan beban kerja jantung,
dan pembentukan thrombus
c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas
d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal
f. integument seperti ulkusdekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan
g. neurosensori: sensori deprivation
2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling
umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-
bangun, dan gangguan koping.
3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4. Pergerakan tidak terkoordinasi
5. Penurunan waktu reaksi ( lambat )

1.1.7 Komplikasi
1. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan
10
tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan
cara yang sehat
2. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani
operasi.Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih
lamban.Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita
penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
4. Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan
dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit salam masa pertumbuhannya
akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang
sering sakit.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Fisik

a. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat

tumor tulang.Pemendekanekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam

kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik

selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

b. Mengkaji tulang belakang


a. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

b. Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)

c. Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

c. Mengkaji system persendian

Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan

adanya benjolan, adanya kekakuan sendi

d. Mengkaji system otot


Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot.Lingkarekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic
hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor
neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema.Sirkulasiperifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

g. Mengkaji fungsional klien


1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas

TINGKAT KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITA
S

0 Mampu merawat sendiri secara penuh

1 Memerlukan penggunaan alat


11

12
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


peralatan

4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


berpartisipasi dalam perawatan

2. Rentang gerak (range of motion-ROM)


a. Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan, sedangkan
Ekstensi merupakan gerak meluruskan
b. Adduksi merupakan mendekati tubuh, sedangkan Abduksi merupakan
gerak menjauhi tubuh
c. Supinasi merupakan gerak menengahkan tangan, sedangkan Pronasi
merupakan gerak menelungkupkan tangan
d. Inversi merupakan gerak memiringkan ( membuka ) telapak kaki kea
rah dalam tubuh, sedangkan Eversi merupakan gerak memiringkan
(membuka) telapak kearah luar

3. Derajat kekuatan otot

SKALA PERSENTASE KARAKTERISTIK


KEKUATAN NORMAL
(%)

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di


palpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan


topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan


gravitasi dan melawan tahanan minimal 13

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal


melawan gravitasi dan tahanan penuh

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:

Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis

Untuk mengatasi ganguan Aktivitas dapat dilakukan tindakan :

1. Body Mekanik
Penggunaan organ secara efektif dan efisien sesuai fungsinya.
2. Tindakan yang berhubungan dengan mobilisasi, missal :
a. Membantu merubah posisi
b. Melatih ROM
c. Membantu klien duduk di tempat tidur
3. Mencapai kemandirian penuh dalam aktifitas perawatan diri.
(Wilkenson, Judith M2007)
1.2 KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi
manusia yang lain seperti istirahat.

B. Sistem tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas


Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:

1. Tulang

Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :

a. Mekanis :
1. Membentuk rangka
2. Tempat melekatnya berbagai otot.
b. Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor).
c. Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah.
d. Pelindung organ-organ dalam.

Jenis tulang :

a. Pipih ( kepala dan pelvis).


b. Kuboid (Vertebra dan tarsal).
c. Panjang (Femur dan Tibia).
2. Otot dan tendon
a. Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai keinginan

14
15

b. Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo
adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.
c. Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat
menggerakkan tulang
3. Ligamen

Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.

4. Sistem Syaraf
a. Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medulaspinalis) dan syaraf
tepi (perifer).
b. Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.
c. Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik
5. Sendi
Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.Sendi membuat
segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen
dan bebagai pertumbuhan tulang.

C. Kemampuan Mobilitas
Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktifitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa
bantuan.
Jenis mobilitas :

1. Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga
dapat melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2. Mobilitas sebagian
16

Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak


mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf
motorik dan sensorik.
a. Mobilitas sebagian temporer
Mobilitas Sebagian Temporer merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Kemungkinan
disebabkan oleh trauma pada muskuloskeletal, Contoh: adanya
dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen
Mobilitas Sebagian Permanen merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan rusaknya sistem syaraf yang reversibel, contoh: hemiplegia
akibat stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang.

Faktor yang mempengaruhi mobilitas :

1. Gaya hidup, Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan


mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit, dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita
fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas
bagian bawah.
3. Kebudayaan, Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh,
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat dibandingkan dengan orang yang
karena adat budaya tertentu dibatasi aktifitasnya.
4. Tingkat energi, Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas yang baik dibutuhkan energi cukup.
5. Usia dan status perkembangan, Terdapatperbedaan kemampuan mobilitas
pada tingkat usia yang berbeda.
17

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah,sebagai berikut :


Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan.

D. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of mation-ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Melatih rentang gerak sendi:
Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
a. Tekuk tangan pasien kedepan sejauh mungkin

Fleksi dan ekstensi siku


a. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
b. Lakukan dan kembalikan ke posisi semula

Pronasi dan supinasi lengan bawah


a. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknyamenjauhinya
b. Kembalikan keposisi semula
c. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya
menghadap kearahnya
d. Kembalikan keposisi semula
18

Pronasifleksi bahu
a. Angkat lengan pasien pada posisi semula

Abduksi dan Adduksi


a. Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
b. Kembalikan keposisi semula

Rotasi bahu
a. Gerakkan lengan bawah kebawah sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap kebawah
b. Kembalikan keposisi semula
c. Gerakkan lengan bawah kebelakang sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap keatas
d. Kembalikan keposisi semula

Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki


a. Tekuk jari-jari kaki kebawah
b. Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang
c. Kembalikan ke posisi semula

Infersi dan efersi kaki


a. Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki
lainnya
b. Kembalikan keposisi semula
c. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki
lainnya
d. Kembalikan keposisi semula
19

Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki


a. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki kearah dada
pasien
b. Kembalikan ke posisi semula
c. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien

Fleksi dan ekstensi lutut


a. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkah paha
b. Lanjutkan menekuk lutut kearah dada sejauh mungkin
c. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki
keatas
d. Kembali keposisi semula

Rotasi pangkal paha


a. Putar kaki menjauhi perawat
b. Putar kaki ke arah perawat
c. Kembalikan keposisi semula

Abduksi dan adduksi pangkal paha


a. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien
b. Gerakkan kaki mendekati badan pasien
c. Kembalikan keposisi semula

E. Kemampuan Kekuatan Otot


Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot utnuk melakukan
kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal
dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan kekuatan otot adalah tenaga, gaya atau ketegangan yang dapat
dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban
20

maksimal. Seseorang mungkin memiliki kekuatan pada bagian otot tertentu


namun belum tentu memiliki pada bagian otot lainnya.
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.

Mengukur kekuatan otot:


Skala 0.
     Artinya otot tak  mampu bergerak, misalnya jika tapak tangan dan jari
mempunyai skala 0 berarti tapak tangan dan jari tetap aja ditempat walau sudah
diperintahkan untuk bergerak.
Skala 1.
     Jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot
masih belum atrofi atau belum layu.
Skala 2.
Dapat mengerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah misalnya
tapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja
sudah tak mampu bergerak
Skala 3.
Dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat
menggerakkan tapak tangan dan jari
Skala4.
     Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
Skala 5.
Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal
Skala diatas pada umumnya dipakai  untuk memeriksa  penderita yang
mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai
untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan
atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada seseorang penderita.
1.3 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1.3.1 Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian meliputi tentang
a) Identitas Pasien
b) Riwayat kesehatan & Keluhan utama
c) Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat kesadaran
2) Postur atau bentuk tubuh : skoliosis, kiposis, lordosis, cara barjalan
3) Ekstremitas
a) Kelemehan
b) Gangguan sensorik
c) Tonus otot
d) Atropi
e) Gerakan tak terkendali
f) Tremor
g) Kemampuan berjalan, duduk, berdiri
h) Nyeri sendi
1.3.2 Diagnosa Keperawatan dan intervensi
a. Intoleransi Aktifitas
Definisi : Kondisi Di Mana seseorang mengalami penurunan energy
Fisiologis untuk melakukan aktifitas sehari hari.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Kelemahan umum
2) Bedrest yang lama/imobilitas
3) Motivasi yang kurang
4) Pembatasan pergerakan
5) Nyeri

Kemungkinan data yang ditemukan:

21
22

1) Verbal addanya kelemahan


2) Sessak nafas pucat
3) Kesulitan dalam pergerakan
4) Abnormal nadi, tekanan darah terhadap respon aktivitas

Kondisi klinis yang mungkin terjadi

1) Anemia
2) Gagal jantung
3) Gangguan jantung
4) Kardiak aritmia
5) COPD
6) Gangguan metabolisme
7) Gangguan muskuloskeletal

Tujuan yang di harapkan

1) Kelemahan berkurang
2) Berpatisipasi dalam perawatan diri
3) Mempertahankan kemapuan aktivitas septimal mungkin.
No Intervensi Rasional
Monitor keterbatasan aktivitas, Merencankan intervensi tepat
1
kelemahan saat aktivitas
Bantu pasien dalam melakukan Pasien dapat memilih dan
2
aktivitas sendiri merencanakan sendiri
Catat tada vital sebelum dan Mengkaji sejauh mana perbedaan
3
sesudah aktivitas peningkatan selama aktifitas
Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerjasama tim dan
4 fisioterapi dalam latihan perawatan holistic
aktivitas
5 Istirahat yang adekuat setelah Membantu mengembalikan energy
23

latihan sendiri
Berikan diet yang adekuat Metabolisme membutuhkan energy
6
dengan kolaborasi ahli diet
Berikan pendidikan tentang: Meningktkan pengetahuan dalam
1) Perubahan gaya perawatan diri
hidup untuk menyimpan
7
energy
2) Penggunaan alat
bantu gerak

b. Keletihan
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan
secara terusmenerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang
tidak dapat hilang dengan istirahat.

Kemungkinan berhubungan dengan:


1) Menurunnya produksi metabolism
2) Pembatasan diet
3) Anemia
4) Ketidak seimbangan glukosa dan elektrolit

Kemungkinan yang ditemukan


1) Kurangnya energy
2) Ketidakmampuan melakukan aktivitas
3) Menurunnya penampilan
4) Lethargi

24
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1) Anemia
2) Kanker
3) Depresi
4) Diabetes militus

Tujuan yang diharapkan


1) Pasien mengatakan keletihannya berkurang
2) Meningkatnya tingkat energy
3) Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuannya secara bertahap.
No Intervensi Rasional
Monitor keterbatasan aktivitas, Merencankan intervensi tepat
1
kelemahan saat aktivitas
Bantu pasien dalam melakukan Pasien dapat memilih dan
2
aktivitas sendiri merencanakan sendiri
Catat tada vital sebelum dan Mengkaji sejauh mana perbedaan
3
sesudah aktivitas peningkatan selama aktifitas
Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerjasama tim dan
4 fisioterapi dalam latihan perawatan holistic
aktivitas
Istirahat yang adekuat setelah Membantu mengembalikan energy
5
latihan sendiri
Berikan diet yang adekuat Metabolisme membutuhkan energy
6
dengan kolaborasi ahli diet
Berikan pendidikan tentang: Meningktkan pengetahuan dalam
1) Perubahan gaya perawatan diri
hidup untuk menyimpan
7
energy
2) Penggunaan alat
bantu gerak
25

c. Gangguan Mobilitas fisik


Definisi : Kondisi di mana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara
mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Gangguan persepsi kognitif
2) Imobilisasi
3) Gangguan neuromuskuler
4) Kelemahan / paralisis
5) Pasien dengan traksi

Kemungkinan data yang di temukan :

1) Gangguan dalam pergerakan


2) Keterbatasan dalam pergerakan
3) Menurunnya kekuatan otot
4) Nyeri saat pergerakan
5) Kontraksi dan atropi otot

Kondisi klinis terjadi pada :


1) Fraktur kasus dengan traksi
2) Reumatikatritis
3) Stroke
4) Depresi
5) Gangguan neuromuskuler

Tujuan yang diharapkan :


1) Pasien dapat menunjukan peningkatan mobilitas
2) Pasien mengatakan terjadi peningkatan aktivitas

26

No Intervensi Rasional
Pertahankan body aligmnet dan Mencegah iritasi dan komplikasi
1
posisi yang nyaman
Cegah pasien jatuh, berikan Mempertahankan keamanan pasien
2 pagar pengaman pada tempat
tidur
Lakukan latihan aktif maupun Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
3
pasif kntraktur
Lakukan fisiotrapi dada dan Meningkatkan fungsi paru
4
postular drainase
Monitor kulit yang tertekan, Memonitor gangguan integritas kulit
5
amati kemungkinan dekubitus
Tindakan aktivitas sesuai batas Mempertahankan otot
6
toleransi
Berikan terapi nyeri jika ada Mengurangi rasa nyeri
7 indikasi nyeri sebelum atau
setelah latihan
Pertahankan nutrisi yang Nutrisi diperlukan untuk energy
8 adekuat dengan kolaborasi ahli
diet
Kolaborasi dengan fisioterafi Kerjasama dengan perawatan holistic
9
dalam program latihan
Lakukan pengetahuan tentang : Memberikan pengetahuan dan
a) Pencegahan konstipasi perawatan diri
10
b) Body mekanik dan posisi
c) Latihan dan istirahat
Lakukan kerjasama dengan Meneruskan perawatan setelah pulang
11 keluarga dalam perawatan 27
pasien
Bantu pasien dalam memutuskan Menentukan pilihan yang tepat dalam
12
pengguanan alat bantu berjalan pengguanan alat
Lakukan ambulasi sebanyak Imobilisasi yang lama dapat
13
mungkin jika memungkinkan menimbulkan dekubitus

d. Definisi perawatan diri


Definisi : kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian mandi Dll.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Gangguan neuromuskuler
2) Menurunnya kekuatan otot
3) Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
4) Kerusakan persepsi kognitif
5) Defresi
6) Gangguan fisik

Kemungkinan data yang di temukan:


1) Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari
2) Frustasi

Kondisi klinis memungkinkan terjadi pada:


1) Gangguan serebral vaskuler
2) Trauma medulla spinalis
3) Demensia
4) Depresi
5) Kekurangan energy
6) Gangguan otot
7) Kerusakan kognitif

Tujuan yang diharapkan:


28
Pasien dapat melakukan perawatan diri secara aman
No Intervensi Rasional
Lakukan kajian kemampuan Memberikan informasi dasar dalam
1 pasien dalam perawatan diri menentukan rencana prawatan
terutama ADL
Jadwalkan jam kegiatan tertentu Perencanaan yang matang dalam
2
untuk ADL melakukan kegiataan sehari-hari
Jaga privasi dan keamanan Memberikan keamanan
3 pasien selama memberikan
perawatan
Berikan penjelasan sebelum Meningkatkan self esteem dan
4
melakukan tindakan motivasi
Selama melakukan aktivitas Meningkatkan self esteem
5 berikan dukungan dan pujian
kepada pasien
6 Lakukan latihan aktif dan pasif meningkatkan sikulasi darah
Monitor tanda vital, tekanan Mengecek perubahan keadaan pasien
7 darah, sebelum dan sesudah
melakukan ADL
Berikan obat nyeri jika dalam Pasien lebih kooperatif dalam
8 aktifitas terasa nyeri dengan beraktivitas
kolaborasi dokter
Berikan diet tinggi protein Meningkatkan dan membantu
9
membangun jaringan tubuh
Monitor pergerakan usus dan Mengetahui fungsi usus dan bladder
10
bladder
Berikan pendidikan kesehatan: Meningkatkan pengetahuan dan
a) Perawatan diri seperti motivasi dalam perawatan diri
mandi, perawatan kuku, rambut,
Dll
11 b) Latihan pasif dan aktif
c) Keamanan aktivitas
dirumah
d) Komplikasi yang
mungkin timbul

29

1.3.3 Evaluasi keperawatan

Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses


yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau
kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau
standar sebelumnya.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan,
terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta
tenaga kesehatan professional lainnya menentukan Wilkinson (2007):
1.      Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2.      Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak
perawat dengan pasien.Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang
ditentukan oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi. Contohnya adalah pada saat
pasien baru datang dari ruang bedah maka perawat akan mengevaluasi setiap 15
menit. Hari berikutnya mungkin evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada langkah
yang sebelumnya dilakukan.Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan
pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi yang
membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada tahap
pengkajian, perawat menggunakan data untuk membuat diagnosa keperawatan
sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan
keperawatan terhadap diagnosa keperawatan.
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi bukan
berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat membandingkan respon
pasien terhadap outcome yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini
untuk me-review asuhan keperawatan.

30

Kriteria Evaluasi
1. Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang diinginkan
telah optimal.
2. Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar berguna
atau bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat memadai secara
efektif.
3. Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu terhadap
pemanfaatan suatu sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
SalembaMedika.

Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses Dan
Praktik. Edisi 4.Jakarta : EGC.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Tarwoto&Wartonah, 2003.Kebutuhan Dasar Manusia & Proses


Keperawatan.Jakarta : SalembaMedika.

Anda mungkin juga menyukai