Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“Penggolongan, Efek Samping, dan Bahaya Pemberian


Obat : Obat yang bekerja pada Saluran Cerna”
Mata Kuliah Farmakologi

Dosen Pengampu:
Vera Astuti, S.Farm.APT, M.Kes.
Tingkat I A
Disusun Oleh
Kelompok 3 :
1. Dita Febriyanti (PO7120119021)
2. Dwi Dhia Safitri (PO7120119023)
3. Dwi Indriani (PO7120119024)
4. Egi Diah Saftri (PO7120119025)
5. Elen Vilana (PO7120119026)
6. Elva Noverina Putri (PO7120119027)
7. Erika Sherly Damayanti (PO7120119029)
8. Erina Rahmadiyah (PO7120119030)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmatnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan judul “Penggolongan, Efek Samping,
dan Bahaya Pemberian Obat : Obat yang bekerja pada Saluran Cerna” kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. 

Semoga makalah ini memberikan informasi dan manfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. 
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Terima kasih.

Palembang, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Obat Sistem Pencernaan ..........................................................3
2.2 Klasifikasi Obat Sistem Pencernaan......................................................3
2.2.1 Antitukak.....................................................................................3
2.2.2 Antipasmodik..............................................................................6
2.2.3 Antidiare.....................................................................................7
2.2.4 Obat Pencahar.............................................................................12
2.2.5 Obat Digestan..............................................................................16
2.2.6 Anatasida.....................................................................................17
2.2.7 Antikolinergik.............................................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................21
3.2 Saran.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia
yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.Adapun gangguan pada sistem pencernaan
seperti gastritis,hepatitis,diare,konstipasi,apendiksitis dan
maag.Masalah pencernaan dari kategori ringan hingga berat
harus segera diatasi jika tidak akan dapat memperburuk
keadaan.Salah satu cara untuk mengatasi sistem pencernaan
adalah dengan mengkonsumsi obat , yang termasuk dalam
kategori obat sistem pencernaan diantaranya Antasida, H2
reseptor antagonis , Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor,
Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare , Laksatif.
Seperti yang diketahui dalam pelayanan kesehatan, obat
merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam
sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan
gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah
penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit.
Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu,
penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap

1
akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan
yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari obat sistem pencernaan ?
2. Apa sajakah klasifikasi dari obat pencernaan ?
3. Apa saja efek yang dapat ditimbulkan dari obat
pencernaan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari obat sistem pencernaan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari obat sistem pencernaan.
3. Untuk mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari obat
sistem pencernaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Obat Sistem Pencernaan
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada
sistem gastrointestinal dan hepatobiliar Sistem pencernaan
berfungsi :
- menerima makanan
- memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses
yang disebut pencernaan)
- menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
- membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
dari tubuh

2.2 Klasifikasi Obat Sistem Pencernaan


Terdapat beberapa klasifikasi dari obat sistem
pencernaan diantaranya : Antitukak, Antipasmodik,
Antasida, Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor ,
Prokinetik, Antidiare , Laksatif.

2.2.1 ANTITUKAK
Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada
lambung, duodenum, esofagus bagian bawah, dan stroma
gastro enterostomi (setelah bedah lambung. Tujuan terapi

3
tukak lambung ialah meringankan atau menghilangkan
gejala mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi
yang serius (hemoragik ,ferforasi, abstruksi), dan
mencegah kambuh. Adapun pembagian dari antitukak
contohnya antasida.Antasida digunakan untuk
mengurangi nyeri dan rasa terbakar di hulu hati karena
hiperasiditas pada gastritis atau ulcer.Antasida yang
diberikan peroral umumnya berbentuk cairan atau tablet
kunyah guna mempercepat distribusi dan mengikat asam.
Antasida tergolong obat bebas, mengandung magnesium
(Mg+), Aluminium (Al+++), atau Kalsium (Ca++), Simitikon.
Antasida berasal dari bahasa lemah, yang jika bereaksi
dengan asam lambung di GI membentuk air dan garam.
Karena ION H+ membentuk air (H2O) menyebabkan
jumlahnya berkurang sehingga keasaman lambung
menurun atau pH meningkat. Ketika pH lambung
mencapai 4-5, aktifitas pepsin terhambat yang juga
bermanfaat dalam mengurangi iritasi mukosa.Mekanisme
kerja semua antasida hampir sama sehingga pemilihannya
didasarkan pada kapasitas netralisasi, efek samping atau
karena adanya penambahan zat-zat tertentu.
Mekanisme kerja semua antasida hampir sama
sehingga pemilihannya didasarkan pada kapasitas
netralisasi, efek samping atau karena adanya
penambahan zat-zat misalnya penambahan simetikon
atau dimetil polisiloksan dalam kesediaannya berfungsi
mendorong flatus (dapat mengurangi CO2) sehingga
mengurangi terjadinya forasi pada tukak.Kebanyakkan
kerja antasida bersifat lokal karena hanya sebagian kecil
dari zat aktifnya yang diabsorbsi. Karena merupakan basa
lemah maka jika berikatan dengan asam yang ada
dilambung menyebabkan keasaman berkurang.

4
Disamping itu, antasida juga dapat mengikat atau
mengubah derajat ionisasi obat lain yang diberikan
bersamaan sehingga dapat berpengaruh pada absorbinya.
Untuk itu, sebaiknya jika ada obat yang harus diminunm
bersamaan dengan antasida hendaknya diberi jeda
minimal 1 jam.Sodium Bikarbonat (NaHCO 3) dan kalsium
karbonat (CaCO3) merupakan antasida sistemik yang
sekarang sudah sangat jarang digunakan. Obat ini dapat
menyebabkan alkalisis karena Na+ dan Ca++ dapat
absorbsi.Kelebihan Ca (O2)2 menyebabkan urine bersifat
basa, kelebihan Na+ menyebabkan retensi cairan yang
berakibat udem dan tekanan darah naik.Selain itu,
penggunaan NaHCO3 dapat meningkatkan CO2 disaluran
pencernaan yang berakibat distensi dan sendawa atau
meningkatkan parforasi (memperparah penutup tukak
yang ada.
Konstipasi merupakan efek samping dari antasida
yang mengandung almunium (Al) dan kalsium (Ca) karena
dapat menghambat absorpsi air dan fosfat. Sedangkan
diare merupankan efek samping antasida yang
mengandung magnesium (Mg). oleh karena itu,
kebanyakan antasida mengandung kombinasi Al dan Mg
untuk saling meniadakan efek samping utamanya.
Antasida jika digunakan dalam perut kosong efeknya akan
bedurasi sekitar 30 menit tetapi jika di gunakan 1 jam
setelah makan aktivitasnya dapat berlangsung sekitar 2-3
jam. Hal ini di sebabkan karena makanan berfungsi sebagai
baffer dan menghambat kekosongan lambung. Golongan
Obat Antitukak :
·    TRANSKUILIER(Obat penenang)
Transkuiliser memliki efek yang minimal dalam
mencegah dan mengobati tukak, obat ini mengurangi

5
perangsangan vagal dan menurunkan kecemasan, Librax,
suatu kombinasi ansiolitik klordiasepoksid (librium) dan
antikolinergik clidinium (Qarzan), dipakai dalam mengobati
tukak. Adapun Golongan Obat Penenang :
a. Dari golongan benzodiazepin
Yang paling sering digunakan adalah golongan
benzodiazepin.Obat ini mempercepat relaksasi mental dan
fisik dengan cara mengurangi aktivitas saraf di dalam
otak.Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan
ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus
sangat hati-hati.Obat cemas dari golongan benzodiazepin
adalah alprazolam, klordiazepoksid (chlordiazepoxide),
lorazepam, oksazolam (oxazolam), klobazam (clobazame)
dan diazepam.
b. Buspirone
Obat cemas dari golongan azaspirodekanedion
adalah buspiron (buspirone). Obat cemas ini nerupakan
antiansietas yang efek sedatifnya relatif ringan dan tidak
bereaksi dengan alkohol. Diduga resiko timbulnya toleransi
dan ketergantungan juga kecil.Efeknya baru timbul setelah
10-15 hari, sehingga hanya digunakan untuk mengobati
penyakit kecemasan menyeluruh.
c. Hydroxyzine
Sedangkan obat cemas dari golongan piperazine
adalah hydroxyzine.Hydroxyzine diindikasikan untuk
menghilngkan gejala ansietas dan ketegangan yang
berhubungan dengan psikoneurosis atau terapi tambahan
untuk penyakit lainnya yang menyebabkan
kecemasan.Hydroxyzine dapat menyebabkan kantuk dan
menghilangkan kesadaran, sehingga dianjurkan untuk
tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan
mesin.Hydroxyzine dapat menyebabkan kekeringan pada

6
mulut, hidung da tenggorokan. Jika kekeringan berlanjut
hingga lebih dari dua minggu anda harus periksakan ke
dokter anda atau dokter gigi karena kekeringan yang lama
dapat menyebabkan penyakit gigi.

2.2.2 ANTISPASMODIK
Antipasmodik merupakan golongsn obat yang memiliki
sifat sebagai relaksan otot polos.Termasuk dalam kelas ini
ialah senyawa yang memiliki efek anti kolinelgik (lebih
tepatnya anti muskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin
tertentu.Meskipun antipasmodik dapat mengurangi spasme
usus , tetapi penggunaanya dalam dispepsia bukan tukak,
sindrom usus irritable dan penyakit divertikular hanya
bermanfaat sebagai penobatan tambahan. Manfaat klinik
anti sekresi lambung obat anti muskarinik konvensional
relatif kecil, karena dosisnya dibatasi oleh efek samping
senyawa miip antropin.Selain itu, keberadaannya telah
digantikan oleh obat-obat anti sekresi yang lebih kuat dan
spesifik, yakni antagonis reseptor-H2 histamin dan anti
muskarinik selektif piren zevin.Antipasmodik obat yang
digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna
yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan
sebagainya.Beberapa contoh :Hyoscine (Obat ini beraksi
pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang otot),
Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium
bromide digunakan untuk mengobati lambung yang luka
dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati kram perut
dan abdominal.) , Mebeverine , Papaverine, (golongan
alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan
empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot
polos, emboli perifer dan mesenterik.) , Timepidium ,
Pramiverine , Tiemonium.

7
GASTRITIS/MAAG
1.   Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter
pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil
lendir di lapisan lambung). Obat yang diberikan
mengandung bismuth atau antibiotik misalnya
amoxicillin dan claritromycin) dan obat anti-tukak
(omeprazole).
2.   Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis
yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat
atau trauma (cedera). Obat : jenis antasida (untuk
menetralkan asam lambung) dan anti-ulkus yang kuat
(untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan
asam lambung). Perdarahan hebat : menutup sumber
perdarahan pada tindakan endoskopi.
3.   Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari:
bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan
obat anti peradangan non-steroid lainnya penyakit
Crohn , alkoholik, dll diobati dengan jenis antasida dan
antagonis reseptor H2 misal Cimetidin, Ranitidian
4.  Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari
reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. diberikan
obat maag dengan jenis kortikosteroid atau dilakukan
pembedahan.
5.   Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang
penyebabnya tidak diketahui. Obat : jenis anti ulkus
yang menghalangi pelepasan asam lambung

2.2.3 ANTIDIARE
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau
frekuensi buang air besar.( Perubahan frekuensi &
konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan normal,

8
tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya bisa
mencapai lebih dari 90%.Diare merupakan suatu gejala,
pengobatannya tergantung pada penyebabnya., dapat
dijelaskan sebagai berikut
- untuk membantu meringankan diare, diberikan obat
seperti difenoksilat, codein, paregorik (opium tinctur)
atau loperamide.
- untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan
kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
- diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu
dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan
pengganti dan garam melalui infus.
Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan
larutan yang mengandung air, gula dan garam.Anti diare
yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, tidak
menyebabkan ketergantungan.
1. Golongan Obat Diare
a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri
penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan
furazolidon.
1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak
kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil
yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi
semua syarat ideal tersebut.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan
cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan

9
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek
konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah
kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi
terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek
bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa.
Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang
disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik
dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun
dewasa.
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik
berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi
barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan
melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga
dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat
dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan
diare akut.
b. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang
dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak
waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti
derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik
(atropine, ekstrak belladonna).

10
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya
asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth
dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada
permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun
(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya
berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin,
pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah
apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
2. Obat diare :
a. Akita
- Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
- Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak
diketahui penyebabnya.
- Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 tablet setelah diare
pertama, 2 tablet tiap kali diare berikutnya; maksimum 12 tablet
sehari; anak 6-12 tahun = setengah dosis dewasa; maksimum 6
tablet sehari. Kemasan : Dos 10×10 tablet.
b. Andikap
- Attapulgit aktif koloidal 650 mg, pectin 65 mg.
- Indikasi : Simptomatik pada diare non spesifik.
- Dosis : Dewasa dan anak 12 tahun ke atas = 2 kaplet setiap
setelah BAB, maksimal 12 kaplet sehari. Anak 6-12 tahun = 1
kaplet setiap setelah BAB, maksimal 6 kaplet sehari. Kemasan :
Blister 6 kaplet Rp 1.600
c. Anstrep
- Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
- Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak
diketahui penyebabnya.
- Kontraindikasi : Gangguan usus dan konstipasi; hipersensitif.

11
- Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 kaplet setelah defekasi,
maksimum 12 kaplet per hari; Anak 6-12 tahun = 1 kaplet
setelah defekasi, maksimum 6 kaplet per hari. Kemasan : Dos
10×10 kaplet Rp 23.500.
d. Bekarbon
- Activated charcoal.
- Indikasi : Diare, kembung.
- Interaksi obat : Anti dotum oral spesifik. Menurunkan kerja obat
ipeka kuanha dan emetic lain. Dengan beberapa obat oral
menimbulkan efek stimulant.
- Efek samping : Muntah, konstipasi, feses hitam.
- Dosis :Dewasa 3-4 tablet 3x sehari, anak 1-2 tablet 3x sehari.
Kemasan : tablet 250 mg x 750. Harga : Rp 14.300
e. Diaryn
- Bismuth subsalisilat 262 mg.
- Indikasi : Pengobatan diare tidak spesifik yaitu yang tidak
berdarah dan tidak diketahui penyebabnya. Kemasan : Strip 4
tablet. Harga : Rp 1.540.
f. Antrexol
- Isinya : Psidii folium extractum siccum 150 mg, Curcuma
domestica axstactum siccum 50 mg, Piper bettle folium
extractum siccum 50 mg, Cimcifuga racemosa rhizome
extractum siccum 25 mg, Areca catechu extractum siccum 15
mg.
- indikasi : Mengurangi seringnya BAB dan memadatkan tinja
pada penderita diare atau mencret.
- Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, penderita yang
memiliki kelainan atau kecenderungan pendarahan, kerusakan
saluran empedu atau tukak lambung kronis, hipersensitif.
- Dosis : Sehari 2x @ 2 kapsul, diare akut : 2x @ 2 kapsul dengan
jarak 1 jam. Kemasan : Dos 10×10 kapsul. Harga : Rp 31.000.
g. Oralit

12
- Indikasi: Mencegah dan menggobati ‘kurang cairan’ ( dehidrasi)
akibat diare/muntaber.
- Kontra Indikasi: Pengemudi kendaraan bermotor dan operator
mesin berat jangan minum obat ini sewaktu menjalan kan tugas.
h. Activated charcoal
- Indikasi: Antidiare, antidotum (adsorben untuk berbagai
keracunan obat dan toksin), antiflatulen.
- Dosis: Dewasa: 3xsehari 3-4 tablet; anak: 3xsehari 1-2 tablet.
- Interaksi: Antidotum oral spesifik. Mengabsorbsi obat yang
diberikan bersamaan sehingga menurunkan efek obat tersebut
(kerja obat ipekakuanha dan emetik lain). Dengan beberapa obat
oral dapat menimbulakn efek simultan.
i. Nifudiar
- Nifuroksazid 250 mg
- Indikasi: Diare yang disebabkan E. Coli, Staphylococcus,
kolopatis
- Kontraindikasi: Hipersensitif

j. Neo Prodial
- Furazolidon 50 mg
- Indikasi: diare spesifik, enteritis yang disebabkan Salmonela,
Shigela, Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis, E.
Coli,
- Kontra indikasi: bayi dibawah 3 bulan, hipersensitif

2.2.4 OBAT LAKSATIF (PENCAHAR)


Obat Pencahar adalah obat yang dapat mempercepat
gerakan peristaltic usus, sehingga terjadi defekasi dan
digunakan pada konstipasi yaitu keadaan susah buang air
besar.
1.Pencahar Rangsang

13
Merangsang mukosa, saraf intramural atau otot usus
sehingga meningkatkan peristaltic dan sekresi mukosa
lambung.
a. Difenilmetan, Fenolftalein
- Indikasi: Konstipasi
- Dosis: 60-100 mg (tablet)
- Efek samping: Elektrolit banyak keluar, urin dan tinja
warna merah dan reksi alergi
b. Antrakinon, Kaskara Sagrada
- Dosis: 2-5 ml (sirup), 100-300 (tablet)
- Efek samping: pigmentasi mukosa kolon
c. Sena
- Dosis: 2-4 ml (sirup), 280 mg (tablet)
- Efek samping: penggunaan lama menyebabkakn
kerusakan neuron mesenteric.
2. Minyak Jarak
Minyak jarak berasal dari biji ricinus cimmunis, suatu
trigliserida asam risinoleat dan asam lemak tidak jenuh.
Sebagai pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi.
Dosis:
- Dewasa: 15-50 ml
- Anak: 5-15 ml
Efek samping:
Confusin, denyut nadi tidak teratur, kram otot, lelah.
3. Pencahar Garam
Peristaltik usus meningkat disebabkan pengaruh tudak
langsung karena daya osmotiknya.
a. Magnesium Sulfat
- Dosis: 15-30 g (bubuk)
- Efek samping: mual, dehidrasi, dekompesasi ginjal,
hipotensi, paralisis pernapasan.
b. Susu Magnesium

14
- Dosis: 15-30 ml
c. Magnesium Oksida
- Dosis; 2-4 g
4. Pencahar Pembenuik Masa
Obat golongan ini berasal dari alam atau dibuat secara
semisintetik. Golongan ini bekerja dengan mengikat air dan
ion dalam lumen kolon.
a. Metilselulosa
Dosis:
- Dewasa: 2-4 kali 1,5 g/hari
- Anak: 3-4 kali 500 mg/hari
Efek samping:
obstruksi usus dan esopagus
b. Natriumkarboksi Metilsulosa
Dosis: 5-6 g (tablet)
Dosis: 4-16 g
5. Pencahar Emolin
Memudahkan defekasi dengan cara melunakan tinja tanpa
merangsang peristaltic usus, baik langsung maupun tidak
langsung.
a. Dioktilkalsiumsulfosuksinat
- Dosis: 50-450 mg/hari (kapsul)
- Efek samping: kolik usus
b. Parafin cair
- Dosis: 15-30 ml/hari
- Efek samping: mengganggu absorpsi zat-zat larut
lemak, lipid pneumonia, pruritis ani.
c. Minyak Zaitun
- Dosis: 30 mg

2.2.5 KOLAGOGUM, KOLELITOLITIK DAN HEPATIK


PROTEKTOR

15
Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung
berkaitan dengan saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi
hati dan empedu yang bermasalah.Obat yang menstimulasi
aliran empedu ke duodenum disebut Kolagogum.Hingga kini
belum ada pengobatan efektif pilihan untuk penyakit
hepatitis yang kronis karena virus.Ada beberapa zat aktif
yang diindikasikan untuk masalah ini , seperti di bawah ini :
- Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif
langsung, dan efek pada siklus enterohepatik pada
efek korelatif potensial asam empedu dan efek
imunomodulate.
- AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan
asam amino esensial yang terdiri dari asam amino
Valin, Leusin, & Isoleusin. Pada penderita penyakit
hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan
menurun.
- Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari
empat asam organik utama yang diproduksi oleh hati,
disintesa hati dari kolesterol. Indikasi : batu empedu
kolesterol, khususnya pada pasien yang beresiko
tinggi untuk pembedahan, tidak dapat ditolong
dengan pembedahan sama sekali atau yang menolak
kolesistektomi (membuang kandung empedu yang
sakit atau yang berisi batu dengan pembedahan).
- Zat aktif lainnya, berasal dari alam seperti silymarin,
lecitin, ekstrak rimpang-rimpangan maupun tanaman
lainnya yang dalam penelitian bermanfaat untuk
kesehatan hati.
2.2.6 OBAT HEMOROID
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang
mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding
rektum dan anus. Wasir yang tetap berada di anus disebut

16
hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari
anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir bisa
terjadi karena mengeluarkan darah, terutama setelah
buang air besar, sehingga tinja mengandung darah atau
terdapat bercak darah di handuk ataupun tisu kamar mandi.
Darahnya bisa membuat air di kakus menjadi merah. Lama
kelamaan wasir dapat menyebabkan penderitanya
mengalami kehilangan darah yang berat atau anemia
sehingga memerlukan transfusi darah.Wasir yang menonjol
keluar mungkin harus dimasukkan kembali dengan tangan
perlahan-lahan atau bisa juga masuk dengan sendirinya.
Wasir dapat membengkak dan menjadi nyeri bila
permukaannya terkena gesekan atau jika di dalamnya
terbentuknya pembekuan darah.Kadang-kadang, wasir bisa
juga menyabakan keluarnya lendir dan menimbulkan
perasaan bahwa masih ada isi rektum yang belum
dikeluarkan. Perut terasa mau jebol karena banyak tinja
yang tertahan akibat takut mengalamai rasa sakit saat
buang air besar. Gatal pada daerah anus (pruritus ani) bisa
menjadi gejala dari wasir. Rasa gatal ini terjadi karena
keadaan wasir yang terkeluar itu menghambat
pembersihan anus secara efisien, dapat menyebabkan
partikel-partikel kecil dari feses menumpuk pada kulit
perianal dan bekerja sebagai iritan. Iritan ini dapat
berpotensi menjadi kanker bila tidak segera ditangani. Ada
juga yang mengalami rasa sakit di bagian tulang belakang
bagian bawah. Biasanya, gejala itu di alami oleh penderita
yang sudah pada ambeien stadium 2.Penyakit hati
menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal
dan kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir.
Pengobatan Hemoroid/Wasir biasanya, tidak membutuhkan
pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala.

17
1. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi
sembelit dan peregangan yang menyertainya.
2. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir
yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena
digantikan oleh jaringan parut.
3. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap
suntikan skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini,
disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu
dan putus tanpa rasa sakit.
4. Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu
atau lebih. Mungkin 3-6 kali pengobatan.
5. Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser
(perusakan laser), sinar infra merah (fotokoagulasi infra
merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).
6. Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain
gagal.

Kandungan obat hemoroid / wasir


Polidocanol, sediaan injeksi (ampul).Senyawa bismuth dan
kombinasinya, Kombinasi Hydrokortison,
suppositoria.Ekstrak tumbuh-tumbuhan, Graptophyllum
pictum, Sophora japonica , dllSenyawa flucortolone dan
kombinasi senyawa alumunium, senyawa zink,
hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim.

2.2.7 OBAT DIGESTAN


Obat membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim
atau campurannya, berguna memperbaiki fungsi
pencernaan, bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat
yang berfungsi mencerna makanan.
Sediaan digestan :
Enzim pankreas

18
- Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin &
pankrelipase. Mengandung amilase, tripsin (protease) &
lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan,
aktivitas lipase relatif lebih tinggi dari pankreatin.
- Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding
dengan enzim pankreas.
- Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya,
mengatasi batu kolesterol kandung empedu.

2.2.8 ANTASIDA
Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan
untuk menetralisir kelebihan asam lambung yg
menyebabkan timbulnya sakit maag.Tujuan pengobatan
adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan,
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Berdasarkan
mekanisme kerjanya, obat-obat antasida digolongkan
menjadi 2 golongan yaitu :
1.  Anti Hiperasiditas
Obat dengan kandungan aluminium atau magnesium
bekerja secara kimiawi mengikat kelebihan HCl dalam
lambung. Sediaan yang mengandung magnesium
menyebabkan diare karena bersifat pencahar, sedangkan
sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan
sembelit maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan.
Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalsit.
2. Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit
maag, gejala utama penyakit gastroesophageal refluks,
ataupun gangguan asam pencernaan. Pengobatan dengan
antasida dan hanya ditujukan untuk gejala ringan saja.
Pengobatan ulkus akibat keasaman yang berlebihan

19
mungkin memerlukan antagonis reseptor H2 atau pompa
proton untuk menghambat asam, dan mengurangipylori.
3. Efek
Efek yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek
yang umumnya terjadi adalah sembelit, diare, dan kentut
terus-menerus.Berkurangnya keasaman perut dapat
menyebabkan mengurangi kemampuan untuk mencerna
dan menyerap nutrisi tertentu, seperti zat besi dan vitamin
B. Kadar pH yang rendah di perut biasanya membunuh
bakteri yang tertelan, tetapi antasida meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi karena kadar pHnya naik. Hal
ini juga bisa mengakibatkan berkurangnya kemampuan
biologis dari beberapa obat. Misalnya, ketersediaan hayati
ketokonazol (antijamur) berkurang pada pH lambung yang
tinggi (kandungan asam rendah).Peningkatan pH dapat
mengubah kemampuan biologis obat lain, seperti tetrasiklin
dan amfetamin. Ekskresi obat-obatan tertentu juga dapat
terpengaruh. Perpaduan tetracycline dengan aluminium
hidroksida dapat menyebabkan mual, muntah, dan ekskresi
fosfat, sehingga kekurangan fosfat.
Perintang reseptor H2 ( antagonis reseptor H2).Bekerja
dengan cara mengurangi sekresi asam. contoh obatnya
adalah ranitidin dan simetidin.
Adapun penggolongan obat - obat antasida, antara lain :
a. Antasida
- Aluminium Hidroksida
- Al Oksida
- Magnesium Karbonat
- Mg Trisilikat
- Mg Oksida
- Mg Hidroklorida
- Natrium Karbonat

20
- Bismuth Subnitrat
- Bismuth Subsitrat
- Kalsium Karbonat
- Hidrotalsite ( Mg, Al, Hidroksi Karbonat )
b. Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker )
- Ranitidin
- Simetidin
- Famotidin
- Nizatidin
Bekerja dengan cara mngurangi sekresi asam lambung
sebagai akibat hambatan reseptor H2.
c. Penghambat Pompa Proton
- Omeprazol
- Lansoprazol
- Pantoprazol
Bekerja dengan cara menghambat asam lambung
dengan cara menghambat sistem enzim adenosin trifosfat
hidrogen-kalium (pompa proton dari sel parietal lambung)
d. Anti Kolinergik / anti muskarinik
- Pirenzepin
- Fentonium
- Ekstrak Belladon
Bekerja dengan menghambat sekresi asam melalui
reseptor muskarindan melawan kejang
e. Analog Prostaglandin
- Misoprostol
Anti sekresi dan proteksi
f. Pelindung mukosa
- Sukralfat
Melindungi mukosa dari serangan pepsin dan asam
g. Penguat motilitas
- Metoklorpramid

21
- Domperidon
h. Zat pembantu
- imetikon (Dimetilpolisiloksan)
Memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga
mudah di serap dan dapat mencegah masuk angin, kembung
dan kentut
i. Penenang
- Diazepam
- Klordiazepoksida
menekan stress yg dapat memicu asam lambung

2.2.9 ANTIKOLINERGIK
Antikolinergi (antimuskarinik, parasimpatolitik)
menghilangkan nyeri dengan menurunkan motilitas dan
sekresi gastrointestinal; obat-obat ini bekerja dengan
menghambat asetilkolin dan histamin dan asam
hidroklorida. Antikolinergik berfungsi memperlambat waktu
pengosomgam lambung, sehingga lebih sering dipakai
untuk tukak duodenum daripada tukak
lambung.Antikolinergik harus diminum sebelum makan
untuk mengurangi sekresi asam yang timbul saat makan.
Antasid dapat memperlambat absorbsi antikolineregik
sehingga harus diminum 2 jam sesudah pemberian
antikolinergik. Namun saat ini diangap obsolet dan sudah
ditinggalkan seluruhnya.

22
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja
pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar Sistem
pencernaan berfungsi : menerima makanan, memecah
makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah,
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari
tubuh.Jenis-jenis obat pencernaan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : Antitukak, Antipasmodik, Antasida,
Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor , Prokinetik,
Antidiare , Laksatif. Dari sekian obat yang disebutkan di

23
atas, setiap obat memiliki efek dan fungsi yang berbeda
sesuai dengan golongan obat tersebut.
3.3 Saran
Setelah mempelajari mata kuliah farmakologi maka
perawat dapat menyediakan ataupun memberikan
informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan
sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan
yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan
obat.

DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik.


Jakarta: Salemba Medika.

Muschleir, Ernst. 1991. Dinamika Obat, edisi kelima , Bandung :


ITB

Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI (Data Obat


DiIndonesia). Jakarta: PT. Grafindian Jaya.

24
Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. 1991. Obat-Obat Penting
Edisi Keempat. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo.

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R:farmakologi, pendekatan


proses keperawatan: EGC, Jakarta.1996

Tan, Hoan, Tjay dan Raharja, Kirana: obat-obat penting, edisi


keempat:1991

uschleir, emst, dinamika obat, edisi kelima, penerbit ITB,


Bandung: 1991

Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat


DiIndonesia). Jakarta: PT. Grafindian Jaya.

Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik.


Jakarta: Salemba Medika.

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R.1996. Farmakologi


Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta :EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai