Anda di halaman 1dari 4

Continuous Quality Improvement (CQI)

A. Pengertian
Peningkatan kualitas secara terus-menerus atau CQI merupakan salah stu unsur yang
terkandung dalam Total Quality Management(TQM). TQM adalah pendekatan manajemen untuk
memadukan upaya pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan peningkaran muta dari
berbagai kelompok dalam organisasi untuk menghasilkan produk yang paling ekonomis serta
mampu memenuhi kepuaasan konsumen

CQI adalah cara mencapai standar kualitas yang optimal melalui beberapa langkah
perbaikan yang sistematis dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Tiap organisasi memiliki
struktur, sejarah, dan tantangan berbeda yang memengaruhi proses perubahan, mereka perlu
mempertimbangkan faktor intra dan inter-organisasi ini ketika membuat keputusan mengenai
cara implementasi peningkatan kualitas apa yang akan bekerja paling baik.

Manfaat proses CQI meliputi, menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang
berkarakter ingin belajar dan meningkatkan kinerja yang berkelanjutan, mengidentifikasi praktik
kerja yang bekerja dengan baik, mengidentifikasi praktik yang membutuhkan peningkatan,
meningkatkan hasil. Sebuah proses CQI yang baik akan menghasilkan peningkatan keterampilan
pekerja, meningkatkan kepuasan pekerja, meningkatkan kepercayaan terhadap service yang
diberikan, meningkatkan tanggung jawab fiskal, menghasilkan keselamatan publik yang baik.

Adapun syarat pelaksanaan CQI adalah mudah dikelola, berintegrasi ke dalam proses
serta teknologi yang ada, berfokus pada peningkatan kinerja, alat untuk mengidentifikasi dan
mengukur keberhasilan, dan menjadi tanggung jawab seluruh organisasi.

Banyak model untuk menerapkan CQI, salah satu kerangka kerja yang paling umum
digunakan yaitu PDSA (Plan,Do,Study,Act) . PDSA memungkinkan pengujian perubahan dalam
skala kecil yang akan menentukan kebermanfaatannya. Setiap peningkatan kecil membangun
pengetahuan dan kepercayaan diri yang berkelanjutan sebagai refleksi kualitas dari latihan.

Alur PDSA

Adapun isi dari PDSA sebagai berikut :


1. Plan : Identifikasi apa yang tidak bekerja dengan baik dan identifikasi tujuan yang akan
dikerjakan.
2. Do: Mengimplementasikan langkah spesifik dalam bekerja untuk mencapai tujuan.
3. Study: Refleksi outcome dan hasil dari proses.
4. Act : Penentuan pelatihan akan diadopsi, dibuang, atau diadaptasi.

Adapula kerangka kerja lainnya yaitu Getting to Outcomes (GTO), yakni alat program
manajemen, yang menggunakan 10 langkah dan mengandung PDSA untuk memastikan CQI.
GTO menjalankan program melalui siklus hidup pemrograman (planning, implementation, dan
evaluation) dengan sudut pandang peningkatan kualitas. Kerangka kerja ini mudah untuk
dilakukan oleh organisasi baik baru maupun berpengalaman dalam evaluasi hasil dan
peningkatan kualitas.

Selanjutnya Collective Impact, kerangka kerja bertujuan untuk mengatasi masalah sosial
yang mengakar dan kompleks. Ini adalah pendekatan inovatif untuk membuat kolaborasi kerja
lintas sektor untuk mencapai perubahan sosial yang berkelanjutan. Konsep dasarnya yaitu,
mengembangkan agenda bersama, mengembangkan pengukuran bersama, menyediakan
komunikasi yang berkelanjutan, dan memiliki organisasi tulang punggung.

B. CQI Plan

Rencana CQI mengkonsolidasikan tujuan, kegiatan, tindakan, struktur, proses, dan metode
yang digunakan untuk memastikan bahwa sumber daya dan praktik yang digunakan mencapai
hasil yang diinginkan. Tidak perlu rumit atau panjang. Bahkan, lebih sederhana biasanya lebih
baik. Kompleksitasnya adalah dalam menentukan apa sebenarnya fokus dari proses CQI
seharusnya. Untuk memastikan bahwa perhatian ditujukan pada tujuan dan kegiatan paling
genting dengan cara berikut :
 Identifikasi misi inti atau hasil yg diinginkan organisasi
 Identifikasi tujuan dan kegiatan yang mendasar untuk mencapai hasil.
 Tetapkan tujuan CQI untuk tiap kegiatan dengan berfokus pada efektivitas, efisiensi
dan konsistensi.
 Tentukan target pengukuran CQI, ditentukan secara jelas tiap tujuan dan sasaran yang
menggambarkan proses apa yang dirancak untuk diukur.
 Tentukan metode CQI.
 Mengembangkan struktur untuk menyampaikan proses CQI
C. Indikator Kerja
Penting tuk diketahui bahwa indikator kinerja itu hanya bagian pengukuran, bukan suatu
bukti (dapat bersifat subjektif). Indikator dirancang untuk memantau kinerja suatu fasilitas secara
terus menerus. Indikator juga harus dilihat sehubungan dengan standar kinerja. Bisa berupa
standar maksimum,standar minimum, atau target yang ingin dicapai.

Indikator kinerja dapat digunakan secara internal untuk memberikan gambaran umum
tren, memantau pengguna layanan, membanfingkan layanan dalam jaringan, dan
mengidentifikasi perbedaan utama dari norma juga secara eksternal untuk menunjukkan nilai dan
skala kegiatan di lokasi tersebut. Indikator juga dapat membantu dalam persiapan dan
pembenaran anggaran, serta memotivasi pekerja.

Indikator harus muncul dari pemeriksaan tentang apa bisnis organisasi, maka tujuan akan
muncul dari pernyataan misi. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa perencanaan strategis
dirancang lebih untuk menghadapi kemungkinan perubahan baik dalam proses atau
lingkungan, atau inovasi yang dapat direncanakan, sedangkan indikator kinerja lebih
memperhatikan bisnis sehari-hari organisasi dan bagaimana kinerjanya.

Proses untuk menyusun indikator kerja terdiri dari :


1. Definisikan pernyataan misi.
2. Tetapkan tujuan organisasi saat ini untuk memenuhi pernyataan misi ini.
3. Tentukan strategi apa yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tujuan ini.
4. Jelaskan output/hasil yang akan diperoleh.
5. Rancang indikator untuk mengukur seberapa baik hasil diperoleh
6. Putuskan bagaimana dan seberapa sering indikator akan diukur, serta putuskan targetnya\
7. Laporkan dan revisi indikator.

Indikator harus ditinjau dan dilaporkan setidaknya setiap tahun, untuk meninjau kepentingan data
dengan kebutuhan informasi.
DAFTAR PUSTAKA :

MS, B.,, (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya.


Jakarta : Erlangga

Kennedy, T. 2017. Continuous Quality Improvement. Sydney : Corrective Services


NSW.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. 2013. 1(1) Surabaya : Departemen


Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga

Anda mungkin juga menyukai