Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam di Indonesia sangat beragam, dalam artian beberapa
pemikiran dalam berdakwah cara berbeda-beda namun cara
beribadah semua umat Islam di Indonesia semuanya sama, yaitu
dengan menjalankan rukun islam dan rukun iman sesuai Al-
Qur’an dan Hadist. Hanya beberapa perbedaan saja dalam hal
beribadah tetapi tujuan akhir dari semua itu adalah beribadah
kepada Allah SWT. Karena semua Ormas - ormas yang berdiri di
Indonesia semuanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Untuk itu
dalam makalah ini akan dijelaskan salah satu ormas terbesar di
Indonesia yaitu Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai organisasi besar di negeri
ini tentu banyak faktor yang mempengaruhi tentang
keberadaanya. Selanjutnya muhammadiyah sebagai organisasi
pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya.
Dengan maksud dan tujuan tersebut muhammadiyah bergerak
dengan besar kecilnya kegiatan sebagai contoh amal usaha
muhammadiyah. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
maksud,tujuan, sejarah perumusan serta pengertian yang
terkandung didalamnya. Rumusan maksud dan tujuan
muhammadiyah sejak berdiri sampai sekarang ini mengalami
beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa
dan istilah. Sekalipun begitu tidak dengan sendirinya berubah isi
dan jiwanya, karena hakekatnya antara yang lama dan baru adalah
sama-sama untuk perubahan yang lebih baik.

1
B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian Muhammadiyah?
B. Siapa Pendiri Muhammadiyah?
C. Bagaimana Sejarah Berdirinya Muhammadiyah?
D. Bagaimana Struktur Organisasi dan Ciri-ciri
Muhammadiyah?
E. Bagaimana Pandangan Mummadiyah tentang islam
Nusantara dan begitu pun issu radikalisme?
F. Bagaimana Madzhab yang dianut Muhammadiyah?
G. Pendapat Muhammadiyah tentang penggunaan qunut,
tahlilan, dan peringatan hari-hari besar?
H. Peran Muhammadiyah di dalam pengembangan islam
masyarakat Indonesia.?

C. Tujuan

 Memperdalam keberagaman ormas-ormas Islam di


Indonesia
 Mengetahui Sejarah berdirinya Muhammadiyah
salah satu ormas terbesar di Indonesia.

D. Manfaat

Diharapakan setelah mempelajari makalah ini dapat


menambah wawasan kita terhadap ormas Muhammadiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar


di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi
Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad
SAW. Latar belakang KH Ahmad Dahlan memilih nama
Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga
masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari
masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan
keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang
telah diajarkan Rasulullah SAW.

B. Pendiri Muhammadiyah

Semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya


dari Nabi Muhammad”, itulah ajaran utama dari K.H.
Ahmad Dahlan. Ajaran ini terus dipegang oleh anggota
Muhammadiyah sampai sekarang. Ini juga reformasi yang
dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan terhadap ajaran agama yang
berlangsung saat itu di Jawa. Oleh karena itulah Ahmad Dahlan
mengatakan ziarah kubur dan meminta kepada kuburan dilarang.

Ahmad Dahlan juga melarang penyembahan dan perlakuan


yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris,
kereta kuda, dan tombak tapi pihak keraton tetap saja melakukan.
Ahmad Dahlan juga hendak membetulkan arah kiblat di Masjid
Keraton tapi pihak keraton menolak.

Ahmad Dahlan lalu berhenti dari pekerjaannya sebagai


‘ketib’ (khatib) keraton. Dahlan juga mereformasi sistem
pendidikan pesantren yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan

3
tidak efektif metodenya karena mengutamakan menghafal serta
tidak merespons ilmu pengetahuan umum, Dahlan juga
memurnikan agama Islam dari percampurannya dengan agama
Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.

Ahmad Dahlan dilahirkan di daerah Kauman kota


Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwis pada tahun 1869,
sumber lain mengatakan tahun 1868. Memang kelahiran Ahmad
Dahlan agak gelap tanggal pastinya pun tidak terlacak. Kita tidak
mempermasalahkan kelahirannya melainkan karyanya. Organisasi
yang dia dirikan yaitu Muhammadiyah sekarang menjadi maju dan
menjadi organisasi massa Islam terbesar di Indonesia bahkan di
dunia dari segi anggotanya.

C. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

 Berasal dari kata bahasa estimologis Arab "Muhammad" yaitu


nama Nabi atau Rasul yang terakhir. Orang Jawa menyebutnya
Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Kemudian mendapatkan "ya
nisbiyah" yang artinya menjeniskan.
Jadi, asal-usul sejarah nama Muhammadiyah berarti umatnya
Muhammad atau pengikut Nabi Muhammad Saw. Yaitu semua orang
yang menyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pembawa
pesan Allah yang terakhir untuk menyebarkan ajaran Islam dan tauhid.
Dan berdirinya Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad
Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, yakni bertepatan tanggal 18
November 1912 M di kota Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama
Muhammadiyah dengan maksud untuk berta'faul (berpengharapan
baik), dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan nabi
Muhammad SAW dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam semata-mata demi terwujudnya Izzul Islam wal
Muslimin, kejayaan Islam sebagai idealita dan kemulian hidup umat
Ilam sebagai realita.

4
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung
usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang
dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada
awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda
berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan
diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang
dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya
berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang
dikenal dengan Madrasah Mu’allimin _khusus laki-laki, yang
bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat
Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Berkaitan dengan latar belakang berdirinya


Muhammadiyah secara garis besar faktor penyebabnya adalah
pertama, faktor subyektif adalah hasil pendalaman KH. Ahmad
Dahlan terhadap al-Qur’an dalam menelaah QS Ali Imron : 104

       


       

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat


yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.”

Kedua, faktor obyektif di mana dapat dilihat secara internal


dan eksternal.

Faktor Internal berdirinya muhammadiyah adalah bercampur-


aduknya ajaran Islam dengan ajaran lain akibat tidak dijadikannya
al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh
sebagian besar umat Islam Indonesia.

Faktor Eksternal berdirinya muhammadiyah adalah tidak


efisiennya lembaga-lembaga pendidikan agama Islam yang hanya

5
mengajarkan ilmu agama saja.Sebaliknya sekolah modern kala itu
tidak mengajarkan ilmu agama, sehingga hasil dari pendidikan ini
adalah sarjana yang kurang. Dan pada saat itu Indonesia seang
dijajah oleh Belanda dan itu juga berpengaruh terhadap pendidikan
yang pada saat itu, KH Ahmad Dahlan khawatir jika islam tidak
masuk maka akan terjadi westernisasi. Karena pendidikan agama
dilarang oleh pemerintah Belanda.

D. Struktur Organisasi di Muhammadiyah

1. Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah:


 Pimpinan Pusat
 Pimpinaan Wilayah
 Pimpinaan Daerah
 Pimpinan Cabang
 Pimpinan Ranting
 Jama’ah Muhammadiyah
2. Pembantu Pimpinan Persyarikatan
 Majelis
a. Majelis Tarjih dan Tajdid
b. Majelis Tabligh
c. Majelis Pendidikan Tinggi
d. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
e. Majelis Pendidikan Kader
f. Majelis Pelayanan Sosial
g. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
h. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
i. Majelis Pembina Kesehatan Umum
j. Majelis Pustaka dan Informasi
k. Majelis Lingkungan Hidup
l. Majelis Hukum Dan Hak Asasi Manusia
m. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
 Lembaga

6
n. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
o. Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
p. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
q. Lembaga Penanganan Bencana
r. Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh
s. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
t. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
u. Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internationa
3. Organisasi Otonom
 Aisyiyah
 Pemuda Muhammadiyah
 Nasyiyatul Aisyiyah
 Ikatan Pelajar Muhammadiyah
 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
 Hizbul Wathan
 Tapak Suci

Ciri- ciri Muhammadiyah ;


Pertama, Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar makruf
nahi munkar dan tajdid, berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah, dengan tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenam-benarnya.
Kedua, dalam beragama Muhammadiyah selalu memperlihatkan sikap
wasathiyah (tengahan) dan tidak ghulul (ekstrim), dengan tetap istiqamah pada
prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah yang
shahihah/maqbulah serta mengembangkan akal pikiran yang sesuai dengan ajaran
Islam.
Ketiga, Muhammadiyah memandang Islam sebagaai agama yang
berkemajuan (Dinul hadharah) dan mengandung kesatuan yang utuh,
menyanginkut aspek-aspek aqidah, ibadah, akhiaq dan mu’amalah dunyawiyah,
tanpa meniandang satu aspek lebih penting dari yang lainnya, serta
mewujudkannya dalam kehidupan peribadi, keluarga, dan masyarakat melalaui
dakwah yang terns menerus.

7
Keempat, pandangan Muhammadiyah tentang tajdid atau pembaharuan
cendernng seimbang antara pemurnian (purifikasi) dan
pembaruan/pengembangan (modernisasi, dinamisasi).
Kelima, ideologi Gerakan Muhammadiyah mengenepankan penerapan
nilai-nilai dan prinsip Islam dalam kehidupan dan lebih berorientasi pada
pembentukan masyarakat Islam.
Keenam, Muhammadiyah menampilkan corak Islam yang
mengedepankan amaliyah yang terlembaga dan terorganisasi sebagai perwujudan
dan keyakinan dan pemahaman Islam dalam Muhammadiyah, sehingga Islam
termanifestasikan secara konkrit.
Ketujuh, perjuangan Muhammadiyah lebih memilih jalur dakwah di
bidang kemasyaraakatan dan tidak menempuh jalur politik sebagaimana ditempuh
oleh partai politik, dengan tetap menjalankan peran-peran kebangsaan.
Kedelapan, Muhammadiyah menerima Negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Negara bangsa,
untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil dan makmur
dan diridlai Allah SwT: Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Kesembilan, dalam memosisikan diri di hadapan Negara/Pemerintah,
Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap amar ma’ruf nahi munkar
dalam makna memberikan dukungan pada kebijakan-kebijakan yang positif,
sebaliknya melakukan kritik secara bijaksana terhadap kebijakan-kebijakan yang
dipandang tidak baik.
Kesepuluh, sejalan dengan Kepribadian Muhammadiyah, dalam
memperjuangkan sesuatu lebih mengedepankan sikap toleran, demokratis, damai,
cerdas, bekerjasama dengan golongan manapun untuk kebaikan, kuat dalam
prinsip tetapi luwes dalam cara, menjauhi konfrontasi apalagi kekerasan.
Terakhir, bergerak melalui sistem organisasi (Persyarikatan) dan tidak
bersifat perorangan dengan menjunjung tinggi semangat kolektif kolegial,
demokratis, musyawarah, dan ukhuwah.

E. Pandangan Muhammadiyah tentang Islam Nusantara dan issu


radikalisme.

8
Muhammadiyah tidak alergi dengan budaya di Indonesia,
selama budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran islam artinya
jika misalkan alat musik yang awalnya tidak apa-apa, tetapi jika
digunakan tidak benar atau dapat melalaikan maka muhammadiyah
tidak menerimanya. Artinya jika islam Nusantara atau budaya itu
tidak menabrak atau tidak bertentangan dengan ajaran .
Issu Radikalisme yang ada di Indonesia sudah lama
terdengar, dalam hal ini Muhammadiyah selaku salah satu ormas
terbesar itu berdiri sebagai moderat (penengah). Dakwah yang
dilakukan oleh Muhammadiyah sangat meniru apa yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW. Tetapi ada kalanya Muhammadiyah
berdakwah keras hanya terhadap orang-orang kafir dan terhadap
orang - orang yang percaya TBC ( Tahayul, Bid’ah, Kurafat). Dan
sikap Muhammadiyah kepada aliran radikalisme, silahkan saja jika
menurut mereka itulah yang benar.
F. Madzhab yang dianut Muhammadiyah
Muhammadiyah memang tidak terikat kepada salah satu di
antara madzhab-madzhab tertentu akan tetapi juga bukan berarti
Muhammadiyah anti dengan madzhab, kita tidak meragukan
kualitas keilmuan para imam-imam madzhab, namun bagaimana
pun juga pendapat-pendapat para imam tidaklah memiliki
kebenaran secara mutlak sebagaimana kebenaran al-Quran dan as-
Sunnah ash-Shahihah. Pendapat-pendapat para imam tersebut
sangat erat kaitannya dengan kondisi pada masa mereka hidup,
yang tentunya akan terdapat perbedaan dan juga akan ada hal-hal
yang kurang relevan lagi dengan masa kita sekarang. Apa yang
dilakukan Muhammadiyah -melaksanakan agama bersumber pada
al-Qur’an dan as-Sunnah – ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw:

‫ت فِي ُك ْم أَ ْم َري ِْن‬


ُ ‫ تَ َر ْك‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬: ‫س قَا َل‬ ٍ َ‫ك ْب ِن أَن‬ ٍ ِ‫ع َْن َمال‬
]‫ [رواه مالك في الموطأ‬.‫ب هللاِ َو ُسنَّ ِة َرسُولِ ِه‬ ِ ‫ ِكتَا‬: ‫ضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما‬
ِ َ‫لَ ْن ت‬

9
Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata, bahwa
Rasulullah saw bersabda: Aku telah meninggalkan kepadamu
sekalian dua perkara, tidak akan tersesat kamu selama berpegang
teguh dengan keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”.
[Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Muwattha’].
Dan juga apa yang dikatakan oleh salah satu Imam
madzhab, yaitu Imam Ahmad Bin Hanbal yang berbunyi :

. ‫ْث أَخَ•• ُذوا‬ ْ ‫الش••افِ ِعي َوالَ ْاألَوْ زَ ا ِعي َوالَ الثَّوْ ِري َو ُخ‬
ُ ‫••ذ ِم ْن َحي‬ َّ َ‫الَ تَقَلَّ ْدنِي َوالَ تَقَلَّ ْد َمالِ ًك••ا َوال‬
]‫[ابن القيم في إعالم الموقعين‬

Artinya: “Janganlah engkau taqlid kepadaku, demikian juga kepada


Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Auza’i dan Imam ats-Tsauri.
Namun ambillah (ikutilah) darimana mereka (para Imam itu)
mengambil (yaitu al-Quran dan as-Sunnah)”.

Singkatnya, tidak mengikuti pada madzhab-madzhab tertentu


bukan berarti tidak menghormati pendapat para imam fuqaha,
namun hal ini justru langkah untuk menghormati mereka karena
mengikuti metode dan jalan hidup mereka serta melaksanakan
pesan-pesan mereka agar tidak bertaqlid. Jadi sebenarnya hal
penting yang perlu diikuti adalah menggali pandapat itu dari
sumber pengambilan mereka yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah saw yang shahih yang tidak diragukan lagi
kebenarannya.
G. Pendapat Muhammadiyah tentang penggunaan qunut, tahlilan, dan
peringatan hari-hari besar?

Permasalahan qunut sebenarnya telah dijawab pada


keputusan Muktamar Tarjih Wiradesa dan sudah termaktub dalam
buku Himpunan Putusan Tarjih hal. 366-367, dan telah dijawab
oleh Tim PP. Muhammadiyah Majlis Tarjih dalam buku Tanya
Jawab Agama Jilid 2.

10
Pengertian qunut secara definitif adalah tunduk pada Allah
dengan penuh kebaktian dan juga bisa berarti tulul qiyam (‫طُ••و ُل‬
ْ atau berdiri lama untuk membaca dan berdoa di dalam shalat
‫)القِيَ ِام‬
sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan ini
termasuk ada tuntutannya (masyru’), berdasarkan  hadis Nabi saw:

ِ ‫صالَ ِة طُو ُل ْالقُنُو‬


‫ [رواه مسلم وأحممد وابن ماجه‬.‫ت‬ َ ‫ أَ ْف‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َّ ‫ض ُل ال‬ َّ ِ‫ع َْن َجابِ ٍر أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
]‫والترمذى وصححه‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Nabi saw bersabda:


Shalat yang paling utama adalah berdiri lama (untuk membaca doa
qunut).” [HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi].

Adapun qunut diartikan dengan arti khusus yakni berdiri


lama ketika i’tidal dan membaca doa: Allahummahdiny fiman
hadait … dan seterusnya di waktu shalat Subuh hukumnya
diperselisihkan ulama, di samping doa tersebut juga sebagai doa
qunut witir berdasarkan hadis:

:‫ت ْال ِو ْت ِر‬


ِ ‫ت أَقُولُه َُّن فِي قُنُو‬ َ ِ‫ عَلَّ َمنِي َرسُو ُل هللا‬:‫َوع َْن ْال َح َس ِن ْب ِن َعلِ ٍّي َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم قَا َل‬
ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكلِ َما‬
‫ َوقِنِي َش َّر َما‬، َ‫ار ْك لِي فِي َما أَ ْعطَيْت‬
ِ َ‫ َوب‬، َ‫ َوت ََولَّنِي فِي َم ْن تَ َولَّيْت‬، َ‫ َوعَافِنِي فِي َم ْن عَافَيْت‬، َ‫اللَّهُ َّم ا ْه ِدنِي فِي َم ْن هَ َديْت‬
]‫[ر َواهُ ْال َخ ْم َسة‬
َ . َ‫ار ْكتَ َربَّنَا َوتَ َعالَيْت‬
َ َ‫ تَب‬، َ‫ إنَّهُ الَ يَ ِذلُّ ِم ْن َوالَيْت‬،‫ك‬ َ ‫ضي َوالَ يُ ْق‬
َ ‫ضى َعلَ ْي‬ ِ ‫ضيْتَ فَإِنَّك تَ ْق‬
َ َ‫ق‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Hasan bin Ali, ia berkata:


Rasulullah saw telah mengajarkan kepadaku tentang kalimat-
kalimat yang aku baca ketika melakukan qunut witir: Allahumma-
hdini fiman hadait, wa’afini fiman ‘afait, watawallani fiman
tawallait wabarikli fima a’thaita wa qini syarra ma qadzaita
fainnaka taqdzi wala yuqdza ‘alaika innahu la yadzillu man
wallaita tabarakta rabbana wa ta’alaita”. (HR. lima ahli hadis).

Majelis Tarjih memilih untuk tidak melakukan doa qunut


karena melihat hadis-hadis tentang qunut Subuh dinilai lemah dan

11
banyak diperselisihkan oleh para ulama. Di samping itu terdapat
hadist yang menguatkan tidak adanya qunut Subuh. Dalam riwayat
beberapa imam disebutkan sebagai berikut:
‫إن قَوْ ًم••ا‬ ٍ َ‫ قُ ْلنَ••ا أِل َن‬، َ‫َاص• ِم ْب ِن ُس•لَ ْي َمان‬
َّ :‫س‬ ِ ‫يع ع َْن ع‬ ِ ِ‫ْس ْب ِن ال َّرب‬ ِ ‫يق قَي‬ ِ ‫َما َر َواهُ ْال َخ ِطيبُ ِم ْن طَ ِر‬
‫ َك َذبُوا إنَّ َما قَنَتَ َش ْهرًا‬:‫ت فِي ْالفَجْ ِر فَقَا َل‬ ُ ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ ْم يَزَلْ يَ ْقن‬
َ ‫ي‬َّ ِ‫يَ ْز ُع ُمونَ أَ َّن النَّب‬
َ‫ َوا ِحدًا يَ ْدعُو َعلَى َح ٍّي ِم ْن أَحْ يَا ِء ْال ُم ْش ِر ِكين‬.

Artinya: “Khatib meriwayatkan dari jalan Qais bin Rabi’


dari Ashim bin Sulaiman, kami berkata kepada Anas:
Sesungguhnya suatu kaum menganggap Nabi saw itu tidak putus-
putus berqunut di (shalat) subuh, lalu Anas berkata: Mereka telah
berdusta, karena beliau tidak qunut melainkan satu bulan, yang
mendoakan kecelakaan satu kabilah dari kabilah-kabilah kaum
musyrikin.” [HR. al-Khatib].

Permasalahan tahlilan Ayat-ayat al-Qur`an dan hadits-


hadits tersebut memberikan pengertian bahwa memperbanyak
membaca tahlil adalah termasuk amal ibadah yang sangat baik,
sehingga mereka yang memperbanyak tahlil dijamin masuk surga
dan haram masuk neraka. Tentu saja tidaklah cukup hanya
mengucapkannya, atau melafalkannya saja, melainkan harus
menghadirkan hati ketika membacanya, dan merealisasikannya
dalam kehidupan keseharian. Yaitu dengan memperbanyak amal
shalih dan meninggalkan segala macam syirik. Jika masih berbuat
syirik, dan tidak beramal shalih, sekalipun membaca tahlil ribuan
kali, tidak ada manfaatnya. Maka yang sangat penting sebenarnya
ialah bahwa tahlil itu harus benar-benar diyakini dan diamalkan
dengan berbuat amal shalih sebanyak-banyaknya.

Maka yang dilarang menurut Muhammadiyah adalah


upacaranya yang dikaitkan dengan tujuh hari kematian, atau empat
puluh hari atau seratus hari dan sebagainya.

12
Selamatan tiga hari, lima hari, tujuh hari, dan seterusnya itu
adalah sisa-sisa pengaruh budaya animisme, dinamisme, serta
peninggalan ajaran Hindu yang sudah begitu berakar dalam
masyarakat kita. Karena hal itu ada hubungan dengan ibadah, maka
kita harus kembali kepada tuntunan Islam. Apalagi, upacara
semacam itu harus mengeluarkan biaya besar, yang kadang-kadang
harus pinjam kepada tetangga atau saudaranya, sehingga terkesan
tabzir (berbuat mubazir). Seharusnya, ketika ada orang yang
meninggal dunia, kita harus bertakziyah/melayat dan mendatangi
keluarga yang terkena musibah kematian sambil membawa
bantuan/makanan seperlunya sebagai wujud bela sungkawa. Pada
waktu Ja'far bin Abi Thalib syahid dalam medan perang, Nabi saw
menyuruh kepada para shahabat untuk menyiapkan makanan bagi
keluarga Ja'far, bukan datang ke rumah keluarga Ja'far untuk
makan dan minum.

Perlu diketahui pula, bahwa setelah kematian seseorang,


tidak ada tuntunan dari Rasulullah saw untuk menyelenggarakan
upacara atau hajatan. Yang ada adalah tuntunan untuk memberi
tanda pada kubur agar diketahui siapa yang berkubur di tempat itu
(HR. Abu Dawud dari Muthallib bin Abdullah, Sunan Abi Dawud,
Bab Fi Jam'i al-Mauta fi Qabr ..., Juz 9, hlm. 22), mendoakan atau
memohonkan ampun kepada Allah SWT (HR. Abu Dawud dari
'Utsman ibn 'Affan dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim, Sunan
Abi Dawud, Bab al-Istighfar 'inda al-Qabr lil-Mayyit ..., Juz 9,
hlm. 41) dan dibolehkan ziarah kubur (HR. Muslim dari Buraidah
ibn al-Khusaib al-Aslami, Bab Bayan Ma Kana min an-Nahyi ...,
Juz 13, hlm. 113).

Permasalahan memperingati hari-hari besar menurut


pendapat muhammadiyah tidak memperingati secara khusus,
karena menurut muhammadiyah dengan memperingati hari-hari

13
besar Islam khawatirnya terjadi keberlebihan umat muslim dalam
memperingatinya.

H. Peran Muhammadiyah di dalam pengembangan islam masyarakat


Indonesia.
 Pendidikan. Melalui bidang ini Muhammadiyah telah banyak
melahirkan para cendikiawan negeri ini. Bahkan sudah mencapai
ribuan, kita lihat para tokoh bangsa ini banyak sekali hasil didikan
Muhammadiyah sebagai contoh Jendral Besar Sudirman, jendral
termuda ini merupakan kader Muhammadiyah sampai Andrea
Hirata (Laskar Pelangi), Hanung Brahmantiyo (Sutradara).
Lembaga Pendidikan Muhammadiyah bertebaran mulai dari TK
sampai dengan PT, yang jumlahnya sangat banyak sekali. Bahkan
kalau pemerintah disuruh membiayai semua lembaga pendidikan
saja milik Muhammadiyah niscaya tidak sanggup begitulah kata
pak Amien Rais. Lembaga pendidikan ini 20% dari lembaga
pendidikan yang ada di Indonesia, sehingga dapat dibayangkan
sumbangan Muhammadiyah itu.
 Social.    Dalam bidang ini Muhammadiyah sudah konsen dari
awal, karena memang berdirinya Muhammadiyah ini erat
kaitannya dengan bidang social. Bahkan berdirinya ini berkaitan
erat dengan Surat Al-Qur’an yaitu Surat Al-Maun yang
mengisyaratkan kepada kepedualian social maka sering kita kenal
dengan Teologi Al-Maun. Lewat bidang ini Muhammadiyah
membina anak-anak yatim, orang-orang jompo, dan juga rumah
sakit-rumah sakit yang sudah berdiri ratusan tahun.
 Ekonomi. Bidang garapan ini Muhammadiyah ikut membantu
memberdayakan masyarakat dengan cara membentuk Koperasi
dan membinda para pedagang. Selain itu juga Muhammadiyah
membinda para petani yang masih belum memiliki pengetahuan
tentang bertani dengan baik.

14
 Politik. Politik merupakan bidang garapan Muhammadiyah
walapun Muhammadiyah bukan organisasi politik. Akan tetapi
Muhammadiyah tidak alergi dengan politik bahkan dari awal
pendirian negeri ini Muhammadiyah telah ikut membantu
mendirikan Negeri ini dengan Tokohnya Ki Bagus Hadikusumo.
Begitupun ketika terjadi Reformasi kader Muhammadiyah yang
mempeloporinya yaitu Prof. Dr. Amien Rais, MA (Pendiri IMM)
tampil terdepan sebagai pemimpin Reformasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulaan
Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, yakni bertepatan tanggal 18
November 1912 M di kota Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama
Muhammadiyah dengan maksud untuk berta'faul (berpengharapan

15
baik), dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan nabi
Muhammad SAW dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya Izzul Islam
wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai idealita dan kemulian hidup
umat Ilam sebagai realita. Dan dalam pengambilan.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar makruf
nahi munkar dan tajdid, berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah, dengan tujuan terwujudnya masyarakat Islam
yang sebenam-benarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sunarya.2017. Wawancara tentang Muhammadiyah,di kantor cabang
cirebon, jl. Raya pilang no.9, sukapura, kejaksan,kota cirebon.
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html
http://pdpt.unimus.ac.id/2012/?p=298

16
LAMPIRAN

17
18

Anda mungkin juga menyukai