Able), Dan Dapat Dipertanggungjawabkan
Able), Dan Dapat Dipertanggungjawabkan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesulitan belajar siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA. Subjek penelitian siswa SMAN 1 Klaten,
SMAN 1 Karangnongko, dan SMAN 1 Karangdowo.Pengumpulan data menggunakan
teknik tes dan wawancara. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan
kuantitatif dengan bantuan komputer program AnBuso. Berdasar hasil analisis data dapat
diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan pada kompetensi kebahasaan subkompetensi
struktur (61,07%), kosakata (52,6%); kompetensi menyimak (41,88%), berbicara (18,89%),
membaca (21,15%), dan menulis (20,02%); dan kesastraan baik pada tingkat informasi
(45,69%), konsep (40,9%), perspektif (41,74%), dan apresiasi (47,1%). Hal itu menunjukkan
bahwa kesulitan merata pada berbagai komponen bahan pembelajaran, baik untuk
kompetensi kebahasaan maupun kesastraan, maka pencarian solusinya harus bersifat
komprehensif termasuk pemilihan metode pembelajaran.
Abstract
This study aims to describe students’ learning difficulties in the Indonesian language
learning process at the senior high school. The research subjects were students of SMAN
1 Klaten, SMAN 1 Karangnongko, and SMAN 1 Karangdowo. The data were collected
by means of tests and interviews. They were analyzed using qualitative and quantitative
descriptive techniques with the AnBuso computer program. The results of the data
analysis show that the students have difficulties in: the language sub-competencies
of structure (61.07%) and vocabulary (52.6%); the language competencies of listening
(41.88%), speaking (18.89%), reading (21.15%), and writing (20.02%); and the literary
competency at the levels of information (45.69%), concepts (40.9%), perspectives (41.74%),
and appreciation (47.1%). These show that the difficulties are evenly distributed on the
various components of learning materials, both for language and literary competencies, so
that the solutions must be comprehensive including the selection of learning methods.
12
13
sia secara umum harus disesuaikan pada secara teliti dan produk yang diperoleh,
setiap jenjang pendidikan. Tujuannya agar dievaluasi. Jenis Penelitian ini diguna-
bahan ajar tersebut sesuai dengan kebu- kan untuk memvalidasi dan mengem-
tuhan siswa, guru, serta kurikulum yang bangkan produk. Rangkaian penelitian
telah ditentukan (Febriani, 2012). dan pengembangan dilakukan dimulai
Diagnosis tentang kesulitan belajar dengan eksplorasi dan studi konseptual,
siswa perlu dilakukan untuk mengung- dilanjutkan dengan ujicoba dan evaluasi
kapkan prestasi siswa. Setelah kegiatan serta implementasi (Sugiyono, 2016).
diagnosis, selanjutnya dilakukan tes diag- Subjek penelitian sebanyak 709 siswa
nostik. Tes diagnostik dilakukan sebelum dengan rincian 318 orang siswa SMAN 1
atau selama masih berlangsungnya ke- Klaten, 256 orang siswa SMAN 1 Karang
giatan belajar mengajar. Tes diagnostik Dowo, dan 135 orang siswa SMAN 1
sengaja dirancang sebagai alat untuk me- Karang Nongko. Teknik pengumpulan
nemukan kesulitan belajar yang dihadapi data menggunakan tes dan wawancara.
siswa (Fortuna, dkk, 2013). Tujuan dari Tes dilakukan untuk memperoleh data
tes ini untuk menentukan bahan-bahan tentang diagnosis kesulitan belajar siswa
pelajaran tertentu yang masih menyulit- dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
kan siswa. Siswa yang masih mengalami Wawancara dilakukan kepada siswa un-
kesulitan dalam hal tertentu diremidi dan tuk menggali informasi mengenai kesu-
diberi tugas mengerjakan atau mempela- litan yang dialami siswa dalan pelajaran
jari bahan pengajaran program remedial bahasa Indonesia.
(Nurgiyantoro, 2016; Depdiknas, 2003, Teknik analisis data penelitian terdiri
Hadi, dkk, 2015). atas dua jenis, yaitu data yang bersifat
Hasil analisis ini berupa daftar kom- kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
petensi dasar, materi dan indikator yang meliputi deskripsi data mengenai ke-
sudah dan belum dikuasai oleh sebagian sulitan siswa dalam pebelajaran Bahasa
peserta didik. Informasi ini digunakan Indonesia. Analisis kuantitatif menggu-
untuk perbaikan progam pembelajaran nakan teknis analisis statistik sederhana.
sampai peserta didik memiliki kompe- Teknik analisis statistik sederhana yang
tensi dasar. Jika semua siswa sudah dimaksud berupa analisis persentase
menguasai suatu kompetensi dasar, ma- (Arikunto, 2003). Teknik analisis ini
teri dan indikator maka pelajaran dapat digunakan peneliti untuk menghitung
dilanjutkan dengan materi berikutnya persentase skor pencapaian siswa dan
dan apabila siswa belum menguasai kom- untuk menghitung persentase kesalahan
petensi dasar, materi atau indikator maka yang dilakukan siswa dalam menjawab
guru memberikan progam pengajaran tes diagnostik dalam pembelajaran Ba-
remidial. Oleh karena itu perlu dilakukan hasa Indonesia. Teknik analisis dilakukan
kajian terhadap kompetensi yang belum dengan menggunakan bantuan komputer
dikuasi siswa dalam pembelajaran Bahasa program AnBuso.
Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE Hasil
Metode penelitian yang digunakan Diagnosis kesulitan Belajar Bahasa
adalah penelitian dan pengembangan Indonesia dilakukan di tiga sekolah yaitu
Research and Development(R &D) (Borg SMAN 1 Klaten, SMAN 1 Karang Nong-
& Gall, 1983). Penelitian ini berorientasi ko dan SMAN 1 Karang Dowo. Hasil
pada pengembangan suatu produk yang analisis tingkat kesulitan belajar yang
proses pengembangannya dideskripsikan dialami siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan menggunakan bantuan juga ada buku-buku pedoman yang lain
komputer program AnBuso dapat dilihat seperti Pedoman Umum Pembentukan Istilah
pada Gambar 1. (2006), Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(2000), Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002),
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
(2011), dan sebagainya.
Salah satu tujuan utama pengajaran
bahasa adalah mempersiapkan siswa un-
tuk melakukan interaksi yang bermakna
dengan bahasa yang alamiah. Agar inter-
aksi dapat bermakna bagi siswa, perlu
didesain secara mendalam program pem-
belajaran bahasa Indonesia. Desain yang
Grafik 1. Tingkat Kesulitan Belajar Siswa bertumpu pada kontekstual, konstruktif,
komunikatif, intergratif, dan kuantum
Siswa mengalami kesulitan paling yang didasari oleh kompetensi dasar
banyak pada kompetensi kebahasaan sub- siswa. Kemampuan berbahasa Indonesia
kompetensi struktur bahasa, sedangkan berarti siswa terampil menggunakan ba-
yang paling sedikit mengalami kesulitan hasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
pada kompetensi keterampilan berbahasa Terampil berbahasa berarti terampil me-
subkompetensi berbicara. nyimak, berbicara, membaca, dan menulis
Berdasarkan hasil wawancara yang di- dalam bahasa Indonesia (Ripai, 2012).
lakukan terhadap siswa, dapat diketahui Menghayati bahasa dan sastra Indonesia
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam berarti siswa memiliki pengetahuan ba-
pembelajaran Bahasa Indonesia pada ma- hasa dan sastra Indonesia, dan memiliki
teri pemahaman peribahasa, menafsirkan sikap positif terhadap bahasa dan sastra
puisi, penggunaan tata bahasa Indonesia Indonesia.
yang baik dan benar, menangkap isi dan Dignosis terhadap kesulitan belajar
memahami teks bacaan yang harus dikait- yang dialami siswa pada Tingkat SMA
kan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan dengan menggunakan tes diag-
dibuat oleh pembuat soal, dan menulis. notik. Perangkat tes diagnostik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yang
Pembahasan digunakan mencakup kompetensi yang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa harus dikuasai siswa dalam pembelaja-
persatuan yang menjadi identitas bangsa ran Bahasa Indonesia yaitu kompetensi
Indonesia. Salah satu cara untuk menjaga kebahasaan, keterampilan berbahasa dan
kelestarian dan kemurnian bahasa Indo- kesastraan. Ketiga kompetensi tersebut
nesia adalah dengan menuliskan kaidah- terdiri atas beberapa subkompetensi.
kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia Kompetensi kebahasaan terdiri atas sub-
dalam sebuah buku yang di-sebut dengan kompetensi struktur dan subkompetensi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang kosakata. Kompetensi keterampilan
Disempurnakan (PUEYD) (2016). PUEYD berbahasa terdiri atas subkompetensi
dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyimak, subkompetensi berbicara, sub
kegiatan berkomunikasi menggunakan komptensi membaca dan subkompetensi
bahasa Indonesia dengan benar dalam ko- menulis. Kompetensi kesastraan terdiri
munikasi yang sifatnya formal. Selain itu, atas subkompetensi tingkat informasi,
hasa dapat dipecahkan antara lain dengan tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengajak siswa untuk mencari makna menafsirkan secara bersama-sama apa
peribahasa dari sumber pustaka. Ada yang sebenarnya dimaksud oleh seorang
buku-buku yang berisi tentang makna sastrawan dalam puisinya itu.
peribahasa atau majas. Majas, kiasan, atau Pemahaman tentang bahasa Indone-
figure ofspeech adalah bahasa kias, bahasa sia yang baik dan benar, memerlukan
indah untuk meninggikan dan meningkat- pengetahuan tentang apakah bahasa In-
kan efek dengan memperkenalkan serta donesia yang baik dan benar itu (Arifin,
membandingkan benda atau hal tertentu 2000). Bahasa Indonesia yang baik artinya
dengan benda atau hal lainyang lebih pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai
umum (Tarigan, 2009). Peribahasa sifatnya dengan situasinya. Misalnya bercakap-
klise, sehingga maknanya tidak berubah. cakap dalam situasi nonformal dalam
Untuk itu diperlukan pemahaman makna- sebuah keluarga atau di pasar tidak perlu
makna tersebut dengan menghafalkan. memakai bahasa yang benar, tetapi cu-
Ada buku-buku yang bisa dipakai oleh kup memakai bahasa yang komunikatif.
guru untuk memberikan pengetahuan Pemakaian bahasa Indonesia yang benar
makna peribahasa kepada siswa. Selain mengacu kepada pemakaian bahasa In-
itu makna peribahasa juga dapat dilihat donesia yang sesuai dengan kaidah. Ada
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Guru beberapa kaidah pemakaian bahasa Indo-
harus memberitahu makna-makna terse- nesia seperti telah disebutkan di atas.
but dalam kamus dengan cara meminjam- Bahasa Indonesia diajarkan di setiap
kan kamus tersebut kepada siswa. jenjang pendidikan mulai dari jenjang
Selanjutnya dalam menafsirkan puisi, sekolah dasar, menengah, sampai ke per-
seorang siswa juga harus mengetahui guruan tinggi. Pengajaran bahasa Indone-
makna batiniah atau makna yang tidak sia sudah dilaksanakan secara ekstensif
sebenarnya yang tersebunyi di dalam dalam lembaga pendidikan formal,namun
sebuah puisi (Djojosuroto, 2005). Makna hasilnya belum memuaskan. Kemampuan
yang tersembunyi itu hanya dapat dike- berbahasa Indonesia para siswa lulusan
tahui oleh para siswa apabila mereka SD, SMP, ataupun SMA belum memadai.
sering diberikan tugas untuk menafsirkan Bahkan, hal ini juga terjadi di perguruan
macam-macam puisi. Untuk menafsirkan tinggi. Para dosen pembimbing skripsi
apa yang dimaksud oleh peyair dalam sering mengeluh karena kemampuan ber-
karya-karyanya, siswa juga perlu menge- bahasa mahasiswanya kurang memuas-
nal karakter seorang penyair dalam menu- kan. Bahasa sangat penting bagi manusia,
lis puisi. Antara penyair yang satu dengan oleh karena itu perlu pembenahan dan
penyair yang lain memiliki kekhasan pemantapan dalam pengajaran bahasa
sendiri-sendiri. Ada penyair yang suka Indonesia. Pemantapan pengajaran harus
menulis puisi yang bersifat religius, ada berlangsung serempak pada setiap jenjang
yang suka menulis puisi kepahlawanan, pendidikan. Pengajaran bahasa harus
puisi tentang keindahan alam, puisi yang menghasilkan siswa-siswa yang terampil
berisi kritik sosial, puisi cinta, dan seba- menggunakan bahasa Indonesia sebagai
gainya. Dari mengenal karakter, seorang sarana komunikasi. Terampil berbahasa
pembaca bisa lebih mudah menafsirkan bermakna terampil menyimak, berbicara,
sebuah puisi. Pemahaman tentang makna membaca, dan menulis dalam bahasa
gramatikal atau makna konteks itu juga Indonesia.
harus dibimbing oleh guru. Jangan sam- Proses belajar mengajar mencakup
pai guru yang mengajarkan materi itu juga sejumlah komponen. Komponen proses
tidak memahami maknanya. Pemahaman belajar mengajar tersebut adalah siswa,
guru, tujuan, bahan, metode, media, dan siswa seperti kemampuan, minat, dan
evaluasi. Salah satu kelemahan dalam lingkungannya. Metode pengajaran itu
pengajaran bahasa adalah dalam kom- harus pula bervariasi dan memberikan
ponen metode. Berdasarkan hasil wawan- pengalaman berbahasa yang beraneka
cara dengan siswa dapat diketahui bahwa bagi siswa, merangsang siswa untuk bela-
siswa merasa bosan belajar Bahasa Indo- jar, serta memudahkan siswa memahami
nesia karena dalam memberikan materi bahan pembelajaran. Metode yang dipilih
pelajaran guru lebih banyak mengguna- pun harus mudah dioperasikan dan tidak
kan metode ceramah. Cara mengajar guru menuntut peralatan yang rumit.
sangat berpengaruh kepada cara belajar Kemampuan berbahasa Indonesia
siswa. Bila guru mengajar hanya dengan berarti siswa terampil menggunakan ba-
metode ceramah maka dapat diduga hasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
siswa belajar secara pasif dan hasilnya Terampil berbahasa berarti terampil
pun berupa pemahaman materi bersifat menyimak, berbicara, membaca, dan
teoritis. Oleh karena itu, guru bahasa menulis dalam bahasa Indonesia. Dengan
Indonesia harus mengenal, memahami, demikian ada berbagai pendekatan dalam
menghayati, dan dapat mempraktikkan pembelajaran bahasa Indonesia untuk
berbagai metode pengajaran bahasa. menunjang terlaksananya tujuan pem-
Tarigan (1994) mengemukakanbahwa belajaran bahasa Indonesia agar siswa
minimal ada 14 metode yang pantas dikua- terampil berbahasa.
sai oleh guru, yaitu: metode penugasan, Muslimin (2011) mengemukakan
metode eksperimen, metode proyek, bahwa rendahnya mutu atau kualitas
metode diskusi, metode widyawisata, me- pembelajaran bahasa dan sastra Indone-
tode bermain peran, metode demonstrasi, sia di sekolah selama ini disebabkan oleh
metode sosiodrama, metode pemecahan banyak hal, mulai dari kurikulum, guru,
masalah, metode tanya jawab, metode lati- siswa, sarana prasarana, dan pemerintah
han, metode ceramah, metode bercerita, sebagai pengambil kebijakan terkait de-
dan metode pameran. Di antara keempat- ngan pendidikan. Beberapa permasalahan
belas metode tersebut tidak semua metode yang selama ini menggangu semangat
cocok digunakan sebagai metode penga- belajar siswa diantaranya: keseragaman
jaran bahasa Indonesia, tetapi sebagian kurikulum, pembelajaran yang berpusat
di antaranya dapat digunakan sebagai pada guru, beban administrasi guru
metode pengajaran bahasa Indonesia. yang tinggi, dan jumlah siswa dalam
Metode bersifat netral, tidak ada metode satu kelas terlalu besar sehingga perlu
yang baik dan dan tidak ada metode yang dicarikan solusi. Oleh karena itu, guna
jelek . Baik atau buruknya sesuatu metode mewujudkan pembelajaran bahasa dan
ditentukan oleh guru yang menggunakan sastra Indonesia yang berorientasi pada
metode tersebut. Bila guru dapat meng- siswa, maka dalam pembelajaran Bahasa
gunakan metode tersebut, metode itu Indonesia perlu dilakukan inovasi yang
menjadi baik. Sebaliknya, bila guru meng- terkait dengan pembelajaran, antara lain:
gunakan metode itu secara tidak tepat, (1) inovasi kurikulum, (2) inovasi pem-
metode itu pun menjadi tidak baik. belajaran, dan (3) Inovasi manajemen
Guru diharapkan dapat memilih dan kelas. Dengan dilakukan inovasi terhadap
menerapkan metode pengajaran yang te- sistem pembelajaran bahasa dan sastra
pat dalam setiap proses belajar mengajar Indonesia, semangat dan gairah guru,
di kelas. Metode yang dipilih dan diterap- siswa, serta semua stakeholder pendidikan
kan harus sesuai dengan tujuan pembe- dapat bangkit kembali sehingga bahasa
lajaran, bahan pembelajaran, keadaan dan sastra Indonesia menjadi salah mata
pelajaran prioritas bagi generasi kita yang Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2000.
akan datang. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
SIMPULAN Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar
Berdasar hasil analisis data dapat Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
disimpulkan bahwa siswa mengalami Aksara.
kesulitan pada kompetensi kebahasaan Badan Pengembangan dan Pembinaan
subkompetensi struktur sebanyak 61,07 % Bahasa. 2011. Undang-Undang Republik
dan 52,6 % pada subkompetensi kosakata. Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Pada kompetensi keterampilan berbahasa, Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
siswa yang mengalami kesulitan belajar serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Ke-
pada subkompetensi menyimak sebesar mendikbud.
41,88 %, pada subkompetensi berbicara Borg, Walter R dan Meredith Damien Gall.
18,89%, pada subkompetensi membaca se- 1983. Educational Research: An Introduc-
banyak 21,15 % dan pada subkompetensi tion. New York: Longman.
menulis sebesar 20,02%. Siswa mengalami Depdiknas. 2003. Pedoman pengembangan
kesulitan belajar pada kompetensi kesas- Tes Diagnostik Sains SMP. Jakarta:
traan subkompetensi tingkat informasi Direktorat Pendidikan Lanjutan Per-
sastra sebanyak 45,69%, pada subkom- tama, Direktorat Jenderal Pendidikan
petensi tingkat konsep sastra sebanyak Dasar dan Menengah.
40,9%, pada subkompetensi tingkat pers- Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi: Pendeka-
pektif sastra sebanyak 41,74%, dan pada tan dan Pembelajaran. Bandung: Nu-
subkompetensi tingkat apresiasi sastra ansa.
sebanyak 47,1%. Hal itu menunjukkan Febriani, Meina. 2013. “Pengembangan
bahwa kesulitan merata pada berbagai Bahan Ajar Apresiasi Dongeng Banyu-
komponen bahan pembelajaran, maka mas Bagi Siswa SD Kelas Rendah”,
pencarian solusinya harus bersifat kom- Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
prehensif termasuk pemilihan metode Indonesia 1 (1).
pembelajaran. Fortuna R, Dewi; Edi Chandra, dan Ria
Yulia Gloria. 2013. “Pengembangan
UCAPAN TERIMA KASIH Tes Diagnostik untuk Mengkur Mis-
Artikel ini ditulis berdasarkan laporan konsepsi Siswa pada Pokok Bahasan
penelitian hibah bersaing Tahun 2015- Sistem Regulasi Manusia untuk Siswa
2016. Oleh karena itu, kami ucapkan teri- SMA Kelas XI, Semester II”, Jurnal
ma kasih kepada DP2M DIKTI yang telah Scientiae Education, Volume II.
memfasilitasi pendanaan dalam kegiatan Hadi, Samsul; K. Ima Ismara; dan Effendie
penelitian ini. Ucapan terima kasih kami Tanumihardja. 2015. “Pengembangan
sampaikan kepada siswa beserta guru Sistem Tes Diagnostik Kesulitan Bela-
SMAN 1 Klaten, SMAN 1 Karangnongko, jar Kompetensi Dasar Kejuruan Siswa
SMAN 1 Karangdowo, Kabupaten Klaten SMK”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi
yang telah meluangkan waktu untuk men- Pendidikan, Volume 19, Nomor 2, hlm.
jadi responden dalam penelitian ini. 169-175.
Harahap, Rian. 2013. “Bahasa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Momok Menakutkan”, kompasiana.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku com, 18 Februari 2013.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pus- Kartamihardja, S. 2000. “Analisis Wacana
taka. dalam Pengajaran Bahasa”. Jurnal
Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia,
Tahun 18, Nomor 1, hal. 123–140. Sumarti, Endang. 2010. “Analisis Wacana
Jakarta: Lembaga Bahasa Unika At- Kritis Strategi Politik Penggunaan
majaya. Bahasa dalam Pidato Presiden Susilo
Muslimin. 2011. “Perlunya Inovasi dalam Bambang Yudhoyono”, Litera: Jurnal
Pembelajaran Bahasa dan Sastra In- Penelitian Bahasa, Sastra, dan Penga-
donesia”. Jurnal Bahasa, Sastra, dan jarannya, Volume 9, Nomor 1, hlm.
Budaya. Vol. 1, No.1. 19-39.
Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Penilaian Pem- Tarigan., Guntur H. 1994. Membaca Ek-
belajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. spresif. Bandung: Angkasa.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. _______. 2009. Pengajaran Semantik. Band-
Nurhadi. 2005. Bagaimana Meningkatkan ung: Angkasa.
Kemampuan Membaca: Suatu Teknik Van Dijk, Teun A. 1997. Discourse as Social
Memahami Literatur yang Efisien. Ban- Interaction. London: SAGE Publica-
dung: Sinar Baru Algensindo. tions.
Panitia Pengembang Bahasa Indonesia. Winiaril, I G A., Meter, I G., Oka, I G A
2006. Pedoman Umum Pembentukan N.2015. “Analisis Kesulitan -Kesulitan
Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa. Belajar Bahasa Indonesia Kelas V da-
Ripai, Ahmad. 2012. “Pengembangan lam Implementasi Kurikulum 2013 di
Teknik Berpikir Berpasangan Berbagi SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar”.
Pembelajaran Menulis Teks Drama Jurnal PGSD. Vol. 3, No.1.
yang Bermuatan Nilai-nilai Pendidi- Zulaeha, Ida. 2013. “Pengembangan
kan Karakter Pada Mahasiswa Pen- Model Pembelajaran Keterampilan
didikan Bahasa dan Sastra Indonesia”, Berbahasa Indonesia Berkonteks
Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Multikultural”, Litera: Jurnal Penelitian
Sastra Indonesia 1 (2). Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol-
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian dan ume 12, Nomor 1, hlm. 97-105.
Pengembangan (Research and Develop-
ment/ R & D). Bandung: Alfabeta.