Anda di halaman 1dari 5

Lingkungan Strategik Regional

1. Kawasan Asia Pasifik (Jenderal Sudirman)


a. Aspek Politik-Hukum-Keamanan
1) Konflik Korea
Korea Utara merupakan salah satu negara yang masih menganut sistem komunis. Rusia sedang
berubah menuju semi kapitalis dan liberalis. China mulai menerapkan sistem "kuasi" (antara
komunis dan kapitalis). khusus Korea Utara, dunia Barat, dan masyarakat antar bangsa pada
umumnya menganggap bahwa Korea masih menjadi sumber ancaman bagi stablitas keamanan
baik regional maupun global. Faktor penyebabnya antara lain adalah kemampuan memproduksi
senjata nuklir, konflik laten antara Korea Utara-Korea Selatan dan konflik Semenanjung Korea
antara Jepang dengan Korea.
Sepeninggal pemimpin Kim Jong Il, kebijakan politik pemerintah belum menunjukkan
perubahan, dan dunia pada umumnya masih menganggap bahwa Korea Utara merupakan salah
satu ancaman bagi stabilitas keamanan regional dan global.
Kecenderungan ke depan, kebijakan Korea Utara belum berubah, mengingat lingkungan
kekuasaan, terutama para polit biro partai, dan sejumlah jenderal, masih banyak yang menganut
garis ideologi Kim Jong Il. Sistem partai yang ada sudah berjalan secara baku, dan mekanisme
pengambilan keputusan telah ditetapkan oleh Kim Jong Il akan terus berjalan, dan potensi
konflik Semenanjung Korea masih tetap eksis dan potensial mengganggu stabilitas keamanan
regional pada khususnya, global pada umumnya.
2) Konflik Laut China Selatan (LCS)
Konflik LCS membawa potensi pada instabilitas kawasan dan merupakan konflik sangat
kompleks karena bersinggungan dengan klaim kedaulatan, SKA, yurisdiksi wilayah, kebebasan
berlayar (freedom of navigation) dan kekhawatiran akan skenario lingkar kedua China yang akan
mecakup klaim lebih luas terhadap wilayah lainnya. Konflik ini dapat memicu melemahnya
solidaritas negara negara ASEAN yang terlibat Brunei, Kamboja, China, Malaysia, Filipina,
Taiwan, Thailand, dan Vietnam yang didorong oleh campur tangan Amerika pada Vietnam
serta kepentingan Indonesia sendiri terkait klaim dan SKA di Blok Natuna.
China menjadi kekuatan baru melakukan peningkatan kekuatan pertahanannya. Kecenderungan
kekuatan China mempengaruhi keseimbangan "keamanan di kawasan global dan regional.
Penegasan China akan sikapnya yang menolak “internasionalisasi” LCS karena LCS merupakan
bagian dari core national interest China, ditambah pernyataan Amerika Serikat bahwa LCS
menjadi bagian dari national interest Amerika Serikat akan memicu perlombaan persenjataan
negara negara di kawasan.
Kecenderungan ke depan akan tetap menjadi masalah laten, dan jika konflik bereskalasi konflik
dengan kekerasan akan mengganggu stabilitas keamanan kawasan, pada gilirannya mengganggu
stabilitas keamanan dunia, dengan perkataan lain akan mengundang kekuatan-kekuatan ekstra
kawasan untuk campur tangan di LCS.
3) Permasalahan perbatasan dan Potensi Konflik perbatasan antar negara
Konflik wilayah perbatasan antaranegara merupakan salah satu permasalahan di kawasan Asia
Pasifik. Ketidaksepahaman mengenai ketetapan bilateral tentang garis perbatasan antara negara
bertetangga merupakan faktor penyebab yang tidak mudah diselesaikan melalui mekanisme
perundingan, tanpa menghadirkan pihak fasilitator, mediator, dan negosiator.
Upaya menunda penyelesaian perundingan batas negara tetap menyimpan potensi konflik yang
sewaktu-waktu dapat bereskalasi menjadi konflik dengan kekerasan (bersenjata) semakin
memperumit hubungan antara negara bertetangga. Potensi-potensi konflik batas negara, antara
lain antara negara-negara di seputar wilayah Asia Tenggara termasuk di dalamnya negara-negara
anggota ASEAN yang masih menyimpan persoalan perundingan batas negara baik darat maupun
laut.
b. Aspek Ekonomi
1) Kebangkitan ekonomi RRC, India dan Korea Selatan
Pertumbuhan ekonomi RRC mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan merupakan kekuatan
ekonomi yang harus diperhitungkan oleh negara-negara yang terletak di Asia Timur dan Asia
Tenggara. Meningkatnya produk ekspor serta banyaknya tenaga ahli yang tersedia dari negara-
negara tersebut cenderung akan menekan pasaran dunia terutama negara-negara yang belum
memiliki daya saing. Dengan diberlakukannya Pasar Bebas (AFTA) ajang persaingan perebutan
pasar produk-produk negara-negara ASEAN semakin ketat.
RRC mengeluarkan paket stimulus kepada 10 industri strategisnya, dan telah menunjukkan hasil
signifikan dalam pertumbuhan ekonominya. Kecenderungan tahun 2013, RRC akan menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi Asia dan pesaing tangguh bagi negara di kawasan maupun
global.
Dengan konsistensi pencapaian pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 10 persen pertahun,
China telah berhasil menggeser posisi negara-negara maju. Dan pada Tahun 2030, China
diprediksi akan menjadi produsen sekaligus pasar terbesar dunia, mengalahkan seluruh negara
maju. Dengan dukungan perekonomian yang kuat, pembangunan kekuatan militer China juga
akan mampu melampaui kekuatan militer negara-negara maju, termasuk Korea dan Jepang yang
mendapat payung keamanan dari AS.
India melakukan percepatan pembangunan infrastruktur, menjual saham BUMN,
meningkatkan kemitraan antara Pemerintah dan swasta dalam rangka menghadapi krisis
ekonomi. Pembangunan ekonomi difokuskan pada program pendidikan tinggi, latihan
keterampilan pemanfaatan teknologi maju, pengembangan Iptek, terciptanya stabilitas ekonomi
makro, dan memperhatikan aspek lingkungan hidup secara ketat (green growth).
Korea Selatan bersama negara Asia Timur lainnya masih terus giat membangun negara masing-
masing. Korea Selatan semakin menampakkan kemampuannya di bidang industri manufaktur,
terutama elektronik dan otomotif.
Kecenderungan ke depan, kebangkitan ekonomi China, India, dan Korea Selatan akan semakin
mampu mengimbangi kekuatan ekonomi Jepang, EU, dan AS. Dengan demikian, perimbangan
kekuatan ekonomi ini akan mengurangi dominasi Jepang, EU, dan AS untuk mempengaruhi
perkembangan ekonomi negara-negara berkembang, bahkan sebaliknya negara-negara
berkembang mempunyai peluang lebih luas untuk melakukan pilihan kemitraan dan penyerapan
investasi dari kekuatan-kekuatan ekonomi di atas.
2) Hubungan ekonomi Jepang dengan negara Asia Pasifik lainnya
Jepang merupakan salah satu super power ekonomi dunia, Pada konteks ini, Jepang
memberikan Official Development Asistance (ODA) kepada negara-negara tertentu.
Kecenderungan ke depan, perdagangan dan investasi Jepang akan mengalami peningkatan
signifikan, oleh karena itu ODA juga akan semakin meningkat seiring dengan peran Japan
Economic Partnership (JEPA) dengan negara-negara lain, misalnya JEPA dengan Indonesia.
ODA pada sisi lain membawa Akses bagi negara penerima dimana menguntungkan penguasaan
pasar bagi negara pemberi (Jepang).
3) Komitmen terhadap APEC
Kawasan Asia Pasifik merupakan region terkait dengan negara di seputar kawasan ini. Pada
aspek ekonomi yang cukup dominan adalah AFTA dan APEC. Hubungan ekonomi ASEAN
dengan komunitas Eropa dikenal dengan ASEM. Sedangkan kelompok negara berkembang yang
memiliki mayoritas penduduk beragama Islam tergabung dalam D-8, mencangkup Bangladesh,
Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan dan Turki.
Kecenderungan ke depan, keberadaan dan peran APEC akan semakin berkembang dinamis.
Selanjutnya kerjasama ASEAN-Eropa dengan tema Improving the Quality of Life, akan terus
berkembang untuk memecahkan krisis ekonomi dan keuangan, ketahanan energi, pembangunan
berkelanjutan dan isu perubahan iklim. Khusus negara D-8 semakin memperkuat kerjasama di
bidang perdagangan yang ditandai dengan disusunnya Rules of Origin (RoO), Operational
Certification Procedures (OCP) dan Offer List of Product, serta terus berupaya untuk
meningkatkan bargaining power negara berkembang semakin tinggi.
c. Aspek Sosial Budaya
1) Pengungsian
Pengungsi di kawasan Asia Pasifik pada umumnya identik dengan masalah pengungsian pada
tingkat global. Kecenderungan ke depan, juga masih tetap identik dengan kecenderungan di
kawasa global, terutama akan melanda negara-negara yang kondisi keamanan dalam negerinya
masih kacau, seperti Iran, Pakistan, Afghanistan, Myanmar.
2) Pengaruh budaya oriental
Budaya oriental seperti yang berkembang di RRC, Taiwan, Jepang, Korea merupakan salah satu
budaya yang tertua di dunia. Basis pengajarannya adalah Taoisme dan Budhisme antaa lain
tercermin dari pengembangan diri dengan wawasan untuk membantu orang lain atau bahkan
membantu setiap orang (self-cultiviation with a view to helping others and further everybody).
Indikator budaya oriental antara lain disiplin yang kuat, sikap hemat untuk menyiapkan masa
depan, kerja keras, ikatan keluarga yagn ketat, dan kepatuhan kepada guru dan orang tua.
Beberapa kalangan menganggap indikator inilah yang mendorong majunya tingkat kehidupan
negara-negara oriental.
Contoh yang cukup menonjol adalah bangkitnya ekonomi RRC, majunya teknologi tinggi di dua
Korea. Khusus budaya yang berkembang di Korea terutama di kalangan generasi muda menjadi
rujukan pengembangan tata laku sementara generasi muda di wilayah-wilayah sekitar Asia
Tenggara. Di samping itu, model pemerintah RRC dalam memberantas korupsi bahkan
menerapkan hukuman mati, dapat menjadi rujukan untuk pemberantasan korupsi di negara-
negara sekitarnya.
Kecenderungan ke depan, dasar-dasar budaya oriental masih mengakar kuat dalam masyarakat di
RRC, Taiwan, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan, di tengah dampak modernisasi sebagai
akibat kemajuan teknologi informasi, pembangunan infrastruktur. Ajaran kuno Taoisme,
Budhisme, Sintoisme masih tetap akan melekat pada penduduk negara-negara yang
bersangkutan, dan dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara lainnya untuk mengembangkan
nilai-nilai positif dari budaya oriental tersebut sepanjang bermanfaat bagi pengembangan
kehidupan yang lebih baik.
3) Kerjasama sosial dan budaya
Kerjasama di bidang sosial-budaya di lingkungan negara-engara ASEAN melalui format
ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) menjadi salah satu titik tolak utama untuk
meningkatkan integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring and sharing
community”, yaitu ASEAN community toward a global community yang saling peduli dan
berbagi. Kerjasama sosial-budaya mencakup kerjasama di bidang kepemudaan, perempuan,
kepegawaian, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan
hidup, penanggulangan bencana alam, kesehatan, pembangunan sosial, pengentasan kemiskinan,
dan ketenagakerjaan serta Yayasan ASEAN.
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan terbentuknya ASCC, ASEAN telah menyusun suatu
Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASCC Blueprint) yang telah disahkan pada KTT
ASEAN ke-14 di Thailand, Februari 2009. ASCC merupakan salah satu pilar yang dibangun
ASEAN dalam rangka mendukung terbentuknya Komunitas ASEAN pada tahun 2015, seiring
dengan dua pilar utama lainnya, yaitu pilar ASEAN Politcal and Security Community (APSC)
dan ASEAN Economic Community (AEC) .
Kecenderungan ke depan, kerjasama sosial budaya ASEAN semakin meningkat, dan
memberikan kontribusi dalam memperkuat integrasi ASEAN yang berpusat pada masyarakat
(people-centred) serta memperkokoh kesadaran, solidaritas, kemitraan dan rasa kepemilikan
masyarakat (we feeling) terhadap ASEAN, untuk memperkokoh ASEAN Ways sebagai salah
satu cara memecahkan masalah ASEAN melalui cara-cara yang bermartabat. Meskipun realitas
masih tetap menghadapi berbagai kendala karena keberbagai ragaman budaya dan agama
negara-negara ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai