Anda di halaman 1dari 7

Unnes J Life Sci 1 (2) (2012)

Unnes Journal of Life Science


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci

Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono


Kabupaten Semarang Jawa Tengah

Gumilang Pramesti Fitria Arum , Amin Retnoningsih, Andin Irsadi

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan menginventarisasi potensi etnobotani tumbuhan obat
Diterima September 2012 oleh Masyarakat Keseneng yang meliputi jenis tumbuhan obat, cara memperoleh
Disetujui Oktober 2012 tumbuhan obat, penyakit yang dapat disembuhkan, bagian tumbuhan yang
Dipublikasikan November digunakan dan cara penggunaannya. Penelitian ini menggunakan dua
2012 tahapan.Tahap pertama, penggalian potensi Desa Keseneng sebagai tempat
penelitian dengan wawancara terbuka.Tahap kedua yaitu pengambilan data,
meliputi data utama yaitu data tumbuhan obat dan data penunjang berupa data
Kata kunci: informan dengan wawancara semi terstruktur.Hasil penelitian mengungkap
Keseneng bahwa masyarakat Keseneng menggunakan 31 jenis tumbuhan obat dari 21
Plant famili.Tumbuhan obat didapat dari hutan (15 jenis), pekarangan rumah (13
Medicine jenis), tepi jalan (5 jenis), tepi sawah (5 jenis), sawah (2 jenis) dan tepi sungai (1
Ethnobotany jenis).Tumbuhan obat di desa Keseneng dapat mengobati 15 kelompok penyakit
dengan bagian tumbuhan obat yang digunakan yaitu rimpang (7 jenis), semua
bagian tumbuhan (3 jenis), batang (3 jenis), buah (7 jenis), daun (10 jenis), biji (1
jenis), getah (3 jenis) dan akar (2 jenis). Berdasarkan pengolahannya tumbuhan
obat dibagi menjadi 4, yaitu dimanfaatkan dalam bentuk segar (18 jenis), direbus
(13 jenis), dikeringkan (4 jenis) dan dilayukan/dibakar (2 jenis).

Abstract
This study aims to inventory the potential of medicinal plants ethnobotany by the
Keseneng Society which includes the species of medicinal plants, how to obtain
medicinal plants,curable disease, plant parts used and how to use them. This
study uses two stages. The first stage is improving the potential of Keseneng
Village as the place to study with an open interview. The second stage is data
collection, including the main data, they are medicinal plants, and the supporting
data in the form of data informant with a semi-structured interviews. The results
show that the Keseneng using 31 types of medicinal plants from 21 families.
Medicinal plants were from forest plants (15 types), yard (13 types), the edge of
road (5 types), the edge of field (5 types), field (2 types) and river (1 species).
Medicinal plants in the Keseneng village can treat 15 types of disease with the
parts of plant used, such as the rhizome (7 types), all parts of the plant (3 types) ,
trunk (3 types), Fruit (7 types), leaves (10 types), seeds (1 types), latex (3 types)
and root (2 types). Based on its processing, medicinal plants were divided into 4,
which are utilized in fresh form (18 types), boiled (13 types), dried (4 types) and
withered / burned (2 types).

© 2012 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi :
Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran ISSN 2252-6277
GunungPati Semarang Indonesia 50229
gumilangpramesti@gmail.com
GPF Arum dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)
Pendahuluan obat, pengolahan dan cara memperoleh
Etnobotani merupakan ilmu botani tumbuhan obat di masyarakat Desa Keseneng
yang mempelajari tentang pemanfaatan belum pernah dilakukan, sehingga penelitian ini
tumbuh-tumbuhan dalam keperluan hidup diharapkan dapat mengungkap pengetahuan
sehari-hari dan adat suku bangsa (Martin 2004). masyarakat Desa Keseneng dalam
Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman memanfaatkan tumbuhan sebagai obat
flora, fauna dan ekosistem, juga didiami oleh tradisional.
berbagai suku atau etnis dengan pengetahuan
tradisional dan budaya yang berbeda (Fakhrozi
2009). Pengetahuan tradisional yang dimiliki Metode penelitian
setiap suku atau etnis tersebut diwariskan secara Penelitian etnobotani tumbuhan obat di
turun-temurun, antara lain penggunaan desa Keseneng dilakukan pada bulan Mei-Juli
tumbuhan sebagai obat tradisional (Bodeker 2011. Penelitian ini menggunakan dua
2000). tahap.Tahap pertama adalah penggalian potensi
masyarakat Desa Keseneng sebagai tempat
Penelitian di Indonesia mengenai
penelitian etnobotani. Tahap ini menggunakan
pemanfaatan tumbuhan obat juga berkembang
metode observasi partisipatif moderat dan
pesat. Adanya kesadaran untuk back to nature,
wawancara terbuka. Observasi partisipatif
termasuk bidang kesehatan, mendorong
moderat adalah observasi yang melibatkan
penggunaan tumbuhan obat. Dari hasil
peneliti secara langsung dalam kegiatan sehari-
penelitian diketahui bahwa di sekitar Taman
hari informan, tetapi tidak mengikuti seluruh
Nasional Bukit Barisan, Riau, terdapat 78 jenis
kegiatan informan (Sugiyono 2007).Wawancara
tumbuhan obat, baik dari tumbuhan berbunga
terbuka yaitu jenis wawancara yang pertanyaan-
atau paku-pakuan yang digunakan oleh
pertanyaannya disusun sedemikaian rupa
masyarakat sekitar (Setyowati dan Wardah
sehingga informan memiliki keleluasaan
2007). Masyarakat adat Kampung Dukuh,
menjawab. Teknik pemilihan informan
Garut Jawa Barat, menggunakan 137 jenis
berdasarkan informasi penduduk setempat,
tumbuhan sebagai tumbuhan obat (Santhyami
dalam hal ini orang yang dianggap paling
2010). Masyarakat lokal Suku Muna,
mengetahui tentang tumbuhan obat.
memanfaatkan 61 jenis tumbuhan obat
(Windadri et al .2006). Selain itu, penduduk Tahap kedua yaitu pengumpulan data
Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara, tumbuhan obat. Data yang dicatat dari
memanfaatkan 73 jenis tanaman sebagai obat tumbuhan obat adalah nama lokal, tempat
tradisional (Rahayu et al. 2006). tumbuh, penyakit yang diobati, bagian
tumbuhan yang digunakan, dan cara
Masyarakat Desa Keseneng Kec.
penggunaanya, meliputi proses pengolahan dan
Sumowono Kab. Semarang adalah salah satu
resep, serta bagian tubuh yang diobati (Idolo et
contoh masyarakat di Indonesia yang masih
al. 2009). Penelitian pada tahap ini terdiri atas
memanfaatkan tumbuhan obat sebagai obat
wawancara semi terstruktur (Martin 2004) dan
tradisional. Mereka memiliki pengetahuan
observasi. Informan yang dipilih adalah orang
tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan
yang menggunakan tumbuhan obat. Tahap
obat tradisional dan menerapkannya dalam
wawancara ini juga mencatat data pendukung
kehidupan sehari-hari.
yang meliputi data tentang informan, yaitu
Pengetahuan masyarakat Keseneng nama, usia, pekerjaan dan jenis kelamin. Tahap
tentang tumbuhan obat ini masih terpelihara selanjutnya adalah mengoleksi specimen
karena merupakan tradisi turun-temurun dari tumbuhan obat langsung dari tempat
keluarga, obat tradisional juga dipandang lebih tumbuhnya dengan bantuan informan kunci.
aman dikonsumsi dibanding obat kimia, adanya Specimen difoto, dikoleksi untuk dibuat
penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan herbarium, kemudian diidentifikasi.
obat modern, tetapi dapat disembuhkan dengan
Data tumbuhan obat yang diperoleh
obat tradisional menyebabkan masyarakat Desa
dianalisis berdasarakan famili tumbuhan obat,
Keseneng semakin percaya dengan pengobatan
distribusi tempat tumbuh, kelompok penyakit
tradisional tersebut (Ngatemun 5 Januari 2011,
yang disembuhkan, bagian tumbuhan yang
wawancara).
digunakan dan cara pengolahan.
Inventarisasi jenis tumbuhan obat,
potensi pemanfaatannya sebagai tumbuhan

127
GPF Arum dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

Hasil dan pembahasan informasi dari tetangga atau media massa.


Penduduk Desa Keseneng adalah suku Rimpang Temulawak (Curcuma
Jawa. Desa Keseneng dihuni oleh 1.522 jiwa xanthorrhiza) yang dipadukan dengan rimpang
pada tahun 2010, terdiri atas laki-laki 649 jiwa temuireng (C. aeruginosa) digunakan
dan perempuan 873 jiwa. Sebagian besar masyarakat Keseneng sebagai obat penghilang
penduduknya merupakan lulusan sekolah dasar. rasa capek, kurang nafsu makan, pasca penyakit
Hampir 99% penduduknya menganut agama tifus dan pasca penyakit liver. Masyarakat Pulau
Islam. Mata pencaharian utama penduduk desa Wawonii, Sulawesi Tenggara, menggunakan
Keseneng adalah bertani. temulawak sebagai obat batuk (Rahayu et al.
Kehidupan sehari-hari masyarakat 2006).Masyarakat Banjarbaru, Kalimantan
Keseneng lekat dengan budaya jawa. Penduduk Selatan, mengenaltemulawak sebagai obat
Keseneng masih menerapkan pola kerja bakti penyakit dalam dan pembersih darah (Kuntorini
dalam pembangunan di desa Keseneng. 2005). Temuireng (C.aeruginosa )dikenal oleh
Kesenian tradisional jawa seperti ketoprak, kuda masyarakat adat Kampung Dukuh, Garut, Jawa
lumping dan tari- tarian jawa masih dilestarikan Barat sebagai penambah stamina.
oleh masyarakat desa ini. Masyarakat Keseneng Penggunaannya dicampur dengan bahan-bahan
juga memperingati hari-hari besar keagamaan lain seperti temulawak, kunyit putih, dan
menurut budaya jawa. kunyit(Santhyami, 2010).
Masyarakat Keseneng percaya dengan Kencur (Kaempferia galanga)
pengobatan tradisional dalam kehidupan sehari- dimanfaatkan masyarakat Keseneng sebagai
hari. Warga yang sakit biasanya mencari obat flu pada bayi dan balita, obat perut
pengobatan dengan cara menggunakan kembung dan untuk membuat param atau
tumbuhan obat, mengambil air di Kedung Wali, bedak untuk pijat bayi, keseleo dan pasca
mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas melahirkan.Pada masyarakat di Kotamadya
atau pergi ke pusat kesehatan desa (PKD), Banjarbaru, kencur digunakan sebagai obat
puskesmas dan rumah sakit. Masyarakat penyakit pernafasan (Kuntorini 2005).
setempat menanyakan cara pengobatan Masyarakat adat Kampung Dukuh, Garut, Jawa
tradisional menggunakan tumbuhan obat Barat menggunakan kencur dipadukan dengan
kepada orang yang dianggap mengetahui 40 jenis tumbuhan lain sebagai ramuan pasca
tentang tumbuhan obat. persalinan (Santhyami 2010).
Kepercayaan masyarakat Keseneng Rimpang lempuyang (Zingiber
terhadap pengobatan tradisional merupakan zerumbet) dipercaya masyarakat Keseneng
kepercayaan turun temurun. Hasil wawancara dapat memperlancar air susu ibu (ASI).
mengungkap bahwa sebagian besar responden Rimpang lempuyang juga digunakan sebagai
yang berusia lebih dari 40 tahun, hanya obat pasca persalinan oleh masyarakat adat
mengenyam pendidikan dasar. Beberapa Kampung Dukuh Jawa Barat dan digunakan
responden yang masih tergolong usia antara 20- oleh masyarakat Gunung Basma, Banyumas
30 tahunan, berpendidikan SMP, SMA, D3 atau sebagai penambah nafsu makan dan mengobati
S1. Generasi muda umumnya percaya dan kelelahan (Nugraeni 2003). Masyarakat
menggunakan tumbuhan obat setelah Keseneng menggunakan rimpang kunir (C.
membuktikan khasiat dari tumbuhan obat domestica) sebagai obat maag dan diare.
tersebut. Responden dengan usia yang lebih tua Rimpang kunyitbanyak digunakan oleh
menggunakan tumbuhan obat karena sudah masyarakat Indonesia sebagai bahan obat,
percaya dan terbiasa menggunakan tumbuhan seperti obat sakit perut, penambah nafsu makan,
obat. penghilang bau badan dan memperlancar ASI
Masyarakat Desa Keseneng mengenal (Kuntorini 2005) dan obat pasca persalinan
31 jenis tumbuhan yang dapat digunakan (Rahayu et al. 2006).
sebagai obat.Tumbuhan yang paling banyak Tumbuhan dari jenis Zingiberaceae
digunakan adalah famili Zingiberaceae.Famili lainnya yang digunakan oleh masyarakat
ini biasa digunakan oleh beberapa etnis di Keseneng adalah rimpang jahe (Zingiber
Indonesia sebagai bahan obat maupun bumbu officinale) sebagai obat gosok dan masuk angin,
masak (Kuntorini 2005). Zingiberaceae banyak serta penghangat tubuh. Etnis Jawa dan Banjar
digunakan oleh etnis-etnis di Indonesia di Kalimantan Selatan juga menggunakan jahe
berdasarkan pengetahuan turun temurun, sebagai obat batuk, obat gosok, obat demam,

128
GPF Arum dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

obat sakit kepala dan dibuat parem untuk obat (Paederia tomentosa) dan Pace (Morinda
pegal-pegal (Kuntorini 2005). Rimpang citrifolia) merupakan jenis tumbuhan yang
temugiring (C. heyneana) digunakan digunakan sebagi obat penyakit pencernaan.
masyarakat Keseneng sebagai bahan pembuat Pace sangat populer di kalangan masyarakat
bedak dingin. Rimpang temugiring dikenal Keseneng sebagai obat diare. Penggunaan lain
sejak dulu digunakan untuk bedak maupun pace yaitu untuk menurunkan darah tinggi, obat
lulur untuk perawatan kulit oleh masyarakat nyeri ulu hati dan obat muntaber. Suku Muna
Jawa. menggunakan pace sebagai obat penyakit
Masyarakat Keseneng menggunakan kuning (Windadri et al. 2006).
tumbuhan obat paling banyak sebagai obat Tumbuhan lain yang digunakan sebagai
penyakit saluran pencernaan. Sirsak (Annona obat diare adalah jambu biji (Psidium guajava).
muricata), temuireng, kunir, temulawak, ri Sama halnya dengan masyarakat Keseneng,
tumbar (Eringium foetidum), dadap (Erythrina masyarakat Kabupaten Muna juga
variegata), kencur, jambu biji, jahe, simbukan menggunakan jambu bijisebagai obat diare juga

129
GPF Arum dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

obat panas dalam dan batuk (Windadri et al. Sirsak sudah lama digunakan untuk obat
2006).Daun simbukan yang dimakan sebagai berbagai macam penyakit, contoh di Malaysia
sayur biasa digunakan masyarakat Keseneng digunakan sebagai obat batuk, obat diare dan
untuk mengobati perut kembung.Simbukan hipertensi (Taylor, 2002). Daun dan kulit
mengandung asperuloside, scandoside dan batang dadap dapat juga digunakan sebagai
paederoside yang memiliki efek sebagai anti obat racun gadung dan penyakit kulit (Fakhrozi
kanker dan anti tumor, anti inflamasi dan 2009).
menyembuhkan radang sendi.Masyarakat Asia Ri tumbar digunakan masyarakat
Tenggara mengenal simbukan sebagai obat Keseneng untuk mengobati perut kembung dan
mulas/sakit perut, kram, disentri, flatulensi dan memperlancar ASI. Ri tumbar diketahui dapat
rematik (Aguilar 2002). menyembuhkan hipertensi, sakit telinga,
Obat sakit perut yang lainnya adalah konstipasi, asma, sakit perut, diare, malaria dan
rebusan daun sirsak dan tapel daun dadap. peningkat fertilitas (Paul et al. 2011). Untuk
Famili Annonaceae memiliki kandungan pengobatan darah tinggi, masyarakat Keseneng
senyawa Annonaceous acetogenin yang menggunakan buah dan daun alpukat muda
berkhasiat sebagai antitumor, antiparasit, (Persea americana). Alpukat diketahui juga
antiprotozoa, anti cacing dan antimikroba. memiliki sterol dan triterpen yang dapat

130
GPF Arum dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

menstimulasi pelepasan insulin (Koffi et al. digunakan oleh masyarakat Keseneng, sehingga
2009). Ekstrak daun alpukat dilaporkan juga lebih banyak dijual, sedangkan kapulaga sama
memiliki khasiat anti mikroba terhadap sekali belum digunakan. Jenis tumbuhan obat
Micobacterium tuberculosis (Flores et al. 2008). yang biasanya diambil oleh pencari bahan jamu
Tumbuhan lain yang digunakan untuk adalah daun sendok (Plantago major). Ada juga
menurunkan darah tinggi adalah timun tumbuhan makuto dewo (Phaleria macrocarpa)
(Cucumis sativus). Buah timun segar yang yang awalnya ditanam sebagai bahan obat,
dikonsumsi tiga kali sehari selama sebulan tetapi kemudian sama sekali tidak dimanfaatkan
dipercaya dapat mengobati penyakit kuning dan masyarakat Keseneng karena belum mengetahui
hepatitis (Abbasi et al. 2009). cara pemanfaatannya. Makuto dewo ini
akhirnya hanya dijual kepada tengkulak atau
Tumbuhan obat di Desa Keseneng
diambil pencari bahan jamu.
diperoleh dari 6 lokasi, yaitu hutan (15 jenis),
pekarangan (13 jenis), tepi jalan (5 jenis), tepi Berdasarkan informasi dari masyarakat
sawah (5 jenis), sawah (2 jenis) dan tepi sungai setempat, diketahui bahwa tumbuhan tersebut
(1 jenis) yang dibedakan menjadi 15 jenis dapat digunakan sebagai obat, tetapi mereka
berdasarkan penggolongan penyakit yang belum mengetahui manfaat dan cara
diobati. Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu penggunaannya. Selain itu ada tumbuhan yang
rimpang, semua bagian tumbuhan, batang, dulu sering digunakan sebagai bahan obat,
buah, daun, biji, akar dan getah. Cara tetapi karena keberadaannya sudah susah
pengolahan tumbuhan obat di Desa Keseneng ditemukan, tidak lagi digunakan. Tumbuhan
dengan cara direbus, dimanfaatkan dalam tersebut adalah ciplukan (Physalis minima).
bentuk segar, dikeringkan, dilayukan/dibakar. Ciplukan tumbuh liar dan tidak ada usaha
pembudidayaan sehingga saat ini tumbuhan
Selain jenis tumbuhan yang digunakan
tersebut jarang ditemukan dan tidak lagi
untuk bahan obat, ada beberapa jenis tumbuhan
digunakan.
obat di desa Keseneng yang dibudidayakan atau
tumbuh liar, tetapi belum dimanfaatkan secara Masyarakat Keseneng juga
maksimal oleh masyarakat setempat. Jenis meggunakan beberapa jenis tumbuhan obat
tumbuhan yang dibudidayakan biasanya dibeli yang tidak berasal dari wilayah desa mereka.
oleh tengkulak, misalnya kayu manis Tumbuhan obat tersebut antara lain cengkeh
(Cinnamomum burmannii), kapulaga (Syzigium aromaticum), pala (Myristica
(Amomum compactum) dan kemukus (Piper fragrans), bawang merah (Allium cepa), bawang
cubeba). Kayu manis dan kemukus jarang putih (Aliium sativum), tembakau (Nicotiana
tabacum) dan seledri (Apium graviolens).
131
GPF Arum dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (2) (2012)

Tumbuhan tersebut ada yang penggunaannya jaundice and hepatitis based on socio-
dicampur dengan bahan-bahan yang terdapat di economic documentation. African journal
of biotechnology 8(8):1643-1650.
desa mereka atau digunakan sebagai bahan
tunggal obat tradisional. Mereka memperoleh Aguilar NO. Paederia foetida L. Didalam: JLCH van
Valkenburg & N Bunyapraphatsara
bahan obat tersebut dari desa-desa tetangga (Editors). 2002 Plant Resourches of South
atau dari pasar. East Asia 12 (2): Medicinal and Poisonous
Plants 2. Bogor: Prosea. 396-400.
Bodeker G. 2000. Indigenous Medical Knowledge:
Simpulan The Law And Politics Of Protection.
Masyarakat Keseneng menggunakan 31 Oxford Intelectual Property Research Centre
jenis tumbuhan obat yang berasal dari 21 famili. Seminar in St. Peter’s College 25th January
Jenis terbanyak yang digunakan berasal dari 2000, Oxford.
famili Zingiberaceae (7 jenis), kemudian famili Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku
Melayu Tradisional di Sekitar Taman
Piperaceae (3 jenis) dan famili lainnya.
Nasional Bukit Tiga Puluh: Studi Kasus di
Tumbuhan obat diperoleh dengan cara mencari Desa Rantau Langsat, Kec. Batang Gangsal,
tumbuhan liar dan dari tanaman panduduk. Kab. Indragiri Hulu,Provinsi Riau (Skripsi).
Lokasi untuk memperoleh tumbuhan obat ada Bogor: Fakultas Kehutanan Institut
6, yaitu hutan, pekarangan rumah, tepi jalan, Pertanian Bogor.
tepi sawah, sawah dan tepi sungai. Flores RG, CA Quintana, RQ Licea, PT Guerra, RT
Guerra, EM Cuevas & CR Padilla. 2008.
Tumbuhan obat di desa Keseneng dapat Antimicrobial activity of Persea Americana
mengobati 15 kelompok penyakit dengan Mill (Lauraceae) (avocado) and
bagian tumbuhan obat yang digunakan yaitu Gymnosperma glutinosum (Spreng.) Less
rimpang (7 jenis), semua bagian tumbuhan (3 (Asteraceae) leaf extracts and active fraction
agains Mycobacerium tuberculosis.
jenis), batang (3 jenis), buah (7 jenis), daun (10
American-eurasian journal of scientific
jenis), biji (1 jenis), getah (3 jenis) dan akar (2 research 3 (2): 188-194.
jenis). Berdasarkan pengolahannya tumbuhan Idolo M, R Motti & S Mazzoleni .2009.
obat dibagi menjadi 4, yaitu dimanfaatkan Ethnobotanical and phytomedicinal
dalam bentuk segar (18 jenis), direbus (13 jenis), knowledge in a long-history protected area,
dikeringkan (4 jenis) dan dilayukan/dibakar (2 of the Abruzzo, Lazio, and Molise National
jenis). Park (Italian appenines). Journal of
Ethnopharmacology (127):379–395.
Koffi N, KK Edouard, K Kouassi. 2009.
Ucapan Terima Kasih Ethnobotanical Study of Plant Used to
Treat Diabetes, in Traditional Medicine, by
Penulis mengucapkan terima kasih Abbey and Krobou People of Agboville.
kepada Drs. Eling Purwantoyo, M.Si atas American Journal of Scientific Research
bimbingan dan saran dalam penelitian ini. (4):45-58.
Kuntorini EM. 2005. Botani ekonomi suku
zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh
Daftar pustaka masyarakat di Kota Madya Banjarbaru.
Abbasi AM, MA Khan, M Ahmad, M Zafar, H Bioscientiae. (2):25-36.
Khan, N Muhammad & S Sultana. 2009. Martin GJ. 2004. Ethnobotany: a methods manual .
Medicinal plants used for the treatment of

132

Anda mungkin juga menyukai