Anda di halaman 1dari 13

SYIRIK SEBAGAI PSIKOPATOLOGI DALAM ISLAM

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Islam dan Psikologi
Dosen Pengampu: Rakimin M. Si.

Disusun Oleh:
ADELLIA AZHARI 11160700000181
Nomor Telp: 0859-2154-5213
Email: adelliazhari98@gmail.com

Kelas: 7E (Islam dan Psikologi)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1441 H / 2019 M
ABSTRAK

Penulisan makalah ini bertujuan mengetahui pandangan syirik sebagai


psikopatologi dalam islam. Metode yang digunakan adalah studi
kepustakaan melalui literatur buku-buku yang relevan serta dari berbagai
media lainnya terutama internet. Syirik merupakan salah satu
psikopatologi dalam islam. Psikopatologi dalam kajian Islam ada dua sifat yaitu
bersifat duniawi dan ukhrowi. Hampir semua bentuk penyakit psikopat dalam perspektif
Islam bermuara pada syirik, karena ia menjadi sumber penganiayaan diri yang berat, sumber
rasa takut, sumber dari segala kesesatan, dan dosa yang tidak terampuni, padahal dosa
merupakan konflik bathin. Syirik juga menyebabkan bahaya-bahaya baik untuk kejiwaan
maupun untuk lingkungan sekitar. Dalam perspektif psikopatologi islam, syirik juga
merupakan penyakit hati yang sulit dihilangkan dari pengidapnya, dikarenakan adanya
kenikmatan dari perilaku syirik ini sehingga itu menjadi ujian bagi pengidapnya dan sulit
untuk dihilangkan jika bukan niat dari individu itu sendiri. Pembahasan syirik sebagai
psikopatologi islam ini termasuk tinjauan syirik dalam psikopatologi islam, pengertian syirik,
syirik dan macam-macamnya, tanda-tanda syirik, bahaya syirik, hingga upaya yang harus
dilakukan untuk menghindari syirik.
Kata Kunci: syirik, psikopatologi, islam

PENDAHULUAN

Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang terhebat dan sempurna, keelokan bentuknya
sangat mengagumkan. Penciptaan manusia telah terbukti kebenarannya dan tidak seorang-
pun dari manusia atau makhluk lain yang mampu atau menyamai serta menandingi
kemampuan Allah SWT dalam penciptaan ini. Manusia yang diciptakan Allah SWT dibekali
dengan akal dan pikiran. Sebagai tanda kesyukuran kepada sang Pencipta, Allah SWT hanya
meminta manusia agar tidak melupakan diri-Nya. Untuk itu Allah SWT menciptakan semua
makhluk di dunia ini agar tunduk dan patuh pada-Nya. Namun pada kenyataannya, banyak
manusia yang sering lupa kepada sang pemberi rezeki, nikmat dan kebaikan bahkan ada pula
manusia yang tidak mempercayai keberadaan Allah SWT sebagai tuhannya sehingga
meyakini makhluk lain sebagai penolongnya. Fenomena ini tidak hanya berlangsung pada
zaman sekarang akan tetapi telah terjadi jauh di masa kenabian dahulunya. Banyak manusia
yang tidak mempercayai bahwa Allah-lah satu-satunya zat yang patut disembah. Rasa tidak
percaya mereka kepada Allah SWT terbukti dengan adanya di antara mereka yang
menyembah berhala (patung), api, matahari, bulan, bintang, pohon bahkan ada yang
menyembah hewan. Betapa meruginya hidup mereka yang menyembah sesuatu yang secara
akal dan pikiran tidak akan mampu memberikan manfaat atau pertolongan kepada mereka.
Padahal janji Allah SWT telah jelas bahwa siapa saja yang mensyari’atkan-Nya dengan yang
lain akan mendapat balasan yang sangat pedih. Disamping itu Allah SWT juga menekankan

2
bahwa salah satu perbuatan yang tidak terampuni oleh-Nya adalah syirik. Syirik merupakan
suatu fenomena kemasyarakatan yang muncul akibat jauhnya masyarakat dari ajaran tauhid.
Kesalahan mereka dalam memahami ajaran tauhid menghantarkannya kepada kesesatan atau
kezaliman yang bersangatan (syirik). Datangnya Islam sebagai agama terakhir
dilatarbelakangi oleh fenomena ini. Islam diturunkan sebagai agama pencerah dan hudan bagi
setiap manusia. Oleh karena itu, dengan tugas mulia ini maka ajaran Islam akan mampu
membebaskan manusia dari penyembahan berhala dan kembali kepada penyembahan kepada
Allah SWT yang telah menciptakan, memelihara, mendidik, mengembangkan dan mengatur
alam ini.1 Mujib (2019) mengklasifikasikan syirik sebagai salah satu psikopatologi dalam
Islam. Hal ini berarti syirik merupakan salah satu penyakit psikologis dalam konteks Islam,
dimana syirik ini adalah kepribadian menyekutukan Allah SWT. 2

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Tentang Psikopatologi sebagai Obyek
Psikoterapi Islami Patologi (pathology) adalah pengetahuan tentang penyakit atau gangguan.
Sedang psikopatologi (psychopathology) adalah cabang psikologi yang berkepentingan untuk
menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan gejala-gejala abnormal lainnya (Chaplin,
1999: 405).3 Psikopatologi atau sakit mental adalah sakit yang tampak dalam bentuk perilaku
dan fungsi kejiwaan yang tidak stabil. Istilah psikopatologi mengacu pada sebuah sindroma
yang luas, yang meliputi ketidaknormalan kondisi indra, kognisi, dan emosi. Asumsi yang
berlaku pada bidang ini adalah bahwa sindrom psikopatologis atau sebuah gejala tidak
semata-mata berupa respon yang dapat diprediksi terhadap gejala tekanan kejiwaan yang
khusus, seperti kematian orang yang dicintai, tetapi lebih berupa manifestasi psikologis atau
disfungsi biologis seseorang (Mujib & Mudzakir, 2001: 164).4
Psikopatologi dalam kajian Islam dapat dibagi dalam dua kategori. Pertama, bersifat
duniawi. Macam-macam psikopatologi dalam kategori ini berupa gejala-gejala atau penyakit
kejiwaan yang telah dirumuskan dalam wacana psikologi kontemporer. Kedua, bersifat
ukhrowi, berupa penyakit akibat penyimpangan norma-norma atau nilai-nilai moral, spiritual

1
Hasiah. 2017. SYIRIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Yurisprudentia Volume 3 Nomor 1 Halaman
83-84
2
Mujib. 2019. Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam. Depok: Rajawali Pers. Hal.339
3
Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono,Dictionary of Psychology Jakarta:
Rajawali Pers. p. 405
4
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islami, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
p. 164

3
dan agama (Mahmud, 1984: 402).5 Psikopatologi yang bersifat duniawi memiliki banyak
kategori. Hal ini disebabkan oleh perspektif masing-masing psikolog yang berbeda.
Atkinson menentukan empat perspektif dalam memperhatikan psikopatologi (Atkinson,
Tt.: 411-412).6 Pertama dari perspektif biologi, idenya adalah bahwa gangguan fisik seperti
gangguan otak dan gangguan sistem saraf otonom menyebabkan gangguan mental seseorang;
kedua, dari perspektif psikoanalitik idenya adalah bahwa gangguan mental disebabkan oleh
konflik bawah sadar yang biasanya berawal dari masa kanak-kanak awal dan pemakaian
mekanisme pertahanan untuk mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh impuls dan emosi
yang direpresi; ketiga, dari perspektif perilaku, perspektif ini memandang gangguan mental
dari titik pandang teori belajar dan berpendapat bahwa perilaku abnormal adalah cara yang
dipelajari untuk melawan stress.
Pendekatan ini mempelajari bagaimana ketakutan akan situasi tertentu menjadi
terkondisi dan peran yang dimiliki oleh penguatan dalam kemunculan dan terpeliharanya
perilaku yang tidak tepat; keempat, dari perspektif kognitif, idenya adalah bahwa gangguan
mental berakar dari gangguan proses kognitif dan dapat dihilangkan.

B. Pengertian Syirik
Syirik dalam bahasa berasal dari kata ‫ شرك‬yang memiliki arti kongsi, saham, andil, kerjasama.
Sedangkan menurut istilah, syirik adalah mengitikadkan sesuatu selain Allah SWT sebagai
perubah takdir dan pengatur alam. Syirik adalah menyekutukan Allah Swt dalam rububiyah-
Nya, uluhiyah-Nya, asma’ (nama-nama) maupun sifat-Nya. Jika seorang hamba meyakini
bahwa ada tuhan selain Allah Swt yang berhak untuk disembah, meyakini ada sang pencipta
atau penolong selain Allah Swt, maka ia telah musyrik.7
Kemudian, pengertian lain dari syirik adalah syirik secara bahasa diartikan sebagai
“menyekutukan Allah”. Sedangkan menurut arti psikologis adalah kepercayaan, dan sikap.
Gejala penyakit ini penderita telah mempercayai bahwa Allah swt adalah tuhannya, namun
amal perbuatannya diorientasikan bukan untuk-Nya, seperti kepercayaannya kepada makhluk
halus, dan lain-lainya.8 Hampir semua bentuk penyakit psikopat dalam perspektif Islam
bermuara pada syirik, karena ia menjadi sumber penganiayaan diri yang berat, sumber rasa

5
Mahmud, Muhamad. 1984. „Ilm-Nafs al-Maashir i alfi-IslamDhaw‟, Jeddah:Dar al-Syuruq. p. 402
6
Atkinson Rita L., dkk., Pengantar Psikologi, terj. Widjaja Kusuma, Introduction to Psychology”, Batam:
Interaksara, jilid II. p. 411-412
7
Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 1, h. 226.
8
Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), p. 28

4
takut, sumber dari segala kesesatan, dan dosa yang tidak terampuni, padahal dosa merupakan
konflik bathin. Seperti halnya firman Allah dalam surah An-nisa 48:

‫نالل ھالیغفرأنیشركبھویغفرمادونذلكلمنیشاء ومنیشركباللھفقدافترىإثماعظیما‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, yakni Allah tidak mengampuni
hamba yang menghadap kepada-Nya dalam keadaan mensekutukan-Nya. 9 Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, yakni dosa-dosa selain itu. “Bagi siapa yang
dikehendaki-Nya” dari hamba-hamba-Nya.
Rasulullah juga memperingatkan agar kita jangan sampai terperosok ke dalam tujuh
macam perbuatan dosa yang menghancurkan terutama perbuatan menduakan Allah. Sebab,
syirik adalah dosa yang paling besar, dan perbuatan syirik ibarat menghina Allah. Apabila
seseorang itu menjadikan Tuhan selain Allah, berarti ia menganggap Allah itu lemah.10

C. MACAM-MACAM SYIRIK
Pembagian syirik ada berbagai macam tergantung dikelompokkan pada kelompok yang
mana. 11
1. Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala
a. Syirik di dalam Rububiyyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah mampu menciptakan, memberi rezeki,
menghidupkan atau mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.
Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah 'Azza wajalla berfirman, "Anak Adam
mendustakan Aku padahal tidak seharusnya dia berbuat demikian. Dia mencaci
Aku padahal tidak seharusnya demikian. Adapun mendustakan Aku adalah
dengan ucapannya bahwa "Allah tidak akan menghidupkan aku kembali
sebagaimana menciptakan aku pada permulaan". Ketahuilah bahwa tiada ciptaan

9
Tafsir Ibnu Katsir penerjemah, Arif Rahman Hakim, Syahirul Alim, Muhammad Zaini. Tafsir Ibnu Katsir Jilid
3 (Surakarta : Insan Kamil, 2015), 870
10
Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Jakarta : Darul Kutubi Islamiyah, 1976), 150
11
Ingo Ario Novembri. 2008. SYIRIK. (http://web.ipb.ac.id/~kajianislam/pdf/syirik.pdf diakses pada 31
Desember 2019)

5
(makhluk) pertama lebih mudah bagiku daripada mengulangi ciptaan. Adapun
caci-makinya terhadap Aku ialah dengan berkata, "Allah mempunyai anak".
Padahal Aku Maha Esa yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu. Aku tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun setara dengan
Aku." (HR. Bukhari).
b. Syirik di dalam Uluhiyyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat,
memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat
uluhiyyah. Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala
yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri
buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada
penyembahpenyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak
dapat memberi pertolongan. (Al-A’raaf:191-192).
c. Syirik di dalam Asma’ dan Sifat
Yaitu seorang meyakini bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat
khusus yang Allah ta’alla miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat
lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita yang Maha Suci. Barang siapa
mendatangi dukun peramal dan percaya kepada ucapannya maka dia telah
mengkufuri apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad SAW. (Abu Dawud).
Sesungguhnya pengobatan dengan mantra-mantra, kalung-gelang penangkal sihir
dan guna-guna adalah syirik. (HR. Ibnu Majah)

2. Syirik Menurut Kadarnya


a. Syirik Akbar (besar)
Yaitu syirik dalam keyakinan, dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama
islam.
- Syirik dalam berdoa
Adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah dan
isti’anah kepada selain-Nya.
- Syirik dalam niat, kehendak dan maksud
Adalah manakala melakukan ibadah tersebut semata-mata ingin dilihat orang atau
untuk kepentingan dunia semata.
- Syirik dalam keta’atan

6
Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syariat selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan
syariat dan ridho atas hukum tersebut.

- Syirik dalam kecintaan


Adalah mengambil makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menyetarakan kecintaan makhluk dengan Allah.
b. Syirik Ashghar (kecil)
Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi
pelakunya wajib untuk bertaubat. Akan tetapi bukan hanya riya’ saja yang
termasuk syirik Ashgar. Riya’ termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik
Ashghar hanya berupa riya’.
c. Syirik Khafi (tersembunyi)
Yaitu seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun termasuk
riya’, dan hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam sebagaimana
anda ketahui, namun pelakunya wajib bertaubat.

3. Syirik Menurut Letak Terjadinya


a. Syirik I’tiqodi
Syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini bahwa Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang telah menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi lain
juga percaya bahwa dukun bisa mengubah takdir yang digariskan kepada kita. Hal
ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam, kita
berlindung kepada Allah dari hal ini.
b. Syirik Amali
Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain
Allah dan lainnya.
c. Syirik Lafzhi
Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan,
seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti perkataan sebagian orang,
“Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau”, dan “Aku bertawakal kepadamu”,
“Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan begini dan begitu”, dan lafazh-
lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan.

7
Imam Ibnul Qayyim yang dikutip oleh Musthafa Muarad membagi syirik menjadi 2 bagian,
yaitu:12
1. Syirik Ta’thil (peniadaan), jenis syirik ini merupakan jenis kesyirikan yang paling
buruk, Seperti syiriknya Fir’aun. Syirik ini dibagi lagi dalam dua bagian:
a. Mengingkari dan meniadakan al-Khaliq
b. Pengingkaran dan peniadaan kesempurnaan Allah Swt yang Maha suci, yaitu
dengan meniadakan nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, serta perbuatanperbuatan-
Nya.
c. Pengingkaran dan peniadaan hakikat tauhid yang diwajibkan kepada hamba dalam
bermuamalah dengan Allah Swt.
2. Syiriknya orang yang meletakkan Ilah lain disisi Allah Swt. Kesemua jenis ini terjadi
karena mengikuti hawa nafsu, syahwat, dan setan. Imam al-Kafawi yang dikutip oleh
Musthafa Murad, menyebutkan syirik terbagi menjadi 6 yaitu:
a. Syirik Istiqlal
Yaitu menetapkan 2 sekutu yang saling independen (memiliki kekuasaan masing-
masing), sebagaimana syiriknya orang majusi.
b. Syirik Tab’idh (membagi menjadi dua bagian) yaitu menyusun pembagian ilah di
antara ilah-ilah selain Allah Swt, sebagaimana syiriknya orang-orang Nasrani
(konsep Trinitas).
c. Syirik Taqriblain (pendekatan), yaitu beribadah kepada selain Allah Swt dengan
tujuan agar ilah selain Allah Swt itu dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Swt
dengan sedekat-dekatnya, sebagaimana syiriknya orangorang jahiliyah terdahulu.
d. Syirik Taqlid (meniru-niru), yaitu beribadah kepada selain Allah Swt disebabkan
meniru-niru orang lain, sebagaimana syiriknya orang-orang jahiliyah sekarang.
e. Syirik Asbab (sebab-sebab), yaitu menyadarkan diri kepada pengaruh sebabsebab
yang wajar (hanya bersifat biasa), sebagaimana syiriknya orang-orang ahli filsafat,
Naturalis, serta pengikut-pengikut mereka.
f. Syirik Aghradh (tujuan), yaitu menjalankan suatu amalan yang ditujukan untuk
selain Allah Swt.

D. TANDA-TANDA SYIRIK

12
Musthafa Murad, Minhajul Mu’min pedoman hidup bagi orang mukmin, (Semarang: Pustaka Arafah, 2011),
cet. 1, p. 49

8
Tanda-tanda kesyirikan yang paling mencolok dan sesuai dengan perkataan AlQur’an ialah
berjalan bukan dijalan Allah Swt. keagungan dan kehinaan diri di gantugkan kepada selain
Allah Swt, menjalankan undang-undang yang diproduksi selain Allah Swt. Terikat dengan
selain-Nya, menyongkong kegiatan yang tidak diridhoi Allah Swt. Gentar terhadap selain-
Nya, serta berusaha demi selain Allah Swt. Semua itu jelas berada di luar jaring-jaring
ketauhidan. Sebagaimana diketahui jumlah orang-orang ikhlas sangat sedikit. Mereka adalah
orang-orang yang tegar dan konsisten dalam menapaki jalan Allah Swt dan tidak
mengharapkan balasan serta ucapan terima kasih sedikitpun dari selain-Nya. Mereka tidak
memiliki sifat riya’ (suka pamer), bersikap pasrah secara total dihadapan undang-undang
Allah Swt, dan tidak menjalankan produk undang-undang selain yang diturunkan Allah Swt.
Kuantitas orang-orang semacam ini memang sangat sedikit.

E. BAHAYA SYIRIK
Syirik kepada Allah Swt merupakan kedzaliman yang sangat besar. Hal ini karena seseorang
yang berbuat syirik berarti telah menodai hak prioritas Allah Swt atas hamba-Nya, yaitu
mentauhidkan Allah Swt dengan tidak menyekutukan-Nya. Tauhid merupakan puncak dari
segala keadilan, tauhid adalah ajaran atau pengakuan ketuhanan yang Maha Esa dan
mewajibkan menghambakan diri (beribadah kepada-Nya). Sedangkan syirik merupakan
puncak kedzaliman. Berbuat syirik berarti telah merendahkan tuhan semesta alam, ingkar
ketaatan kepada-Nya, memalingkan hak-Nya kepada yang lain dan menggantikan tempatNya
untuk yang lain. orang yang meninggal dunia dalam keadaan musyrik, maka Allah Swt tidak
akan mengampuninya.13

F. DAMPAK PERBUATAN SYIRIK


Perbuatan syirik akan merontokkan dan menyapu bersih seluruh amal kebajikan. Dalam
ungkapan Al-Qur’an, segenap perbuatan baik manusia akan menjadi sia-sia belaka. Tidak
jarang terjadi suatu kekeliruan kecil yang dilakukan dalam kehidupan sanggup meruntuhkan
dan menghancurkan berbagai usaha yang dibangun manusia dengan susah payah. Berbuat
syirik kepada Allah Swt laksana meminum racun, karena sanggup memporak porandakan
seluruh perbuatan baik yang telah dibangun sepanjang hayat.
Adapun dampak-dampak dari perbuatan syirik ialah sebagai berikut:
a. Dampak terhadap Jiwa

13
Agus Hasan Bashori, Korelasi Total Buku Fikih Lintas Agama, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), cet. 2, h.
172

9
Salah satu penyebab terguncangnya jiwa seseorang adalah perasaan tidak mampu
untuk menjadikan seluruh masyarakat rela dan suka terhadap dirinya. Suatu entitas
masyarakat terdiri dari berbagai individu yang jumlahnya cukup banyak. Masing-
masing darinya tentu memiliki keinginan, kebutuhan, dan tuntutan yang berbeda satu
sama lain.
b. Depresi
Seseorang yang hidup dalam lingkaran ketauhidan dan segenap usaha serta
aktivitasnya semata-mata ditujukan kepada Allah Swt, mustahil mengalami depresi
dari berbagai gangguan jiwa. Segenap hasil dan upaya seseorang yang melangkahkan
kakinya demi Allah Swt akan dibeli Allah Swt. Allah Swt mendengar
pembicaraannya dan menyaksikan perbuatannya. Dan dirinya tidak terbelenggu dan
tidak bergantung kepada Allah Swt. Sikap putus asa (frustasi) terhadap suatu usaha
merupakan penyebab utama terjadinya depresi. Sikap putus asa jelas-jelas berada
diluar lingkaran ketauhidan.
c. Dampak terhadap Masyarakat
Kehidupan masyarakat, tauhid i(meyakini ketauhidan) segenap kepentingan dan
undang-undang yang diberlakukan seyogyanya berada dalam satu koridor. Hukum,
undang-undang, dan peraturan hanyalah tunggal bersumber dari hukum Allah Swt,
sementara seluruh komponen masyarakat tunduk di bawah pemelihara yang tunggal
saja. Adapun kehidupan masyarakat musyrik tidak hanya berlangsung di bawah satu
bentuk undang-undang. Mereka hidup dan menciptakan ratusan undang-undang.
d. Akibat Ukhrawi
Buah kesyirikan yang akan dipetik diakherat kelak adalah kehinaan dan siksa neraka.
e. Suka Pamer
Rasulullah Saw bersabda: segala bentuk riya’ adalah syirik. sesungguhnya syirik dan
riya membatalkan dan menafikan keikhlasan. Karena seseorang tidak memaksudkan
perbuatan dan perkataannya untuk mendapat keridhahan Allah Swt, tetapi untuk
mendapat ridha selain Allah Swt, yaitu manusia. Suka pamer tergolong bentuk
kesyirikan yang paling halus dan sulit untuk dideteksi. Kehalusannya diibaratkan
dengan seekor semut yang merayap di atas batu berwarna hitam legam dimalam yang
gelap gulita. Oleh karena itu, jelas teramat sulit untuk membebaskan diri dari
kesyirikan semacam ini. Semua itu baru berhasil apabila pengidapnya berusaha mati-
matian menjaga dirinya dan terus menerus meminta pertolongan Ilahi.
G. UPAYA MENJAUHKAN SYIRIK

10
Seluruh kesengsaraan yang menimpa dan kendala yang merintangi perjalanan hidup kita,
pada dasarnya berporos pada berbagai tindak kesyirikan, bisikan setan dalam jiwa setiap
orang. Pembersihan jiwa dari kesyirikan lebih diutamakan dari pada pengisian jiwa dengan
ketauhidan (pengesaan tuhan). Berkenaan dengan kiat-kiat membersihkan kesyirikan, Al-
Qur’an mengemukakan sebagai berikut:
1. Penjelasan mengenai hakikat segenap kesyirikan. Al-Qur’an mempertanyakan
bagaimana mungkin kekuatan selain Allah Swt dijadikan tumpuan harapan apabila
tidak sanggup memberikan manfaat atau kerugian, tidak mampu menciptakan, dan
sebagainya.
2. Membandingkan antara Allah Swt dengan selain Allah Swt. Melalui modus ini Al-
Qur’an berusaha menyadarkan manusia agar tidak sampai jatuh tersungkur. Seraya
memaparkan hakikat dari pengganti yang Maha Kuasa (tuhan-tuhan selain Allah
Swt).
3. Berbagai praktek ritual seperti shalat, doa, dzikir, Setiap kata-kata yang tercantum di
dalamnya apabila benar-benar diperhatikan dan dihayati tentu pada gilirannya akan
mengembangkan jiwa ketauhidan dalam diri seseorang.

H. ANALISIS PERILAKU SYIRIK


Syirik secara istilah adalah perbuatan, anggapan atau itikad menyekutukan Allah SWT.
dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah SWT. Orang yang
menyekutukan Allah disebut musyrik, seorang musyrik melakukan suatu perbuatan
terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang seharusnya perbuatan itu hanya
ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah dengan menyembahnya,
meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan perbuatan lain yang tidak
boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.
Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh karena
itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan kita terbawa
kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik kecil dapat berubah
menjadi syirik besar Pada fenomena yang telah kita ketahui bahwa terjadinya perbuatan
musyrik yang dilakukan oleh manusia ini selalu berakibat buruk, karena sudah jelas telah
melanggar dari apa yang diajarkan oleh Alquran, karena apa yang ada di alam Alquran
telah memberikan gambaran bagi manusia, apalagi kemusyrikan yang telah dilakukan
manusia akan sangat mengganggu keimanan seseorang. Hal itu akan sangat mudah untuk
menjadikan manusia berpaling dari-Nya.

11
Syirik sudah menjadi kebiasaan manusia sehingga menimbulkan rasa keraguan yang
terus menerus, tidak mempunyai pendirian, tidak mempunyai kemantapan dan selalu
menomerduakan Allah kepada makhluk ciptaaan-Nya. Kalau saja dosa yang dilakukan
oleh manusia umumnya ini selagi tidak mempersekutukan dan tidak mempersekutukan
dan tidak membuat perjanjian kepada selain Allah maka ampunan dan pertolongan
Allahlah yang tiada terbatas. Sehingga hanya dosa besarlah yang akan ditimpakan kepada
manusia dan tempat nerakalah yang akan disajikan bagi para pelaku kemusyrikan yang
dilakukan oleh manusia. Dalam bukunya Syekh Abdul Hamid menjelaskan bahwa
perbuatan syirik adalah larangan wasiat yang pertama, karena sudah merupakan ajaran
yang sangat prinsipil untuk seluruh makhluk Allah, yaitu dengan meng-Esakan Allah
Ta‟ala dalam peribadatan dengan I‟tikad baik bahwasanya Allah adalah Maha Esa, baik
Dzat-Nya, Sifat-Nya maupun Affal-Nya.14

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa syirik adalah perbuatan


menyekutukan Allah Swt dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, asma’ (nama-nama) maupun
sifat-Nya. Syirik juga terdiri dari syirik besar dan syirik kecil, yang ditandai dengan berjalan
bukan dijalan Allah Swt. keagungan dan kehinaan diri di gantungkan kepada selain Allah
Swt, menjalankan undang-undang yang diproduksi selain Allah Swt. Terikat dengan selain-
Nya, menyongkong kegiatan yang tidak diridhoi Allah Swt. Gentar terhadap selain-Nya, serta
berusaha demi selain Allah Swt. Kemudian, syirik juga memiliki bahaya karena syirik
merupakan puncak kedzaliman yang dapat menimbulkan dampak-dampak tertentu, mulai dari
dampak untuk jiwa, depresi, dampak terhadap masyarakat, akibat ukhrawi, hingga suka
pamer. Oleh karena itu, untuk mengurangi sifat syirik, upaya yang dilakukan yaitu dengan
meningkatkan intensitas ibadah dan selalu meyakini dalam hati bahwa Allah SWT itu ada.

14
Syekh Abdul Hamid, Sepuluh Wasiat dalam Al-Qur’an, (Semarang: CV. Toha Putra, 1982), h. 13

12
DAFTAR PUSTAKA

Hasiah. 2017. SYIRIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Yurisprudentia Volume 3


Nomor 1.

Mujib. 2019. Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam. Depok: Rajawali Pers.

Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, Dictionary of
Psychology. Jakarta: Rajawali Pers.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islami, Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada.

Mahmud, Muhamad. 1984. “Ilm-Nafs al-Maashir i alfi-IslamDhaw‟, Jeddah: Dar al-Syuruq.

Atkinson Rita L., dkk., Pengantar Psikologi, terj. Widjaja Kusuma, “Introduction to
Psychology”, Batam: Interaksara, jilid II.

Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996), cet. 1.

Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1996).

Tafsir Ibnu Katsir penerjemah, Arif Rahman Hakim, Syahirul Alim, Muhammad Zaini. Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 3 (Surakarta : Insan Kamil, 2015).

Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Jakarta : Darul Kutubi Islamiyah, 1976).


Ingo Ario Novembri. 2008. SYIRIK. (http://web.ipb.ac.id/~kajianislam/pdf/syirik.pdf diakses
pada 31 Desember 2019).

Musthafa Murad, Minhajul Mu’min pedoman hidup bagi orang mukmin, (Semarang: Pustaka
Arafah, 2011), cet. 1.

Agus Hasan Bashori, Korelasi Total Buku Fikih Lintas Agama, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2004), cet. 2.

Syekh Abdul Hamid, Sepuluh Wasiat dalam Al-Qur’an, (Semarang: CV. Toha Putra, 1982).

13

Anda mungkin juga menyukai