BHS - Tugas2. Lisa Rospita
BHS - Tugas2. Lisa Rospita
DISUSUN OLEH:
NIM : 856438212
POKJAR:
KUANSING
PROGRAM S1 PGSD BI
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA
PEKANBARU
2020
MODUL 4
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH
KB 1: HAKIKAT KURIKULUM
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh.
Dari dunia atletik istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai
untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah (Nasution,1986). UU Pendidikan No 2 tahun
1989 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum disusun sedemikian rupa agar memungkinkan siswa melakukan berbagai
ragam kegiatan. Kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran mata pelajaran saja,
tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti
bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha,
halaman sekolah dan lain lain (Wiryokusumo, 1988:6)
Ragam kurikulum dapat ditinjau dari beberapa segi. Secara umum Goodlad (dalam
Kaber,1988) membedakan lima jenis kurikulum, seperti berikut:
a. Kurikulum ideal, yang diharapkan oleh ahli dan guru yang mencerminkan
pengetahuan yang diakumulasikan berzaman-zaman.
b. Kurikulum formal, yaitu kurikulum yang direstui dan disahkan oleh pemerintah.
c. Kurikulum bayangan, kurikulum yang ada dalam pikiran yang diinginkan oleh
orang tua dan guru.
d. Kurikulum operasional, yaitu kurikulum yang dilaksanakan di dalam kelas
e. Kurikulum pengalaman, yaitu kurikulum yang dialami oleh anak didik.
Sedangkan menurut Galthorn membedakan kurikulum menjadi tujuh jenis, yaitu
seperti berikut ini:
a. Kurikulum rekomendasi
b. Kurikulum tertulis
c. Kurikulum dukungan
d. Kurikulum yang diajarkan
e. Kurikulum yang diuji
f. Kurikulum yang dipelajari
g. Kurikulum yang tersembunyi
Fungsi kurikulum bagi anak didik, diharapkan mereka akan mendapat sejumlah
pengetahuan dan kecakapan yang baru yang dapat dikembangkan dan melengkapi bekal
hidup mereka setelah terjun dalam masyarakat.
Sedangkan fungsi kurikulum bagi masyarakat, yaitu orang tua murid dan pemakai
lulusan, adalah orang tua akan mengetahui program program apa saja yang akan
dilaksanakan oleh sekolah sehingga bisa membantu sekolah dalam pengadaan sarana dan
prasarana demi keberhasilan proses belajar anaknya. Sedangkan bagi pemakai lulusan,
dengan memahami kurikulum, diharapkan bisa membantu memperlancar pelaksanaan
program sekolah dan memberikan saran/kritik untuk menyempurnakan program
pendidikan yang sedang dilaksanakan.
Fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis yang dikutip oleh Iskandar Wiryokusuma
(1996:8-12) adalah sebagai berikut:
1. The adjustive of adaptive function atau fungsi penyesuaian, yaitu penyesuaian
bagi anak didik terhadap lingkungannya.
2. The integrating function atau fungsi pemaduan, yaitu terciptanya kepaduan
pribadi anak didik
3. The differentiating function atau fungsi pembedaan, yaitu fungsi pembeda,
maksudnya kurikulum harus mampu melayani perbedaan perbedaan individu
anak didik
4. The prapaedetic function atau fungsi penyiapan, yaitu kurikulum harus mampu
menyiapkan anak didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
5. The selective function atau fungsi pemilihan yang berhubungan dengan pemilihan
program
6. The diagnostic function atau fungsi diagnostic yang berhubungan dengan
pelayanan terhadap anak didik agar dia memahami akan dirinya sendiri
Fungsi dan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI dalam kurikulum 2004
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia dikaitkan dengan kedudukan dan fungsi
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara serta sastra
Indonesia adalah:
a. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa
b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya
c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan iptek dan seni
d. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk
berbagai keperluan
e. Sarana pengembangan penalaran
f. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah
kesusasteraan Indonesia.
2. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum:
a. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara.
b. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam macam tujuan,
keperluan dan keadaan
c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan social
d. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis)
e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Siswa meghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia
C. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Dalam buku Acuan Pengembangan Kurikulum 2004 disebutkan bakwa Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki 4 komponen yaitu :
1. Pengelolaan kurukulum berbasis sekolah,
2. Kegiatan belajar mengajar,
3. Penilaian berbasisi kelas,
4. Kurikulum dan hasil belajar.
Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Gambar 1.1
Aspek Mendengarkan
a. Yang termasuk kemampuan berbahasa, yaitu mendengarkan berita,petunjuk,
pengumuman,perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu,kaset, pesan,
penjelasan,laporan ceramah,kothbah,pidato, pembicaraan nara sumber, dialog
atau percakapan,serta perintah yang didengar dengan memberikan respon
secara tepat.
b. Kemampuan bersastra, yaitu mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita
rakyat,cerita binatang, puisi anak,syair lagu, pantun, dan menonton drama
anak.
Menurut Tarigan (1986) dalam menyusun buku tek menggunakan dua patokan.
1. Bersifat umum, yang berlaku bagi setiap buku teks, bersumber dari kurikulum.
2. Bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu saja misalnya buku teks
matematika, Biologi, dan bahasa Indonesia bersumber dari karakteristik setiap mata
pelajaran.
6. Metode SAS
SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Metode SAS
merupakan salahsatu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran
membaca dan menulispermulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan
metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan
sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna
lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-
konsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang
disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur
kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu,
sebelum KBM MMP yang sesungguhnya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM
melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang gambar,
benda nyata,tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan
suatu strukturkalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP, barulah KBM MMP
yang sesungguhnyadimulai. Pembelajaran MMP dimulai dengan pengenalan struktur
kalimat.
Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep
kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca
permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut
kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud
satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Proses penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS,
meliputi:
a. kalimat menjadi kata-kata
b. kata menjadi suku-suku kata, dan
c. suku kata menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan kerja
sintesis(menyimpulkan).Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan
lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku
kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses
sintesis ini, anak-anakakan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah
kalimat utuh.
Penggunaan metode SAS dalam pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita
ditingkat SD pernah dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh
perintah.Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, di
antaranya sebagai berikut ini:
a) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang
satuan bahasa terkecil yang untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat
dibentuk oleh satuan-satuan bahasa dibawahnya, ykni kata, suku kata, dan
akhirnya fonem (huruf-huruf).
b) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu,
penga-jaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang
dikenal dandiketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap
daya ingat dan pemahaman anak.
c) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).Anak
mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap
seperti ini akanmembantu anak dalam mencapai kebrhasilan belajar.
Bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini
tampakseperti berikut:
ini mama
ini mama
i-ni ma –ma
i-n-i m-a-m-a
i-ni ma-ma
ini mama
ini mama
Uraian ini ditutup dengan sebuah simpulan bahwa tidak ada metode yang terbaik
dan juga tidak ada metode yang terburuk. Masing-masing metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan.Metode yang terbaik adalah metode yang cocok dengan
pemakainya.
B. PENILAIAN HASIL
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa.
Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai pencapaian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah dimaksudkan untuk
menilai kemampuan siswa yang meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa
yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes membaca permulaan
dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini.
1. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa
lambang yang berupa, huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana.
2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemokusan pembelajaran yang diberikan.Teknik isian rumpang untuk membaca
permulan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk
membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku,
misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh secara
konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambang bunyi berupa lambang huruf,
penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan
menghilangkan bagian-bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga,
dengan perumpangan suku kata atau kata.
3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana).
LISA ROSPITA