Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANDIRI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD


RESUME MODUL 4, 5 DAN 6

DISUSUN OLEH:

NAMA : LISA ROSPITA

NIM : 856438212

POKJAR:
KUANSING
PROGRAM S1 PGSD BI
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA
PEKANBARU
2020
MODUL 4
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

KB 1: HAKIKAT KURIKULUM
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh.
Dari dunia atletik istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai
untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah (Nasution,1986). UU Pendidikan No 2 tahun
1989 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum disusun sedemikian rupa agar memungkinkan siswa melakukan berbagai
ragam kegiatan. Kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran mata pelajaran saja,
tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti
bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha,
halaman sekolah dan lain lain (Wiryokusumo, 1988:6)
Ragam kurikulum dapat ditinjau dari beberapa segi. Secara umum Goodlad (dalam
Kaber,1988) membedakan lima jenis kurikulum, seperti berikut:
a. Kurikulum ideal, yang diharapkan oleh ahli dan guru yang mencerminkan
pengetahuan yang diakumulasikan berzaman-zaman.
b. Kurikulum formal, yaitu kurikulum yang direstui dan disahkan oleh pemerintah.
c. Kurikulum bayangan, kurikulum yang ada dalam pikiran yang diinginkan oleh
orang tua dan guru.
d. Kurikulum operasional, yaitu kurikulum yang dilaksanakan di dalam kelas
e. Kurikulum pengalaman, yaitu kurikulum yang dialami oleh anak didik.
Sedangkan menurut Galthorn membedakan kurikulum menjadi tujuh jenis, yaitu
seperti berikut ini:
a. Kurikulum rekomendasi
b. Kurikulum tertulis
c. Kurikulum dukungan
d. Kurikulum yang diajarkan
e. Kurikulum yang diuji
f. Kurikulum yang dipelajari
g. Kurikulum yang tersembunyi

B. FUNGSI DAN TUJUAN KURIKULUM


Bagi sekolah fungsi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Bagi sekolah yang bersangkutan
a. Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
b. Pedoman bagi guru dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar
siswa serta sebagai pedoman mengevaluasi perkembangan siswa,
c. Pedoman supervsisi bagi kepala sekolah yaitu untuk memperbaiki/menciptakan
situasi belajar yang baik, serta sebagai pedoman dalam pengembangan
kurukulum.
2. Bagi sekolah di tingkat atasnya.
a. Kurikulum berfungsi untuk keseimbangan proses pendidikan, dan
b. Penyiapan tenaga baru.

Fungsi kurikulum bagi anak didik, diharapkan mereka akan mendapat sejumlah
pengetahuan dan kecakapan yang baru yang dapat dikembangkan dan melengkapi bekal
hidup mereka setelah terjun dalam masyarakat.
Sedangkan fungsi kurikulum bagi masyarakat, yaitu orang tua murid dan pemakai
lulusan, adalah orang tua akan mengetahui program program apa saja yang akan
dilaksanakan oleh sekolah sehingga bisa membantu sekolah dalam pengadaan sarana dan
prasarana demi keberhasilan proses belajar anaknya. Sedangkan bagi pemakai lulusan,
dengan memahami kurikulum, diharapkan bisa membantu memperlancar pelaksanaan
program sekolah dan memberikan saran/kritik untuk menyempurnakan program
pendidikan yang sedang dilaksanakan.
Fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis yang dikutip oleh Iskandar Wiryokusuma
(1996:8-12) adalah sebagai berikut:
1. The adjustive of adaptive function atau fungsi penyesuaian, yaitu penyesuaian
bagi anak didik terhadap lingkungannya.
2. The integrating function atau fungsi pemaduan, yaitu terciptanya kepaduan
pribadi anak didik
3. The differentiating function atau fungsi pembedaan, yaitu fungsi pembeda,
maksudnya kurikulum harus mampu melayani perbedaan perbedaan individu
anak didik
4. The prapaedetic function atau fungsi penyiapan, yaitu kurikulum harus mampu
menyiapkan anak didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
5. The selective function atau fungsi pemilihan yang berhubungan dengan pemilihan
program
6. The diagnostic function atau fungsi diagnostic yang berhubungan dengan
pelayanan terhadap anak didik agar dia memahami akan dirinya sendiri
Fungsi dan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI dalam kurikulum 2004
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia dikaitkan dengan kedudukan dan fungsi
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara serta sastra
Indonesia adalah:
a. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa
b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya
c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan iptek dan seni
d. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk
berbagai keperluan
e. Sarana pengembangan penalaran
f. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah
kesusasteraan Indonesia.
2. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum:
a. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara.
b. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam macam tujuan,
keperluan dan keadaan
c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan social
d. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis)
e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Siswa meghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia

C. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Dalam buku Acuan Pengembangan Kurikulum 2004 disebutkan bakwa Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki 4 komponen yaitu :
1. Pengelolaan kurukulum berbasis sekolah,
2. Kegiatan belajar mengajar,
3. Penilaian berbasisi kelas,
4. Kurikulum dan hasil belajar.

Untuk lebuh jelasnya perhatikan gambar di bawah ini:


Kurikulum dan Pengelolaan Kurikulum
Hasil Belajar Berbasis Sekolah

Kurikulum Berbasis
Kompetensi

Penilaian Berbasis Kegiatan Belajar


Kelas Mengajar

Gambar 1.1

Pengelolaan Kurikulumberbasis Sekolah memuat berbagai pola pemberdayaan


pendidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar.
Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran
dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan
pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
Penilaian Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaanpenilaian
berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui
penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas), kinerja
(performance) dan tes tertulis.
Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB) memuat perencanaan pengembangan
kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18
tahun. KHB ini memuat kompetensi, hasil belajar dan indikator dari TK sampai SMA.

KB 2. ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA


A. ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BAHASA
Dalam kurikulum 2004, dinyatakan bahwa ruang lingkup standar kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD dan MI terdiri atas empat aspek sebagai berikut:
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
Dalam keempat aspek keterampilan diatas, terdapat aspek kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil
berkomunikasi, sedangkan pengajaran sastra ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra.
Standar kompetensi untuk kelas rendah SD/MI diantaranya:
KELAS 1
a. Mendengarkan
SK : mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui
mendengarkan berbagai bunyi/suara dan bunyi bahasa, mendengarkan dan
melakukan sesuatu sesuai dengan perintah, dan mendengarkan deskripsi tentang
benda benda disekitar serta mendengarkan dongeng
b. Berbicara
SK: mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
melalui memperkenalkan diri, menyapa, menjelaskan warna, nama dan fungsi
anggota tubuh, dan benda benda di sekitar, menceritakan pengalaman, melakukan
percakapan, dan menyampaikan rasa suka dan tidak suka serta mendeklamasikan
puisi dan memerankan tokoh dongeng
c. Membaca
SK : mampu membaca dan meamahami teks pendek dengan cara membaca lancer
(bersuara) beberapa kalimat sederhana
d. Menulis
SK : mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan
huruf sambung, menulis kalimat yang didikte guru, dan menulis rapi
menggunakan huruf sambung.
KELAS 2
a. Mendengarkan
SK : mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui
mendengarkan pembacaan teks pendek, dan menyimak pesan pendek serta
mendengarkan dongeng
b. Berbicara
SK: mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan bertanya/menyapa, menceritakan kegiatan sehari hari,
melakukan percakapan, menceritakan pengalaman, melaporkan dan
mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan pantun, menceritakan kembali
cerita dan bermain peran
c. Membaca
SK : mampu membaca dan meamahami teks pendek dengan cara membaca lancer
(bersuara) beberapa kalimat sederhana dan membaca puisi
d. Menulis
SK : mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf
sambung, menulis kalimat yang didikte guru, dan menulis melengkapi cerita,
menulis rapi menggunakan huruf sambung, dan menuliskan pengalaman tentang
kesukaan dan ketidaksukaan.

B. PERPADUAN ANTARASPEK DALAM PEMBELAJARAN


Dalam pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menurut kurikulum
2004, baik aspek Kemampuan Berbahasa maupun aspek Kemampuan Bersastra dikemas
dalam keempat keterampilan berbahasa. Dalam praktiknya, keempat keterampilan
tersebut dilaksanakan secara terpadu.
MODUL 5
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI

KB 1: ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA


A. PERPADUAN ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA DI KELAS TINGGI
Ada 4 aspek pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca, dan
4. Menulis.

 Aspek Mendengarkan
a. Yang termasuk kemampuan berbahasa, yaitu mendengarkan berita,petunjuk,
pengumuman,perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu,kaset, pesan,
penjelasan,laporan ceramah,kothbah,pidato, pembicaraan nara sumber, dialog
atau percakapan,serta perintah yang didengar dengan memberikan respon
secara tepat.
b. Kemampuan bersastra, yaitu mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita
rakyat,cerita binatang, puisi anak,syair lagu, pantun, dan menonton drama
anak.

Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 3


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
penjelasan petunjuk, baik petunjuk verbal maupun dengan simbol dan
mendengarkan pembacaan cerita dan teks drama.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melaui kemampuan menceritakan pegalaman lucu, menjelaskan urutan,
mendeskripsikan tempat, menceritakan pengalaman, dan peristiwa, serta bermain
peran.
c. Membaca
Mampu membaca dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara membaca
lancar (bersuara), dan membaca dalam hati secra intensif, dan membaca secara
memindai suatu denah serta membaca dongeng dan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan melalui
menulis karangan dari fikiran sendiri, menyusun ringkasan bacaan, menulis
karangan berdasarkan rangkaian gambar seri, dan menulis petunjuk.
Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 4
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menjekaskan isi
petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan mendengarkan pengumumman
serta pembacaan pantun.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan bertanya atau menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari,
melakukan percakapan , menceritakan pengalaman, melaporkan, dan
mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan pantun, menceritakan kembali
cerita, dan bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca melalui membaca memindai, membaca sekilas, membaca intensif, dan
membacakan teks untuk orang lain serta membaca cerita rakyat dan pantun.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis deskripsi, mengisi
formulir sederhana, melanjutkan cerita narasi, menulis surat menyusun paragraf, dan
menulis pengumuman serta menulis cerita rekaan dan melanjutkan pantun.

Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 5


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
pengumuman, mendengarkan penjelasan dan nara sumber, dan mendengarkan pesan
lewat tatap muka atau telefon serta mendengarkan cerita pendek dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui menanggapi persoalan atau peristiwa yang terjadi di sekitar, berwawancara
dan melaporkan hasil wawancara, mendeskripsikan benda atau alat, dan
menyampaikan dialog atau percakapan serta memerankan drama pendek.
c. Membaca
Mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk
mendapatkan informasi tertentu melalui membacakan tata tertib atau pengumuman,
membaca cepat, membaca intensif dan ektensif, membaca sekilas, dan membaca
memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan melalui menyusun karangan, menuis surat pribadi, meringkas
buku bacaan, membuat foster, dan menulis catatan dalam buku harian serta menulis
prosa sederhana dan puisi.
Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 6
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
dan mendiskusikan isi undang-undang serta mendengarkan pembacaan sala satu
pasal atau ayat dalam suatu undang-undang dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui menceritakan hasil pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi,
membahas isi buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu, berpidato, dan berdiskusi
serta memerankan drama anak.
c. Membaca
Mampu memahami ragam atau teks bacaan denga berbagai cara atau tenik membaca
melalui membacakan teks untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks serta
membaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang masih populer.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan ke
dalam berbagai ragam tulisan melalui mengisi formulir sederhana, menyusun naskah
sambutan atau pidato, menulis iklan sederhana, menyusun rigkasan, menyusun
rangkuman, dan menulis surat resmi serta memparafasekan puisi dan menyusun
percakapan.

B. PERPADUAN ASPEK KETERAMPILAN BAHASA DENGAN ASPEK SASTRA


DI KELAS TINGGI
Seperti halnya dengan perpaduan antaraspek, dalam pembelajaran di kelas guru dapat
memadukan antara aspek keterampilan berbahasa dengan aspek kesastraan. Misalkan
dalam memadukan antara aspek keterampilan bahasa dan aspek sastra untuk kelas 6.
Pertama harus dilihat kompetensi dasar apa yang harus dikuasai siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia,misalnya dalam pembelajaran “Membaca Novel Anak”
kemudian perhatikan indikatornya. Indikator pertama terdapat aspek mendengarkan
(siswa tidak dapat menjawab pertanyaan kalau tidak mendengarkan) disamping itu ada
aspek satra (karena yang didengarkan adalah novel anak). Kemudian pada indikator
kedua yaitu “menjelaskan amanat yang terkandung dalam novel anak-anak” secara
implisit terkandung kegiatan apresiasi sastra.

KB 2: KAJIAN BUKU TEKS


A. SYARAT-SYARAT BUKU TEKS
Menurut W. F. Mackey (dalam Hanafi, 1981) penyusunan buku teks didasarkan pada
prinsip berikut :
1. Seleksi
Dalam seleksi yang perlu dipertimbangkan adalah hal-hal berikut :
a. Tujuan pengajaran bahasa. level bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu
belajar.
b. Tipe bahasa yang akan diajarkan yang meliputi dialek, register,style, dan
media.
c. Jumlah materi yang akan disajikan.
d. Pilihan butir-butir yang akan diajarkan yang mencakup fonetik, tata bahasa,
kosa kata dan makna kata.
e. Kretirea yang dipakai melandasi pilihan.
2. Gradasi Bahan Pelajaran
Gradasi bahan pelajaran mempersoalkan tataan yang di pandang paling baik untuk
menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.
Gradasi ini tampak seperti berikut :
a. Pengelompokan yang mencakup (1) pengelompokan yang berdasarkan sistem,
yaitu pengelompokan fonetis, gramatikal, leksikal, dan (2) pengelompokan
bunti-bunyi bahasa menjadi kata, kata menjadi frasa, frasa menjadi kalimat,
kalimat menjadi konteks.
b. Pengurutan atau sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan sistem di
satu pihak dan berdasarkan struktur di pihak lain.
3. Presentasi Bahan
Mengomunikasikan bahan ajar kepada siswa yakni :
a. Penahapan bahan ajar baik jumlah maupun satuan-satanya.
b. Pendemonstrasian bahan pelajaran yang mungkin secara lisan ataukah secara
tertulis.
c. Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri dari ragam-
ragam prosedur, yaitu eksplanasi, translasi, otentik, atau peragaan ( dengan
benda, gerak, atau situasi), gambar, dan konteks.
4. Repetisi Bahan Ajar
Berhubungan dengan hal-hal yang patut dikerjakan guru dalam mengajar dan siswa
dalam keterampilanya menyimak, berbicara, membaca dan menulis atau mengarang.

Menurut Tarigan (1986) dalam menyusun buku tek menggunakan dua patokan.
1. Bersifat umum, yang berlaku bagi setiap buku teks, bersumber dari kurikulum.
2. Bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu saja misalnya buku teks
matematika, Biologi, dan bahasa Indonesia bersumber dari karakteristik setiap mata
pelajaran.

Menurut Imam Machfuds dan Solchan (1995)


Menyusun naskah buku pelajaran memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :
a. Ketentuan Umum
Pertama, naskah hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu (1)
bagian awal naskah (halaman judul, kata pengantar, daftar tabel, atau daftar lampira,
(2) bagian isi naskah, dan (3) bagian akhir naskah (daftar pustaka dan jika ada
lampiran, indeks). Kedua, naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah
diterbitkan. Asli artinya bahwa uraian dan susunan kalimat dalam menyajikan
naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri.
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus ini berkaitan dengan (1) Keamanan nasional, (2) isi buku teks,
(3) cara penyajian, (4) penggunaan bahasa, dan (5) ilustrasi.
Persyaratan yang berhubungan dengan keamanan nasional, isi buku teks tidak
boleh bertentangan atau menyimpang dari Pancasila, UUD 1945 dan GBHN dalam
penyajiannya, bahasanya dan ilustrasinya.
1. Persyaratan yang berhubungan dengan isi buku teks yaitu :
a. Memuat sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai
siswa sesuai denga jenjang pendidikan yang diikutinya.
b. Relevan dengan tujuan pendidikan.
c. Menghormati kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama.
d. Tudak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Benar ditinjau dari segi pengetahuan.
f. Sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
g. Sesuai dengan jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulis.
2. Persyaratan yang berkaitan dengan cara penyajian yaitu :
a. Urutan-urutan yang teratur.
b. Penahapan dalam urutan penyajian dimulai dari yang sederhana ke yang
kompleks, atau dari yang mudah ke yang sulit,
c. Menarik minat dan perhatian siswa.
d. Menantang siswa untuk terus mempelajari buku teks tersebut.
e. Pengorganisasian bahan pelajaran yang sistematik dan mengacu kepada
berbgai aspek kemampuan siswa.
3. Persyaratan yang berhubungan dengan bahasa yaitu :
a. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku.
b. Menggunakan kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan
perkembangan siswa.
c. Menggunakan istilah,kosa kata, dan simbol-simbol yang mempermudah
pemahaman isi buku teks.
d. Menggunakan transliterasi yang sudah di bakukan.
4. Persyaratan yang berkaitan dengan ilustrasi yaitu :
a. Relevansi dengan buku yang bersangkutan.
b. Tidak mengganggu kesinambungan antar kalimat dan antar paragraf serta
bagian keseluruhan isi buku teks.
c. Merupakan bagian terpadu dari keseluruhan isi buku teks.
d. Jelas, baik dan merupakan hal esensial untuk membantu siswa memahami
konsep atau pengertian yang diuraikan dalam buku teks tersebut.

B. BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS TINGGI


Dalam telaah buku teks ini buku yang digunakan adalah Buku wajib yang
dikeluarkan oleh Diknas.
MODUL 6
PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN

KB 1: PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS DI KELAS RENDAH


A. PENGERTIAN MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak
mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di
kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Mengapa disebut permulaan, dan apa sasarannya? Peralihan dari masa bermain di TK
(bagi anak-anak yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah (bagi anak yang tidak
menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak. Hal pertama
yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan
membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi
pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca
tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah
dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini
sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang
dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi lambang
tersebut.
Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan
kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana.Yang dimaksud dengan
melekwacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan
mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman
akan lambang-lambang tersebut. Dengan bekal kemampuan melek wacana inilah
kemudian anak dimajankan dengan berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai
media cetak yang dapat diakses sendiri.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca
permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan
pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan
(miripdengan kemampuan melukis atau menggambar) lambing -lambang tulis yang
jikadirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.
Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring
pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis
melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang
sesungguhnya.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN MMP
Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kurikulum
terkini yang digunakan di sekolah-sekolah sebagai pengganti atas kurikulum
sebelumnya, yakni Kurikulum1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya standar nasional pendidikan. Standar-
standar dimaksud berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan
sertapenetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah
Seperti dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Tr. Indra Jati Sidi
dalam kata pengantar untuk Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan SastraIndonesia
bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan7peningkatan
mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruhmencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Dimensi-dimensi dimaksud
meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan,
seni, dan budaya.Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara padapeningkatan dan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaiankompetensi
peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaiakan diri, dan berhasildalam
kehidupan.Kurikulum tersebut dikembangkan secara lebih lanjut sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan masing-masing daerah dan sekolah setempat.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan efektif
sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat
pemersatu bangsa. Daerah atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk menjabarkan
standar kompetensi itu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing secara
kontekstual.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca,
untuk SD dan MI adalah “membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paraagraf, berbagai
teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta
mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa
dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun,
dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca”.
Standar kompetensi aspek membaca di kelas1 sekolah dasar ialah siswa mampu
membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan
membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke
dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:
1. Membiasakan sikap membaca yang benar
2. Membaca nyaring
3. Membaca bersuara (lancar)
4. Membacakan penggalan cerita.
Untuk keterampilan menulis dikelas 1 (kelas rendah), Kurikulum 2004 menetapkan
standar kompetensi sebagai berikut. Siswa mampu menulis beberapa kalimat yang
dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang didiktekan
guru dan menulis rapi dengan menggunakan huruf sambung. Standar kompetensi ini
diturunkan kedalam tujuh buah kompetensi dasar, yaitu:
1. Membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis)
2. Menjiplak dan menebalkan
3. Menyalin
4. Menulis permulaan
5. Menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung
6. Menulis kalimat yang didiktekan guru
7. Menulis dengan huruf sambung
KB 2: STRATEGI PEMBELAJARAN MMP
A. METODE PEMBELAJARAN MMP
1. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
Pengajarannya dengan memperkenlkan huruf-huruf secara alpabetis.Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad.
Sebagai contoh : A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai [a],
[be], [ce], [de], [ef],dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis
lambang, tulisan, seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b,
c, d,dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku
katadengan cara merangkaikan beberapa hurufyang sudah dikenalnya Misalnya :
b, a, d, u menjadi b-a →ba(dibaca atau dieja/be-a/→ [ba ])
d-u →du (dibaca atau dieja /de-u/→ [du])
ba-du →dilafalkan →/badu/

b, u, k, u menjadi b-u →bu(dibaca atau dieja /be-u/→ [bu])


k-u →ku(dibaca atau dieja/ ke-u/→ [ku])
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan
huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf
yangberupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata ‘badu’tadi. Selanjutnya, anak
diminta menulis seperti ini: ba–du→badu
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat
sederhana.Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi
kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral,
pendekatan komunikatif, dan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar
untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju hal-
hal yang abstrak, dari hal-halyang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan anak
menuju hal-hal yang sulit dan mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi anak.
2. Metode Bunyi
Contoh: huruf /b/ dilafalkan [be]
/d/ dilafalkan [de] catatan :dilafalkan dengan e pepet
/e/ dilafalkan [e] seperti pelafalanpada katabenar, keras,
/g/ dilafalkan [ge] pedas, lemah
/p/ dilafalkan [pe]
Dengan demikian kata nani dieja menjadi:
/en-a/→ [na]
/en-i /→ [ni] →dibaca→ [na-ni]
Proses pembelajaran membaca permulaan ini melalui proses pelatihan dan proses
tubian. Penguat-penguat yang diberikan dalam melaksanakan proses pembelajaran
membaca permulaan melalui metode ini, mampu membangkitkan motivasi untuk
terus belajar dan berlatih.
Proses pembelajaran MMP seperti itu dilakukan melalui “Metode Bunyi”.
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari Metode Eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan Metode Eja/Abjad di atas.
Perbedaannya terletak hanya padacara atau sistem pembacaan atau pelafalanabjad
(huruf-hurufnya).
3. Model Suku Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku
kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke,
ko/,dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-
katabermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat
berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar
MMP. Kata-kata dimaksud, misalnya:
bo-bi cu–ci da–da ka–ki
bi-bu ca–ci di–da ku–ku
bi–bi ci–ca da–du ka–ku
ba–ca ka–ca du–ka ku–da
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kelompok
kata atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud,
seperti tampak pada contoh berikut ini.
ka-ki ku-da
ba-ca bu-ku
cu–ci ka–ki (dan sebagainya).
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata atau
kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau
penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di
bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas,
kemudian melahirkan istilah lainuntuk metode ini, yakni Metode Rangkai-Kupas.
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan Metode Suku
Kata adalah:
a. Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
b. Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
c. Tahap ketiga, perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana;
d. Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangakaian dan pengupasan:
(kalimat→kata-kata→suku-suku kata)
Metode Suku Kata/Silaba populer dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran.
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran, metode ini dikenal dengan istilah Metode
Iqro.
4. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan dalam langkah-langkah di
atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai
contoh, proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu.
Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan
huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku
kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi
dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagaikata lembaga (kata semula). Karena
proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses
pengupasandan perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai Metode Kupas-
Rangkai (sebagai lawan dari Metode Suku Kata yang biasa juga disebut
MetodeRangkai-Kupas). Sebagian orang menyebutnya Metode Kata atau Metode
Kata Lembaga.
5. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai Metode Kalimat. Dikatakan
demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode
ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu
pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar.Di bawah gambar
dimaksud, dituliskansebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar
tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang diperkenalkan berbunyi ini nani, maka
gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang anak
perempuan.
Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses
pembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salah satu kalimat dari
beberapa kalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran tadi. Kalimat tersebut
dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses deglobalisasi (proses
penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi kata, suku
kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP.
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali).
Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidakdikembalikan lagi pada satuan di
atasnya, yakni suku kata.Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan
lagi menjadi kata; kata-kata menjadi kalimat.Sebagai contoh, di bawah ini dapat
Anda lihat bahan untuk MMP yang menggunakan Metode Global.
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat.

Ini dadu Ini kuda


b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku
kata menjadi huruf-huruf.
ini dadu
ini dadu
i -ni da-du
i-n-i d-a-d-u

6. Metode SAS
SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Metode SAS
merupakan salahsatu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran
membaca dan menulispermulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan
metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan
sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna
lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-
konsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang
disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur
kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu,
sebelum KBM MMP yang sesungguhnya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM
melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang gambar,
benda nyata,tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan
suatu strukturkalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP, barulah KBM MMP
yang sesungguhnyadimulai. Pembelajaran MMP dimulai dengan pengenalan struktur
kalimat.
Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep
kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca
permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut
kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud
satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Proses penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS,
meliputi:
a. kalimat menjadi kata-kata
b. kata menjadi suku-suku kata, dan
c. suku kata menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan kerja
sintesis(menyimpulkan).Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan
lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku
kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses
sintesis ini, anak-anakakan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah
kalimat utuh.
Penggunaan metode SAS dalam pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita
ditingkat SD pernah dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh
perintah.Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, di
antaranya sebagai berikut ini:
a) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang
satuan bahasa terkecil yang untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat
dibentuk oleh satuan-satuan bahasa dibawahnya, ykni kata, suku kata, dan
akhirnya fonem (huruf-huruf).
b) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu,
penga-jaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang
dikenal dandiketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap
daya ingat dan pemahaman anak.
c) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).Anak
mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap
seperti ini akanmembantu anak dalam mencapai kebrhasilan belajar.
Bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini
tampakseperti berikut:
ini mama
ini mama
i-ni ma –ma
i-n-i m-a-m-a
i-ni ma-ma
ini mama
ini mama
Uraian ini ditutup dengan sebuah simpulan bahwa tidak ada metode yang terbaik
dan juga tidak ada metode yang terburuk. Masing-masing metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan.Metode yang terbaik adalah metode yang cocok dengan
pemakainya.

B. MODEL PEMBELAJARAN MMP


Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan
oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode
MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya.
Namun, penggunaan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Pendekatan
komunikatif-integratif, dan CTL (Contextual Teaching and Learning) hendaknya benar-
benar dilaksanakan oleh setiap guru. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini
terbagi ke dalam dua tahapan, yakni (a) pembelajaran tanpa buku, dan (b) pembelajaran
dengan menggunakan buku.
1. Langkah-langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak
bersekolah pada minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal
ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu
tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Selanjutnya pilihlah variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut:
a. Menunjukan gambar
b. Menceritakan gambar
c. Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
d. Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambar.
e. Membaca tulisan bergambar
f. Membaca tulisan tanpa gambar
g. Memperkenalkan huruf, suku kata, kata atau kalimat dengan bantuan kartu.
2. Langkah-langkah Pembelajaran MMP dengan Menggunakan Buku
Ada beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP dengan
menggunakan buku. Kegiatan pembeljaran pada fase ini merupakan tindak lanjut
dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan demikian,
diasumsikan anak-anak tidak berangkat dari kondisi nol. Berikut beberapa
alternatif pembelajaran yang penulis tawarkan.
a. Membaca buku pelajaran (buku paket)
b. Membaca buku dan majalah anak yang sudah terpilih
c. Membaca bacaan susunan bersama guru-siswa
d. Membaca bacaan susunan siswa (kelompok perseorangan)
3. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok,
yakni:
a. Pengenalan huruf
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca
permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk
tulisan serta pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan
untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan
lambang-lambang tulisan.
b. Latihan
- Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
- Latihan gerakan tangan
- Latihan mengeblat/ menirukan atau menebalkan tulisan dengan menindas
tulisan yang telah ada.
- Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan
- Latihan menatap bentuk tulisan
- Latihan menyalin, baik dari buku maupun papan tulis
- Latihan menulis halus indah
- Latihan dikte/imla
- Latihan melengkapi tulisan
- Menuliskan nama-nama benda yang terdapat dalam gambar
- Mengarang sederhana dengan bantuan gambar.

KB 3: PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MMP


A. PENILAIAN PROSES
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan
belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan
aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, informasi yang harus terekam melalui proses ini
meliputi tiga ranah, yakni ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor. Alat penilaian yang
berbentuk tes pada umumnya cocok untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan
kemampuan kognisi, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan afeksi dan
psikomotor lebih cocok bila digali dengan alat penilaian nontes.
Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee (peserta
tes). Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan
menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan
(kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara
tertulis, lisan, dan perbuatan.
1. Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa jawaban
atas pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang
diberikan atau diperintahkan.
2. Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa
dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan.
3. Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan
secara tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk
penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya
digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam
penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan kedua-duanya,
baik teknik tes maupun teknik nontes.

B. PENILAIAN HASIL
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa.
Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai pencapaian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah dimaksudkan untuk
menilai kemampuan siswa yang meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa
yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes membaca permulaan
dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini.
1. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa
lambang yang berupa, huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana.
2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemokusan pembelajaran yang diberikan.Teknik isian rumpang untuk membaca
permulan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk
membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku,
misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh secara
konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambang bunyi berupa lambang huruf,
penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan
menghilangkan bagian-bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga,
dengan perumpangan suku kata atau kata.
3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana).

Logas, 21 April 2020

LISA ROSPITA

Anda mungkin juga menyukai