Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KASUS

Migraine
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Syaraf
Program Pembelajaran Jarak Jauh PPPD FKIK UMY
RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :
Rahaditya Alrasyidi Hanggoro
20194010044

Diajukan kepada :
Dr. dr.Tri Wahyuliati, Sp.S., M.Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

1
2020

KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.MLYN
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Asisten Apotik

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri Kepala berdenyut dan berpindah-pindah pada kepala sebelah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan usia 33 th datang ke poli dengan keluhan nyeri
kepala, Nyeri kepala sudah dirasakan sejak lama namun beberapa hari ini
kian memberat, apotek sepi jadi makin terasa , bentuk nyeri kepala terasa
seperti senut” dan bukan berputar pada hanya kepala sebelah saja dan
berpindah dari bagian belakang telinga hingga diatas pelipis, Nyeri
sebelumnya sama namun sekarang lebih sering dan terasa lebih berat, selain
itu pasien juga terkadang muntah beberapa kali makanan. Pasien mengatakan
nyeri berkurang saat beristirahat, dan dapat bertambah berat jika minum
dingin dan juga terkena cahaya, serta pasien biasanya nyeri bertambah saat
mulai haid, untuk pengobatan pasien sudah minum Panadol sebelumnya
berkurang namun sekarang masih, belum pernah berobat ke dokter, Pasien
bekerja sebagai asisten apotik yang belakangan ini sepi pengunjung
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa (+) namun sekarang lebih sering, hipertensi(-),
diabetes melitus(-), trauma kepala (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat stroke(-), hipertensi(-), diabetes melitus (-)

2
Riwayat Nyeri Kepala (+) Kakak perempuan pasien
Riwayat Penyakit Sosial
Pasien bekerja sebagai asisten apotek dimana saat ini apotik sedang sepi
pengunjung
Riwayat Pribadi
Pasien sudah memiliki 2 anak
Pasien dalam program KB : Susuk Implant

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, E4V5M6
Vital Sign :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x / menit
Suhu : 36,7 oC
Respirasi : 20 x / menit
Status general:
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
palpebral (-/-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-).
Leher : JVP meningkat (-), limfonodi tidak teraba.
Thorax:
Inspeksi : Pernapasan spontan, reguler, bentuk dada normal,
gerakan dada simetris, retraksi interkosta (-/-), tipe
pernapasan normal.
Palpasi : Nyeri (-), vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor (+/+), cardiomegali (-)
Auskultasi : - Pulmo : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronkhi (-/-).
-Cor : S1/S2 normal, reguler, bising (-).

3
Abdomen : Distended (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan
epigastric (-), nyeri tekan (-), timpani, hepatomegali (-),
splenomegali (-).
Ekstremitas :Akral hangat, Capillary Refill Time <2 detik, nadi teraba
kuat.

IV. Pemeriksaan Status Neuromuskular


Status Ekstremitas
Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal
Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus otot Normal Normal

Klonus Normal Normal

Atrofi otot (-) (-)


Refleks fisiologis (+)Normal (+)Normal
Refleks patologis (-) (-)
Sensibilitas Normal Normal
:
GCS E4V5M6
Nervus Kranial : Normal
Meningeal Sign : Kaku Kuduk ,Brudzinski 1,2,Kerniq,Laseque (-)
Reflek Fisiologis (+)
Reflek Patologis (-)

a) Status lokalis region cephal :


Inspeksi : Normochepali (+), edema (-),deformitas (-)
Palpasi :kalor (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-)

VAS :

4
0 7 10

V. DIAGNOSIS
Klinis : Nyeri kepala Berdenyut pada salah sebelah kepala yang
berpindah-pindah
Topis : Vascular Intracranial
Etiologi : Migraine tanpa Aura
Patologis : Vascular
DD : - Tension Type Headache
- Nyeri kepala Cluster
- Nyeri kepala servikogenik

VI. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Lengkap
CT – SCAN / MRI

VII. TERAPI
Farmakoterapi :
R/ Sumatriptan tab 50 mg no XV
S 2 dd tab 1
R/ Metokloperamid 10 mg tab no XV
S 2 dd tab 1
R/ Ibuprofen tab 400 mg no XV
S 3 dd tab 1
R/ Amitriptilin 10 mg no X
S 1 dd tab 1
Non farmakoterapi :
Edukasi Istirahat
Fisioterapi : Diatermi, masase, kompres hangat, TENS (Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation)

5
Ganti Kontrasepsi KB dengan pilihan yang lain seperti Spiral

VIII. EDUKASI

Untuk mencegah terjadinya serangan berulang :


a. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat keparahan
migren, baik pada pasien yang menggunakan obat-obat preventif atau
tidak.
b. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu menyebabkan sakit kepala,
hindarilah makan dan minuman tertentu yang dapat memicu maka harus
dihindari. Secara umum pola tidur yang reguler dan pola makan yang
reguler dapat cukup membantu.
c. Berolahraga secara teratur, olahraga aerobik secara teratur mengurangi
tekanan dan dapat mencegah migren.
d. Mengurangi efek estrogen, pada wanita dengan migren dimana estrogen
menjadi pemicunya atau menyebabkan gejala menjadi lebih parah, atau
orang dengan riwayat keluarga memiliki tekanan darah tinggi atau
stroke sebaiknya mengurangi obat-obatan yang mengandung estrogen.
Dengan mengganti jenis KB yang digunakan

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

6
Cephalgia atau nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering
dijumpaidalam kehidupan sehari - hari, sekitar 90% dari setiap individu pernah
mengalami minimal 1 kali per tahun. Nyeri kepala menduduki komposisi jumlah
pasien terbanyak yang datang berobat jalan ke dokter saraf, hasil pengamatan
yang didapatkan bahwa insidensi jenis penyakit dari praktek klinik di medan pada
tahun 2003 didapatkan 10 besar penyakit yang berobat jalan, dimana cephalgia
menduduki peringkat pertama dengan presentase jumlah 42%.
Migrain sendiri merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer yang
diklasifikasikan oleh International Headache Society (IHS) dan merupakan
penyebab nyeri kepala primer kedua setelah Tension Type Headache (TTH).
Migrain ditandai dengan nyeri kepala yang umumnya unilateral dengan sifat nyeri
yang berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di daerah frontotemporal.
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,
sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh
aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia. Migren
merupakan ganguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri
kepala yang episodic (berulang-ulang) dengan intensitas, frekuensi dan lamanya
yang berbeda-beda. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai
anoreksia, mual dan muntah.

ETIOLOGI

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migrain, di
duga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistim saraf dan
avikasi sistem trigeminalvaskular, sehingga migraine termasuk dalam nyeri kepala
primer.

Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migraine yaitu:


• Riwayat penyakit migren dalam keluarga. 70-80% penderita migraine
memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayatmigraine juga.

7
• Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/
perubahan hormonal. Perubahan hormone (esterogen dan progesterone)
pada wanita, khususnya pada fase luteal siklus menstruasi.
• Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat)
vasokonstriktor (keju, coklat) serta zat tambahan pada makanan.
• Stress dan kecemasan.
• Terlambat makan
• Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan.
• Cahaya kilat atau berkelip.
• Cuaca terutama pada cuaca tekanan rendah
• Psikis baik pada peristiwa duka ataupun pada peristiwa bahagia
• Banyak tidur atau kurang tidur (Faktor fisik, tidur tidak teratur)
• Penyakit kronik misal penyakit ginjal kronik
• Faktor kepribadian

PATOFISIOLOGI

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan
terjadinya sakit kepala migraine. Tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini
telah banyak penelitian yang menjelaskan patomekanisme terjadinya migraine.
Ada 3 teori yang diyakini dapat menjelaskan mekanisme migraine :
1. Teori Vascular

Pada teori ini disebutkan bahwa adanya gangguan kaliber pembuluh darah yang
menyebabkan terjadinya nyeri kepala migren. Disebutkan bahwa dengan adanya

8
faktor pencetus oleh mekanisme yang belum diketahui, menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah serebral. Hal ini menjelaskan timbulnya aura pada
sebagian kasus di mana ambang untuk terjadinya aura rendah. Setelah
vasokonstriksi, diikuti dengan vasodilatasi pembuluh darah yang menekan dan
mengaktifkan nosiseptor perivaskular di intracranial, yang mencetuskan terjadinya
nyeri kepala. Nyeri kepala yang terjadi bersifat unilateral dengan kualitas
berdenyut, disebabkan oleh perangsangan saraf nyeri di dinding pembuluh darah.
Namun, teori ini masih belum dapat menjelaskan gejala prodromal dan gejala lain
yang terjadi sebelum serangan migrain. Selain itu, obat-obat yang dapat
meredakan nyeri kepala, tidak semuanya bekerja melalui vasokonstriksi pembuluh
darah, dan belakangan diketahui dengan penelitian menggunakan teknik
pencitraan mutakhir untuk melihat aliran darah otak, ditemukan bahwa kejadian
migrain tanpa aura memiliki aliran darah serebral yang konstan pada sebagian
besar pasien.

2. Teori Neurovascular-Neurokimia (Trigeminovascular)


Teori neurovaskular pada prinsipnya menjelaskan bahwa adanya migrain
disebabkan oleh mekanisme neurogenik yang kemudian menyebabkan gangguan
perfusi serebral. Adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan
merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan
CGRP (calcitonin gene-related peptide). CGRP akan berikatan pada reseptornya
di sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaran mediator inflamasi
sehingga menimbulkan inflamasi steril pada neuron. CGRP juga bekerja pada
arteri serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah.
Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second order
neuron yang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri. Teori sistem saraf simpatis,
aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus sereleus sehingga terjadi peningkatan
kadar epinefrin.
Selanjutnya, sistem ini juga mengaktifkan nukleus dorsal sehingga terjadi
peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan
menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah

9
di otak. Penurunan aliran darah di otak akan merangsang serabut saraf
trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat terjadi aura. Apabila
terjadi penurunan kadar serotonin maka akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah intrakranial dan ekstrakranial yang akan menyebabkan nyeri kepala pada
migren.

3. Teori Cortical Spreading Depresion


Dimana pada orang migrain nilai ambang saraf menurun sehingga mudah
terjadi eksitasi neuron lalu berlaku short-lasting wave depolarization oleh
pottasium-liberating depression (penurunan pelepasan kalium) sehingga
menyebabkan terjadinya periode depresi neuron yang memanjang. Selanjutnya,
akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas neuron ketika
melewati korteks serebri.

10
Depolarisasi yang terjadi ini menyebabkan terjadinya fase aura, yang
kemudian mengaktifkan nervus trigeminal, yang menyebabkan fase nyeri kepala.
Mekanisme neurokimia yang terjadi selama fase perambatan yaitu pengeluaran
kalium ke ekstrasel, atau pengeluaran glutamat (asam amino eksitatorik) dari
jaringan saraf. Hal ini menyebabkan terjadinya depolarisasi yang merambat dan
merangsang jaringan sekitarnya untuk mengeluarkan neurotrasnmitter eksitatorik
juga
Adanya perambatan CSD kemudian mengaktivasi sistem
trigeminovaskular, yang selanjutnya akan merangsang nosiseptor pada pembuluh
darah duramater untuk mengeluarkan zat pemicu nyeri, seperti calcitonin-gene
related peptide (CGRP), substansia P, vasoactive intestinal peptide (VIP) dan
neurokinin A, yang kemudian berperan dalam terjadinya sterile inflammation dan
mekanisme nyeri.

11
MANIFESTASI KLINIS

Secara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migren bervariasi pada


setiap individu. Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi
semuanya tidak harus dialami oleh tiap individu.
Fase-fase tersebut antara lain:

1. Fase Prodormal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu,
tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti coklat) dan gejala
lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase
ini member pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan
migren.

2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului
atau menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit.
Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-
aura tersebut. Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala
neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah
scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak), gangguan visual
homonim, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya cahaya
berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya
adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul pada salah satu mata atau
kedua mata. Kedua fenomena ini dapat muncul bersamaan dan berbentuk zig-zag.
Aura pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti
dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala, walaupun ada yang
melaporkan tanpa periode laten.

3. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan
awalnya berlangsung didaerah frontotemporalis dan ocular, kemudian setelah 1-2

12
jam menyebar secara difus kea rah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72
jam pada orang dewasa, sedangkan pada anakaak berlangsung selama 1-48 jam.
Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang sangat
mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

4. Fase Postdormal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi


menurun, dan terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa

“segar” atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa
depresi dan lemas.

Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura,


sementara pada penderita migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase
prodormal, fase nyeri kepala, dan fase postdormal.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik


umum dan neurologis.
Anamnesis
Pada anamnesis harus ditemukan hal berikut :
Suatu serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau seluruh tanda dan
gejala, sebagai berikut:

13
a. Nyeri sedang sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri
hanya pada satu sisi kepala, hanya sedikit yang merasakan nyeri pada kedua sisi
kepala.
b. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
c. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
d. Saat serangan nyeri kepala penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari.
e. Disertai mual dengan atau tanpa muntah.
f. Fotofobia dan atau fonofobia.
g. Apabila terdapat aura, paling sedikit terdapat dua dari karakteristik di bawah
ini:
• Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara bertahap ≥5 menit,
dan/atau dua atau lebih gejala terjadi secara berurutan.
• Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60 menit
• Setidaknya satu gejala aura unilateral
• Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri kepala dalam waktu
60 menit.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal.
Temuan temuan yang abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder, yang
memerlukan pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda.

Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura


A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau
tidak berhasil diobati).
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat

14
4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari
aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Nausea dan atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan
transient ischemic attack harus dieksklusi

Selain migraine tanpa aura, dikenal juga migraine dengan aura (classic
migraine). Aura sendiri diartikan sebagai gejala disfungsi serebral fokal yang
pulih menyeluruh dalam jangka waktu < 60 menit yang dapat terjadi sebelum
serangan nyeri kepala (sebagian besar kasus), pada saat serangan atau setelah
serangan. Adapun kriteria diagnosis migraine dengan aura, yaitu :
A. Sedikitnya dua serangan nyeri kepala yang memenuhi criteria B dan C
B. Satu atau lebih gejala aura yang reversibel berikut :
1. Visual
2. Sensorik
3. Bicara dan/atau bahasa
4. Motorik
5. Batang Otak
6. Retinal
C. Sedikitnya dua dari empat karakteristik berikut :
1. Sedikitnya satu gejala aura yang berkembang secara bertahap selama
≥ 5 menit, dan/atau dua atau lebih gejala aura yang terjadi berurutan
2. Gejala aura berlangsung selama 5-60 menit
3. Sedikitnya satu gejala aura yang terjadi bersifat unilateral
4. Gejala aura bersamaan atau diikuti dengan gejala nyeri kepala sesuai
dengan criteria migrain tanpa aura
D. Tidak berkaitan dengan nyeri kepala akibat penyakit lain dan Transient
Ischemic Attack (TIA) telah disingkirkan.

15
DIAGNOSIS BANDING

Tipe Lokasi Umur Gejala Klinik Faktor Pencetus

Migrain tanpa Fronto- Dewasa muda, Nyeri sedang- Cahaya, suara,


aura temporal (uni- kadang anak- berat, alkohol,
bilateral) anak berdenyut gangguantidur

Migrain Sama dengan Sama dengan Sama dengan Sama dengan


dengan aura atas atas atas + atas
gangguan
sensorik,
visual,
otonom
Cluster Orbito- Dewasa muda Nyeri hebat, Tidak diketahui
Headache temporal dan laki-laki tidak pasti, alkohol
(Nyeri kepala dewasa (90%) berdenyut, pada beberapa
kluster) lakrimasi, kasus
rinore,
injeksio
konjungtiva
Tension Fronto- Dewasa muda, Tertekan, Kelelahan,
Headache Oksipital, usia terikat tali, stress psikis
( Nyeri menyeluruh pertengahan, tidak
kepala terkadang berdenyut,
ketegangan) anak-anak, berlangsung
wanita>pria berhari-hari,
bulan,
tahunan

16
Temporal Unilater- Usia >50 Nyeri Tidak ada
Arteritis bilateral di tahun berdenyut,
(Giant-Cell regio kemudian
Arteritis temporalis persisten dan
terasa
terbakar,
nyeri tekan
arteri
Neuralgia Unilateral, Usia Nyeri seperti Mengunyah,
Trigeminal mengikuti umumnya 60- tertusuk, berbicara,
persarafan 70 tahun berat, dan menyikat gigi,
sensorik muncul menyentuh
n.trigeminus mendadak area/lokasi nyeri
pada kepala

PENATALAKSANAAN

Secara umum, penanganan migrain terbagi dalam terapi farmakologis dan


non-farmakologis. Di mana untuk terapi non-farmakologis adalah dengan
menghindari faktor pencetus serangan, seperti perubahan pola tidur (kurang tidur/
tidur berlebih), makanan yang merangsang, cahaya terlalu terang, stres, kelelahan,
perubahan cuaca, dsb.
Untuk terapi farmakologis, dibagi dalam dua bagian, yaitu terapi abortif
dan terapi profilaksis. Terapi abortif bertujuan untuk menangani serangan nyeri
akut. Terapi lini pertama adalah sebagai obat abortif nonspesifik untuk serangan
ringan sampai sedang atau serangan berat atau berespons baik terhadap obat yang
sama, dapat dipakai golongan analgesik atau NSAID yang dijual bebas. Dosis
obat lini 1 yang dapat diberikan yaitu(3) :
• Paracetamol 100-600 mg/ 6-8 jam
• Aspirin 500-1000 mg/ 6-8 jam, maksimal 4 gram/ hari
• Ibuprofen 400-800 mg/ 6 jam, maksimal 2,4 gr/ hari

17
• Ketorolac 60 mg IM tiap 15-30 menit, maksimal 120 mg/hari, tidak boleh
lebih dari 5 hari
• Potasium diklofenak 50 mg-100 mg/hari, dosis tunggal
• Sodium naproksen 275 – 550 mg/ 2-6 jam, dosis maksimal 1,5 gr/ hari
• Steroid seperti dexametahson atau methylprednisolon dapat menjadi
pilihan pada pasien dengan status migrenosus (serangan migrain >72 jam)

Terapi lini kedua adalah sebagai obat abortif spesifik apabila tidak
responsif terhadap analgesik dan NSAID (obat abortif nonspesifik) seperti
golongan triptan dan dihidroergotamin (DHE). Golongan triptan digunakan pada
migren sedang sampai sedang atau migren ringan sampai sedang yang tidak
responsif terhadap analgesik atau NSAID. Sedangkan golongan dehidroergotamin
seperti alkaloid ergot (ergotamin tartat) walaupun efikasinya tidak lebih baik dari
triptan namun golongan tersebut memiliki rekurensi yang lebih rendah pada
beberapa pasien. Selain itu, alkaloid ergot dapat menginduksi drug overuse
headache sangat cepat pada dosis sangat rendah sehingga penggunaannya dibatasi
hanya sampai 10 hari per bulan dan tidak boleh diberikan pada pasien dengan
penyakit kardiovaskuer dan cerebrovaskuler, hipertensi, gagal ginjal, kehamilan,
dan masa laktasi. Obat golongan triptan bekerja dengan cara agonisasi dari
reseptor 5HTIB/ID seperti sumatriptan 6 mg subkutan atau 50-100 mg per oral,
atau derivat ergot seperti ergotamin 1-2 mg yang dapat diberikan secara oral,
subkutan ataupun rektal.

Pemberian antiemetik diberikan pada serangan migren akut untuk


mengatasi nausea dan potensi emesis, diduga obat-obat antiemetik meningkatkan
resorpsi analgesik. Metoklopramid 20 mg direkomendasikan untuk dewasa dan
remaja sedangkan domperidon 10 mg untuk anak-anak.

Terapi profilaktik umumnya diindikasikan apabila pasien mengalami lebih


dari dua kali serangan migren per bulan atau yang aktivitas sehari-harinya
terganggu akibat nyeri kepala. Obat yang dapat digunakan antara lain amitriptilin,

18
propranolol, dan nadolol sebagai lini pertama. Untuk lini kedua dapat digunakan
topiramat, gabapentin, venlafaksin, kandesartan, lisinopril, magnesium, dan
riboflavin. Untuk lini ketiga, dapat dipakai flunarizin,pizotifen, dan natrium
divalproat. Beberapa pertimbangan khusus sebelum dokter memberikan
profilaktik meliputi ada tidaknya hipertensi atau penyakit kardiovaskuler,
gangguan mood, insomnia, kejang, obesitas, kehamilan, dan toleransi rendah
terhadap efek samping medikasi.

EDUKASI
1. Terapi komprehensif migrain mencakup terapi akut dan profilaksi, manajemen
faktor pencetus dan gaya hidup melalui strategi self management.
2. Self-management, pasien berperan aktif dalam menejemen migrainnya.
o Self-monitoring untuk mengidentifikasi faktor2 yang mempengaruhi
migrainnya.
o Mengelola faktor pencetus secara efektif.
o Pacing activity untuk menghindari pencetus migrain.
o Menghindari gaya hidup yang memperburuk migrain.
o Teknik relaksasi.
o Mempertahankan sleep hygiene yang baik.
o Mampu mengelola stres.
o Cognitive restructuring untuk menghindari berfikir negatif.
o Communication skills untuk berbicara efektif tentang nyeri padakeluarga.
2. Menggunakan obat akut atau profilaksi secara wajar.

KOMPLIKASI
Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin,asetaminofen,
dll yang berlebihan.
Status Migren, yaitu nyeri kepala yang lebih dari 72 jam walaupun telah
diobati sebagaimana mestinya. Dan meminum obat analgetik yang berlebihan.

19
PROGNOSIS
Pada umumnya migren dapat sembuh sempurna jika dapatmengurangi
paparan atau menghindari faktor pencetus,dan meminum obat yang teratur. Tetapi
berdasarkan penelitian dalam beberapa studi, terjadi peningkatan resiko untuk
menderita stroke pada pasien riwayat migren, terutama pada perempuan. Namun,
hingga saat ini masih kontroversial dan diperdebatkan.(1)
Komplikasi dari migrain yaitu meningkatnya resiko untuk terserang
stroke. Didapatkan bahwa pasien migrain baik perempuan maupun laki-laki
beresiko 2-5 kali untuk mendapatkan stroke subklinis serebellum, terutama yang
mengalami migrain dengan aura. Selain itu, migrain juga dapat memicu timbulnya
komplikasi penyakit metabolik pada seseorang seperti diabetes melitus dan
hipertensi, dyslipidemia, dan penyakit jantung iskemik.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartwig M WL. Nyeri. In: Price S WL, editor. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2015. p. 1063-101.
2. (IHS) IHS. Headache Classification. International Headache Society.
2013;33(9):629-808.
3. Arifputra A AT. Migrain. In: Chris Tanto d, editor. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. p. 967.
4. Ramage-Morin PL GH. Prevalence of migraine in the canadian household
population. . Canada: Stat Can. 2014.
5. Sjahrir, Hasan. Nyeri Kepala. Kelompok Studi Nyeri Kepala.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004
6. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi edisi 6.Jakarta :
EGC.2003.
7. Headache Classification Subcommitee of the International Headache
Society. The International Headache Classification Disorder: 2nd Edition.
Cephalgia 2004; 24 Suppl 1:1-160.
8. Buku Ajar Diktat Anatomi Biomedik. Edisi 1. FK Unhas. 2011
9. Reuter, Uwe et al. Delayed Inflamation in rat meninges : implication for
migraine pathofisiology. Oxford university press, 2001; 124 : 2490 - 2502.
10. Suharjanti, Isti. Strategi Pengobatan Akut Migrain. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. 2013.
11. Liporace, Joyce, “Neurology, United Kingdom: Elsevier Mosby, 2006, ch
3-12, hlm. 17-135

21
12. Anurogo, Dito. Penatalaksanaan Migren. RS PKU Muhammadiyah
Palangkaraya, Kalimantan Tengah. 2012.

22

Anda mungkin juga menyukai