Anda di halaman 1dari 4

PERPAJAKAN I

PENAGIHAN PAJAK

OLEH :
ADNAN YUDHA PERMANA (1707522055)
SANG AYU PUTU MANIK PRAMIARTINI (1707522116)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM REGULER DENPASAR
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I
PENAGIHAN PAJAK
Sistem self assesment telah memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat Wajib
Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri.
Tindakan penagihan ini dilakukan berdasarkan UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa (SP) sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000. Undang-
undang ini menjadi dasar hukum bagi fiskus untuk menagih utang pajak dari para Wajib Pajak
yang tidak mau melunasi utang pajaknya. Tindakan penagihan berdasarkan undang-undang
tersebut dilakukan, secara persuasif maupun secara represif.

1.1 SURAT TEGURAN


Dasar penagihan pajak adalah adanya Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat
Keputusan Pembetulan, serta Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar ditambah. Penerbitan surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan
pajak dan pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan SP.
Surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera
setelah tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran yang tercantum dalam Surat Ketetapan
Pajak. Penerbitan surat teguran dalam undang-undang tidak diatur secara khusus dalam satu
bagian tersendiri, tetapi hanya merupakan bagian dari bab mengenai sp, seperti yang diatur
dalam ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf a dan ayat (2) UU No. 19 Tahun 1997 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000.

1.2 SURAT PAKSA


Dalam mempelajari undang-undang tentang penagihan pajak dengan surat paksa,
pengertian yang perlu dipahami adalah pengertian tentang surat paksa, utang pajak, dan biaya
penagihan pajak. Yang dimaksud dengan surat paksa adalah surat perintah membayar utang
pajak dan biaya penagihan pajak. Lalu, yang dimaksud biaya penagihan pajak adalah adalah
biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, pengumuman lelang,
pembatalan lelang, jasa penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

2
Secara umum surat paksa tidak boleh diterbitkan sebelum didahului dengan
diterbitkannya surat teguran atau surat peringatan yang bersifat mengingatkan penanggung pajak
untuk melunasi utang pajak. Prosedur demikian harus dilakukan agar terbitnya surat paksa tidak
menimbulkan permasalahan hukum yang dianggap tidak melalui prosedur sesuai undang-
undang.

1.3 PENYITAAN
Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah SP yang hanya dapat
dilakukan setelah batas waktu 2 x 24 jam sebagaimana dimaksud dalam SP dilewati. Artinya,
apabila Penanggung Pajak/WP tetap tidak melunasi utang pajak sebagaimana yang tercantum
dalam SP, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Pada prinsipnya tujuan penyitaan adalah untuk
memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari penanggung pajak. Penyitaan tersebut dapat
dilakukan, baik terhadap barang bergerak maupun barang tidak bergerak.
Tata Cara Penyitaan
Ada enam jenis barang yang dikecualikan dari penyitaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 UU No. 19 Tahun 1997. Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah
status kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita dititipkan kepada
penangung pajak atau dapat disimpan di tempat lain. Pemilik barang pada dasarnya masih tetaap
menggunakan barang yang telah disita sepanjang atas barang yang telah disita tersebut tidak
dialihkan hukumnya kepada pihak lain atau merusak barang, atau menghilangkan barang yang
merupakan tindakan pidana sesuai Pasal 231 KUHP.

1.4 PELELANGAN
Lelang dalam hal sita pajak merupakan salah satu bagian dari berbagai jenis lelang untuk
melaksanakan eksekusi atas barang-barang milik Penanggung Pajak dalam rangka penagihan
piutang pajak. Sesuai aturan yang telah ditentukan, pelaksanaan penjualan secara lelang terhadap
barang yang telah disita dilakukan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah
pengumuman lelang Pengumuan lelang itu sendiri dilakukan dalam waktu sekurang-kurangnya
14 (empat belas) hari etelah pelaksanaan penyitaan.
Cara pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut.

3
a. Terhadap uang tunai dilakukan penyetoran ke kas negara atau kas daerah.
b. Atas deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, dipindahbukukan ke rekening kas negara atau kas daerah atas
permintaan pejabat kepada bank yang bersangkutan.
c. Atas obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek
dijual di bursa efek atas permintaan pejabat.
d. Atas obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa
efek segera dijual oleh pejabat.
e. Terhadap piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari
penanggung pajak kepada pejabat.
f. Atas penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akta persetujuan pengalihan hak
menjual dari penanggung pajak kepada pejabat.

1.5 HAK MENDAHULU PAJAK


Pengaturan hak mendahulu pajak diatur dalam Pasal 21 UU No. 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2009 (UU KUP).
Hak preferen ini juga mempunyai pengecualian, artinya pembayaran (pelunasan) terhadap
utang pajak masih kalah kuat atau masith dapat dihindari jika ada hak preferen Iain yang juga
harus didahulukan. Adanya pengecualian ini menimbulkan masalah mengapa hak mendahulu
dari pajak harus memberikan kesempatan kepada hak preferen kreditur-kreditur lain dan bukan
pelunasan atas utang pajak yang terlebih dahulu harus diutamakan, padahal undang-undang pajak
merupakan ketentuan yang bersifat khusus dibandingkan dengan undang-undang hukum perdata
yang bersifat umum, sehingga asas hukum lex specialis derogat lex generalis dapat
diberlakukan.
Jika permasalahan ini yang timbul, dapat dikemukakan bahwa terhadap asas hukum
tersebut bukan berarti tidak berlaku, tetapi justru asas tersebut berlaku karena secara jelas telah
dituangkan dalam undang-undang pajak, yaitu hendak menekankan bahwa terhadap
permasalahan yang sama pengaturannya ada pada yang umum dan khusus, maka khususlah yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai