Anda di halaman 1dari 22

“TAUHID DAN URGENSINYA DALAM KEHIDUPAN”

MATA KULIAH:
Agama
DOSEN PEMBIMBING:
Herman Taufik, M. Pd.I

DISUSUN OLEH:
Habibah (1848401110026)
Lailawati (1848401110034)
Nor Thaibah (18481110046)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS FARMASI
PRODI D3 FARMASI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Agama tentang ‘Tauhid Dan Urgensinya Dalam Kehidupan”.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami dengan baik dan dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Barito Kuala, 28 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..……i
DAFTAR ISI…………………..……………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...1
 1.1. Latar Belakang……………………………………………..1
 1.2. Rumusan Masalah………………………………………….1
 1.3. Tujuan Pembahasan………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………2
 2.1. Pengertian Tauhid………………………………………….2
 2.2. Kedudukan Dan Fungsi Tauhid……………………...……2
 2.3. Makna Kalimat laa ilaaha illa Allah Dan Konsekwensinya
Dalam Kehidupan………………...…………………….….3
 2.4. Macam-macam Tauhid…………………………………….6
 2.5. Tauhid Sebagai Landasan Bagi Segala Aspek
Kehidupan………………………………………………….9
 2.6. Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak…..…10
 2.7. Urgensi Tauhid………………………………………..…..12
BAB III PENUTUP..........................................................................15
 3.1. KESIMPULAN…………………………………………...15
 3.2. SARAN…………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...16

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek “aqidah”.
Penanaman nilai –nilai tauhid sendiri sudah ditanamkan pada diri kita sejak
usia dini. “Syahadat” dalam adzan yang didengarkan pada kita sejak pertama
lahir menjadi bukti bahwa pentingnya menanamkan tauhid sedini mungkin.
Tauhid merupakan seruan pertama dakwah para Rasul. Tauhid juga
merupakan tonggak penentu kselamatan seorang hamba di hadapan Rabbnya
kelak.
Mempelajari tauhid merupakan hal pokok yang sudah menjadi
keharusan bagi seseorang untuk mempelajarinya. Semakin kurang tauhid
seorang muslim, maka akan berdampak pada semakin rendah pula kadar
akhlak, watak kepribadian, serta kesiapannya menerima konsep Islam sebagai
pedoman dan pegangan hidupnya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pengertian Tauhid ?
2. Apa Saja Kedudukan dan Fungsi Tauhid ?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Makna Kalimat Laa ilaaha illa allah dan
Konsekwensinya
dalam kehidupan ?
4. Apa Saja Macam-macam Tauhid ?
5. Apa Jaminan Allah SWT. Bagi orang yang bertauhid mutlak ?
6. Apa Yang Dimaksud DEngan Urgensi Tauhid ?
1.3 Tujuan Masalah
Agar kita bisa menjadi seorang muslim yang memiliki kekokohan dan
kemapanan “aqidah”, maka terlihat jelas dalam setiap amaliahnya pasti akan
diterima secara utuh dan dengan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan
mencari-cari alasan hanya untuk menolak. Inilah sikap yang dilahirkan dari
seorang muslim sejati.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tauhid


At-Tauhid menurut bahasa, merupakan mashdar dari wahhada. Jika
dikatakan wahhada asy-syai’a, artinya menjadikan sesuatu itu satu (esa).
Adapun menurut istilah berarti, mengesakan Allah dengan sesuatu
yang khusus bagi-Nya, berupa rububiyah, uluhiyah, al-asma’ dan sifat.
2.2. Kedudukan dan Fungsi Tauhid
Tidak ada keraguan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang
tinggi bahkan yang paling tinggi di dalam agama. Tauhid merupakan hak
Allah yang paling besar atas hamba-hamba-Nya, sebagaimana dalam hadits
Mu’adz bin Jabal Radyallahu’anhu. Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wassallam
berkata kepadanya: “Hai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah atas hamban-Nya
dan hak hamba atas Allah? Ia menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui”. Beliau mengatakan: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.’ (HR.
Bukhari dan Muslim). Allah juga berfirman,

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواإْل ِ ْن‬


ِ ‫س إِاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah
kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariat: 56).
Kedudukan tersebut meliputi:
1. Tauhid merupakan dasar dibangunnya segala amalan yang ada di
dalam agama ini.
2. Tauhid merupakan perintah pertama kali yang kita temukan di
dalam Al-Qur’an sebagaimana lawannya( yaitu syirik) yang
merupakan larangan paling besar dan pertama kali kita temukan di
dalam Al-Qur’an.
3. Tauhid merupakan poros dakwah seluruh para Rasul, sejak Rasul
yang pertama hingga penutup para Rasul yaitu Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wassallam.
4. Tauhid merupakan perintah Allah yang paling besar dari semua
perintah. Sementara lawannya, yaitu syirik, merupakan larangan
paling besar dari semua larangan.
5. Tauhid merupakan syarat masuknya seseorang ke dalam surga dan
terlindungi dari neraka Allah.
6. Tauhid merupakan syarat diterimanya amal seseorang dan akan
bernilai di hadapan Allah.

Tauhid juga memiliki fungsi yang sangat bermanfaat dan penting bagi
kita seorang muslim. Tauhid berfungsi sebagai pembimbing umat manusia
untuk menemukan kembali jalan yang lurus seperti yang telah dilakukan para
Nabi dan Rasul, karena jika diibaratkan sebuah pohon, tauhid adalah pokok
akar untuk menemukan kembali jalan Allah. Tauhid menjadi pedoman hidup
umat manusia agar terbimbing kepada jalan yang di ridhai Allah, serta dengan
tauhid manusia bias menjalani hidup sesuai dengan apa yang telah digariskan
oleh Allah SWT.
Diantara fungsi tauhid ialah:
1. Sebagai sumber dan mutivator perbuatan kebajikan dan keutamaan
2. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong
mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan
kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan
4. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.

2.3. Makna Kalimat laa ilaaha illa Allah Dan Konsekwensinya Dalam
Kehidupan

Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah mengandung dua makna, yaitu


makna penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah SWT, dan
makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah
Dia semata. Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengucapkan laa
illaha illallah dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haramlah
harta dan darahnya, adapun perhitungannya terserah kepada Allah”. Allah

3
berfirman: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada
Ilah(sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu
dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Muhammad:
19)

Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah


wajib hukumnya dan mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang
lain. Rasulullah SAW juga menegaskan :"Barang siapa yang mengucapkan
laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga."(HR.
Ahmad). Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami,
mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.
Allah berfirman: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari
jalan kepada Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).
Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-NyaSungguh, azab
Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti”.(Al-Isra:57).

Kalimat laa ilaaha illa Allah memiliki konsekwensinya dalam


kehidupan kita. Kalimat tersebut adalah kalimat yang sangat ringan
diucapkan dengan lisan namun memiliki bobot yang sangat agung. Karena
pada hakikatnya ia merupakan intisari ajaran islam. Akan tetapi tentu saja
kalimat ini bukan sekedar ucapan tanpa makna dan tanpa konsekwensinya
yang harus dijalankan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, bahwa
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam berkata kepada pamannya Abu
Thalib menjelang kematiannya, “ucapkanlah laa ilaaha illa Allah yang
dengan kalimat itu aku akan bersaksi untuk menyelamatkanmu pada hari
kiamat”. Akan tetapi pamannya itu enggan. Maka Allah menurunkan ayat
(yang artinya) “Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan petunjuk
(hidayah taufij) kepada orang yang kamu cintai, dst”. (Qs. Al-Qashash:
56) (HR. Muslim).
Orang yang mengucapkan laa ilaha illallah harus melaksanakan
konsekuensinya, yaitu beribadah kepada Allah, tidak berbuat syirik dan
melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam. Suatu ketika Rasulullah

4
shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan yang bisa
memasukkan ke dalam surga. Maka beliau menjawab, “Kamu beribadah
kepada Allah dan tidak

5
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Kamu mendirikan
sholat wajib, zakat yang telah difardhukan, dan berpuasa Ramadhan.”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Kalimat laa ilaha illallah mengandung konsekuensi tidak


mengangkat ilah/sesembahan selain Allah. Sementara ilah adalah Dzat
yang ditaati dan tidak didurhakai, yang dilandasi dengan perasaan takut
dan pengagungan kepada-Nya. Dzat yang menjadi tumpuan rasa cinta dan
takut, tawakal, permohonan, dan doa. Dan ini semuanya tidak pantas
dipersembahkan kecuali kepada Allah ‘azza wa jalla. Barangsiapa yang
mempersekutukan makhluk dengan Allah dalam masalah-masalah ini
-yang ia merupakan kekhususan ilahiyah- maka hal itu merusak keikhlasan
dan kemurnian tauhidnya. Dan di dalam dirinya terdapat bentuk
penghambaan kepada makhluk sesuai dengan kadar ketergantungan hati
kepada selain-Nya. Dan ini semuanya termasuk cabang kemusyrikan.
Dengan demikian, seorang yang telah mengucapkan laa ilaha illallah wajib
mengingkari segala sesembahan selain-Nya. Oleh karenanya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan laa
ilaha illallah dan mengingkari segala yang disembah selain Allah, maka
terjaga harta dan darahnya. Adapun hisabnya adalah urusan Allah ‘azza wa
jalla.” (HR. Muslim dari Thariq bin Asy-yam radhiyallahu’anhu)
Adapun orang yang mengucapkan laa ilaha illallah akan tetapi
tidak mengingkari sesembahan selain Allah atau justru berdoa kepada para
wali dan orang-orang salih [yang sudah mati] maka orang semacam itu
tidak bermanfaat baginya ucapan laa ilaha illallah. Karena hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam itu saling menafsirkan satu sama lain. Tidak
boleh hanya mengambil sebagian hadits dan meninggalkan sebagian yang
lain (lihat Syarh Tafsir Kalimat at-Tauhid, hal. 12)
Padahal, berdoa kepada selain Allah termasuk kekafiran yang
mengeluarkan dari agama Islam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Barangsiapa yang berdoa kepada sesembahan lain disamping doanya

6
kepada Allah yang itu jelas tidak ada keterangan/pembenar atasnya, maka
sesungguhnya hisabnya ada di sisi

7
Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.”
(QS. al-Mukminun: 117)
2.4. Macam-Macam Tauhid
Tauhid dibagi menjadi tiga macam. Macam-macam tauhid ini
terhimpun dalam firman Allah Ta’ala,

ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


ُ‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما فَا ْعبُ ْدهُ َواصْ طَبِرْ لِ ِعبَا َدتِ ِه ۚ هَلْ تَ ْعلَ ُم لَه‬ َ ‫َربُّ ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
‫َس ِميًّا‬
“Rabb(yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-
Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?” (Maryam:65).

1. Tauhid Rububiyah
Makna tauhid rububiyah ialah mengesakan Allah dalam hal
penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan.
Pengesaan Allah dalam penciptaan artinya keyakinan manusia
bahwa tidak ada pencipta melainkan Allah semata. Firman Allah Ta’ala,

َ ‫ك هللاُ َربُّ ْال َعالَ ِم‬


‫ين‬ َ َ‫ق َو ْاألَ ْم ُر تَب‬
َ ‫ار‬ ُ ‫أَالَلَهُ ْال َخ ْل‬
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al-
A’raf: 54).
Kalimat ini mengharuskan pembatasan karena khabar-nya
didahulukan. Sebab mendahulukan sesuatu yang mestinya diakhirkan
berarti mengaharuskan pembatasan. Firman Allah,
َ
‫ن‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ل‬ ْ َ‫م ه‬ْ ُ ‫ة اللَّهِ عَلَيْك‬ َ ‫م‬ َ ْ‫س اذ ْك ُ ُروا نِع‬
ُ ‫ي َ ا أيُّهَ ا النَّا‬
ِ‫ماء‬َ ‫س‬
َّ ‫ن ال‬
َ ‫م‬ِ ‫م‬ ْ ُ ‫ق غَي ْ ُر اللَّهِ ي َ ْر ُزقُك‬
ٍ ِ ‫خَال‬
َ
)٣( ‫ن‬ َ َ ‫ض ال إِل‬
َ ‫ه إِال هُوَ فَأنَّى تُؤْفَكُو‬ ِ ‫األر‬
ْ َ‫و‬
8
“Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta
Selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan
bumi? Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia; maka mengapa
kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (Fathir:3).
Ayat ini berfaedah sebagai pengkhususan penciptaan makhluk
bagi Allah, karena bentuknya yang berupa kalimat tanya, yang
memberikan makna menantang.
Pengesaan Allah dalam kepemiluikan, artinya kita yakin bahwa
tidak ada yang memiliki makhluk kecuali yang menciptakan mereka,
sebagaimana firmannya-Nya: “Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan

bumi.” (Ali Imran: 189)


Dalam firman Allah yang lain ialah:
Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” (Al-Mukminun: 88)
Pengesaan allah dalam masalah pengurusan, artinya keyakinan
manusia bahwa tidak ada yang mampu mengurusi kecuali Allah semata,
sebagaimana firman- Nya: “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki
kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? “ Maka mereka
akan menjawab, “Allah”. Maka katakanlah, “Mengapa kalian tidak
bertakwa (kepada –Nya)”. Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb
kalian yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan
kesesatan. Maka bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)?”.
(Yunus: 31-32).
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid ini juga disebut tauhid ibadah karena dua pertimbangan:
pertama karena penisbatannya kepada Allah, yang disebut tauhid uluhiyah.

9
kedua karena penisbatannya kepada makhluk, yang disebut tauhid ibadah.
Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah. Yang berhak
diibadahinya hanya Allah. Firnman-Nya,
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang
bathil.”(Luqman:30)
Pengesaan Allah dengan tauhid ini, hendaklah engkau menjadi
hamba bagi Allah semata, mengesakan-Nya dalam ketundukan, kecintaan,
pengangungan dan beribadah kepada-Nya dengan sesuatu yangt di
syariatkan-Nya. Firman Allah,

“Janganlah kamu adakan tuhan yang lain disamping Allah, agar kamu
tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” (Al-Isra’: 22)
Firman Allah, “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam
tentang ketetapan uluhiyah bagi-Nya. Dia Ilah karena Dia Rabb semesta
alam. Firman-Nya yang lain, “Hai, manusia, sembahlah Rabb kalian yang
telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian.” (Al-
Baqarah: 21).

3. Tauhid Asma’ dan Sifat


Artinya mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-
Nya. Dalam hal ini, maksudnya meyakini secara mantab bahwa Allah
menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat
kekurangan, dan bahwa Dia berbeda dengan seluruh makhluk-Nya. Hal ini
mencakup dua hal:
1. Penetapan, artinya kita harus menetapkan seluruh asma’ dan sifat bagi
Allah, sebagaimana yang Dia tetapkan bagi Diri-Nya dalam Kitab-Nya
atau sunnah Nabi-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam.
2. Penafian permisahan, bahwa kita tidak menjadikan sesuatu yang
semisal dengan Allah dalam asma’ dan sifat-Nya, sebagaimana firman-
Nya, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)

10
2.5. Tauhid Sebagai Landasan Bagi Segala Aspek Kehidupan
Aspek pokok dalam ilmu tauhid adalah keyakinan akan aksistensi Allah
Yang Mahasempurna, Mahakuasa, dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan lainnya.
Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang melandasi setiap aktivitas
manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan luasnya pandangan,
timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap optimistik. Sehingga tauhid dapat
digambarkan sebagai sumber segala perbuatan (amal shalih) manusia.

Sebetulnya formulasi tauhid terletak pada realitas sosial. Adapun


bentuknya, tauhid menjadi titik sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas.
Tauhid harus diterjemahkan ke dalam realitas historis-empiris. Tauhid harusnya
dapat menjawab semua problematika kehidupan modernitas, dan merupakan
senjata pamungkas yang mampu memberikan alternatif yang lebih anggun dan
segar.

Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya, dehumanisasi


merupakan tantangan tauhid yang harus dikembalikan kepada tujuan tauhid, yaitu
memberikan perubahan terhadap masyarakat. Perubahan itu didasarkan pada cita-
cita profetik yang diderivasikan dari misi historis sebagaimana tertera dalam
firman Allah

“Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk


menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah”.(QS.
Ali’Imran: 110).

11
2.6. Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak

Jika kita benar-benar melakukan tauhid dalam kehidupan mereka,


Allah Ta’ala akan memberikan jaminan bagi mereka sebagaimana
firmanNya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahkuKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
denganKu. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur:55). Dalam ayat
yang mulia ini Allah memberikan beberapa jaminan bagi suatu masyarakat
yang mau merealisasikan tauhid, yaitu:

1. Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk

Seorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan
petunjuk. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya :

‫ك لَظُ ْل ٌم‬
َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ۖ إِ َّن ال ِّشر‬
َّ َ‫ان اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
ُ ‫ال لُ ْق َم‬
‫َع ِظي ٌم‬
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". (QS. Lukman:13

2. Ahli Tauhid Djamin Masuk Surga.

12
Rasulullah SAW bersabda:” Barangsiapa yang bersyahadat
(bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembah) yang berhak disembah selain
allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan rosul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan
kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya dan
bersaksi bawha surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah dikerjakannya”.

3. Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka

Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa


bahagianya seseorang yang tidak mnjadi penghuni neraka. Hal ini akan
didapatkan oleh sesorang yang bertauhid dengan benar. Sabda Rasullalah SAW: “
Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang menatakan La ilaaha
illa-Allah, yang di ucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)

4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya.

Hidup kita tidak luput dari gelimbang dosa dan maksiat. Karena itu
pengampunan dosa adaalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan
melaksanakan tauhid swcara benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus
dosa-dosa kita. Rasulallah SAW bersabda :

Yang Artinya : “ Allah berfirman : ‘ Wahai anak adam, sesungguhnya


sekiranya kamu kamu datang pada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, keumdian
kamu datang kepada-Ku tanpa menyrkutukan sesuatu pun dengan-Ku, maka aku
akan mendtangimu dengan ampun sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi)

13
5. Jaminan Bagi Masyarakan yang Bertauhid

Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika


sesuatu masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka,
Allah SWT akan memberikan jaminan bagi mereka, Sebagaimana friman-Nya
Yang Artinya:

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara


kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan merka berkuasa di muka bumi, sebagaimanan Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah dirikhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar(keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
merka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nur:55).

27. Urgensi Tauhid

Tauhid sangat penting bagi kita umat manusia. Diantara urgensi


tauhid ialah:

1. Tauhid Adalah Tujuan Manusia Diciptakan

Wajib bagi setiap Muslim untuk memprioritaskan tauhid daripada selainnya.


Yaitu hendaknya kita mempersembahkan segala ibadah kepada Allah semata dan
meninggalkan semua bentuk ibadah kepada selain Allah. Karena tujuan kita
diciptakan oleh Allah di dunia ini adalah agar kita mentauhidkan-Nya. Allah
Ta’ala berfirman:

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواإْل ِ ْن‬


ِ ‫س إِاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56).

14
Dan keselamatan seseorang di akhirat kelak ditentukan oleh tauhid. Orang yang
mati dalam keadaan bertauhid, maka ia akan selamat di akhirat walaupun
membawa dosa yang banyak. Adapun orang yang mati dalam keadaan musyrik,
maka ia tidak akan selamat dan merugi selamanya.

2. Tauhid Adalah Syarat Diterimanya Amalan Kebaikan

Rabb pencipta dan pengatur alam semesta hanya satu, ialah Allah Ta’ala.
Sesembahan yang berhak disembah juga hanya satu, ialah Allah Ta’ala. Dan
Allah Ta’ala hanya menerima amalan kebaikan dari orang-orang yang bertauhid.

َ ِ‫إِنَّ َما يَتَقَبَّ ُل هَّللا ُ ِم َن ْال ُمتَّق‬


‫ين‬
“Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa”
(QS. Al Maidah: 27)

3. Tauhid adalah Kunci Surga

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

‫من قال ال إله إال هللا صدقًا من قلبه دخل الجنة‬


“Barangsiapa yang mengatakan: tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah.
Tulus dari hatinya, ia masuk surga” (HR. Abu Ya’la dalam Musnad-nya, 6/10).

4. Tauhid Adalah Inti Dakwah Para Nabi

Oleh karena itu Allah mengutus pada Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam untuk
menegakkan tauhid dan mendakwahkannya. Allah Ta’ala berfirman:

15
ِ ‫ُول إِالَّ نُو ِحي إِلَ ْي ِه أَنَّهُ الَ إِلَهَ إِالَّ أَنَا فَا ْعبُ ُد‬
‫ون‬ َ ِ‫َو َما أَرْ َس ْلنَا ِمن قَ ْبل‬
ٍ ‫ك ِمن َّرس‬
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka
sembahlah Aku olehmu sekalian” (QS. Al-Anbiya: 25).

16
17

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara
menetapkan akidah agam dengan mempergunakan dalil-dalil yang
meyakinkan,baik berupa dalil aqli, dalil naqli, ataupun dalil wijdani.

Sesungguh nya tauhid tertanam pada jiwa manusia secara fitrah.


Namun asal fitrah ini dirusak oleh bujuk rayu setan yang memalingkan
dari tauhid dan menjerumuskan ke dalam syirik. Sehingga dari hal tersebut
dapat kita ambil makna tauhid adalah asal yang terdapat pada fitrah
manusia sejak dilahirkan. Aplikasi tauhid bahwasanya berilmu dan
mengetahui serta mengenal tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok
dan utama sebelum mengenal yang lainnya serta beramal ( karena suatu
amalan itu akan di terima jika tauhidnyya benar ).

3.2. SARAN
Setelah pembahasan makalah yang kami buat ini. Semoga
membawa banyak manfaat bagi kita semua untuk umat islam pada
umumnya agar kita bisa memahami ilmu tauhid, sehingga dapat mengenal
Allah SWT. Serta dapat mengamalkannya dengan ibadah dan
pelaksaannya dalam kehidupan sehari-hari juga sebagai olmu pengetahuan
kita lebih luas lagi tentang ilmu tauhid.
18
19

DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin. Syarah Kitab Tauhid: Darul Falah


Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab. Kitab Tauhid (memurnikan la Ilaha
Illallah): Media Hidayah
Drs. H. M. Yusran Amuni. Ilmu Tauhid:
Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan(KSIK) Jakarta
https://d1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_the_book_of_tawheed.pdf
https://muslimah.or.id/7017-pembagian-tauhid-dalam-al-quran.html
https://indonesiabertauhid.com/2015/04/22/jaminan-bagi-masyarakat-yang-
bertauhid/
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-fathir-ayat-1-8.html
https://terjemahkitabsalaf.wordpress.com/2013/02/16/konsekuensi-laa-ilaha-
illallah/
https://muslim.or.id/41194-urgensi-tauhid.html
http://salafy.or.id/blog/2003/07/23/kedudukan-tauhid-dalam-islam-dan-
urgensinya/
http://kedai-ilmu.blogspot.com/2010/05/fungsi-tauhid-dalam-kehidupan.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai