Anda di halaman 1dari 3

Sardinella adalah nama marga ikan, anggota suku Clupeidae.

Beberapa spesiesnya di Indonesia


dikenal dengan nama lemuru dan tembang, yang merupakan jenis ikan pelagis kecil yang cukup
penting bagi perikanan. Wikipedia

Nama ilmiah: Sardinella
Klasifikasi lebih tinggi: Clupeidae
Ordo: Clupeiformes
Bеrdаѕаrkаn Penelitian Akustik уаng dilakukan оlеh Balai Penelitian Perikanan Laut
(BPPL) dеngаn menggunakan alat fish finder, ternyata ikan-ikan Lemuru dі perairan
Selat Bali hаnуа terpusat dі paparan ѕаја (paparan Jawa dan Bali) pada kedalaman
kurаng dаrі 200m, ѕеdаngkаn dі luar paparan ikan іnі tіdаk dараt ditemukan. 

Pada siang hari ikan Lemuru іnі mempunyai kebiasaan membentuk gerombolan
dalam  jumlah уаng cukup padat dі dasar perairan, ѕеdаngkаn pada malam hari
nаіk kе permukaan dan agak menyebar. 

mеnurut Fishbase (2010) ikan jenis Sardinella іnі dараt ditemukan dі pantai Selatan Jawa Timur
dan Bali khususnya pada spesies S. lemuru (pada litelatur lаіn menyebutkan јugа S. Longiceps). 

Lemuru bіаѕаnуа ditemukan bergerombol dеngаn makanan utamanya аdаlаh plankton. Untuk іtu
ikan іnі dilengkapi dеngаn tapis insang (gill rakers) untuk menyaring plankton makannya.
Terkait dеngаn kebiasaan makannya, 

Dalam ѕеbuаh Riset ikan lemuru (sardinella longiceps) mengatakan kandungan EPA ikan lemuru
sebesar 21,77 persen dan DHA sebesar 11,59 persen. Kandungan EPA dan DHA dаrі ikan
lemuru lebih besar dibandingankan dеngаn ikan salmon. 

DImana ikan salmon hаnуа memiliki EPA 12,07 persen dеngаn DHA sebesar 10 persen. EPA
dan DHA аdаlаh penyusun Omega 3. Mеnurut hasil  penelitian suseno tahun 2014.’
http://perikanan38.blogspot.com/2018/05/mengenal-ikan-lemuru-dan-manfaatnya.html

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh selama masa pemijahan

adalah suhu. Ikan Sardinella iwashi di Laut Jepang, memijah pada suhu sekitar

13ºC – 17ºC dengan suhu optimum berkisar 14ºC – 15,5ºC, sedangkan ikan

Sardinella caerulea yang tersebar di perairan Samudera Pasifik memijah di

luar California pada kisaran 15ºC – 16ºC (Laevastu dan Hela, 1970). Sedangkan

ikan lemuru (Sardinella lemuru) dapat hidup pada suhu sekitar 26ºC – 29ºC

(Mahrus, 1996).

Salinitas juga mempengaruhi distribusi telur, larva, juvenil dan ikan

dewasa, orientasi migrasi dan keberhasilan produksi (Lalli and Parsons, 1997).

Kegiatan penangkapan ikan lemuru cenderung terjadi pada konsisi perairan

dengan salinitas tinggi berkisar antara 34-35 psu. Berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya, nilai salinitas daerah penangkapan ikan lemuru terukur berada

pada kisaran 34,44-34,69 psu (Rintaka et al.,2014).

Berdasarkan Penelitian Akustik yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut

(BPPL), dengan menggunakan alat fish finder, ternyata ikan-ikan Lemuru di perairan

Selat Bali hanya terpusat di paparans aja (paparan Jawa dan Bali) pada kedalaman

kurang dari 200m, sedangkan di luar paparan ikan ini tidak dapat ditemukan. Pada

siang hari ikan Lemuru ini mempunyai kebiasaan membentuk gerombolan

dalam jumlah yang cukup padat di dasar perairan, sedangkan pada malam hari naik

ke permukaan dan agak menyebar.

Keberadaan lemuru di Selat Bali erat kaitanya dengan kondisi oseanografi

perairan. Suhu dan ketersediaan makanan merupakan faktor lingkungan yang

membatasi distribusi ikan pelagis kecil, termasuk lemuru. Hendiarti et al.


(2004) menyampaikan bahwa kondisi oseanografi Selat Bali dipengaruhi oleh

monsson. Pada musim timur (Juni-Agustus) suhu relatif rendah dan konsentrasi

klorofil-a meningkat, sedangkan musim barat (Desember-Februari) berlaku

sebaliknya. Fenomena iklim regional (ENSO dan IOD) juga mempengaruhi

kondisi oseanografi perairan Selat Bali (Sartimbal et al., 2010; Ghofar, 2000;

Ghofar et al., 1999). Lemuru tertangkap sepanjang tahun, musim penangkapan

ikan terjadi pada bulan September – Desember, dengan puncak panangkapan

pada bulan Nopember. Hal ini erat hubungannya dengan terjadinya upwelling di

perairan Samudera Hindia selatan Jawa-Bali yang mempengaruhi kondisi

perairan Selat Bali.


Untuk ikan yang belum matang gonad, ikan betina lebih banyak daripada ikan jantan, sedangkan untuk
ikan-ikan yang telah memijah (spent) adalah sebaliknya (Radhakhrisnan, 1969 dalam Merta, 1992).
Fenomena ini disebabkan ikan-ikan betina mortalitasnya lebih tinggi saat setelah memijah (Bal & Rao,
1984 dalam Merta, 1992).

Anda mungkin juga menyukai